Tampilkan postingan dengan label Desa Krebet. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Desa Krebet. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 12 Oktober 2024

Sepuluh Kader Kesehatan Desa Krebet Ikuti Photovoice Di Pendopo Ponkesdes

Pagi itu, di hari Kamis (10/10), mentari bersinar cerah. Cahayanya menyinari pendopo Ponkesdes Krebet yang menjadi tempat pertemuan photovoice. Berada di pertigaan, yang masih terlihat sawah menghijau, masyarakat setempat menyebutnya dengan sawung, yang artinya berada di tengah-tengah persawahan yang luas.

Bangunan yang berdiri kokoh di Jalan Tugu Ireng, Dusun Krajan RT 15 RW 05 Desa Krebet, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, dengan pemandangan areal persawahan, yang didekatnya dikelilingi kebun kubis, tomat, dan jagung itu terasa semilir angin sepoi-sepoi. 

Di belakangnya terlihat cerobong asap Pabrik Gula (PG) Krebet menjulang dengan asap mengepul tebal, dan di kejauhan terlihat juga dua gunung membiru, yaitu Gunung Kawi dan Gunung Arjuno. Orang akan betah bila duduk-duduk di pendopo Ponkesdes tersebut.

Ponkesdes Krebet, lokasi pertemuan photovoice yang pertama di Desa Krebet, dengan latar belakang PG Krebet yang terus mengeluarkan asap

Sepuluh kader kesehatan – Cuplik Sri Wahyuni, Anik Mufidah, Winarti Anisah, Erlina Wati, Siti Khodijah, Ita Khusnul Marifah, Nurhayati, Lilik Ati, Sunarti, Rodiya – akan mengikuti photovoice dalam rangka penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) dari Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB).

Photovoice adalah metode unik yang mampu menangkap cerita, pengalaman, dan fenomena sosial melalui lensa fotografi. Photovoice lebih dari sekadar foto; ini adalah cara partisipatif dalam riset kualitatif, di mana komunitas dan individu dapat mengekspresikan diri, menggambarkan realitas mereka, meningkatkan kesadaran sosial melalui gambar.

Acara photovoice ini dimulai pada pukul 09.26 WIB. Pembawa acara Siti Khodijah, salah seorang kader yang turut menjadi peserta itu, mengucapkan terima kasih atas kedatangan mereka dalam kegiatan ini.

Photovoice keeper memberikan pengantar terlebih dahulu

Kemudian setelah itu, acara dilanjutkan dengan sambutan dari perawat Desa Krebet Eka Ilham Adi Waluyo, A.Md.Kep. Dalam sambutannya, perawat Ilham mengatakan bahwa pertemuan ini akan berlanjut hingga 4 kali pertemuan. Sehingga, ia berharap kader ini bisa mengikuti hingga 4 tahapan tersebut. “Jangan ada yang tertinggal di antara kita,” tegas perawat Ilham.

Lebih lanjut, perawat Ilham berharap ilmu yang diterima nantinya bisa diterapkan kepada masyarakat, dan setelah itu, ia memandu berdoa bagi kelancaran kegiatan ini.

Usai sambutan perawat Desa Krebet, pembawa acara menyerahkan waktu sepenuhnya kepada Tim Penelitian NIHR Theme 3: People empowerment and community yang digawangi oleh Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K. yang didampingi fasilitator NIHR dan hadir juga Sekar Aqila Salsabila, S.AP., M.AP., mahasiswa S3 di Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) UB yang fokus pada Kebijakan Manajemen Sampah Plastik di Indonesia.

Partisipan photovoice dipersilakan membaca informed consent

Mula-mula Christina memperkenalkan terlebih dahulu. Lalu, barulah ia menjelaskan perihal photovoice: apa itu photovoice, proses informed consent hingga isu etik terkait kamera dalam pengambilan gambar, terutama yang ada orangnya.

Setelah itu, Christina mempersilakan fasilitator memperkenalkan diri juga kepada peserta photovoice. Begitu juga dengan Sekar Aqila yang hadir dalam pertemuan tersebut.

Usai perkenalan dan penjelasan, Christina menjelaskan sebentar perihal pengelolaan sampah dan kesehatan masyarakat kepada peserta pertemuan photovoice di sawung ini. Kemudian barulah Christina yang memandu photovoice ini meminta untuk bertestimoni terkait tema yang dibicarakan tadi, yakni pengelolaan sampah dan kesehatan masyarakat. Semua diminta satu persatu untuk bercerita mengenai pengolaan sampah yang telah dilakukan oleh peserta selama ini di lingkungan mereka masing-masing.

