Menampilkan postingan yang diurutkan menurut tanggal untuk kueri Lansia. Urutkan menurut relevansi Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut tanggal untuk kueri Lansia. Urutkan menurut relevansi Tampilkan semua postingan

Rabu, 30 Oktober 2024

Giat Posbindu PTM dan Posyandu Lansia di Ponkesdes Pagak

Integrasi Layanan Primer (ILP) adalah konsep yang berkaitan dengan penggabungan berbagai layanan kesehatan dasar untuk meningkatkan akses, kualitas, dan efisiensi pelayanan. ILP dilaksanakan di Puskesmas, jejaring dan jaringan pelayanan kesehatan primer, seperti Posyandu dan Posbindu.

Sasaran ILP mencakup ibu hamil, persalinan, nifas, bayi dan anak prasekolah, usia sekolah dan remaja, usia dewasa, dan usia tua. Sasaran tersebut berfokus pada tiga hal, yaitu siklus hidup sebagai fokus integrasi pelayanan, perluasan layanan kesehatan melalui jejaring hingga tingkat desa/kelurahan dan perdukuhan, serta memperkuat pemantauan wilayah setempat melalui pemantauan dengan dashboard situasi kesehatan.

Namun dalam praktiknya, tidak semua siklus hidup yang menjadi sasaran dalam ILP tersebut bisa tercover semua dalam setiap giat Posyandu berbasis ILP. Kenyataan ini seperti yang dialami oleh Desa Pagak.

Kader kesehatan berpose dengan perawat Ponkesdes Pagak dan PP PTM Puskesmas Pagak

Karena tidak bisa tercover semua dalam setiap giat Posyandu ILP di awal bulan, maka perawat Desa Pagak Sri Hidayati, S.Kep. Ners berinisiatif mengadakan giat Posbindu PTM (Penyakit Tidak Menular) dan Posyandu Lansia tersendiri di akhir bulan.

Seperti giat yang dilakukannya dalam pelaksanaan Posbindu PTM dan Posyandu Lansia Edelweis di Ponkesdes Pagak yang beralamatkan di Dusun Tempur RT 06 RW 12 Desa Pagak, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang, pada Selasa (29/10).

Giat di Ponkesdes Pagak ini menyasar warga usia produktif dan lansia yang bermukim di RT 06 hingga RT 10 yang berada di RW 12, yang tidak tercover dalam giat Posyandu ILP sebelumnya. Hal ini sekaligus sebagai peningkatan dalam capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan. SPM Kesehatan sendiri merupakan hak setiap warga negara.

Penyuluhan kesehatan yang dilakukan perawat Ponkesdes Pagak

Acara giat Posbindu PTM dan Posyandu Lansia ini dimulai pada pukul 09.30 WIB. Begitu warga berdatangan, dipersilakan memasuki ruangan di Ponkesdes Pagak. Mula-mula, mereka akan melaporkan diri di meja bagian pendaftaran. Ada 2 kader kesehatan yang memberikan layanan pendaftaran, yaitu Cicik Krisdianti (Kader SMARThealth) dan Vista Pratiska (Kader Posyandu Lansia).

Selain melakukan pendaftaran, kedua kader tersebut juga melakukan pengukuran tinggi maupun berat badan.

Dari meja pendaftaran, warga akan menuju ke meja pengukuran tekanan darah. Kader SMARThealth Dyah Anggun Sasmita melakukan pengukuran tensi setiap warga yang hadir dalam giat tersebut. Kemudian warga akan bergeser ke samping atau arah selatan, untuk lanjut pengecekan kadar gula oleh kader SMARThealth Della Apyanagustin.

Cek kadar gula darah oleh kader SMARThealth

Usai diperiksa kadar gula darahnya, warga akan bergeser lagi ke selatan. Di meja itu, ada 3 orang yang terdiri dari 2 tenaga kesehatan (nakes) dan seorang kader Posyandu Lansia Nuryl Nindya Pratnia Paramita.

Kedua nakes tersebut, yakni perawat Ponkesdes Pagak Sri Hidayati, S.Kep. Ners dan Pemegang Program (PP) PTM Puskesmas Pagak Dwi Cahya Widodo, A.Md.Kep. Mereka bertugas memberikan pelayanan konsultasi kesehatan dan sekaligus pengobatan bagi warga yang terindikasi memiliki faktor risiko tinggi (highrisk). Obatnya akan diberikan oleh kader kesehatan Nuryl Nindya atas petunjuk kedua nakes tersebut.

Di sela-sela itu, perawat Ponkesdes Pagak juga memberikan penyuluhan kepada warga yang hadir dalam giat tersebut, terutama untuk para lansianya. Perawat Sri juga memperlihatkan buku panduan kesehatan lengkap bagi lansia, termasuk penyakit-penyakit umumnya dijumpai pada lansia.

Suasana skrining faktor risiko PTM dalam giat Posbindu PTM dan Posyandu Lansia di Ponkesdes Pagak

Selain itu, menurut perawat Sri, dalam giat ini juga terdapat penjaringan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS PK). PIS PK merupakan program nasional yang salah satu tujuannya adalah untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan.

Menurut perawat Sri, karena anggaran untuk home care terbatas maka nakes umumnya memanfaatkan kegiatan ini sekalian untuk pendataan keluarga dan intervensi lanjut yang belum sempat dikunjunginya.

Selesai mengikuti skrining faktor risiko PTM dan edukasi kesehatan, warga akan mendapatkan suguhan berupa jemblem dan utri. Utri itu bentuknya seperti panganan nogosari namun di dalamnya tidak ada pisangnya.

Giat Posbindu PTM dan Posyandu Lansia ini selesai pada pukul 11.08 WIB, dan berhasil melakukan skrining faktor risiko PTM sebanyak 28 orang, yang kebetulan perempuan semua. Sebelum meninggalkan tempat, nakes melakukan foto bersama dengan kader kesehatan yang bertugas serta mengajak anggota Tim SMARThealth Universitas Brawijaya (UB) yang turut menyaksikan jalannya giat Posbindu PTM dan Posyandu Lansia di Ponkesdes Pagak. Pulangnya dibawain jemblem dan utri. *** [301024]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Sabtu, 21 September 2024

Mengawali Photovoice di Desa Pagak: ‘Sebuah gambar bernilai seribu kata’

Caroline Wang dan Mary Ann Burris mengembangkan metodologi photovoice sebagai sarana dan pemantik penelitian partisipatif dalam rangka memberdayakan kelompok marginal. Melalui photovoice, partisipan mengidentifikasi, mendokumentasikan, serta menampilkan kekuatan dan kekhawatiran komunitas dari perspektif anggota komunitas sendiri melalui penggunaan teknologi fotografi.

Sebagai praktik yang berbasis pada produksi pengetahuan, photovoice memiliki tiga tujuan utama: (1) untuk memungkinkan orang merekam dan mencerminkan kekuatan dan perhatian komunitas mereka, (2) untuk mempromosikan dialog kritis dan pengetahuan tentang isu-isu penting melalui diskusi foto dalam kelompok besar dan kecil, dan (3) untuk menjangkau para pembuat kebijakan (Wang & Burris, 1997).

