Tampilkan postingan dengan label Universitas Brawijaya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Universitas Brawijaya. Tampilkan semua postingan

Jumat, 03 Oktober 2025

Kisah Dua Riset NIHR di Perbatasan Desa yang Berdampingan

Train yourselves. Don’t wait to be fed knowledge out of a book. Get out and seek it. Make explorations. Do your own research work. Train your hands and your mind. Become curious. Invent your own problems and solve them. You can see things going on all about you. Inquire into them. Seek out answers to your own questions.” – Irving Langmuir

Usai menyelesaikan putaran terakhir health coaching di Puskesmas Ngajum dan menyaksikan semangat para pasien kontrol di Posyandu Cempaka, Desa Maguan, pada Rabu (01/10), Fasilitator NIHR Universitas Brawijaya (UB) melanjutkan langkah menuju ke rumah Ibu Umi Hanah di Dusun Bekur, Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang, yang menjadi basecamp bagi Tim NIHR Global Health Research Group on Sustainable Care for Anxiety and Depression in Indonesia (NIHR-GHG STAND).

Basecamp tersebut terlihat terasa nyaman dan bersahaja. Sebuah rumah dengan halaman luas yang di depannya berdiri kokoh sebuah mushola kecil. Suasana tenang dan teduh, seolah mencerminkan semangat tim yang sedang menggarap proyek besar di bidang kesehatan mental ini. 

Basecamp bagi para enumerator bukan sekadar tempat tidur; ia adalah posko komando, ruang berbagi cerita, tempat memulihkan tenaga, dan pusat koordinasi sebelum mereka kembali menyebar untuk mengumpulkan data (data collecting).

Namun, yang menarik perhatian bukanlah fisik basecamp tersebut, melainkan letak geografisnya. Daerah kerja atau enumeration area (EA) kedua untuk Tim GHG STAND di Malang adalah Desa Karangsari. 

Anehnya, mereka memilih basecamp di Dusun Bekur, yang secara administratif berada di Desa Sumberejo. Di sinilah keunikannya terungkap. Sejumlah personilnya kebetulan pernah membuat basecamp bayangan di rumah Ibu Umi Hanah ketika melakukan Household Listing (HH Listing), dan kebetulan daerah Desa Karangsari yang berada di bagian utara dekat dengan Dusun Bekur.

Fasad basecamp Tim Enumerator NIHR-GHG STAND Kabupaten Malang 

Dusun Bekur sebenarnya adalah EA bagi penelitian kesehatan lainnya, yaitu NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC). 

Kebetulan lokasinya persis berbatasan dengan Desa Karangsari. Bayangkan, dua proyek penelitian global di bawah payung NIHR yang sama, beroperasi di EA yang saling berdampingan, namun dengan fokus yang berbeda. Di satu sisi, GHRC NCDs & EC, yang ditangani Universitas Brawijaya, meneliti Penyakit Tidak Menular (PTM) dan dampak polusi udara. Di sisi lain, GHG STAND, dikelola oleh Universitas Indonesia, berkonsentrasi pada deteksi dan tata laksana kecemasan serta depresi.

Meski pelaksana lapangannya berbeda dan temanya terpisah, ada benang merah yang menarik terkait kolaborasi internasional. Dr. Asri Maharani, MMRS, Ph.D, tercatat sebagai peneliti kunci dalam kedua proyek besar ini. Sebuah sinergi yang menunjukkan kompleksitas dan keterkaitan antara kesehatan fisik dan mental.

Kunjungan Fasilitator NIHR UB ini menjadi ajang silaturahmi dengan personil tim yang telah dikenalnya. Dalam suasana santai di basecamp, cerita-cerita lapangan mulai mengalir. Mereka bercerita tentang perpindahan mereka dari basecamp sebelumnya di Desa Kasembon, Kecamatan Bululawang, dengan menyicil barang pada Rabu (24/09). 

Setelah mengambil libur sehari, pada Jumat (26/09) mereka mulai berdatangan ke Bekur dan langsung bersilaturahmi dengan perangkat desa hingga ketua RT setempat serta EA Karangsari. Sabtu (27/09) adalah hari pertama mereka turun ke masyarakat untuk melakukan wawancara.