Perawat Desa Krebet turut menyaksikan jalannya photovoice di Ponkesdes

Dari testimoni mereka terangkum bahwa, pengelolaan sampah di Desa Krebet beragam. Peserta yang tinggal di perumahan, umumnya sampah diangkut oleh petugas dan dikelola oleh RW. Kemudian yang tinggal di perbatasan antara Desa Krebet dengan Krebet Senggrong di sisi selatan PG Krebet, pengelolaan sampah ada yang masih dibakar di pekarangan belakang rumah yang umumnya masih luas dan ada juga yang diangkut seminggu 3 kali dengan membayar Rp 20 ribu per bulan. Yang mengangkut sampah ikut Desa Krebet Senggrong.

Lalu, warga yang tinggal di sepanjang Kali Anyar, sebutan saluran irigasi Kedungkandang yang membelah Desa Krebet, umumnya ada yang dibuang di saluran tersebut atau dibakar di pinggir kali tersebut. Maka menjadi pemandangan umum bahwa sampah sering menumpuk di pintu air yang  berada di Desa Gading. Warga setempat menyebut pintu air saluran tersebut dengan istilah swereg.

Namun demikian, dari ketiga dusun yang ada di Desa Krebet telah mempunyai pengetahuan dalam memilah sampah. Sampah plastik yang memiliki nilai jual akan dikumpulkan kemudian diloakkan atau dijual ke rombeng.

Suguhan makan siangnya adalah nasi tahu telor

Sebelum acara photovoice yang pertama di Desa Krebet ini berakhir, Christina memberikan pekerjaan rumah (PR) kepada peserta photovoice untuk mengirimkan foto yang bisa menceritakan apa yang telah dibicarakan dalam pertemuan ini. Setiap peserta diminta untuk mengirimkan foto sebanyak 3 buah dengan dikasih keterangan ke group Photovoice krebet.

Setelah itu juga diminta untuk mendiskusikan sendiri terkait pertemuan berikutnya, yakni di hari apa, tanggal berapa, dan di mana lokasinya. Semuanya harus datang dari peserta itu sendiri. Mereka sudah mulai diajari melakukan perencanaan sendiri.

Sebelum acara ditutup, peserta dipersilakan untuk mencicipi aneka kudapan yang disajikan di meja memanjang tempat pertemuan, dan juga nasi tahu telor yang khas. Setelah itu, acara pertemuan photovoice baru ditutup pada pukul 11.09 WIB oleh pembawa acara menjelang suara adzan Dhuhur berkumandang. *** [121024]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Jumat, 20 September 2024

FGD Pengembangan Pengelolaan Sampah dan Peningkatan Kesehatan Masyarakat di Warung Pak Untung Bululawang

“Pengetahuan ada dalam kelompok — bukan individu.” - Larry Prusak

Focus Group Discussion (FGD) atau Diskusi Kelompok Terfokus sering digunakan sebagai pendekatan kualitatif untuk memperoleh pemahaman mendalam tentang isu-isu sosial. Metode ini bertujuan untuk memperoleh data dari sekelompok orang yang dipilih secara sengaja, bukan dari sampel yang mewakili populasi yang lebih luas secara statistik (Ocheng et. al., 2018).

Menurut Lehoux dan kawan-kawan (2006), FGD merupakan ruang sosial tempat para peserta bersama-sama membangun “pandangan stakeholder” dengan cara berbagi, berdebat, dan memperoleh pengetahuan.

Peserta FGD berpose bersama Camat Bululawang

Pengertian stakeholder di sini adalah semua pihak di dalam masyarakat, baik individu, komunitas atau kelompok masyarakat yang memiliki sebuah hubungan dan kepentingan terhadap organisasi atau permasalahan yang sedang dibahas.

Sehingga, pendekatan FGD ini memungkinkan untuk memperoleh wawasan mendalam tentang sikap dan pendapat peserta mengenai permasalahan yang dibahas atau dibicarakan dalam kegiatan tersebut.

Kamis (19/09) siang hingga sore, Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) Theme 3: People Empowerment and Community menggelar FGD Pengembangan Pengelolaan Sampah dan Peningkatan Kesehatan Masyarakat.

Sambutan Camat Bululawang

Bertempat di ruang pertemuan semi-outdoor Warung Pak Untung Bululawang yang beralamatkan di Jalan Mayjen Sungkono, Dusun Sidomulyo, Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, FGD yang diikuti oleh tiga desa – Bakalan, Krebet Senggrong, dan Krebet – itu berlangsung.

Pesertanya terdiri dari Kepala Desa (Kades), Ketua TP-PKK, BPD, Tenaga Kesehatan Ponkesdes, Tokoh Masyarakat (termasuk Tokoh Agama), Kader Kesehatan, Karang Taruna, Pengelola Sampah, dan lain-lain.

Kendati undangannya mulai pukul 13.00 WIB, namun tampak beberapa orang telah datang duluan. Ada 4 orang yang tiba di tempat penyelenggaran FGD ini pada pukul 12.50 WIB, yaitu Kades Krebet Senggrong Slamet Efendi, S.E., dan Arifin (LPMD Krebet Senggrong) serta Bambang dan Yayuk, sejoli pengelola sampah di Desa Bakalan.

