Tampilkan postingan dengan label Tim Teknis Penanganan Masalah Kesehatan Jiwa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tim Teknis Penanganan Masalah Kesehatan Jiwa. Tampilkan semua postingan

Kamis, 15 April 2021

Dinas Kesehatan Kunjungi Kecamatan Tirtoyudo Pascagempa

Empat hari setelah kejadian gempa yang menguncang Kabupaten Malang, rombongan Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Timur (Jatim) melakukan kunjungan kerja ke Kecamatan Tirtoyudo yang terdampak gempa tersebut. Kunjungan itu merupakan kunjungan dari Pemegang Program Jiwa Dinkes Jatim bersama Tim Teknis Penanganan Masalah Kesehatan Jiwa Dinkes Jatim, pada Rabu (14/04/2021).

Berangkat dari Kantor Dinkes Kabupaten Malang pada pukul 08.40 WIB. Rombongan yang terdiri dari Dinkes Jatim dan Dinkes Kabupaten Malang ini menggunakan 3 mobil. Dua mobil berplat nomor L dan satu mobil berplat nomor S. Dari ketiga mobil itu, Tim SMARThealth UB ikut dalam mobil yang ditumpangi rombongan Dinkes Kabupaten Malang, yang terdiri atas Kepala Seksi PTM dan Kesehatan Jiwa Paulus Gatot Kusharyanto, SKM, Koordinator Kesehatan Jiwa dan Napza Gatot Sujono, S.St., M.Pd, dan Pemegang Program Kesehatan Jiwa dan Napza Wildan Adi Yatma, S.Psi., serta staf Dinkes Jatim dr. Sylvia Sari.


Foto bersama rombongan Dinkes Jatim, Dinkes Kabupaten Malang dan Puskesmas Tirtoyudo

Tiba di Puskesmas Tirtoyudo pada pukul 09.57 WIB dan disambut langsung oleh Kepala Puskesmas (Kapus) Tirtoyudo, drg. Ivan Drie, di Ruang Pertemuan Puskesmas Tirtoyudo yang berada di lantai 2. Di Ruang Pertemuan itu diadakan pertemuan terlebih dahulu sebelum rombongan Dinkes Jatim, Dinkes Kabupaten Malang dan Puskesmas Tirtoyudo turun ke desa yang terdampak gempa.

Dalam pertemuan itu, rombongan dari Dinkes Jatim dan Dinkes Kabupaten Malang mendengarkan ceritera kejadian gempa di wilayah kerja Puskesmas Tirtoyudo. Menurut Kapus Tirtoyudo, kerusakan bangunan sarana kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Tirtoyudo ada 2 buah. Di Puskesmas Pembantu (Pustu) Tlogosari mengalami rusak sedang, genteng ambrol dan plafon jebol. Begitu juga dengan Polindes yang ada di Desa Tirtoyudo dengan kondisi yang lebih berat sedikit, dindingnya mengalami retak-retak.

Selain kerusakan bangunan sarana kesehatan, tak terhindarkan pula kerusakan terhadap bangunan rumah milik warga. Tercatat kerusakan akibat gempa di Kecamatan Tirtoyudo ini lebih banyak jumlahnya dari kerusakan yang sama di Kecamatan Ampelgading. Di Ampelgading yang rusak ada 1.650 rumah, sedangkan di Kecamatan Tirtoyudo terdapat 2.023 rumah rusak.


Pertemuan Tim Teknis Penanganan Masalah Kesehatan Jiwa Dinkes Jatim dengan Puskesmas Tirtoyudo

Sedangkan jumlah korban luka berat di wilayah kerja Puskesmas Tirtoyudo ada 3 orang. Dari 3 korban luka berat itu, 1 orang akhirnya meninggal dunia kemarin setelah sempat dioperasi di RSUD Kanjuruhan dan sempat stabil. Namun ternyata sorenya korban tersebut meninggal dunia. Sementara itu, kasus korban luka ringan di Tirtoyudo ada 16 orang.

Kemudian Kapus Tirtoyudo juga melaporkan bahwa dari hasil pertemuan dengan Muspika Kecamatan bersama Bupati pada Senin (12/04/2021) juga mendapati bahwa masyarakat yang terdampak bencana gempa umumnya lebih memilih tinggal di depan rumahnya. Mereka memilih tidak tinggal di tempat pengungsian yang disediakan, karena dengan tinggal di tenda di depan rumahnya, mereka bisa sekalian menjaga barang-barang miliknya yang ada di rumah tersebut.