Jumat (20/09) kemarin, 10 orang kader kesehatan (4 kader Balita, 2 kader Lansia dan 4 kader PTM) mengikuti kegiatan photovoice di Ponkesdes Pagak yang beralamatkan di Dusun Tempur RT 06 RW 12 Desa Pagak, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.

Peserta dan fasilitator photovoice berpose bersama perawat Ponkesdes Pagak

Acara dimulai pada pukul 10.39 WIB. Pembawa acara Purwiantiwi mengucapkan selamat datang di Ponkesdes Pagak untuk mengikuti photovoice. Kemudian ia memandu doa demi kelancaran kegiatan yang diikuti oleh sejumlah kader kesehatan Desa Pagak.

Setelah itu, acara diisi dengan sambutan dari perawat Ponkesdes Pagak Sri Hidayati, S.Kep.Ners. Dalam sambutannya, perawat Sri mengucapkan terima kasih kepada personil dari Yayasan Percik Salatiga (YPS) yang tergabung dalam penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) dan fasilitator NIHR Universitas Brwijaya (UB) kedatangannya di Ponkesdes Pagak serta kader-kader yang menjadi peserta dalam pertemuan ini.

Lebih lanjut, perawat Sri menginformasikan kepada peserta bahwa kegiatan photovoice ini akan berlangsung dalam beberapa tahap, mulai dari tahap 1 hingga 4 atau 6 tahap. Ia berharap semua kader ini agar bisa mengikuti sampai tuntas setiap tahapan agar mendapatkan mendapatkan bekal ketrampilan baru, dan hari ini baru tahap 1.

Usai sambutan dari perawat Ponkesdes Pagak, acara diteruskan dengan perkenalan dari para peserta terlebih dahulu. Dimulai dari Nuryl Nindya, Cicik Krisdianti, Dyah Anggun Sasmita, Dwi Mayasari, Della Apryanagustin, Istiawati, Sri Wahyuni, Priyatin, Purwiantiwi hingga Viska Pratiska.

Bangunan Ponkesdes Pagak yang dikelilingi lahan tebu

Rampung acara perkenalan peserta, Wakil Direktur YPS Damar Waskitojati, S.Kom., M.Si mengawali dengan Focus Group Discussion (FGD) sebentar terkait pengelolaan sampah dan kesehatan masyarakat.

“Kami ingin mendengar cerita pengelolaan sampah di Desa Pagak. Kebiasaan di rumah tangga yang ada di Desa Pagak dalam pengelolaan sampah,” kata pembuka Damar dalam memandu FGD sebagai pengantar untuk masuk ke dalam photovoice.

Dari hasil FGD pengantar itu, diketahui bahwa umumnya sampah rumah tangga dibuang ke lubang sampah di belakang rumah. Ada juga yang dibuatkan jedingan, sebuah bangunan semen seperti kolah (bak air).

Di Desa Pagak, diakui oleh peserta, memang belum ada jasa pengangkutan sampah kecuali hanya di daerah sekitar Pasar Pagak saja. Karena inilah, tak ada jalan lain kecuali lebih menyukai dengan cara dibakar. Mereka umumnya membakar di sore atau malam hari agar jemuran tidak sangit. Bau sangit itu melekat.

“Daripada menumpuk mendingan dibakar, cepat menjadi bersih tempatnya,” kata salah seorang peserta.

Suasana photovoice di Ponkesdes Pagak

Namun demikian, kendati terbiasa dengan pembakaran sampah, mereka juga mengakui melakukan pemilahan sampah terlebih dahulu. Sampah plastik yang masih memiliki nilai jual, seperti botol airminum, botol minyak goreng, dan lain-lain, akan disendirikan untuk dijual ke pengepul yang secara rutin berkeliling. Kebetulan ada dua pengepul dari desanya yang cukup dikenal warga, yang senantiasa berkeliling untuk membelinya.

Peserta yang umumnya kader kesehatan ini juga mengakui bahwa asap dari pembakaran tersebut sering membikin sesak napas dan panas hidung (pengar). Oleh karena itu, mereka umumnya menyiasati dengan cara menghindari asap.

Selain itu, kalau ada kelahiran masih dijumpai tradisi diyang selama selapan atau 35 hari dengan cara membakar kayu atau sepet di depan rumah yang sedang memiliki bayi. “Diyang itu kalau menengok bayi, biar gak membawa balak,” jelas seorang peserta.

“Dari medis, tangan yang diasapkan dulu agar waktu memegang bayinya nanti steril,” imbuh perawat Sri yang senantiasa menyimak dalam pertemuan ini.

Fasilitator photovoice dan sebagian peserta bersandar tembok di sisi selatan

Selain diyang, pembakaran daduk (daun tebu yang kering) juga mengeluarkan asap yang kerap mengganggu. Gangguannya berupa langes yang masuk ke rumah yang berdekatan dengan lokasi pembakaran daduk.

Pukul 11.23 WIB, Christina Arief T. Mumpuni dari YPS melanjutkan dengan penjelasan photovoice kepada peserta. Peserta mendapatkan penjelasan dan gambaran dari photovoice. Kemudian diinformasikan pula rule of game pengambilan gambar nantinya. Jika menyangkut gambar yang diambil juga perlu izin kepada orangnya.

Sepuluh peserta diharapkan untuk pertemuan berikutnya sudah mengumpulkan foto melalui handphone, menggunakannya untuk menceritakan kisah yang difoto dengan kata-kata mereka sendiri, dan membagikannya dengan fasilitator photovoice untuk digunakan sebagai informasi guna menginformasikan dan mengadaptasi program mereka.

Foto-foto mengartikulasikan apa yang penting bagi fotografer. Keindahan dan kekuatan photovoice adalah bahwa teknik ini memberi izin kepada peserta untuk mengekspresikan suara hati mereka. Dengan mentransfer kekuatan kepada individu, memungkinkan mereka untuk memutuskan apa yang penting, dan cerita apa yang akan diceritakan, fasilitator photovoice akan memperoleh perspektif refleksi langsung tentang bagaimana pengelolaan sampah di desanya memengaruhi kehidupan mereka.

Peserta photovoice yang bersandar di tembok sisi utara

Sehingga, mengawali photovoice di Desa Pagak sebagai sebuah langkah yang dalam bahasanya Bárbara Badanta et. al. (2021), ‘A picture is worth a thousand words’ (Sebuah gambar bernilai seribu kata).

‘Sebuah gambar bernilai seribu kata’ adalah sebuah pepatah dalam berbagai bahasa yang berarti bahwa ide-ide yang kompleks dan terkadang beragam dapat disampaikan oleh satu gambar diam, yang menyampaikan makna atau esensinya secara lebih efektif daripada sekadar deskripsi verbal.

