Tampilkan postingan dengan label Posyandu Delima. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Posyandu Delima. Tampilkan semua postingan

Selasa, 10 September 2024

Giat Posyandu Delima Desa Krebet Berlangsung Di Rumah Ketua RW 06

Sambil menanti waktu janjian bersua dengan Kepala Desa dan Sekretaris Desa Krebet, fasilitator NIHR dan salah seorang peneliti dalam Theme 3: People empowerment and community diajak oleh perawat Desa Krebet Eka Ilham Adi Waluyo, A.Md.Kep. untuk melihat giat Posyandu Delima yang diadakan di rumah Ketua RW 06 Syukur yang beralamatkan di Jalan Pesantren 2 Dusun Blambangan RT 25 RW 06 Desa Krebet, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, pada Senin (09/09).

Hari itu, kebetulan bersamaan dengan jadwal giat Posyandu Delima yang harus dihadiri oleh perawat maupun bidan Desa Krebet. Perjalanan dari Ponkesdes Krebet, tempat awal bertemu dengan perawat Ilham, tak jauh. Tak sampai lima menit sudah sampai lokasi giat Posyandu Delima.

Posyandu Delima Desa Krebet, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang

Begitu tiba di lokasi sekitar pukul 09.17 WIB, suasana sudah terlihat kemeriahannya. Warga sudah ada yang berdatangan untuk mengikuti giat tersebut. Pintu pagar masuk, juga terlihat salesgirl SUN, sebuah perusahaan makanan untuk balita dengan warna kaos merah, yang senantiasa menyapa yang hadir dalam giat tersebut.

Giat Posyandu Delima ini merupakan giat Posyandu Integrasi Layanan Primer (Posyandu ILP). ILP ini bertujuan untuk mendapatkan layanan kesehatan berkualitas kepada masyarakat, melalui integrasi pelayanan kesehatan primer. ILP ini berfokus pada tiga hal, yaitu siklus hidup sebagai fokus integrasi pelayanan, seperti Posyandu Balita, Posbindu, dan Posyandu Lansia lebur dalam giat Posyandu Delima.

Bidan Desa Krebet berikan konsultasi bagi ibu hamil atau pasca melahirkan

Ada 11 kader kesehatan yang bertugas dalam ILP tersebut, dengan rincian yang bertugas di Posyandu Balita terdapat 4 orang (Titi Suparni, Halimatus Sa’diyah, Tria Diana Budi, Santy Kuncara); di Usia Produktif (Posbindu) ada 4 orang (Siti Khodijah, Erlinawati, Evi Mauliatus, Rosadah); dan di Posyandu Lansia ada 3 orang (Nurhayati, Dwi Yayik, Dalipah).

Pada Posyandu Balita dilakukan penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, dan pengukuran lingkar kepala serta pemberian makanan tambahan (PMT). Selain itu, juga terlihat ada konsultasi bagi ibu hamil atau pasca melahirkan oleh bidan Desa Krebet Avanti Roslina, A.Md.Keb.

Suasana giat Posyandu Delima Desa Krebet

Kemudian dalam giat Posbindu dan Posyandu Lansia, layanan sama yakni skrining faktor risiko penyakit tidak menular (PTM), yang membedakan hanya umurnya saja. Posbindu berfokus pada warga usia produktif (15 tahun hingga 59 tahun), sedangkan Posyandu Lansia menangani usia 60 tahun ke atas.

Jadi dalam giat tersebut, Posyandu Balita dihandle oleh bidan desa Krebet beserta kader Posyandu Balita. Sedangkan, dalam giat Posbindu dan Posyandu Lansia digawangi oleh perawat Desa Krebet yang dibantu dua orang mahasiswi magang dari Politeknik Kesehatan Wira Husada Nusantara Malang, yakni Yutri K. Ata Kayi dan Grasiela Mathilda Wosa, serta dibantu oleh kader Posbindu dan Posyandu Lansia.