Storyteller dari Desa Krebet Senggrong

Begitu mengisi daftar hadir, petugas yang among tamu mempersilakan mereka untuk makan siang yang telah disediakan di meja panjang yang di tata di belakang tempat duduk peserta dengan jarak satu meter.

Setelah itu, peserta yang diundang pun ndlidir berdatangan, termasuk di antaranya terlihat Nyai Hj. Lilis Masfufah, seorang pengasuh Ponpes Annur Al Hidayah Krebet Sengrong. Perlu diketahui, selain 2 orang dari Yayasan Percik Salatiga – Damar Waskitojati, S.Kom., M.Si dan Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K – yang tergabung dalam Tim Penelitian NIHR Theme 3 tersebut, juga ada fasilitator NIHR Universitas Brawijaya (UB) dengan dibantu kepanitiaannya oleh 6 orang kader kesehatan, yang terdiri dari 2 orang kader dari Desa Bakalan (Sandi Cahyadi dan Endah Susanti), 2 orang kader Desa Krebet Senggrong (Lidya Mas’udah dan Yeni Mariana) serta 2 orang kader dari Desa Krebet (Lilik Ati dan Siti Khodijah).

Acara FGD ini dimulai pada pukul 13.51 WIB dengan diawali salam pembuka dari Master of Ceremony (MC) Lidya Mas’udah, da pembacaan susunan acaranya. Setelah itu dilanjutkan dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya yang dipandu oleh dirijen Yeni Mariana, dan setelahnya langsung disambung dengan doa yang dipimpin oleh seorang tokoh agama Desa Krebet Senggrong Mis Mulyadi.

Storyteller dari Desa Bakalan

Usai doa, acara diteruskan dengan sambutan dari Camat Bululawang Sunardi, S.Sos. Dalam sambutannya, Camat Sunardi mengatakan bahwa masalah penanganan sampah di wilayah Kecamatan Bululawang, di desa-desa tertentu memang sudah menjadi permasalahan yang sering dikeluhkan oleh masyarakat, salah satunya yang paling dekat dengan lingkungan Kantor Kecamatan Bululawang, yaitu penanganan sampah di lingkungan Pasar Bululawang.

Lebih lanjut, Camat Sunardi menjelaskan bahwa ini sering menjadi keluhan, terutama ketika sampah ini tidak terambil atau terangkut seusai jadwal. Sehingga kemudian terjadi penumpukan sampah dan dampaknya, salah satunya adalah polusi udara, polusi bau.

“Di samping bau juga menyebabkan lalat berdatangan dan muncul belatung-belatung. Hal ini tentunya akan memberikan dampak bagi kesehatan masyarakat yang ada di sekitarnya,” tegas Camat Bululawang.

FGD Desa Bakalan

Selesai sambutan dari Camat Bululawang, acara berikutnya adalah sambutan dari Wakil Direktur (Wadir) YPS Damar Waskitojati. Pada kesempatan itu, Damar menerangkan bahwa isu sampah ini tidak hanya persoalan kebersihan saja, tetapi itu kemudian dihubungkan dengan kesehatan. Barangkali, hal ini yang melandasi penelitian NIHR yang diinisiasi oleh Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) Malang.

Lebih lanjut, Damar menjelaskan bahwa Tim Penelitian NIHR sudah melakukan FGD-FGD di desa maupun tingkat masyarakat. Pada kegiatan ini masihlah dalam rangkaian hal itu. Di sini, kita juga akan melengkapi data-data sebelumnya. 

“Kita juga berharap dari kegiatan ini sama-sama mendiskusikan ide/gagasan terkait pengelolaan sampah dan peningkatan kesehatan masyarakat. Karena, desa-desa tentu punya karakteristik sendiri dan punya tantangan serta potensi sendiri-sendiri. Sehingga berpikir bahwa kekayaan ide yang dilatarbelakangi oleh konteks wilayah masing-masing yang akan memperkaya penelitian ini,” terang Damar.

FGD Desa Krebet Senggrong

Selesai sambutan dari Wadir YPS, Camat Bululawang pun berpamitan untuk melanjutkan tugas dinas ke tempat pertemuan yang digelar oleh Desa Krebet, dan acara kemudian diisi oleh Damar mengenai pengatar FGD Tantangan Pengelolaan Sampah dan Peningkatan Kesehatan Masyarakat. Di sela-sela itu, Damar pun menampilkan 2 karya storytelling terbaik dari hasil mengikuti Photovoice, yaitu “Bakar sampah rame-rame atau bakar sakit rame-rame?” (Yeni Mariana, kader Krebet Senggrong) dan “Pengelolaan Sampah yang Baik Supaya Tidak Terjadi Polusi dan PTM (Penyakit Tidak Menular)” (Sandi Cahyadi dari Desa Bakalan).