Pepatah ini diperkirakan muncul dalam iklan surat kabar pada tahun 1913 namun sudah mengalami modifikasi kata, dan pepatah itu sendiri sering dihubungkan dengan ungkapan Konfusius, ‘Bǎi wén bùrú yī jiàn’ (Mendengar sesuatu seratus kali tidak lebih baik daripada melihatnya sekali). *** [210924]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Selasa, 10 September 2024

Giat Posyandu Delima Desa Krebet Berlangsung Di Rumah Ketua RW 06

Sambil menanti waktu janjian bersua dengan Kepala Desa dan Sekretaris Desa Krebet, fasilitator NIHR dan salah seorang peneliti dalam Theme 3: People empowerment and community diajak oleh perawat Desa Krebet Eka Ilham Adi Waluyo, A.Md.Kep. untuk melihat giat Posyandu Delima yang diadakan di rumah Ketua RW 06 Syukur yang beralamatkan di Jalan Pesantren 2 Dusun Blambangan RT 25 RW 06 Desa Krebet, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, pada Senin (09/09).

Hari itu, kebetulan bersamaan dengan jadwal giat Posyandu Delima yang harus dihadiri oleh perawat maupun bidan Desa Krebet. Perjalanan dari Ponkesdes Krebet, tempat awal bertemu dengan perawat Ilham, tak jauh. Tak sampai lima menit sudah sampai lokasi giat Posyandu Delima.

Posyandu Delima Desa Krebet, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang

Begitu tiba di lokasi sekitar pukul 09.17 WIB, suasana sudah terlihat kemeriahannya. Warga sudah ada yang berdatangan untuk mengikuti giat tersebut. Pintu pagar masuk, juga terlihat salesgirl SUN, sebuah perusahaan makanan untuk balita dengan warna kaos merah, yang senantiasa menyapa yang hadir dalam giat tersebut.

Giat Posyandu Delima ini merupakan giat Posyandu Integrasi Layanan Primer (Posyandu ILP). ILP ini bertujuan untuk mendapatkan layanan kesehatan berkualitas kepada masyarakat, melalui integrasi pelayanan kesehatan primer. ILP ini berfokus pada tiga hal, yaitu siklus hidup sebagai fokus integrasi pelayanan, seperti Posyandu Balita, Posbindu, dan Posyandu Lansia lebur dalam giat Posyandu Delima.

Bidan Desa Krebet berikan konsultasi bagi ibu hamil atau pasca melahirkan

Ada 11 kader kesehatan yang bertugas dalam ILP tersebut, dengan rincian yang bertugas di Posyandu Balita terdapat 4 orang (Titi Suparni, Halimatus Sa’diyah, Tria Diana Budi, Santy Kuncara); di Usia Produktif (Posbindu) ada 4 orang (Siti Khodijah, Erlinawati, Evi Mauliatus, Rosadah); dan di Posyandu Lansia ada 3 orang (Nurhayati, Dwi Yayik, Dalipah).

Pada Posyandu Balita dilakukan penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, dan pengukuran lingkar kepala serta pemberian makanan tambahan (PMT). Selain itu, juga terlihat ada konsultasi bagi ibu hamil atau pasca melahirkan oleh bidan Desa Krebet Avanti Roslina, A.Md.Keb.

Suasana giat Posyandu Delima Desa Krebet

Kemudian dalam giat Posbindu dan Posyandu Lansia, layanan sama yakni skrining faktor risiko penyakit tidak menular (PTM), yang membedakan hanya umurnya saja. Posbindu berfokus pada warga usia produktif (15 tahun hingga 59 tahun), sedangkan Posyandu Lansia menangani usia 60 tahun ke atas.

Jadi dalam giat tersebut, Posyandu Balita dihandle oleh bidan desa Krebet beserta kader Posyandu Balita. Sedangkan, dalam giat Posbindu dan Posyandu Lansia digawangi oleh perawat Desa Krebet yang dibantu dua orang mahasiswi magang dari Politeknik Kesehatan Wira Husada Nusantara Malang, yakni Yutri K. Ata Kayi dan Grasiela Mathilda Wosa, serta dibantu oleh kader Posbindu dan Posyandu Lansia.

Perawat Desa Krebet sedang berikan konsultasi kesehatan kepada lansia

Dalam giat Posbindu dan Posyandu Lansia itu, warga akan diberikan layanan pengukuran antropometri (tinggi/berat badan dan lingkar perut), pengukuran tekanan darah, dan pengecekan kadar gula darah serta konsultasi kesehatan. Bagi warga yang terindikasi memiliki faktor risiko PTM tinggi (highrisk), mereka akan diberikan obat untuk kebetuhan dalam beberapa hari.

Dari laporan Tim Monitoring atau yang terkenal dengan sebutan Turba PKK yang dibuat oleh Mega Crystina dan Siti Khoiriyah, diketahui bahwa target jumlah sasaran di pos tersebut: Balita sebanyak 106 yang hadir ada 45 balita. Sementara itu, dari jumlah sasaran lansia di Posyandu Delima sebanyak 25 orang, kebetulan bisa hadir semua.

Sekitar 1 jam, fasilitator NIHR dan seorang peneliti Theme 3 menyaksikan jalannya giat di Posyandu Delima, kemudian diajak perawat Ilham menuju ke Balai Desa Krebet untuk bertemu dengan Kepala Desa Drs. H. Nurkholis, M.Si dan Sekretaris Desa (Sekdes) Puguh Eka Saputra guna membahas agenda penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) yang dilaksanakan di Desa Krebet. *** [100924]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Kedua Kalinya, Circle Conversation Diadakan Di Balai Desa Tlogorejo

Circle conversation (dialog melingkar) diadakan untuk kedua kalinya pada Ahad (08/09) di Balai Desa Tlogorejo yang beralamatkan di Dusun Dadapan No. 4 RT 16 RW 06 Desa Tlogorejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.

Circle conversation yang pertama telah dilaksanakan pada Rabu (28/08) di tempat yang sama. Pada circle conversation yang pertama di hadiri oleh 9 orang peserta, 3 laki-laki dan 6 perempuan. Namun, dalam implementasi yang kedua ini peserta berhalangan hadir 1 orang (laki-laki). Jadi, untuk circle conversation yang kedua ini dihadiri 8 orang peserta dengan rincian 2 laki-laki dan 6 perempuan. 

Kemudian 2 orang kader kesehatan berindak sebagai organizing committee (OC), yaitu Sutarmi dan Iit Nurhanifah, yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan circle conversation, serta seorang fasilitator circle conversation (circle keeper) Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K, seorang anggota Tim Penelitian Theme 3: People empowerment and community dalam penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC).

Selain itu, tampak datang pula dalam kegiatan circle conversation ini bidan Desa Tlogorejo Sulianik, A.Md.Keb. dan fasilitator NIHR, yang usai menghadiri Jalan Sehat Kemedekaan dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis Kader SMARThealth di Kelurahan Kepanjen.