Perawat Desa Krebet sedang berikan konsultasi kesehatan kepada lansia

Dalam giat Posbindu dan Posyandu Lansia itu, warga akan diberikan layanan pengukuran antropometri (tinggi/berat badan dan lingkar perut), pengukuran tekanan darah, dan pengecekan kadar gula darah serta konsultasi kesehatan. Bagi warga yang terindikasi memiliki faktor risiko PTM tinggi (highrisk), mereka akan diberikan obat untuk kebetuhan dalam beberapa hari.

Dari laporan Tim Monitoring atau yang terkenal dengan sebutan Turba PKK yang dibuat oleh Mega Crystina dan Siti Khoiriyah, diketahui bahwa target jumlah sasaran di pos tersebut: Balita sebanyak 106 yang hadir ada 45 balita. Sementara itu, dari jumlah sasaran lansia di Posyandu Delima sebanyak 25 orang, kebetulan bisa hadir semua.

Sekitar 1 jam, fasilitator NIHR dan seorang peneliti Theme 3 menyaksikan jalannya giat di Posyandu Delima, kemudian diajak perawat Ilham menuju ke Balai Desa Krebet untuk bertemu dengan Kepala Desa Drs. H. Nurkholis, M.Si dan Sekretaris Desa (Sekdes) Puguh Eka Saputra guna membahas agenda penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) yang dilaksanakan di Desa Krebet. *** [100924]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Sabtu, 24 Agustus 2024

Kedua Kalinya Circle Conversation Diadakan di Desa Krebet

Circle conversation merupakan proses terstruktur yang memungkinkan peserta untuk berbagi cerita dan pengalaman mereka melalui komunikasi tatap muka. Circle conversation menyediakan ruang yang aman dan mendukung bagi para peserta untuk menggali nilai-nilai terbaik mereka, membicarakan topik-topik penting, dan menanggapi dari sisi terbaik mereka. 

Circle conversation dapat digunakan dalam berbagai konteks, seperti dalam komunitas, bisnis, tempat kerja, sekolah, kelompok masyarakat, dan di mana pun kelompok membutuhkan partisipasi yang seimbang dan diskusi yang melibatkan.

Circle conversation merupakan alat yang memfasilitasi pembicaraan, pendengaran, dan dukungan terhadap kesetaraan suara sehingga semua suara dapat didengar, dihargai, dan dihormati.

Circle conversation kedua di Rumah Ketua RW 06 atau Posyandu Delima Krebet

Circle conversation ini merupakan bagian dari kegiatan Theme 3: People empowerment and community dalam penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) Universitas Brawijaya (UB).

Di Desa Krebet, untuk kedua kalinya Circle conversation diadakan di rumah Ketua RW 06 Syukur,  yang beralamatkan di Jalan Pesantren 2 Dusun Blambangan RT 25 RW 06 Desa Krebet, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang. Yang pertama, diselenggarakan pada Rabu (07/08) dan yang kedua, diadakan hari ini, Jumat (23/08).

Circle conversation ini diikuti oleh 7 orang partisipan, yang terdiri  dari 4 orang perempuan (Halimatus Sa’diyah, Nuriyani, Mujayanah, Dalipah) dan 3 orang laki-laki (Eko Bagus, Syukur, Samin). Selain partisipan juga ada 2 orang (Siti Khodijah, Lilik Ati) yang berperan sebagai Organizing Committee (OC) dan seorang perawat Desa Krebet Eka Ilham Adi Waluyo, A.Md.Kep. Sedangkan, yang bertindak sebagai circle keeper dalam kegiatan ini adalah Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K., yang dibantu fasilitator NIHR.

 Circle keeper menjelaskan aturan main dalam berdiskusi melingkar

Acara circle conversation dimulai pada pukul 09.31 WIB. Pembawa acara Siti Khodijah mengawali dengan ucapan selamat datang kepada para partisipan yang akan melaksanakan circle conversation. Namun sebelum dimulai, pembawa acara mempersilakan kepada Ketua RT 25 Samin untuk memimpin doa bagi kelancaran kegiatan ini.

Setelah itu, perawat Desa Krebet Ilham memberikan pengantar akan kegiatan circle conversation. Menurutnya, apa yang dilakukan dalam circle conversation ini nanti bisa dipetik manfaatnya. Artinya, ada ilmu yang berguna untuk dipetik dari kegiatan ini.