Tim Enumerator NIHR-GHG STAND UI di Kabupaten Malang

“Target responden kami ada sekitar 1.600 orang, dan kami targetkan selesai hingga Ahad, 19 Oktober,” ujar Field Supervisor, yang langsung diamini oleh beberapa enumerator. Itu artinya, kurang lebih dua minggu mereka akan berkeliling, menyapa, dan menggali cerita warga di EA tersebut.

Mendengar gambaran working plan mereka, Fasilitator NIHR UB pun berbagi cerita. “Lokasi basecamp Tim NIHR-GHG STAND ini sendiri merupakan EA untuk NCDs & EC. Sebentar lagi, akan ada tim enumerator lain yang bertugas di desa ini.” Informasi ini memantik diskusi ringan, meski kemungkinan ketika data collecting di Desa Sumberejo, Tim Enumerator NIHR-GHRC NCDs & EC sudah tak bisa menjumpai Tim NIHR-GHG STAND.

Di tengah obrolan tentang tantangan dan dinamika lapangan, kutipan (quote) dari Irving Langmuir (1881-1957), seorang peraih Nobel Kimia asal Amerika, terasa sangat relevan: 

"Latihlah dirimu. Jangan menunggu untuk mendapatkan pengetahuan dari buku. Keluarlah dan carilah. Lakukan eksplorasi. Lakukan risetmu sendiri. Latihlah tangan dan pikiranmu. Jadilah orang yang ingin tahu. Ciptakan masalahmu sendiri dan selesaikanlah. Kamu dapat melihat hal-hal yang terjadi di sekitarmu. Selidikilah. Carilah jawaban atas pertanyaan-pertanyaanmu sendiri."

Semangat inilah yang mengilhami Tim Enumerator NIHR-GHG STAND. Mereka tidak hanya duduk di belakang meja di basecamp, tetapi keluar, menjelajah, dan melatih diri langsung di masyarakat. Mereka menciptakan ‘masalah’ - dalam artian pertanyaan penelitian - lalu berusaha menjawabnya dengan data yang dikumpulkan langsung dari sumbernya. Setiap wawancara, setiap pertemuan dengan warga, adalah wujud dari eksplorasi dan keingintahuan yang diajarkan Langmuir.

Pertemuan siang itu diakhiri dengan makan siang bersama yang penuh tawa. Sebuah momen singkat yang berharga, di mana silaturahmi dan semangat penelitian menyatu, mengisi energi sebelum para enumerator kembali melanjutkan ‘pelatihan’ mereka yang sesungguhnya: di lapangan, di tengah masyarakat, mencari jawaban untuk kesehatan mental Indonesia yang lebih baik. *** [031025]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Selasa, 08 Oktober 2024

Review ToC, Diskusi Co-Creation, dan Bincang NIHR App di Indonesia in-Country Meeting

Memasuki hari keempat pada Kamis (03/10), Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) yang tergabung dalam Indonesia in-Country Meeting (ICM) berkumpul di Ruang Senat GPB Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) Lantai 9.

Agenda yang dibahas pada hari keempat ini adalah review of ToC (review Teori Perubahan), discussion on co-creation next steps (diskusi tentang langkah selajutnya co-creation), and NIHR-GHRC INDO_CDSS COPD & CVD version 5.1.8 (aplikasi NIHR).

Peserta ICM berpose bersama usai penutupan (Kamis, 03/10)

Acara ICM hari keempat ini dimulai pada pukul 10.25 WIB. Master of Ceremony (MC) Meutia Fildzah Sharfira, SKM, MPH mengawali dengan ucapan selamat datang kepada peserta ICM dan membacakan susunan acaranya.

Kemudian acara dilanjutkan dengan pemaparan materi Theory of Change (ToC) session findings (Temuan sesi Teori Perubahan) yang disampaikan oleh ketiga orang yang pada hari sebelumnya menjadi fasilitator dalam melakukan Focus Group Discussion (FGD) dengan stakeholder eksternal pada Rabu (02/10), yakni Dr. Laura Downey (Advance Research Fellow di Imperial College London), Dr. Nushrat Khan (Research Fellow di Imperial College London), dan Maroof Khan (The George Institute for Global Health India).