Dialog melingkar di Desa Tlogorejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang

Circle conversation yang kedua ini dimulai pada pukul 10.10 WIB. Pembukaan dilakukan oleh pembawa acara Sutarmi, seorang kader kesehatan Desa Tlogorejo, dan yang bertugas melakukan notulensi adalah Iit Nurhanifahm, juga seorang kader kesehatan Desa Tlogorejo.

Seperti sebelumnya, circle keeper akan memfasilitasi bagi jalannya circle conversation. Circle keeper akan menyiapkan struktur melingkar, yang merupakan format yang dapat diprediksi yang memungkinkan setiap orang akan mengetahui apa yang diobrolkan. Struktur yang demikian ini menawarkan tingkat kenyamanan dan kesiapan bagi para peserta.

Struktur lingkaran biasanya terdiri dari pembukaan, check-in, meninjau pedoman, memfasilitasi putaran lingkaran, check-out, dan penutupan. Circle keeper memandu para peserta melalui setiap langkah proses. Mereka juga memfasilitasi urutan bicara peserta, yang menunjukkan kepada setiap orang siapa yang mendapat giliran berbicara dan seperti apa urutannya. 

Meskipun awalnya banyak peserta lingkaran mungkin berpikir tentang apa yang akan mereka katakan sebelum giliran mereka daripada mendengarkan orang lain dengan saksama, seiring waktu, prediktabilitas dan konsistensi struktur lingkaran memungkinkan keterlibatan lebih melalui pendengaran yang lebih dalam dan respons yang lebih mendalam yang muncul dari kehadiran saat itu.

Peserta dialog melingkar bercerita satu per satu

Pada circle conversation tersebut, circle keeper mengawali dengan perkenalan diri dari para peserta dengan kalimat subjunctive, "Seandainya saya dilahirkan kembali, saya ingin menjadi …”. Peserta pun secara melingkar pun mengenalkan diri. Ada yang ingin jadi tawon, pohon, bunga, air, dan sebagianya. Pengandaian mereka semua itu bermuara kepada anggapan ingin dalam hidupnya bisa berguna bagi orang lain.

Kemudian circle keeper melanjutkan dengan materi pertanyaan sebagai pemantik untuk diobrolkan. “Bagimana menurut Bapak/Ibu mengenai pencemaran lingkungan yang terjadi?”

Di antara peserta circle conversation ada yang bilang kalau pembakaran sampah itu sesungguhnya bikin mata pedas dan sesak napas. Bahkan di Desa Tlogorejo ini ada orang terbakar gegara pembakaran daduk. Orang yang membakar sampah kalau tidak tahu arah angin, pasti akan mencelakai tetangganya dengan asap-asap yang menyesakkan dada. Hampir setiap hari di Desa Tlogorejo ini terlihat pemandangan pembakaran sampah, baik dari rumah tangga, daduk, jerami, limbah kotoran ternak, dan sebagainya.

Terus ada seorang lansia yang jadi peserta yang menceritakan pengalamannya kalau membakar sampah, ia akan langsung berlalu agar tidak terkena dampak dari asap pembakaran sampah tersebut. Supaya tidak batuk-batuk, sesak napas, atau perih di mata.

Peserta berbagi pengalaman dalam durasi yang sama

Dari beberapa cerita bisa ditangkap bahwa umumnya mereka tahu dan bahkan merasakan dari efek pembakaran sampah terhadap kesehatan. Hanya saja mereka umumnya tidak tahu harus berbuat apa dalam mengatasinya.

Setelah peserta bertutur satu persatu berdasarkan pengalaman hidup mereka masing-masing, circle keeper pun melanjutkan dengan pertanyaan pemantik berikutnya, “Adakah cerita atau refleksi yang dimiliki Bapak/Ibu untuk mengurangi efek dari pembakaran sampah tersebut?”

Namun dari pertanyaan ini, tertangkap sebuah cerita bahwa sebenarnya pencemaran lingkungan tidak hanya menyangkut pembakaran sampah saja, polusi bau yang dihadapi warga Desa Tlogorejo juga tak kalah akutnya, yakni penggunaan tetes tebu sebagai pupuk tanaman.

Memang diakui bahwa tetes tebu itu baik untuk pemupukan tanaman sebagai pengganti urea. Urea juga disinyalir memberi dampak kimiawi yang membuat lahan tebu lama-lama mengeras dan zat haranya tergerus. Akan tetapi efek bau tetes tebu memang banyak dikeluhkan mengingat bisa bikin mumet orang yang menghirup dari bau tetes tebu yang ditebar di lahan tebu. Bahkan efeknya, makan pun terasa tidak enak karena baunya yang konon mirip dengan bau kotoran manusia.

Suasana dialog melingkar dengan latar belakang Ponkesdes Tlogorejo

Sementara itu, ada peserta juga yang berkisah sebenarnya ada juga warga yang komplain tapi malah kerap salah tampa (salah paham) yang bikin hubungan sosial menjadi merenggang. Bahkan, ada juga yang setelah diprotes warga, rumah pemilik lahan tebu pindah ke desa lain.

Menurut peserta circle conversation, polusi yang ditimbulkan dari tebu sesungguhnya lebih banyak ketimbang pembakaran sampah. Karena di samping cakupannya yang luas, juga bikin bau menyengat.

Untuk membangun kesadaran akan hal-hal yang dihadapi warga terkait pencemaran lingkungan ini, mereka umumnya mengusulkan adanya sosialiasi dan edukasi mengenai pengelolaan sampah yang baik.

Acara circle conversation yang dilaksanakan di Pendopo Balai Desa Tlogorejo ini berjalan dengan lancar ini berakhir pada pukul 11.42 WIB, dan kemudian ditutup oleh pembawa acara yang tadi membukanya. *** [100924]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Senin, 05 Agustus 2024

Senin Ini Ada Acara FGD NIHR, In-depth Interview dan Wawancara di Puskesmas Bululawang

Senin (05/08) pagi ini, Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) kembali berkunjung ke Puskesmas Bululawang.

Sebelumnya, Tim Penelitian NIHR telah melakukan in-depth interwiew dengan sejumlah tenaga kesehatan (nakes) yang ada di Puskesmas Bululawang maupun perawat desa dari Bakalan dan Krebet Senggrong beserta kader kesehatannya. Selain itu, juga telah melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) di Puskesmas Bululawang.

Suasana depan Puskesmas Bululawang di pagi hari

Hari ini merupakan kenjungan yang kelima kalinya karena ada tambahan desa yang menjadi enumeration area (EA) baru dalam penelitian NIHR, yaitu Desa Krebet. Mengingat pada waktu perluasan EA tersebut, Kepala Desa (Kades) Krebet sedang berangkat menunaikan ibadah haji maka pelaksanaannya baru bisa dimulai sekarang setelah turun surat izin penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politi (Bakesbangpol) Kabupaten Malang.

Hari ini ada tiga kegiatan yang dilakukan di Ruang Pertemuan Lantai 2 Puskesmas Bululawang yang beralamatkan di Jalan Stasiun No. 11-13 Desa Bululawang, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, yang lokasinya berada di pojok timur utara Pasar Bululawang, yakni FGD dengan perawat Desa Krebet dan lima nakes dari Puskesmas Bululawang, in-depth interview dengan bidan Desa Krebet, dan wawancara dengan seorang kader kesehatan Desa Krebet.