Kemudian circle keeper Christina memperkenalkan fasilitator NIHR kepada partisipan karena pada pertemuan pertama tidak bisa hadir lantaran terserang demam. Pada kesempatan itu, fasilitator NIHR memperkenalkan diri dan berharap akan bisa berkegiatan bersama.

Fasilitator NIHR diberi kesempatan untuk memperkenalkan diri

Lalu, circle keeper menjelaskan terlebih dahulu Form Kesediaan Circle Conversation (Rembug Warga) NIHR-UB-Percik Institute kepada para partisipan, dan setelahnya circle keeper berpartisipasi secara setara dalam circle (lingkaran) tersebut dan membantu kelompok berbagi secara kolektif dalam berdiskusi perihal topik polusi udara, dampak dan solusinya.

Menurut partisipan, polusi udara yang muncul di Desa Krebet umumnya karena masih adanya pembakaran sampah di sekitar rumah, pembakaran jerami padi dan daun tebu kering (daduk) pada saat memasuki musim panen, dan adanya asap pabrik, mengingat Desa Krebet terdapat pabrik gula besar yang telah beroperasi sejak Hindia Belanda.

Polusi udara tersebut disadari oleh partisipan memberikan dampak kepada masyarakat, seperti menjadikan bau pada jemuran (sangit) karena terjangan asap, dan membikin sesak pernapasan bagi rumah yang berada di dekatnya. Beberapa partisipan juga menceriterakan bahwa ada keluarga maupun anggota rumah tangga juga terkena imbasnya, seperti mengalami asma maupun bronchitis.

Circle keeper menyimak diskusi melingkar

Pembakaran sampah dalam masyarakat umumnya dilakukan di pekarangan rumah yang luas, di pinggir sungai/kali, atau di pinggir sawah. Menurut mereka, meski tidak semua rumah tangga melakukan pembakaran, namun pembakaran sampah masih dijumpai dalam keseharian di Dusun Blambangan, umumnya pada sore hari.

Sementara itu, ada partisipan yang bercerita bahwa dulu ada bank sampah di Desa Krebet tapi cuma berjalan setahun terus pasif. Hal ini lantaran pengepulnya sudah tidak berminat lagi mengumpulkan sampah anorganik yang bernilai jual, seperti botol plastik. Saat ini pengepul lebih suka mengumpulkan minyak jelantah.

Pada saat berembug mengenai solusinya, partisipan yang duduk melingkar itu memberikan sejumlah tanggapan berdasarkan pengalaman mereka masing-masing. Ada yang memerlukan sosialiasasi dan edukasi kepada masyarakat bahayanya efek dari pembakaran sampah. Ada juga yang menyoroti belum adanya regulasi dalam dalam pengelolaan sampah plastik, dan ada pula yang mengusulkan diperlukan sinergi pemerintah desa dengan warga secara berkesinambungan dalam pengelolaan sampah.

Menu hidangan yang menggugah selera

Di akhir circle conversation (rembug warga) itu, partisipan umumnya merasa senang dengan adanya kegiatan diskusi ini. Mereka merasa mendapat pengetahuan baru, dan sekaligus bisa mengutarakan pendapatnya dalam berdiskusi antar warga dengan cara duduk melingkar.

Circle conversation ini berakhir pada pukul 10.45 WIB dengan ditutup doa oleh Ketua RW 06. Setelah itu, hidangan yang telah disiapkan oleh istri Ketua RW 06 yang juga terlibat aktif dalam circle conversation itu, dihadirkan dalam meja memanjang tersebut. 

Terlihat ada nasi putih dan jagung, urap, sayur sambal goreng kates, ikan wader, ikan asin, tempe goreng, tempe mendol, weci, keripik, dan sambal. Selain itu, di meja itu juga terdapat jeruk Siam yang segar dan buah semangka yang merah menyala. Partisipan, OC, perawat Desa Krebet, circle keeper, dan fasilitator NIHR pun kemudian menyantap menu hidangan tersebut. *** [240824]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Risk Checker

Risk Checker

Indeks Massa Tubuh

Supplied by BMI Calculator Canada

Statistik Blog

Sahabat eKader

Label

Arsip Blog