Laura Downey dalam diskusi ToC session findings Group 1

Mula-mula Dr. Nushrat Khan atau yang biasa dipanggil Nush, mempresentasikan temuannya dalam FGD yang dimoderatorinya. Kertas plano warna putih buram berukuran besar yang diikuti tempelan kertas plano berwarna warni hasil FGD ditampilkan dalam layar monitor untuk disajikan dihadapan peserta ICM yang lainnya untuk didiskusikan.

Setelah itu, Laura juga menampilkan kertas planonya, dan juga Maroof. Mereka menampilkan untuk didiskusikan dengan peserta yang lainnya di Ruang Senat tersebut. Kebetulan peserta yang lainnya juga masuk dalam peserta yang ikut FGD.

Maroof Khan dalam diskusi ToC session findings Group 3

Diskusi berjalan seru. Banyak yang terlibat di dalamnya. Mulai dari dr. Asri Maharani. MMRS, Ph.D (University of Machester), Dr. Devarsetty Praveen (The George Institute for Global Health India), Dr. Sujarwoto, S.IP, M.Si, MPA, Ph.D (Research Manager NIHR), personil dari Percik Salatiga (Haryani Saptaniningtyas, S.P., M.Sc., Ph.D., Damar Waskitojati, S.Kom., M.Si., dan Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K.), Daru Adianto, S.H., M.T., Prof. Christopher Millet (Imperial College London), dan lain-lain. Sementara itu, fasilitator NIHR menyimak dengan seksama untuk laporan aktivitas di blog.

Pukul 12.37 WIB, diskusi ToC session findings selesai dan peserta dipersilakan untuk istirahat, sholat dan makan (ishoma). Makan siangnya telah disiapkan secara prasmanan di lorong depan Ruang Senat.

Suasana diskusi ToC session findings di Ruang Senat GPB FKUB Lantai 9

Pukul 13.44 WIB, acara dimulai lagi namun pada sesi ini, peserta berpencar karena dibagi beberapa sesi. Ada sesi finance dan administrasi yang diikuti personil yang mengurusinya, kemudian ada sesi discussion on co-creation next steps di ruang lainnya dan pesertanya pun yang terlibat dalam co-design. Sementara itu, sesi lainnya berada di ruang pertemuan lantai 8 bagian pojok selatan untuk membincangkan aplikasi NIHR.

Perbincangan aplikasi yang dipandu oleh Dr. Sabhya Pritwani (Research Officer The George Institute for Global Health India) dihadiri oleh Christopher Millet, Devarsetty Praveen, Asri Maharani, Sujarwoto, Dr. dr. Susanthy Djajalaksana, Sp.P(K), Ismiarta Aknuranda, S.T., M.Sc., Ph.D., Sabriansyah Rizqika Akbar, S.T., M.Eng., Ph.D., dr. Harun Al Rasyid, MPH, dr. Devita Rahmani Ratri, M.Sc., Meutia Fildzah Sharfina, SKM, MPH, Muhammad Ainurrohman, SKM, M.Kes, dan fasilitator NIHR.

Suasana bincang NIHR Application bersama Sabhya Pritwani dan Praveen

Perbincangan aplikasi ini juga tak kalah serunya. Mereka menyoroti aplikasi NIHR yang siap untuk diujicobakan namun perlu sejumlah perbaikan baik istilah maupun yang lainnya. Aplikasi ini akan banyak menggunakan istilah dalam medis, dan algoritmanya pun mengarah ke medis.

Fasilitator NIHR yang telah mendampingi kader SMARThealth pun juga titip urun rembug melalui dr. Asri Maharani, agar aplikasinya itu user friendly dan tidak lama muyer-muyernya. Supaya kader tidak patah semangat dalam melakukan input data nantinya.

Closing statement Prof. Chris Millet dalam penutupan Indonesia in-Country Meeting

Selesai dari ruang pertemuan lantai 8, pesertanya kembali ke Ruang Senat Lantai 9 untuk mengikuti diskusi di sana yang belum selesai, dan sekaligus mengikuti penutupan Indonesia in-Country Meeting. Dalam penutupan itu, Sujarwoto mengatakan terima kasih kepada Imperial College London dan The George Institute for Global Health India yang telah memberikan support terhadap kampusnya, yaitu UB. Kemudian, Prof. Chris Millet pun juga mengucapkan terima kasih atas sambutannya yang hangat dan tentunya juga kerja samanya dalam penelitian ini.