Sambutan dari drg. Halida mewakili Kepala Puskesmas Bululawang

Sebelum kegiatan, terlebih dahulu drg. Halida yang mewakili Kepala Puskesmas Bululawang memberikan sambutan sebentar dalam kegiatan ini. Kemudian terus dilanjutkan dengan sambutan balasan dari Manajer Program Serius Miliyani Dwi Putri, SKM, M.Ked.Trop.

Usai sambutan, ketiga acara tersebut langsung dijalankan. FGD dengan perawat Desa Krebet Eka Ilham Adi Waluyo, A.Md.Kep., dan lima nakes/staf dari Puskesmas Bululawang (drg. Halida, Ririn Restaliningrum, S.ST., M.AP, Atik Tri Rahayoe, S.ST, Eny Purwaningsih, AMKL, Lintang Hanum Pertiwi, SKM), dimoderatori oleh fasilitator NIHR dengan notulis Hilda Irawati, S.Stat.

FGD dengan perawat Desa Krebet dan lima nakes dari Puskesmas Bululawang

Kemudian untuk in-depth interview dengan bidan Desa Krebet Avanti Roslina, A.Md.Keb. dilakukan oleh Serius Miliyani Dwi Putri, dan wawancara dengan kader kesehatan Desa Krebet Lilik Ati dilaksanakan oleh Meutia Fildzah Sharfina, SKM, MPH. Kegiatan ini juga dihadiri salah seorang anggota Tim CEI (Community engagement and involvement) Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K.

FGD dilakukan mulai pukul 08.41 WIB dan berakhir pada pukul 10.12 WIB. Dalam diskusi kelompok terfokus itu, hasilnya diketahui bahwa nakes peserta FGD pada umumnya membuang sampah di tempat sampah yang ada di depan rumah. Sampah itu kemudian diangkut oleh petugas secara berlangganan. Besarannya ada yang Rp 15ribu dan ada juga Rp 25rb. Besaran ini muncul setelah ada rembug di antara warga.

In-depth interview dengan bidan Desa Krebet

Kendati, peserta FGD umumnya tidak membakar sampah, kalau pun ada karena kasus insidental saja seperti popok kucing yang besar tidak bisa masuk keranjang atau rerimbunan daun di depan rumahnya.

Meski jarang, namun peserta FGD mengamini bahwa pembakaran sampah utamannya plastik memberikan dampak bagi kesehatan masyarakat, seperti menimbulkan polusi udara, dan menyebabkan sesak pernapasan, yang jika terus-menerus terpapar akan mengakibatkan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

Umumnya yang tergolong riskan adalah balita dan lansia. Balita karena baru mengalami pertumbuhan organ-organ penting, dan yang lansia telah terjadi penurunan fungsi organ-organnya ketika memasuki lansia.

Wawancara dengan kader kesehatan Desa Krebet

Menariknya, pada saat fasilitator NIHR mendiskusikan terkait solusi apa yang sekiranya dapat mengurangi pembakaran sampah plastik, ada 7 isu yang muncul 1). Mengganti plastik dengan bahan lain yang mudah di daur ulang; 2). Bank sampah diperbanyak tiap RT; 3). Penyuluhan masyarakat tentang bahaya polusi udara bagi kesehatan; 4). Pemilahan sampah (organik dan anorganik); 5). Masyarakat, pabrik dan Pemdes bekerja sama menaggulangi limbah sampah; 6). Pelatihan pengelolaan limbah; dan 7). Memperbanyak pengepul plastik.

Dari ketujuh isu tersebut, fasilitator NIHR memantiknya dengan membahas solusi yang telah dituliskan dalam kertas plano. Mereka umumnya memiliki urutan-urutan tersendiri berdasarkan asumsi yang mereka miliki, dan kemudian mereka juga memunculkan bahwa perlu adanya regulasi dalam mengatasi atau mengurangi limbah sampah di Kabupaten Malang agar masyarakat paham betul, termasuk di dalamnya ada larangan pembakaran sampah. *** [050824]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Jumat, 26 Juli 2024

Jumat Ini, Dua FGD Masih Dilakukan Di Lingkungan Kerja Puskesmas Pagak

Jumat (26/07) ini, dua Focus Group Discussion (FGD) diselenggarakan di dua tempat dalam wilayah kerja Puskesmas Pagak, yaitu di Ruang Tamu Lantai 2 Puskesmas Pagak dan di Balai Desa Tlogorejo yang berjarak sekitar 9 kilometer.

FGD yang diadakan di Ruang Pertemuan Puskesmas Pagak adalah FGD Fase 1 dengan bidan Pustu Tlogorejo  Sulianik, A.Md.Keb., dan lima tenaga kesehatan (nakes) dari Puskesmas Pagak yang terdiri dari Lilis Mustafi’ah, A.Md.Kep., M. Fernanda K., A.Md.Kep., Tika Susanti, A.Md.Keb., Erra Puspyta, A.Md.Keb., dan drg. Salindri Pujiningrat.

FGD dengan bidan Pustu Tlogorejo dan nakes Puskesmas Pagak

FGD Fase 1 bidan Pustu Tlogorejo dan nakes dari Puskemas, atau yang biasa disebut dengan FGD Nakes ini, dimoderatori oleh fasilitator NIHR dengan dibantu seorang notulis bernama Tanjung Prameswari, S.Tr.P.

FGD di Puskesmas Pagak dimulai pada pukul 09.16 WIB di Ruang Tamu Lantai 2 karena ruang pertemuan yang telah digunakan sebanyak 2 kali FGD sedang dipakai untuk bimbingan teknis (bimtek).

Dalam FGD itu, diketahui bahwa pengelolaan sampah yang mengemuka adalah dengan berlangganan sebesar Rp 20 ribu sampah sudah diangkut secara periodik, dengan cara dibakar di halaman, dan ada juga yang ditimbun.

In-depth interview dengan bidan Pustu Tlogorejo

Diakui oleh peserta FGD, pembakaran sampah termasuk sampah plastik sesungguhnya berbahaya, yaitu bisa bikin sesak napas maupun perih di mata. Peserta dari Pagak yang agak masuk ke dalam juga mengatakan bahwa dirinya pernah mengalami sesak napas yang berkepanjangan ketika orangtuanya masih berprofesi dalam pembakaran gamping (limestone burning).

Diriwayatkan olehnya, pembakaran gamping yang ditekuni selama 20 tahun berdampak kepada kedua anaknya yang menjadikan mengalami sesak napas, dan sampai sekarang bila menjumpai asap akan merasa sesak napas. Namun, sejak 7 tahun ini, pembakaran gamping sudah berhenti, dan lahannya didirikan bangunan untuk usaha yang lain oleh orangtuanya.