Kedua orang tersebut dipersilakan untuk mempresentasikan storytelling dihadapan peserta FGD Pengembangan Pengelolaan Sampah dan Peningkatan Kesehatan Masyarakat yang diadakan di ruang pertemuan Warung Pak Untung Bululawang.

Usai pengantar FGD, mulailah peserta dibagi tiga untuk mengikuti FGD. Pertanyaan diskusinya: “Tantangan apa saja yang Anda hadapi dalam pengelolaan sampah dan peningkatan kesehatan masyarakat di desa masing-masing”, dan “Alternatif solusi apa yang dirasa baik untuk mengatasi tantangan-tantangan yang Anda hadapi tersebut.”

FGD Desa Krebet

FGD Desa Bakalan dipandu oleh fasilitator NIHR UB dengan dibantu 2 kader dari Desa Bakalan. FGD Desa Krebet Senggrong dimoderatori oleh Christina dari YPS dengan dibantu 2 orang kader dari Desa Krebet Senggrong, dan FGD Desa Krebet dipandu oleh Damar dengan dibantu oleh 2 kader dari Desa Krebet.

Hasil FGD dari ketiga desa tersebut kemudian dituangkan dalam kertas plano dan ditempelkan di tembok depan, dan kemudian dipresentasikan dan didiskusikan. Presentasi pertama datang dari Desa Krebet yang diwakili oleh Yeni Astuti, seorang Ketua Fatayat Ranting Blambangan/Guru MA Al-Ikhsan Blambangan yang menjadi peserta FGD).

Kemudian presentasi kedua berasal dari Desa Krebet Senggrong yang diwakili oleh Arifin, Ketua LPMD yang konon berprofesi sebagai pengacara yang mengikuti FGD ini), dan presentasi yang ketiga atau yang terakhir adalah dari Desa Bakalan yang diwakili oleh Tutik Murhendari, sekretaris PKK Desa Bakalan).

Evaluasi implementasi FGD

Hasil presntasi ini kemudian dikomentari hasilnya oleh Wadir YPS Damar untuk diambil intinya dari hasil FGD dalam pleno yang kemudian dikumpulkan itu. Setelah itu, ada penanya dari Desa Krebet Senggrong mengenai RTL (Rencana Tindak Lanjut) dari kegiatan ini, dan itu kemudian dijawab oleh Wadir YPS.

Acara FGD ini selesai pada pukul 16.26 WIB, Begitu para peserta sudah meninggalkan tempat, semua panitia berkumpul untuk membahas evaluasi dari FGD ini. Mereka umumnya merasa senang, karena menurutnya, baru kali ini mereka mengikuti pertemuan membahas permasalahan yang ada di desa dan melibatkan aktif para pesertanya. Tidak ada pembedaan, semua dilibatkan mulai dari perencanaan, diskusi, dan harapan ke depan yang bisa dilaksanakan.

Proses ini seperti apa yang digambarkan oleh Laurence Prusak atau yang akrab dengan nama panggilan Larry Prusak (1944-2023), seorang Advisor in Knowledge and Learning di Columbia University, dengan ujaran yang simpel, “Knowledge is in groups — not individuals” (Pengetahuan ada dalam kelompok — bukan individu). *** [200924]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Sabtu, 14 September 2024

FGD Fase 1, Wawancara Karakteristik Masyarakat, dan Direct Observation di Desa Krebet dalam Penelitian NIHR

Kendati Desa Krebet merupakan enumeration area yang dikunjungi paling akhir dari 6 desa yang menjadi pilot project dalam penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC), namun antusias dan partisipasi aktif warga maupun perangkat desa tak kalah dari 5 desa sebelumnya.

Hal ini terlihat pada pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD), wawancara karakteristik masyarakat, dan observasi lapangan yang diadakan pada hari Sabtu (14/09) di Rumah Aspirasi milik Kepala Desa Krebet yang berada di Jalan Raya Krebet Timur No. 20 Dusun Krajan, Desa Krebet, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang.

Tim Penelitian NIHR yang terdiri dari 9 orang multidisiplin yang digawangi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) hari ini berkegiatan dalam FGD Fase 1 yang dipusatkan di rumah Kepala Desa Krebet.

Sambutan Kades Krebet dalam FGD Fase 1 NIHR atau Dampak Polusi Udara bagi Kesehatan Masyarakat

Acara dimulai pada pukul 09.32 WIB dengan didahului seremonial perkenalan Tim Penelitian NIHR kepada perangkat desa dan para partisipan yang hadir dalam kegiatan ini. Diawali dengan pembukaan oleh pembawa acara Supyandi, S.AP., dan dipandu doa.

Kemudian acara dilanjutkan dengan sambutan dari Kepala Desa (Kades) Krebet Drs. H. Nurkholis, M.Si. Dalam sambutannya, Kades Nurkholis mengatakan bahwa kehadiran FKUB di Desa Krebet sudah tepat. Karena di Kecamatan Bululawang ini banyak terdapat perusahaan, dan kebetulan Desa Krebet memiliki perusahaan terbanyak ketimbang desa lainnya yang masuk dalam wilayah administratif Kecamatan Bululawang.