Acara ICM hari keempat ini selesai pada pukul 17.04 WIB dan diakhiri dengan sesi foto bersama secara keseluruhan, terus baru dibreakdown per theme dalam penelitian NIHR-GHRC NCDs & EC. *** [081024]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Kamis, 29 Agustus 2024

Sore Hari, Circle Conversation Diadakan di Desa Pagak

Setelah pagi menggelar circle conversation di Desa Tlogorejo, bakda Ashar circle keeper dan fasilitator NIHR bergerak menuju ke Desa Pagak untuk melangsungkan kegiatan yang sama yang telah dilakukan di Desa Tlogorejo.

Rabu (28/08) kala sore hari yang dingin, beberapa berkumpul di rumah Riatin yang beralamatkan di Dusun Tempur RT 09 RW 13 Desa Pagak, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang. Ternyata lokasi yang akan menjadi tempat berlangsungnya circle conversation itu tepat berada di depan rumah perawat Desa Pagak Sri Hidayati, S.Kep.Ners.

Pembukaan circle onversaton dilakukan kader kesehata selaku organizing committee

Seperti di Desa Tlogorejo, struktur pertemuan ini sederhana, dengan awal (pembukaan, perkenalan, check-in), tengah (berbicara tentang topik), dan akhir (penutupan dan check-out). Pembukaan dilakukan kader kesehatan Vista Pratiska dan notulis dipegang oleh kader kesehatan Purwiantiwi.

Begitu selesai pembukaan, acara dilanjutkan dengan prakata dari perawat Desa Pagak. Pada kesempatan itu, perawat Sri Hidayati yang juga dkenal sebagai ahli kecantikan itu menjelaskan kegiatan ini untuk mengetahui pengelolaan sampah yang sudah berlangsung di Desa Pagak, maka dalam diskusi nanti silakan sharing saja.

Usai prakata dari perawat Sri Hidayati, acara diserahkan kepada circle keeper Christina Arief T. Mumpuni, seorang anggota Tim Penelitian Theme 3: People empowerment and community dalam penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC).

Perawat, kader kesehatan, dan partisipan perempuan

Pada kesempatan itu, Christina mengawali circle conversation (dialog melingkar) dengan memokuskan pada percakapan yang terefleksi dalam 3 pertanyaan: Apa yang Anda ketahui dari praktik pengelolaan sampah di rumah Anda?; Apa yang Anda ketahui dari dampak pembakaran sampah terhadap kesehatan khususnya penyakit tidak menular?; dan Apakah menurut Anda membakar sampah menjadi solusi permasalahan sampah yang ada?

Kegiatan yang dihadiri 8 partisipan (3 laki-laki; 5 perempuan) itu, diberi waktu 3 menit per orang dalam setiap sesi pertanyaan reflektif. Mereka punya kesetaraan dalam berbagi pengalaman mereka masing-masing.

Dari hasil circle conversation itu, dapat dimengerti bahwa berdasarkan kondisi geografis yang ada di Dusun Tempur, Desa Pagak, umumnya berbukit-bukit sehingga banyak jurang. Jurang inilah yang kerap dijadikan tempat pembuangan sampah.

Partisipan laki-laki dalam circle conversation di  Desa Pagak

Sebagian besar partisipan memiliki tanah pekarangan berkontur bukit kapur. Kata mereka, kita buang sampah di situ tidak mungkin bakal rata tanahnya karena curamnya. Hanya saja, sampah yang udah kering biasanya dibakar agar tidak berserakan.

Kebetulan di Dusun Tempur ini memiliki 2 pengepul yang menjadi partsipan, sehingga dalam circle conversation tersebut memang terlihat adanya pemilahan oleh sejumlah warga dalam pengelolaan sampah. Botol-botol yang masih punya nilai jual akan loakkan kepada pengepul tersebut.

Diakui oleh partisipan, memang masih terdapat pembakaran sampah mengingat lahan yang masih luas, berkontur perbukitan yang jauh dari perumahan, dan juga belum ada sistem pengangkutan sampah secara regular.