Sementara itu, bidan Pustu Tlogorejo yang kebetulan menjadi Koordinator ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) Puskesmas Pagak bercerita bahwa kasus pasien ISPA di empat desa yang menjadi wilayah kerja Puskesmas Pagak ada sekitar 50 orang, dan itu merata di empat desa, yaitu Gampingan, Sumberejo, Pagak, dan Tlogorejo.

Wawancara dengan kader kesehatan Desa Tlogorejo

Peserta FGD juga meyakini bahwa kelompok umur yang rentan dari dampak pembakaran sampah itu adalah balita/anak dan lansia. Untuk balita/anak dikatakan rentan karena sesungguhnya perkembangan organ tubuhnya belum sempurna betul, dan yang lansia begitu rentan karena fungsi organ-organ tubuhnya sudah menurun.

Puskesmas Pagak, menurut peserta FGD Nakes ini, sebenarnya sudah menyosialisasikan tentang bahaya dan dampak dari pembakaran sampah melalui Seksi Kesling (Kesehatan Lingkungan) Puskesmas Pagak, baik di masing-masing balai desa maupun melalui pertemuan Posyandu. Namun terkadang, usai sosialisasi menguap begitu saja karena peserta sosialisasi tidak menularkannya.

Lalu, moderator dalam memantik terkait pendapat tentang solusi pembakaran sampah plastik, muncul tiga isu solusi dari peserta, yang disadur dari tulisan peserta dalam kertas plano yang dibagikan. Ada tiga solusi yang mengemuka, yakni 1. Membawa kantong belanja; 2. Daur ulang (pengepul, bank sampah); dan 3. Kerja sama dengan Pemerintah.

FGD dengan tokoh masyarakat di Balai Desa Tlogorejo

Ketiga pendapat itu oleh moderator, didiskusikan lagi secara bersama-sama dalam FGD, dan hasilnya 5 orang peserta menerangkan, dan bila diurutkan dari nomornya menjadi 3,1,2. Hanya 1 orang yang berbeda, yakni 2,3,1. Seorang dokter gigi yang bermukim di Sumberpucung sedikit berbeda, karena berdasakan kebiasaannya di daerahnya yang telah melakukan daur ulang melalui bank sampah yang bekerja sama dengan pengepul sudah terasa dalam pengurangan pembakaran sampah plastik. Sedangkan, bagi yang menempatkan kerja sama dengan Pemerintah tersebut, pengertiannya lebih kepada pengoptimalan koordinasi lintas sektornya saja.

Selain Diskusi Kelompok Terfokus dengan nakes, di Puskesmas Pagak juga dilakukan in-depth interview dengan bidan Pustu Tlogorejo dan wawancara dengan kader kesehatan dari Posyandu Nusa Indah 5 Tlogorejo. In-depth interview dilakukan oleh Tanjung Prameswari, dan wawancara dengan kader dihandle oleh fasilitator NIHR.

Kemudian di Balai Desa Tlogorejo, ada empat FGD: kader kesehatan; wakil masyarakat terdampak polusi udara (laki-laki); wakil masyarakat terdampak polusi udara (perempuan); dan tokoh masyarakat terdampak polusi udara.

FGD dengan kader kesehatan di Balai Desa Tlogorejo

FGD kader kesehatan dilakukan oleh Hilda Irawati, S.Stat., dan Alfiatul Nisa’, S.P. FGD wakil masyarakat terdampak polusi udara (laki-laki) dilaksanakan oleh Arief Budi Santoso, S.E., dan Elmi Kamilah, S.Sos.

Lalu, FGD wakil masyarakat terdampak polusi udara (perempuan) dilakukan oleh Desta Prasanthi Anggraini, S.P., M.P., dan FGD tokoh masyarakat terdampak polusi udara dilakukan oleh Dr. Rizka Amalia, S.K.Pm., M.Si., dan Dea Aginta Karina Br Tarigan, S.AP.

Kedua Tim Penelitian NIHR yang bertugas di Puskesmas Pagak dan Balai Desa Tlogorejo berjumpa lagi di Puskesmas Pagak ba’da Jumatan, dan kemudian balik ke Kampus Universitas Brawijaya (UB) di Malang, dan fasilitator NIHR kembali ke Sekretariat SMARThealth di Dilem, Kepanjen. *** [260724]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Rabu, 12 Juni 2024

Dari Pondok Gurame Nagarema ke Balai Desa Kuwolu, Lihat Giat Posyandu Prima

Di depan Pondok Gurame Nagarema, saat salah seorang anggota Tim SMARThealth Universitas Brawijaya (UB) hendak menyeberang tiba-tiba terdengar panggilan dari seseorang yang melintas di Jalan Raya Kuwolu. Ternyata Penanggung jawab PTM Puskesmas Bululawang Intati, A.Md.Keb bersama perawat Desa Kuwolo Ristyawati, A.Md.Kep sedang mengarah ke timur menuju Kantor Desa atau Balai Desa Kuwolu untuk giat Posyandu Prima.

Posyandu Prima merupakan kordinator Posyandu yang memberikan pelayanan sesuai siklus hidup mulai dari ibu hamil sampai dengan lansia, dilakukan minimal 1 kali dalam sebulan. Dalam giat yang dilaksanakan pada Rabu (12/06) ini, giat Posyandu mencakup Posyandu Balita, Posbindu, dan Posyandu Lansia.

Kantor Desa Kuwolu Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang

Bertempat di Balai Desa Kuwolo yang beralamatkan di Jalan Raya Kuwolo No. 177 Dusun Maqbul RT 10 RW 03 Desa Kuwolo, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, giat Posyandu sesuai siklus hidup manusia itu diadakan.

Dalam Balai Desa yang memiliki gedung megah berlantai 2 dengan gedung serbagunanya yang tinggi dan berhalaman luas itu, mulai pukul 08.30 WIB ramai dikunjungi warga untuk menghadiri giat Posyandu gabungan tersebut.

Imunisasi oleh bidan desa yang disaksikan Ketua dan Wakil Ketua TP-PKK serta Kasi Pelayanan

Di sela-sela, mengikuti pertemuan tahap 4 photovoice, yakni refleksi pengalaman, saya menyempatkan diri sebentar untuk mengunjungi giat tersebut, karena pada saat ketemu dengan Pj PTM Puskesmas Bululawang berjanji untuk menengoknya. Kebetulan jarak dari Pondok Gurame Nagarema ke Balai Desa Kuwolo hanya sekitar 500 meter saja.

Begitu masuk halaman Balai Desa Kuwolo yang luas, tampak motor-motor berjajar di sisi timur. Meja giat Posyandu Balita Anggrek diletakkan di kiri kanan dekat pintu utama menuju gedung serbaguna atau yang dikenal juga dengan ruang aula desa. Kemudian meja untuk giat Posbindu ditaruh di serambi Kantor Desa dekat dengan pintu bagian barat menuju ke gedung serbaguna, dan meja untuk giat Posyandu Lansia Bahagia berada di dalam gedung serbaguna.