“Ada 9 perusahaan di Desa Krebet yang mungkin berdampak sesuai dengan penelitian NIHR yang diadakan oleh FKUB. Nanti ada tindak lanjutnya dalam kesehatan. Hal ini diharapkan membawa Desa Krebet menjadi desa yang sehat,” jelas Kades Nurkholis.

FGD Anggota Komunitas

Usai sambutan Kades, acara diteruskan dengan sambutan dari Project Manager NIHR Serius Miliyani Dwi Putri, SKM, M.Ked. Trop. Pada kesempatan itu, Serius mengucapkan terima kasih atas sambutan hangat dari Kades Krebet, Ketua TP-PKK Hj. Luluk Khoirun Nisa’, perangkat desa, dan seluruh partisipan yang akan berpartisipasi dalam kegiatan ini.

Selesai sambutan dari Poject Manager NIHR, acara langsung disambung dengan pengaturan meja kursi untuk mengadakan FGD Fase 1 ini. Fasilitator NIHR yang mendampingi Kades, Project Manager NIHR, dan perawat Desa Krebet Eka Ilham Adi Waluyo, A.Md.Kep. duduk di depan, membantu partisipan yang bakal ikut FGD Fase 1 sesuai dengan list dari Sekretaris Desa Krebet Puguh Eka Saputra untuk tahu tempat duduknya dan moderator yang akan memandunya. Perlu diketahui, bahwa setiap moderator akan diikuti oleh 6 orang partisipan.

Pembagiannya, FGD Anggota Komunitas dimoderatori oleh Meutia Fildzah Sharfina, SKM, MPH. FGD Kader Kesehatan dipandu oleh Serius Miliyani. FGD Wakil Masyarakat Terdampak Polusi Udara (laki-laki) dimoderatori oleh fasilitator NIHR dengan notulis Hilda Irawati, S.Stat. FGD Wakil Masyarakat Terdampak Polusi (perempuan) dipandu oleh Dea Aginta Br Tarigan, S.AP. Sedangkan, FGD Tokoh Masyarakat Terdampak Polusi Udara Arief Budi Santoso, S.E. dengan notulis Elmi Kamilah, S.Sos.

FGD Kader Kesehatan

Lalu, untuk wawancara karakteristik masyarakat dilakukan oleh Supyandi, dan setelah selesai ia melanjutkan observasi langsung (direct observation) bersama Eko Teguh Purwito, S.Si., M.Si dan dipandu oleh Sekdes Puguh dan perangkat desa Amin.

Dalam pelaksanaan FGD diketahui bahwa di Desa Krebet umumnya telah ada inisiatif pengelolaan sampah, seperti yang diangkut oleh petugas dengan cara berlangganan. Iurannya bervariasi antara Rp 15ribu hingga 20ribu. Namun tidak dipungkiri juga masih ada warga yang membakar sampah, termasuk sampah plastik.

Biasanya mereka membakar sedikit-sedikit agar asapnya tidak kemana-mana. Warga yang memiliki lahan luas membakarnya di belakang rumah. Sampah plastik yang dibakar umumnya sampah plastik yang tidak punya nilai jual seperti kresek maupun sachet bumbu masakan maupun sampo. Sedangkan, yang botol air minum umumnya dijual ke pengepul.

FGD Wakil Masyarakat Terdampak Polusi Udara (laki-laki)

Ada peserta yang bercerita, dulu di Desa Krebet pernah ada bank sampah. Pada waktu itu, warga selalu menyalurkan sampah plastiknya ke bank sampah terus beberapa bulan sekali dapat uang penjualannya dan bisa untuk beli bumbu dapur.

Hanya setahun saja, bank sampah itu berjalan kemudian mati suri. Hal ini lantaran sudah tidak ada pengepul yang mengambil ke bank sampah lagi, sementara daya tampung bank sampah sangatlah terbatas.

Dari FGD tersebutnya, umumnya partisipan paham akan dampak yang ditimbulkan dari hasil pembakaran sampah terhadap kesehatan masyarakat, terutama sampah plastik. Seperti mereka akan batuk-batuk, sesak napas maupun mata perih.

FGD Tokoh Masyarakat Terdampak Polusi Udara

Untuk itu, bagi partisipan yang membakar sampah biasanya menyiasati dengan membakar di malam hari dengan pertimbangan angin sudah tidak begitu kencang, dan udara malah hari itu segar. Sementara yang lain, mengaku bahwa sampah plastik dibakar karena tidak ada yang mengambil lagi, terkadang bingung sendiri mau dibuang kemana karena plastik itu sulit terurai. Makanya langkah praktisnya dibakar.