Suasana circle conversation di sore hari

Mereka juga paham jika pembakaran sampah berefek pada kesehatannya, seperti batuk, pusing, sakit mata. Selama ini, mereka menyiasati dengan menghindari asapnya saat pembakaran sampah yang dilakukan.

Solusi yang tertangkap dari partisipan adalah sampah sebaiknya dipilah. Yang bisa dipilah, dipilah dulu. Yang tidak memiliki nilai ekonomis, dibakar!

Implementasi circle conversation yang dimulai pada pukul 16.15 WIB ini berakhir pada pukul 17,23 WIB di tengah suhu yang semakin dingin. Namun sebelum meninggalkan tempat, pemilik rumah Riantin mempersilakan untuk mencicipi hidangan yang telah disediakan ada pecel, kare ayam, dan tempe goreng. *** [290824]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Rabu, 14 Agustus 2024

Diskusi Progress RISPRO AREEMA 3 Di Gedung A Lantai 6 FKUB

Diskusi Progress Riset  Inovatif Produktif (RISPRO) Aplikasi Screening Mandiri (AREEMA) Tahun Ke-3 atau RISPRO AREEMA 3 diadakan di Ruang Kuliah 2 GBP Lantai 6 Gedung A Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB), pada Selasa (13/08).

RISPRO merupakan program pendanaan riset yang bertujuan untuk meningkatan daya saing bangsa melalui komersialisasi produk/teknologi atau penerapan kebijakan/tata kelola atau publikasi yang didanai oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) yang bekerja sama dengan Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia (DIPI).

Principal Investigator RISPRO AREEMA 3 mempresentasikan progress

Kebetulan RISPRO yang dijalankan oleh Tim Peneliti AREEMA ini merupakam RISPRO Kolaborasi Internasional (RISPRO KI). RISPRO KI adalah pendanaan riset dengan tema yang sudah ditetapkan oleh LPDP untuk skim riset dasar melalui pelaksanaan kerja sam,a dengan pihak lain berupa joint-call, dan lain-lain.

Diskusi ini dihadiri oleh Prof. Delvac Oceandy, MD., Ph.D (University of Machester), sejumlah anggota Tim Peneliti RISPRO AREEMA (Prof. Dr. dr. Sri Andarini, M.Kes., Sp.KKLP; dr. Holipah, Ph.D; saya), NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC), dan sejumlah mahasiswa S1, S2, S3 FKUB.

RISPRO AREEMA 3

Acara diskusi ini dimulai pada pukul 09.35 WIB. Mula-mula Principal Investigator Sujarwoto, S.IP, M.Si, MPA, Ph.D memberikan gambaran mengenai RISPRO AREEMA 3 dan progress (kemajuan) dari penelitian yang telah dipercayakan untuk ketiga kalinya oleh LPDP kepada Tim Peneliti AREEMA dari Universitas Brawijaya (UB).

Pada kesempatan itu, Sujarwoto mempresentasikan terlebih dahulu mengenai RISPRO AREEMA 3 atau yang dalam judul aslinya adalah “SMARThealth COVID-19: an innovative multifaceted mobile technology for community mitigation management in rural Indonesia RISPRO-KI-648/DIPI/2021 Universitas Brawijaya-DIP-LPDP 2023.”

Kegiatan RISPRO 3 dalam bingka foto

Menurut Sujarwoto, RISPRO AREEMA ini bertujuan untuk mengembangkan dan membangun layanan kesehatan primer yang inovatif dan multifaset dengan dukungan teknologi seluler untuk pencegahan dan penanggulangan penyebaran pandemi COVID-19 di masyarakat pedesaan di Indonesia.

Untuk mencapai tujuan ini, jelas Sujarwoto, Tim Peneliti AREEMA menetapkan tujuan dalam tiga tahapan yang terbagi dalam AREEMA 1, AREEMA 2, dan AREEMA 3. Nomor 1 hingga 3 menunjukkan pendanaan dari LPDD tahun pertama (2021), tahun kedua (2022), dan tahun ketiga (2023).