Perawat desa dan kader SMARThealth layani skrining faktor risiko PTM

Dalam giat Posyandu Balita itu terdapat pengukuran antropometri balita (penimbangan badan, pengukuran tinggi badan dan lingkar kepala) dan imunisasi. Ada BCG, Dipteri, Polio, Rota Virus, IPV, Campak maupun PCV.

Giat Posyandu Balita dikomandoi oleh bidan Desa Kuwolo Intati yang sekaligus juga menjabat sebagai Pj PTM Puskesmas Bululawang dengan dibantu 5 kader Posyandu Balita, yaitu Lailatun Nadhiroh, Ivet Ambarwati, Saadah, Khuzaimah, dan Nurmaidah.

Dua mahasiswi magang di Puskesmas Bululawang dari Kebidanan UB membantu layani skrining faktor risiko PTM dalam Posyandu Lansia

Sementara itu, giat Posbindu dan Posyandu Lansia dikoordinasi oleh perawat Desa Kuwolu Ristyawati dengan dibantu oleh 5 kader Posbindu (Fitriana, Sri Ratna, Radita Meika, Aini Khusnia, Robiatul Asawiyah) dan 5 kader Posyandu Lansia (Ika Septin, Badriyah, Suriyah, Ais Susiwati, Zubaidah), yang dibantu 2 mahasiswi Kebidanan Universitas Brawijaya (UB).

Giat Posbindu dan Posyandu Lansia sama layanan pemeriksaannya, seperti pengukuran antropometri (tinggi/berat badan dan lingkar perut) pengukuran tekanan darah, dan pengecekan kadar gula darah. Yang membedakannya adalah umur.

Suasana giat Posyandu Prima (gabungan) di Balai Desa Kuwolu

Giat Posyandu gabungan diadakan di Kantor Desa yang saat ini dipimpin oleh Kepala Desa Barudin itu, tampak hadir sejumlah perangkat desa, pengurus TP-PKK, dan salah seorang anggota Tim SMARThealth UB.

Perangkat desa yang hadir terlihat Sekretaris Desa Abdul Rohim, Kasi Pelayanan Dian Arif Permana, dan staf Nur Fitri Dianita. Sementara, pengurus TP-PKK yang hadir adalah Ketua TP-PKK Nugrohowati dan Wakil Ketua TP-PKK Jubaidah.

Perawat desa dan kader SMARThealth lakukan home visit disaksikan Kasi Pelayanan Desa Kuwolu dan mahasiswi magang di Puskesmas Bululawang

Pada giat Posyandu gabungan ini, juga terdapat kunjungan ke rumah (home visit) di rumah warga yang berada di gang masuk menuju ke Pondok Pesantren Roudlotul Muhsinin. Salah seorang anggota Tim SMARThealth UB bersama Kasi Pelayanan turut serta dalam home visit yang ditangai 3 orang, yaitu perawat Desa, kader SMARThealth, dan mahasiswi magang Kebidanan UB.

Acara giat Posyandu gabungan ini berakhir menjelang Dhuhur, dan berhasil terperiksa sebanyak 282 orang dengan rincian 88 balita (Posyandu Balita), 90 usia produktif (Posbindu), dan 104 lansia (Posyandu Lansia).

Tidak hanya capaian pemeriksaannya yang cukup banyak, namun menurut pengamatan salah seorang anggota Tim SMARThealth UB, juga terlihat adanya kolaborasi yang baik antara perangkat desa, tenaga kesehatan desa, dan kader kesehatan. *** [120624]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Kamis, 06 Juni 2024

Phlebotomy Dalam Giat Posyandu Lansia Larasati Desa Kebonagung

Phlebotomy adalah tindakan memasukkan jarum ke vena yang umumnya dilakukan untuk mengambil darah yang akan dipakai dalam analisis hematologi, biokimia, atau mikrobiologi. Phlebotomy atau pengambilan darah tersebut adalah tindakan prosedur medis yang bersifat invasif dan sudah dikerjakan sejak berabad lalu.

Dalam giat Posyandu Lansia Larasati yang berada di Jalan Penamas No. 32 Dusun Sukosari RT 41 RW 09 Desa Kebonagung, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang ini, terdapat phlebotomy untuk pemeriksaan profil lipid yang dilakukan oleh Penanggung jawan (Pj) PTM Puskesmas Pakisaji Ns. Sirotul Maisaroh, S.Kep.

Lokasi giat Posyandu Lansia Larasati di Desa Kebonagung, Kecamatan Pakisaji

Pemeriksaan profil lipid atau pemeriksaan kolesterol adalah prosedur pemeriksaan untuk mengetahui kadar lemak di dalam darah. Prosedur pemeriksaan ini biasanya mencakup perhitungan empat jenis lemak di dalam tubuh, yaitu kolesterol total, Low Density Lippprotein (LDL), High Density Lippoprotein (HDL), dan trigliserida.

Pemeriksaan kolesterol adalah salah satu metode skrining kesehatan yang penting dilakukan untuk memantau serta mewaspadai risiko penumpukan plak lemak pada pembuluh darah arteri yang menjadi penyebab dari berbagai penyakit kardiovaskular, seperti hipertensi hingga stroke.

Pengukuran tekanan darah yang dilakuka kader kesehatan

Pasalnya, dua penyakit tersebut termasuk ke dalam daftar penyakit penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Menurut data BPS tahun 2018, telah terjadi peningkatan prevalensi hipertensi dari 25,8% (tahun 2013) menjadi 34,1% (tahun 2018). Di sisi lain, menurut Riskesdas 2018, tingkat prevalensi stroke di Indonesia pada tahun 2018 telah mencapai 10,9%.

Giat Posyandu Lansia yang dimulai pada pukul 09.00 WIB terlihat ramai. Halaman rumah Ketua RW 09 atau rumah salah seorang kader Posyandu Lansia (Sri Supinem) dipenuhi warga lansia yang antusias untuk menghadiri giat Posyandu Lansia Larasati yang diselenggarakan oleh perawat Desa Kebonagung Lailia Fuji Rahayu, A.Md.Kep dengan dibantu 11 orang kader kesehatan.

Staf pengajar FKUB melakukan observasi untuk melihat prosesi giat Posyandu Lansia Larasati Desa Kebonagung

Ke-11 kader kesehatan tersebut terdiri dari seorang kader SMARThealth (Anis Sasmita), 5 kader Posyandu Lansia (Mona Ika Isnawati, Fitri Rusita, Piping Desi Andrayani, Novie Darmayanti, Sri Supinem), dan 5 kader Posyandu Balita yang turut membantu (Siti Sundari, Sari Wahyuni Dewi, Triani Endah, Titik Mulyani, Nina Agustina).

Warga lansia dari RT 47 hingga RT 51 yang berada di wilayah RW 09 berdatangan ke lokasi giat Posyandu Lansia Larasati untuk melakukan skrining faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) setiap sebulan sekali.

