Tampilkan postingan dengan label Storytelling. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Storytelling. Tampilkan semua postingan

Minggu, 13 Oktober 2024

Photovoice 3 Desa Tlogorejo: Storytelling

“Cerita menciptakan komunitas, memungkinkan kita melihat melalui mata orang lain, dan membuka diri kita terhadap klaim orang lain.” -- Peter Forbes, fotografer dan penulis

Photovoice tahap 3 di Desa Tlogorejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang, dilaksanakan Jumat (11/10) di ruangan yang berada di pojok sisi barat bagian selatan, mepet dengan Pustu Tlogorejo, dan masuk dalam halaman Pendopo Balai Desa Tlogorejo.

Memasuki tahap 3, partisipan photovoice yang berjumlah 10 orang  itu sudah memilih 1 foto dari 3 foto yang dikirimkan ke Christina Arief T. Mummpuni, S.H., M.I.K., salah seorang anggota Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) Theme 3: People empowerment and community, atau yang lebih akrab disebut Tim CEI (Community Engagement and Involvement).

Foto yang terpilih itu, diminta oleh Christina untuk diberikan narasi dan nantinya akan dipresentasikan dihadapan partisipan yang lainnya. Agar narasi itu menjadi cerita yang menarik, pada pertemuan photovoice tahap 3 atau photovoice 3 ini, partisipan mendapatkan workshop singkat mengenai storytelling yang dibimbing oleh fasilitator NIHR.

Fasilitator NIHR berikan pelatihan penulisan storytelling kepada partisipan photovoice di Desa Tlogorejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang

Dalam workshop itu, fasilitator NIHR mula-mula menjelaskan apa itu arti storytelling. Storytelling bersal dari bahasa Inggris dari gabungan kata “story” (cerita) dan “telling” (menceritakan). Jadi, storytelling adalah suatu kegiatan atau aktivitas untuk menyampaikan sebuah cerita. Storytelling, singkatnya adalah bercerita.

Lalu, fasilitator NIHR menguraikan bahwa sebuah cerita harus terdapat unsur 5W dan SW, yakni 1). What (menentukan plot), 2). Who (menentukan karakter), 3). When (menggambarkan kronologis), 4). Where (tempat kejadian), 5). Why (motifnya), dan 6). So What (setelah menuliskan semuanya lalu apa kesimpulan yang ingin dicapai).

Dalam bercerita, kata fasilitator NIHR, yang sampai bukan sekadar data dan informasi. Dalam bercerita ada ikatan antara pencerita dan pembaca (pendengar atau pemirsa). Ikatan emosi ini muncul karena kesamaan gelombang otak. Saat kita bercerita, pendengar akan mengantisipasi dengan referensi di otaknya.

Kemudian, fasilitator NIHR memberikan gambaran mengenai perbedaan antara berita dan storytelling. Berita itu sifatnya informasi, dan storytelling mengandung daya tarik, keterlibatan, dan tindakan.

Pemandu photovoce memastikan tulisan partisipan sudah terkirim semua

Lalu, mengapa orang tertarik pada cerita? Cerita dapat membuat kita melihat bagaimana orang lain berpikir dan merasakan. Dengan kata lain, mereka memungkinkan kita berempati dengan orang-orang di sekitar kita. Faktanya, penelitian memperlihatkan bahwa semakin menarik sebuah cerita, semakin besar pula empati orang dalam kehidupan nyata.

Cerita memungkinkan kita berbagi informasi dengan cara yang berkesan. Dengan menceritakan sebuah kisah dan bukan sekadar menceritakan fakta-fakta kering, kita mengingat detailnya dengan lebih jelas.

Lebih lanjut, fasilitator NIHR menjelaskan perihal penulisan storytelling: perkenalan, konflik, dan closing. Dalam perkenalan berisi cerita awal kejadian atau kenapa pengin menceritakan topik yang akan ditulis. 

Kemudian masuk ke konflik. Konflik di sini lebih pada pengungkapan masalah yang sebenarnya. Konflik ini adalah kesulitan yang harus kita hadapi dalam situasi tertentu yang ingin diceritakan. Sedangkan, terakhir adalah closing. Kalau dalam artikel storytelling tersebut ada konflik, maka tentunya kemudian diikuti dengan solusi. Mengapa harus ada solusi? Agar pembicara bisa mengambil manfaatnya, bisa mengambil hikmahnya. Karena, sudah pasti menomorsatukan pembaca kan ya?