Presentasi Process evaluation data (qualitative interviews)

Pada AREEMA 1, Tim Peneliti AREEMA melakukan analisis komprehensif tentang efektivitas teknologi aplikasi seluler yang ada untuk menanggulangi pandemi COVID-19 di negara-negara berkembang. Lalu, pada AREEMA 2, Tim Peneliti AREEMA mengembangkan, membangun, dan menerapkan sistem SMARThealth COVID-19 untuk menanggulangi pandemi COVID-19 di masyarakat pedesaan Indonesia. Sedangkan, pada AREEMA 3, Tim Peneliti AREEMA melakukan uji efektivitas sistem SMARThealth COVID-19 dalam menanggulangi pandemi COVID-19 di pedesaan Indonesia.

Selanjutnya, Principal Investigator Sujarwoto yang tidak lain juga Team Leader AREEMA, juga menjelaskan bahwa tahun ketiga ini diminta merevisi apa yang sudah dilakukan pada tahun 1 hingga 3 termasuk harus menambah submit artikel ilmiah ke jurnal internasional bereputasi. Karena sebelumnya sebenarnya sudah mengirimkan, namun berhubung submit lebih awal sebelum AREEMA 3 dideklarasikan maka Tim Peneliti AREEMA harus submit lagi artikel ilmiah.

Usai dilanda gempa magnitudo 4,5, presentai dan diskusi pindah ke Ruang Kuliah 202 di lantai 2

Selain itu, Sujarwoto juga menguraikan secara gamblang kegiatan apa saja yang telah dilakukan dalam RISPRO KI AREEMA ini, seperti pematenan HAKI, pelatihan kader kesehatan, data collecting, diseminasi hingga capacity building melalui pelatihan analisis statistik.

Pada saat pemaparan progress RISPRO AREEMA 3 di lantai 6 FKUB, sekitar pukul 10.03 WIB peserta diskusi dikejutkan oleh gempa magnitudo 4,5 yang mengguncang Kabupaten Malang dan sekitarnya. Gempa yang berpusat di Samudera Indonesia itu menyebabkan peserta diskusi yang semula berlindung di bawah meja, kemudian berhamburan turun ke lantai 2. Begitu sudah dirasa aman, acara presentasi dan diskusi dilanjutkan di Ruang Kelas 202  Lantai 2 FKUB.

Meski acara presentasi dan diskusi formal usai, tapi diskusi informal yang tak kalah gayengnya masih berlanjut

Memasuki diskusi yang dimotori dan dikomentari oleh Prof. Delvac dari University of Manchester, Inggris, diskusi menjadi hidup dan melahirkan sejumlah ide dalam penulisan di jurnal internasional lagi, seperti pola penyakit kronis sebelum, selama, dan setelah pandemic; hipertensi pada kehamilan antar wilayah geografi (pegunungan, pantai, kota); dan satu paper evaluasi dengan komprehensif outcome.

Tidak hanya itu saja, menurut Sujarwoto, ke depannya juga telah disiapkan tahapan berikutnya dalam pengembangan dunia penelitian, antara lain mempersiapkan proposal untuk mengembangkan SMARThealth untuk kesehatan mental secara digital; menunggu pengumuman British Council International Science Partnership Fund (BC ISPF) putaran kedua dalam project MOVE; serta menunggu pengumuman dari UK Research and Innovation (UKRI) mengenai Psychological suppoRt fOr cliMate-related mental difficulties in cOasTal communitiEs (PROMOTE) in Indonesia. *** [140824]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Jumat, 03 Februari 2023

Diskusi Tentang Dampak Pembakaran Plastik Terhadap PTM di GPB FKUB Lantai 9

Di lantai 9 Gedung Pendidikan Baru Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (GPB FKUB) yang berada di pojok barat daya, tampak berkumpul sejumlah akademisi, peneliti, dan organisasi masyarakat sipil (civil society organization) pada Kamis siang (02/02/2023).

Ada 17 orang hadir dalam meeting room tersebut, yaitu  dr. Holipah, Ph.D (FKUB), Prof. Dr. dr. Sri Andarini, M,Kes (FKUB), dr. Happy Kurnia Permatasari (FKUB), Ph.D, dr. Harun Al Rasyud, MPH (FKUB), dr. Asri Maharani, MMRS, Ph.D (Manchester Metropolitan University), Prof. Drs. Arinto Yudi Ponco Wardoyo, M.Sc., Ph.D (Bidang Fisika Lingkungan (udara) & Instumentasi UB), dan Sujarwoto, S.IP, M.Si, MPA, Ph.D (FIA UB).