Setelah pemaparan kejadian bencana gempa oleh Kapus Tirtoyudo, Tim Teknis Penanganan Masalah Kesehatan Jiwa Dinkes Jatim yang diketuai oleh Dr. Ns. Heni Dwi Windarwati, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep. J. mencoba menanyakan hal-hal yang terkait dengan penanganan masalah kesehatan jiwa di daerah terdampak bencana gempa.


Ruang Pertemuan Puskesmas Tirtoyudo

Dr. Heni, yang juga merupakan staf pengajar pada Jurusan Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) ini, ingin mengetahui penanganan masalah kesehatan jiwa di Kecamatan Tirtoyudo setelah lima hari kejadian gempa tersebut. Dr. Heni yakin setelah kejadian gempa itu pasti sudah banyak kegiatan yang dilakukan di daerah bencana oleh para relawan. Hanya saja apakah penanganan kesehatan jiwa sudah terkover di sana.

Oleh karena itu, Tim Teknis Penanganan Masalah Kesehatan Jiwa Dinkes Jatim menyampaikan kepada Kapus Tirtoyudo ingin melakukan mapping penanganan masalah kesehatan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Tirtoyudo. Hal ini untuk melihat kenyataannya seperti apa di lapangan, seperti obat ODGJ apa termonitor dengan baik, dan melakukan skrining kesehatan mental dengan menggunakan Self Reporting Questionnaire-29 (SRQ-29) yang akan dilakukan relawan dari mahasiswa keperawatan dari FKUB maupun Institut Teknologi, Sains, dan Kesehatan (ITSK) RS. Dr. Soepraoen Malang.

Menurut Dr. Heni, Tim Teknis Penanganan Masalah Kesehatan Jiwa sudah tidak menggunakan istilah trauma healing lagi tetapi akan menggunakan istilah dukungan kesehatan jiwa dan psikososial (DKJPS). Istilah DKJPS digunakan dalam Panduan Inter Agency Standing Committe (IASC) untuk DKJPS dalam Situasi Kedaruratan, yang berarti dukungan jenis apa pun dari luar atau lokal yang bertujuan melindungi atau meningkatkan kesejahteraan psikologis dan/atau mencegah atau menangani kondisi kesehatan jiwa.

Setelah turun lapangan nanti, Tim Teknis Penanganan Masalah Kesehatan Jiwa Dinkes Jatim akan mengetahui kluster kesehatan jiwa yang ada di daerah terdampak bencana tersebut. Kemudian Tim Teknis akan berkoordinasi dengan Puskesmas Tirtoyudo perihal berapa jumlah orang relawan yang akan turun di sini dan berapa lama mereka akan bertugas di sini.

Dr. Heni juga berharap kepada Kapus Tirtoyudo bahwa segala sesuatu yang berkenaan dengan penanganan masalah kesehatan di daerah bencana bisa terlaporkan ke Puskesmas selaku pusat pengendalian kesehatan yang ada di kecamatan.

Kemudian di penghujung pertemuan, Pemegang Program Jiwa Dinkes Jatim Dedi Supriyadi, ST menanyakan kepada Kapus Tirtoyudo tentang daerah yang terdampak bencana gempa bumi di Kecamatan Tirtoyudo. Oleh Kapus Tirtoyudo dilaporkan bahwa dari 13 desa yang ada di Kecamatan Tirtoyudo terdampak semua. Hanya saja yang masuk kategori terdampak berat/parah ada 4 desa, yaitu Jogomulyan, Sumbertangkil, Kepatihan, dan Tlogosari.

Pertemuan di Puskesmas Tirtoyudo ini selesai pada pukul 10.39 WIB, dan kemudian acara dilanjutkan dengan kunjungan ke daerah terdampak gempa yang cukup parah. Ada dua desa yang diagendakan dikunjungi oleh rombongan Dinkes Jatim, Dinkes Kabupaten Malang, dan Puskesmas Tirtoyudo tersebut, yaitu Desa Jogomulyan dan Desa Sumbertangkil. *** [140421]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo


Share:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Risk Checker

Risk Checker

Indeks Massa Tubuh

Supplied by BMI Calculator Canada

Statistik Blog

Sahabat eKader

Label

Arsip Blog