Pemandu photovoice berembug kepada partisipan untuk tulisan yang bakal disajikan di layar untuk dikomentari oleh partisipan maupun pengampu pelatihan storytelling

Tujuan dari workshop ini adalah membekali storytelling pada partisipan photovoice itu agar supaya cerita-cerita verbal yang kerap didiskusikan sebelumnya bisa menjadi kisah yang menarik yang melahirkan “suara” mereka bisa didengarkan dan dimengerti.

Karena, menurut Michael L. Kent dalam The power of storytelling in public relations: Introducing the 20 master plots (2015, Public Relations Review 41(4): 480-489), cerita memiliki kekuatan untuk memberi informasi, membujuk, memunculkan respons emosional, membangun dukungan untuk koalisi dan inisiatif, serta membangun masyarakat madani.

Usai pemaparan materi singkat dari fasilitator NIHR, Christina mengajak partisipan photovoice 3 ini menampilkan tulisan ceritanya agar didiskusikan dengan partisipan yang lainnya serta fasilitataor NIHR selaku pengampu workshop penulisan cerita atau storytelling.

Pada kesempatan ini, fasilitator berusaha menangkap ide yang dituangkan, penulisannya, serta pembuatan judul tulisan sesuai alur yang terlah diajarkan. Kemudian dibahas bareng-bareng dengan partisipan maupun orang yang hadir dalam pertemuan photovoice 3 ini.

Mahasiswa S3 FIA UB juga turut urun rembug dalam pembahasan tulisan cerita partisipan photovoice

Selesai itu, Christina mempersilakan melakukan revisi tulisan yang telah diserahkan usai mendapatkan pembekalan dalam workshop singkat ini. Tujuannya agar penulisannya menjadi menarik atau memiliki daya tarik, dan sekaligus tentunya akan terdapat perubahan dari penulisan yang alami dengan setelah mendapatkan pembekalan penulisan.

Pertemuan photovoice 3 sesi storytelling ini juga dihadiri oleh Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Desa Tlogorejo ulis Nurhayati atau akrab disapa Lis Eko Wahyudi, bidan Sulianik, A.Md.Keb., serta mahasiswa S3 Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya (FIA UB) Sekar Aqila Salsabila, S.AP., M.AP.

Pertemuan photovoice tahap 3 Desa Tlogorejo yang dimulai pada pukul 08.16 WIB ini, selesai pada pukul 11.04 WIB. Pertemuan berikutnya dijadwalkan pada Selasa (22/10) untuk memilih 1 dari 10 tulisan yang telah direvisi dulu, dan terus melakukan refleksi. *** [131024]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Kamis, 10 Oktober 2024

Photovoice 2 Desa Tlogorejo, Dikunjungi Peserta ICM dari India dan Australia

Umumnya tahapan dalam implementasi photovoice adalah satu minggu dari pertemuan sebelumnya. Namun, di Desa Tlogorejo ini durasi antara pertemuan photovoice pertama dan kedua mencapai 19 hari. Hal ini dikarenakan NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) duwe gawe (mempunyai hajat) berupa Indonesia in-Country Meeting (30 September – 05 Oktober 2024), maka acaranya diundur.

Akhirnya, pelaksanaan photovoice yang kedua (photovoice 2) ini berjalan pada hari Jumat (04/10) di Pendopo Balai Desa Tlogorejo yang beralamatkan di Dusun Dadapan No. 4 RT 16 RW 06 Desa Tlogorejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.

Namun demikian, dengan mundurnya jadwal tersebut memberikan kenangan tersendiri dalam pelaksanaan photovoice di Desa Tlogorejo, yaitu mendapat kunjungan peserta Indonesia in-Country Meeting (ICM) dari India dan Australia. “Wong sabar iku gedhe wekasane,” omongan simbah zaman mbiyen.

Partispan photovoice berpose bersama peserta ICM dari India dan Australia di Pendopo Balai Desa Tlogorejo

Untuk mempersiapkan ini, Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K dari Percik Salatiga dan fasilitator NIHR yang tergabung dalam Tim Penelitian NIHR, bakda Subuh berangkat dari Swiss-Belinn Malang menuju Desa Tlogorejo terlebih dahulu dengan meminjam mobilnya Wakil Direktur (Wadir 2) Percik.