Sementara dari civil society, ada 5 orang dari Ecological Observation and Wetlands Conservation (ECOTON) Gresik yang dikomandani Prigi Arisandi, dan 3 orang dari Yayasan Persemaian Cinta Kemanusiaan (Percik) Salatiga, yang terdiri dari Haryani Saptaningtyas, S.P., M.Sc., Ph.D (Direktur), Hery Wibowo Trisaksono, S.H., M.H. (Wakil Direktur) dan Dammar Waskitojati (Advokasi).

Serta  2 orang lagi. Yang satunya merupakan staf khusus project dari FKUB yang duduk di samping kanan dr. Holipah, Ph.D, dan satu lagi, salah seorang Tim SMARThealth UB, yang duduk menyendiri di sudut ruangan sisi timur, mepet tembok sebelah tenggara.

Suasana diskusi di meeting room lantai 9 GPB FKUB dari sudut barat daya

Sebagian dari mereka yang hadir sebenarnya sudah melakukan pertemuan secara berkala lewat Zoom meeting setahun yang lalu, dan kali ini berkesempatan mengadakan meeting langsung secara tatap muka.

Dalam meeting ini, mereka membahas Theme 2C - Identifying & implenting solutions to reduce the impact o plastics burning on NCDs in Indonesia (Tema 2C - Mengidentifikasi dan menerapkan solusi untuk mengurangi dampak pembakaran plastik terhadap PTM di Indonesia).

Tema itu merupakan salah kegiatan dalam National Institute for Health and Care Research (NIHR) Global Health Research Centre on Non-Communicable Diseases (NCDs) and Environmental Change. Dikutip dari laman www.georgeinstitute.org.in, NIHR Global Health Research Centre for NCDs & Environmental Change merupakan bagian dari NIHR dan diselenggarakan oleh Imperial College London dan The George Institute for Global Health, India, akan bekerja sama dengan Universitas Brawijaya (Indonesia), International Centre for Diarrheal Research (Bangladesh) dan Sri Ramachandra Institute of Higher Education & Research (India) untuk mengatasi tantangan ganda dari beban penyakit tidak menular (NCD) yang berkembang pesat dan ancaman perubahan lingkungan global di Bangladesh, Indonesia dan India.

Ini akan menyatukan para peneliti, perwakilan masyarakat, praktisi kesehatan masyarakat, pembuat kebijakan, dan pemimpin pemikiran untuk mengembangkan program penelitian, pelatihan, dan saran kebijakan terkemuka dunia untuk kesetaraan kesehatan.

Suasana diskusi di meeting room lantai 9 GPB FKUB dari sudut tenggara

Acara yang dimulai pada pukul 13.15 WIB. Usai setiap peserta memperkenalkan diri, acara langsung diisi dengan pemaparan dari Asri Maharani yang membahas research question, aims and objectives, centre overview, methods, dan apa yang harus dikerjakan dalam 18 bulan pertama ini.

Setelah itu, Holipah menjelaskan mengenai Implementation science: Implementing and evaluating SMARThealth in air pollution and NCDs interventions, dan terus disambung dengan presentasi Haryani Saptaningtyas perihal CEI consideration in research planning - how will community participate in all stages of research – research planning, data collection, implementation, data analysis, policy development, advocacy.

Terakhir, kesempatan diberikan kepada Prigi Arisandi untuk menceriterakan pengalamannya dalam telusur sampah botol plastik selama ini, dan kemudian dibuka diskusi bagi seluruh yang hadir dalam meeting tersebut.

Dalam diskusi ini menghasilkan sejumlah pandangan dari peserta untuk pelaksanaan agenda berikutnya yang segera harus dijalankan. Diskusi yang memakan waktu sekitar dua jam ini berakhir pada pukul 15.05 WIB. *** [030223]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Risk Checker

Risk Checker

Indeks Massa Tubuh

Supplied by BMI Calculator Canada

Statistik Blog

Sahabat eKader

Label

Arsip Blog