Pada saat dipantik dengan pertanyaan solusi apa yang kira-kira bisa mengurangi sampah plastik di lingkungannya. Ada 6 jawaban yang ditulis dalam kertas plano yang dibagikan kepada peserta, yakni mengurangi bahan dari plastik dan diganti dengan yang bisa terurai dengan cepat, seperti daun misalnya; dibentuk bank sampah; dibentuk penampung sampah; ada pengepul; sosialisasi ke warga agar saat belanja tidak banyak sampahnya; dan pemerintah menciptakan mesin pengolah sampah menjadi pupuk. Kemudian ada lagi yang menambahkan bahwa sudah saatnya ada peraturan daerah (Perda) yang bikin jera perihal penggunaan plastik sekali pakai.

Dari kumpulan solusi itu, partisipan pun memiliki pendapat sendiri-sendiri dalam skala prioritas dari rangkuman solusi yang dituliskan tadi. Namun semuannya memang sepakat bahwa pengurangan penggunaan palstik sekali pakai sudah harus dikurangi.

Pengukuran kualitas udara dengan alat portable  

FGD Fase 1 ini selesai pada pukul 11.08 WIB. Yang bertugas melakukan FGD harus menunggu petugas yang melakukan direct observation. Sambil menunggu mereka, Tim Penelitian NIHR FGD makan siang terlebih dahulu yang telah disiapkan tuan rumah.

Sie konsumsi, tidak hanya menyiapkan snack yang beraneka rupa dan buah-buahan, tapi juga makan siang secara prasmanan yang disediakan di lantai 1 yang ditaruh di meja memanjang dari utara ke selatan. Menunya ada nasi putih yang pulen, sayur asem, dan soto daging. Lauknya ada mendol, weci, dan pepes tongkol. Tak ketinggalan sambalnya.

Setelah Tim Penelitian NIHR yang bertugas melakukan observasi lapangan kembali ke Rumah Aspirasi, jadi mereka berkumpul semua. Dan, ketika hendak berpamitan sekitar pukul 14.00 WIB, tuan rumah memberikan es krim. Ada rasa semangka, ada rasa nanas, dan ada juga rasa cokelat.

Usai merasakan tekstur es krim yang lembut-lembut kasar itu, Tim Penelitian NIHR berpamitan kepada Kades dan Ketua TP PKK serta mengucapkan terima kasih atas kemeriahan acara FGD Fase 1 yang diadakan di Rumah Aspirasi Lantai 2 miliknya. *** [140924]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Selasa, 10 September 2024

Giat Posyandu Delima Desa Krebet Berlangsung Di Rumah Ketua RW 06

Sambil menanti waktu janjian bersua dengan Kepala Desa dan Sekretaris Desa Krebet, fasilitator NIHR dan salah seorang peneliti dalam Theme 3: People empowerment and community diajak oleh perawat Desa Krebet Eka Ilham Adi Waluyo, A.Md.Kep. untuk melihat giat Posyandu Delima yang diadakan di rumah Ketua RW 06 Syukur yang beralamatkan di Jalan Pesantren 2 Dusun Blambangan RT 25 RW 06 Desa Krebet, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, pada Senin (09/09).

Hari itu, kebetulan bersamaan dengan jadwal giat Posyandu Delima yang harus dihadiri oleh perawat maupun bidan Desa Krebet. Perjalanan dari Ponkesdes Krebet, tempat awal bertemu dengan perawat Ilham, tak jauh. Tak sampai lima menit sudah sampai lokasi giat Posyandu Delima.

Posyandu Delima Desa Krebet, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang

Begitu tiba di lokasi sekitar pukul 09.17 WIB, suasana sudah terlihat kemeriahannya. Warga sudah ada yang berdatangan untuk mengikuti giat tersebut. Pintu pagar masuk, juga terlihat salesgirl SUN, sebuah perusahaan makanan untuk balita dengan warna kaos merah, yang senantiasa menyapa yang hadir dalam giat tersebut.

Giat Posyandu Delima ini merupakan giat Posyandu Integrasi Layanan Primer (Posyandu ILP). ILP ini bertujuan untuk mendapatkan layanan kesehatan berkualitas kepada masyarakat, melalui integrasi pelayanan kesehatan primer. ILP ini berfokus pada tiga hal, yaitu siklus hidup sebagai fokus integrasi pelayanan, seperti Posyandu Balita, Posbindu, dan Posyandu Lansia lebur dalam giat Posyandu Delima.

Bidan Desa Krebet berikan konsultasi bagi ibu hamil atau pasca melahirkan

Ada 11 kader kesehatan yang bertugas dalam ILP tersebut, dengan rincian yang bertugas di Posyandu Balita terdapat 4 orang (Titi Suparni, Halimatus Sa’diyah, Tria Diana Budi, Santy Kuncara); di Usia Produktif (Posbindu) ada 4 orang (Siti Khodijah, Erlinawati, Evi Mauliatus, Rosadah); dan di Posyandu Lansia ada 3 orang (Nurhayati, Dwi Yayik, Dalipah).