Pukul 07.54 WIB, Christina dan fasilitator NIHR tiba di Pendopo Balai Desa Tlogorejo. Di stu sudah terlihat banyak pasien yang akan periksa di Pustu Tlogorejo, yang lokasinya satu halaman dengan pendopo tersebut.

Di lokasi, pemasangan layar dan LCD dipinjami dan sekaligus dipasangkan oleh salah seorang perangkat desa. Sambil menunggu semua peserta photovoice hadir, yang sudah kelihatan dikonfirmasi terkait foto yang telah dikirimkan, seperti lokasi, tanggal, dan judul dari foto tersebut.

Photovoice 2 Desa Tlogorejo: Sharing Foto dan Bercerita

Setelah semuanya berkumpul, pembawa acara Sutarmi, atau yang akrab dipanggil Bu Yut, mengawali dengan ucapan selamat datang dan dilanjutkan dengan membacakan susunan acara dalam pertemuan photovoice 2 ini.

Setelah itu, acara dilanjutkan dengan sambutan dari Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Sulis Nurhayati atau yang akrab disapa Lis Eko Wahyudi. Pada kesempatan itu, Lis Eko Wahyudi mengucapkan terima kasih atas ditunjuknya Desa Tlogorejo dalam penelitian yang dilakukan oleh Universitas Brawijaya (UB).

Ia berharap agar para kader kesehatan yang mengikuti photovoice bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan bertindak dalam masyarakat. “Sedikit bergerak akan bermanfaat,” tegas Ketua TP PKK Desa Tlogorejo.

Peserta ICM dari India dan Australia berkunjung ke Desa Tlogorejo

Usai sambutan Ketua TP PKK, acara photovoice 2 pun berlangsung. Christina memulai dengan melanjutkan konfirmasi terhadap foto-foto yang sudah dikirimkan. Mereka harus memberikan alasan kenapa kader memilih gambar tersebut.

Setiap partisipan diminta untuk menceritakan foto-foto yang telah dikrimkan dihadapan partisipan yang lainnya, dan peserta lain boleh menanggapinya atau menambahi. Di sini proses dialog atau diskusi di antara partisipan memang dihidupkan.

Semua partisipan pun kemudian sharing foto dan bercerita dihadapan partisipan yang lainnya. Mereka urut satu per satu dalam melakukan sharing foto dan bercerita.

Perangkat Desa Tlogorejo berpose dengan peserta ICM dari India dan Australia

Pukul 08.50 WIB rombongan peserta ICM tiba di Pendopo Desa Tlogorejo. Rombongan yang terdiri dari Maroof Khan (George Institute for Global Health India), Dr. Laura Downey (Advanced Research Fellow Imperial College London), Dr. Nushrat Khan (Research Fellow Imperial College London), Dr. Sabhya Pritwani (Research Officer George Institute for Global Health India), dan Damar Waskitojati, S.Kom., M.Si (Wadir 2 Percik Salatiga) diterima langsung oleh Ketua TP PKK dan bidan Desa Tlogorejo Sulianik, A.Md.Keb.

Agar tidak mengganggu jalannya photovoice yang dipandu oleh Christina dan dinotulensi oleh salah seorang kader Iit Nurhaifah, rombongan peserta ICM diterima di sisi timur pelaksanaan photovoice.

Rombongan pun beraudiensi dengan Ketua TP PKK yang ternyata bisa berbahasa Inggris, dan juga dengan bidan Desa Tlogorejo. Rombongan tersebut bertanya terkait kondisi desa, kegiatan-kegiatannya, dan apakah mereka senang akan kegiatan yang dilakukan ini.

Peserta ICM dari India dan Australia berpose di Pustu Tlogorejo

Kemudian Ketua TP PKK mengajak keliling ke dalam Kantor Desa, dan terus melihat-lihat Pustu Tlogorejo. Rombongan tampak senang diajak berkeliling tersebut. Mereka juga banyak bertanya, terutama ketika meninjau Pustu Tlogorejo mengingat penelitian ini ada hubungannya dengan masalah kesehatan masyarakat.