Pj PTM Puskesmas Pakisaji melakukan phlebotomy untuk pemeriksaan profil lipid

Pada giat Posyandu Lansia hari ini, Kamis (06/06), warga lansia Dusun Sukosari mendapatkan pengukuran antropometri (tinggi/berat badan, lingkar perut), pengukuran tekanan darah, pengecekan kadar gula darah, dan pemeriksaan profil lipid.

Pengukuran antropometri ditujukan untuk deteksi dini obesitas dini, pengukuran tekanan darah (tensi) sebagai upaya untuk deteksi hipertensi secara dini, pengecekan kadar gula darah untuk deteksi dini diabetes mellitus, dan pemeriksaan profil lipid menurut Pj PTM Puskesmas Pakisaji sebagai upaya deteksi dini stroke.

In-depth interview pertama dengan pasien yang memiliki riwayat hipertensi

Staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) dr. Arief Alamsyah, MMRS yang hadir bersama dengan salah seorang anggota Tim SMARThealth UB tampak melihat prosesi dalam giat skrining kesehatan terhadap warga lansia tersebut.

Di sela-sela giat itu, dr. Arief yang sedang menyusun disertasinya mengenai Pengembangan Model Health Coaching Untuk Pengendalian Hipertensi di Layanan Primer pada Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Program Doktor Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Universitas Gadjah Mada, melakukan in-depth interview dengan 2 orang pasien yang memiliki riwayat hipertensi.

In-depth interview kedua dengan pasien yang punya riwayat hipertensi

In-depth interview dilakukan di ruang tamu pemilik lokasi yang digunakan dalam giat Posyandu Lansia Larasati. Ada 2 pasien hipertensi yang diwawancara mendalam oleh dr. Arief, yaitu Salamah (65 tahun) dan Turi (54 tahun). 

Begitu in-depth interview selesai, dr. Arief berpamitan untuk kembali ke Kampus UB karena ada jadwal mengajar, sementara salah seorang anggota Tim SMARThealth UB masih tinggal untuk melihat lagi giat Posyandu Lansia Larasati hingga pukul 10.33 WIB dan terus mengundurkan diri untuk kembali ke Sekretariat SMARThealth di Kepanjen. *** [060624]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Dari Posyandu Anggrek Desa Palaan Menuju Posyandu Nusa Indah Desa Maguan

Saat tidak menjumpai pasien hipertensi yang rajin dalam giat Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit Kronis) dalam giat Posyandu Anggrek Desa Palaan, atas saran perawat Usnul Khoiriyah, A.Md.Kep., staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya dr. Arief Alamsyah, MMRS yang didampingi salah seorang anggota Tim SMARThealth UB menuju ke Desa Maguan.

Kebetulan pada hari dan jam yang sama, di Desa Maguan juga diadakan giat Posyandu Nusa Indah yang dipusatkan Ponkesdes yang berada di Balai Desa Maguan yang berlamatkan di Jalan Ir. Soekarno No. 21, Dusun Maguan RT 01 RW 01 Desa Maguan, Kecamatan Ngajum. Kabupaten Malang.

Penimbangan balita dalam Posyandu Balita Nusa Indah Desa Maguan, Kecamatan Ngajum

Tiba di Balai Desa Maguan, dr. Arief dan salah seorang anggota Tim SMARThealth UB diterima oleh perawat Desa Maguan Masfu Lailiyah A.Md.Kep., bersamaan dengan ada giat Focus Group Discussion (FGD) di Pendopo. Sehigga parkiran mobil di depan Balai Desa cukup penuh, namun tertata rapi karena perangkat desa bersama dengan Bhabinkamtibmas dan Babinsa berusaha mengaturnya.

Ponkesdes yang berada di sisi samping utara bagian belakang Balai Desa, terlihat ramai warga yang berbondong-bondong untuk mengikuti giat Posyandu Nusa Indah yang terdiri dari Posyandu Balita, Posbindu, dan Posyandu Lansia.

Suasana giat Posbindu/Posyandu Lansia Nusa Indah Desa Maguan, Kecamatan Ngajum

Dalam giat Posyandu Nusa Indah itu, dr. Arief melihat prosesi gelaran Posyandu Nusa Indah karena dr. Arief sedang menyelesaikan S3 di Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Program Doktor Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Universitas Gadjah Mada, ingin menyusun disertasinya mengenai Pengembangan Model Health Coaching Untuk Pengendalian Hipertensi di Layanan Primer.

Dalam giat Posyandu Balita, kader melakukan pengukuran antropometri balita seperti penimbangan badan, pengukuran tinggi badan dan lingkar kepala. Kemudian hasilnya dicatatkan dalam buku Balita.

Staf pengajar FKUB (berbaju batik) melihat prosesi dalam giat Posbindu/Posyandu Lansia Nusa Indah Desa Maguan, Kecamatan Ngajum

Sedangkan, dalam giat Posbindu/Posyandu Lansia, perawat desa dengan dibantu kader Posbindu/Lansia melakukan skrining faktor risiko penyakit tidak menular, seperti pengukuran antropometri (tinggi/berat badan dan lingkar perut), pengukuran tekanan darah, dan pengecekan kadar gula darah.

Di sela-sela giat Posyandu Nusa Indah, dr. Arief sempat melakukan in-depth interview dengan 3 pasien PTM di serambi depan rumah Sukadi yang berada di Jalan Ir. Soekarno No. 18 Dusun Maguan RT 01 RW 01 agar tak bersahutan dengan suara sound system FGD. Lokasinya di depan pintu masuk paduraksa SD Negeri 1 Maguan.

In-depth interview dengan pasien pertama yang rajin dalam giat Prolanis

Ketiga pasien tersebut aktif berkegiatan di Prolanis. Pasien pertama adalah Kardi, kemudian disusul dengan Haryanto dan istrinya, Katmiati. Sejoli lansia tersebut juga aktif dalam giat Prolanis. Sehingga, dr. Arief bisa mendapatkan gambaran untuk permodelan terkait health coaching bagi penderita hipertensi nantinya.

Perlu diketahui, target sasaran Posyandu Nusa Indah dalam mengkover cukup banyak meliputi 4 RW, yakni RW 01 (RT 01 dan RT 02), RW 02 (RT 03 dan RT 04), RW 03 (RT 05, RT 06, dan RT 07) dan RW 04 (RT 08 dan RT 09).

In-depth interview dengan sejoli lansia yang rajin dalam giat Prolanis

Dari 4 RW tersebut, menurut salah seorang kader mengatakan bahwa untuk target sasaran dalam Posyandu Lansia ada 45 orang, Posbindu terdapat 40 orang, dan Posyandu Balita ada sekitar 75 balita.

Pukul 09. 57 WIB, dr. Arief dan salah seorang anggota Tim SMARThealth UB berpamitan dengan perawat Liya dan 11 kader kesehatan yang membantunya, yang terdiri dari 5 orang kader Posbindu/Posyandu Lansia, dan 6 orang kader Posyandu Balita. *** [060624]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Risk Checker

Risk Checker

Indeks Massa Tubuh

Supplied by BMI Calculator Canada

Statistik Blog

Sahabat eKader

Label

Arsip Blog