Pada Posyandu Balita dilakukan penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, dan pengukuran lingkar kepala serta pemberian makanan tambahan (PMT). Selain itu, juga terlihat ada konsultasi bagi ibu hamil atau pasca melahirkan oleh bidan Desa Krebet Avanti Roslina, A.Md.Keb.

Suasana giat Posyandu Delima Desa Krebet

Kemudian dalam giat Posbindu dan Posyandu Lansia, layanan sama yakni skrining faktor risiko penyakit tidak menular (PTM), yang membedakan hanya umurnya saja. Posbindu berfokus pada warga usia produktif (15 tahun hingga 59 tahun), sedangkan Posyandu Lansia menangani usia 60 tahun ke atas.

Jadi dalam giat tersebut, Posyandu Balita dihandle oleh bidan desa Krebet beserta kader Posyandu Balita. Sedangkan, dalam giat Posbindu dan Posyandu Lansia digawangi oleh perawat Desa Krebet yang dibantu dua orang mahasiswi magang dari Politeknik Kesehatan Wira Husada Nusantara Malang, yakni Yutri K. Ata Kayi dan Grasiela Mathilda Wosa, serta dibantu oleh kader Posbindu dan Posyandu Lansia.

Perawat Desa Krebet sedang berikan konsultasi kesehatan kepada lansia

Dalam giat Posbindu dan Posyandu Lansia itu, warga akan diberikan layanan pengukuran antropometri (tinggi/berat badan dan lingkar perut), pengukuran tekanan darah, dan pengecekan kadar gula darah serta konsultasi kesehatan. Bagi warga yang terindikasi memiliki faktor risiko PTM tinggi (highrisk), mereka akan diberikan obat untuk kebetuhan dalam beberapa hari.

Dari laporan Tim Monitoring atau yang terkenal dengan sebutan Turba PKK yang dibuat oleh Mega Crystina dan Siti Khoiriyah, diketahui bahwa target jumlah sasaran di pos tersebut: Balita sebanyak 106 yang hadir ada 45 balita. Sementara itu, dari jumlah sasaran lansia di Posyandu Delima sebanyak 25 orang, kebetulan bisa hadir semua.

Sekitar 1 jam, fasilitator NIHR dan seorang peneliti Theme 3 menyaksikan jalannya giat di Posyandu Delima, kemudian diajak perawat Ilham menuju ke Balai Desa Krebet untuk bertemu dengan Kepala Desa Drs. H. Nurkholis, M.Si dan Sekretaris Desa (Sekdes) Puguh Eka Saputra guna membahas agenda penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) yang dilaksanakan di Desa Krebet. *** [100924]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Sabtu, 24 Agustus 2024

Kedua Kalinya Circle Conversation Diadakan di Desa Krebet

Circle conversation merupakan proses terstruktur yang memungkinkan peserta untuk berbagi cerita dan pengalaman mereka melalui komunikasi tatap muka. Circle conversation menyediakan ruang yang aman dan mendukung bagi para peserta untuk menggali nilai-nilai terbaik mereka, membicarakan topik-topik penting, dan menanggapi dari sisi terbaik mereka. 

Circle conversation dapat digunakan dalam berbagai konteks, seperti dalam komunitas, bisnis, tempat kerja, sekolah, kelompok masyarakat, dan di mana pun kelompok membutuhkan partisipasi yang seimbang dan diskusi yang melibatkan.

Circle conversation merupakan alat yang memfasilitasi pembicaraan, pendengaran, dan dukungan terhadap kesetaraan suara sehingga semua suara dapat didengar, dihargai, dan dihormati.

Circle conversation kedua di Rumah Ketua RW 06 atau Posyandu Delima Krebet

Circle conversation ini merupakan bagian dari kegiatan Theme 3: People empowerment and community dalam penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) Universitas Brawijaya (UB).

Di Desa Krebet, untuk kedua kalinya Circle conversation diadakan di rumah Ketua RW 06 Syukur,  yang beralamatkan di Jalan Pesantren 2 Dusun Blambangan RT 25 RW 06 Desa Krebet, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang. Yang pertama, diselenggarakan pada Rabu (07/08) dan yang kedua, diadakan hari ini, Jumat (23/08).

Circle conversation ini diikuti oleh 7 orang partisipan, yang terdiri  dari 4 orang perempuan (Halimatus Sa’diyah, Nuriyani, Mujayanah, Dalipah) dan 3 orang laki-laki (Eko Bagus, Syukur, Samin). Selain partisipan juga ada 2 orang (Siti Khodijah, Lilik Ati) yang berperan sebagai Organizing Committee (OC) dan seorang perawat Desa Krebet Eka Ilham Adi Waluyo, A.Md.Kep. Sedangkan, yang bertindak sebagai circle keeper dalam kegiatan ini adalah Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K., yang dibantu fasilitator NIHR.