Dari Pustu Tlogorejo, rombongan peserta ICM itu menyapa lagi para kader yang menjadi partisipan photovoice 2 di penghujung acara photovoice, dan mengajaknya untuk foto bersama di Pendopo Balai Desa Tlogorejo.

Setelah itu, barulah rombongan dipencar. Sabhya meminta fasilitator NIHR untuk bisa ngobrol dengan kader peserta photovoice yang telah mendapatkan pelatihan SMARThealth. Kebetulan ada seorang yang telah mengikuti pelatihan SMARThealth. Dalam obrolan ini, kader didampingi oleh Damar dan bidan Anik.

Programmer NIHR App mengobrol dengan kader SMARThealth Desa Tlogorejo

Sementara itu, Christina masih menyelesaikan administrasi dengan peserta yang lain dengan dibantu dua orang kader yang menjadi pembawa acara dan notulis. Sedangkan, fasilitator NIHR diajak Ketua TP PKK keliling desa bersama Maroof Khan, Laura Downey, dan Nushrat Khan.

Ketiga orang itu juga penasaran dengan istilah juglangan yang pada waktu Focus Group Discussion (FGD) di Hotel Tugu Malang bermunculan. Akhirnya, mereka diajak ke rumah warga untuk melihat juglangan yang berada di halaman belakang rumahnya, berdampingan dengan kandang wedhus (kambing).

Mereka baru berbinar-binar setelah fasilitator NIHR tunjukkan apa itu juglangan, yaitu galian tanah untuk dibuat sebagai pembuangan sampah (garbage hole) yang umumnya dilakukan rumah tangga pada umumnya di Indonesia. “This is a juglangan!” kata fasilitator NIHR sambil menunjuk lubang sampah tersebut.

Ketua TP PKK sedang memperlihatkan selokan pekarangan yang dipenuhi sampah, dikira anak SD Tlogorejo ada turis

Selang beberapa meter, mereka lihat tungku pembakaran tradisional di pekarangan rumah warga yang berdekatan dengan juglangan tersebut. Tungkunya berderet sebanyak tiga. “Are these traditional stove fuelled by plastic too?” tanya Maroof ke fasilitator NIHR yang mendampinginya.

Wait a minute, let me ask the owner,” jawab saya kepada Maroof. Kebetulan pemiliknya kelihatan di pekarangan. Lalu, saya nanya ke pemiliknya. “Tungku niki bahan bakare ngginake nopo, dan nopo digunake ben ndinten?”

Pemilik yang lupa saya tanyakan namanya itu menjawab bahwa tungku ini menggunakan kayu dalam setiap menggunakannya, dan penggunaannya tidak setiap hari. Digunakan setiap ada hajatan saja, seperti mendapat giliran tahlilan, dan sebagainya.

Rasa penasaran peserta ICM asal Australia dengan istilah juglangan akhirnya merasa puas setelah melihat juglangan

Hasil jawaban pemilik tungku ini terus saya sampaikan kepada Maroof. Kemudian saya menunjukkan tumpukan kayu yang menjadi bahan bakarnya yang ditaruh pemiliknya mepet tritisan belakang rumahnya yang menghadap ke kandang kambing tadi.

Setelah personil rombongan peserta ICM itu berkumpul lagi di Pendopo Balai Desa Tlogorejo, mereka berpamitan dengan Ketua TP PKK, bidan desa, dan partispan photovoice serta Christina untuk melanjutkan agenda melakukan pertemuan dengan sejumlah kader dari Desa Bakalan, Krebet Senggrong, dan Krebet di Balai Desa Bakalan.

Fasilitator NIHR yang berangkatnya bakda Subuh dengan pemandu photovoice Christina, pulangngya diajak Wadir 2 Percik untuk ikut mobil rombongan guna memandu jalan yang cepat menuju ke Bakalan namun di tengah jalan terhenti sesaat karena terdengar kumandang adzan Jumat di Desa Sukorejo, Kecamatan Gondanglegi. Maroof pun ikut salat Jumat di Masjid Baitul Mukhlisin. *** [101024

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Risk Checker

Risk Checker

Indeks Massa Tubuh

Supplied by BMI Calculator Canada

Statistik Blog

Sahabat eKader

Label

Arsip Blog