 Circle keeper menjelaskan aturan main dalam berdiskusi melingkar

Acara circle conversation dimulai pada pukul 09.31 WIB. Pembawa acara Siti Khodijah mengawali dengan ucapan selamat datang kepada para partisipan yang akan melaksanakan circle conversation. Namun sebelum dimulai, pembawa acara mempersilakan kepada Ketua RT 25 Samin untuk memimpin doa bagi kelancaran kegiatan ini.

Setelah itu, perawat Desa Krebet Ilham memberikan pengantar akan kegiatan circle conversation. Menurutnya, apa yang dilakukan dalam circle conversation ini nanti bisa dipetik manfaatnya. Artinya, ada ilmu yang berguna untuk dipetik dari kegiatan ini.

Kemudian circle keeper Christina memperkenalkan fasilitator NIHR kepada partisipan karena pada pertemuan pertama tidak bisa hadir lantaran terserang demam. Pada kesempatan itu, fasilitator NIHR memperkenalkan diri dan berharap akan bisa berkegiatan bersama.

Fasilitator NIHR diberi kesempatan untuk memperkenalkan diri

Lalu, circle keeper menjelaskan terlebih dahulu Form Kesediaan Circle Conversation (Rembug Warga) NIHR-UB-Percik Institute kepada para partisipan, dan setelahnya circle keeper berpartisipasi secara setara dalam circle (lingkaran) tersebut dan membantu kelompok berbagi secara kolektif dalam berdiskusi perihal topik polusi udara, dampak dan solusinya.

Menurut partisipan, polusi udara yang muncul di Desa Krebet umumnya karena masih adanya pembakaran sampah di sekitar rumah, pembakaran jerami padi dan daun tebu kering (daduk) pada saat memasuki musim panen, dan adanya asap pabrik, mengingat Desa Krebet terdapat pabrik gula besar yang telah beroperasi sejak Hindia Belanda.

Polusi udara tersebut disadari oleh partisipan memberikan dampak kepada masyarakat, seperti menjadikan bau pada jemuran (sangit) karena terjangan asap, dan membikin sesak pernapasan bagi rumah yang berada di dekatnya. Beberapa partisipan juga menceriterakan bahwa ada keluarga maupun anggota rumah tangga juga terkena imbasnya, seperti mengalami asma maupun bronchitis.

Circle keeper menyimak diskusi melingkar

Pembakaran sampah dalam masyarakat umumnya dilakukan di pekarangan rumah yang luas, di pinggir sungai/kali, atau di pinggir sawah. Menurut mereka, meski tidak semua rumah tangga melakukan pembakaran, namun pembakaran sampah masih dijumpai dalam keseharian di Dusun Blambangan, umumnya pada sore hari.

Sementara itu, ada partisipan yang bercerita bahwa dulu ada bank sampah di Desa Krebet tapi cuma berjalan setahun terus pasif. Hal ini lantaran pengepulnya sudah tidak berminat lagi mengumpulkan sampah anorganik yang bernilai jual, seperti botol plastik. Saat ini pengepul lebih suka mengumpulkan minyak jelantah.

Pada saat berembug mengenai solusinya, partisipan yang duduk melingkar itu memberikan sejumlah tanggapan berdasarkan pengalaman mereka masing-masing. Ada yang memerlukan sosialiasasi dan edukasi kepada masyarakat bahayanya efek dari pembakaran sampah. Ada juga yang menyoroti belum adanya regulasi dalam dalam pengelolaan sampah plastik, dan ada pula yang mengusulkan diperlukan sinergi pemerintah desa dengan warga secara berkesinambungan dalam pengelolaan sampah.

Menu hidangan yang menggugah selera

Di akhir circle conversation (rembug warga) itu, partisipan umumnya merasa senang dengan adanya kegiatan diskusi ini. Mereka merasa mendapat pengetahuan baru, dan sekaligus bisa mengutarakan pendapatnya dalam berdiskusi antar warga dengan cara duduk melingkar.

Circle conversation ini berakhir pada pukul 10.45 WIB dengan ditutup doa oleh Ketua RW 06. Setelah itu, hidangan yang telah disiapkan oleh istri Ketua RW 06 yang juga terlibat aktif dalam circle conversation itu, dihadirkan dalam meja memanjang tersebut. 

Terlihat ada nasi putih dan jagung, urap, sayur sambal goreng kates, ikan wader, ikan asin, tempe goreng, tempe mendol, weci, keripik, dan sambal. Selain itu, di meja itu juga terdapat jeruk Siam yang segar dan buah semangka yang merah menyala. Partisipan, OC, perawat Desa Krebet, circle keeper, dan fasilitator NIHR pun kemudian menyantap menu hidangan tersebut. *** [240824]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Risk Checker

Risk Checker

Indeks Massa Tubuh

Supplied by BMI Calculator Canada

Statistik Blog

Sahabat eKader

Label

Arsip Blog