Tampilkan postingan dengan label Dinkes Jatim. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Dinkes Jatim. Tampilkan semua postingan

Rabu, 01 Februari 2023

Dari Ngurusi Keswa, Puskesmas Bantur Bergema

Dari bimtek Keswa, dua mobil warna hitam meluncur dari halaman Kantor Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang menuju Puskesmas Bantur. Dua mobil itu berisi 4 rombongan. Mobil warna hitam berplat L merah membawa rombongan Kemenkes dan Dinkes Provinsi Jawa Timur (Dinkes Jatim).

Sementara itu, mobil warna hitam yang satunya berplat N putih diisi oleh rombongan Substansi PTM dan Kesehatan Jiwa (Keswa) Dinkes Kabupaten Malang, peneliti Universitas Brawijaya (UB), peneliti Manchester Metropolitan University (MMU), dan salah seorang Tim SMARThealth UB.

Rombongan Kemenkes berpose di depan pintu Puskesmas Bantur

Dua mobil empat rombongan itu akan melakukan kunjungan ke Puskesmas Bantur untuk beraudiensi dan sekaligus melihat implementasi program Keswa yang ada di Puskesmas Bantur. Perjalanan dari Kantor Dinkes Kabupaten Malang ditempuh dengan waktu sekitar satu jam.

Begitu tiba di Puskesmas Bantur yang beralamatkan di Jalan Raya Bantur No. 2203 Dusun Krajan RT 38 RW 08 Desa Bantur, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang, rombongan disambut oleh sejumlah tenaga kesehatan dan Kepala Puskesmas (Kapus), dan kemudian langsung diajak menuju ke Ruang Pertemuan Puskesmas yang berada di lantai 2.

Di ruang itu, Kapus Bantur Soebagijono, S.Kep, Ns, M.M.Kes memberikan sambutan dan sekaligus penjelasan mengenai “Kesehatan Jiwa Di Masyarakat.” Melalui slide yang ditransmisi ke TV Lead, Soebagijono menjelaskan latar belakangnya.

Dimulai dengan adanya problematika kesehatan jiwa yang terjadi di masyarakat, seperti dtelantarkan, dikucilkan, dan dipasung. Kesalahan pemahaman di masyarakat yang diperparah dengan adanya stigma di masyarakat terkait ODGJ, menyebabkan kesehatan jiwa selalu identik dengan perawatannya harus di rumah sakit jiwa (RSJ).

Suasana audiensi di Ruang Pertemuan Lt. 2 Puskesmas Bantur

Kompleksitas kesehatan jiwa bisa ada di individu itu sendiri, di keluarganya, atau di masyarakat. Oleh karena itu, penanganan masalah gangguan jiwa itu harus lintas sektor. Puskesmas tak akan mampu menangani jika tidak mendapat dukungan dari organisasi sosial lainnya.

Selesai penjelasan dari Kapus Bantur, Ketua Tim Kerja Surveilans Kesehatan Jiwa & Napza Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI, dr. Herbert Sidabutar, Sp.KJ memberikan sambutan secara singkat. Dalam sambutannya, dr. Herbert mengatakan bahwa kunjungan kami kemari, ingin melihat dengan nyata program Keswa yang telah dijalankan di Puskesmas Bantur hingga bereputasi nasional.

Pukul 13.29 WIB dilakukan sesi tanya jawab. Ada 3 penanya dalam sesi tersebut. Pertanyaan pertama datang dari dr Herbert. “Apa yang mendorong Pak Bagijo melakukan ini?” tanyanya dihadapan lainnya yang ikut beraudiensi.

Kapus pun menjawabnya. Bermula dari melihat orang di pasung, saya kasihan dan tertarik untuk memahaminya. Kebetulan ada adik saya menjadi Kepala ODGJ di sebuah RSJ. Dari situ kemudian Soebagijono melakukan advokasi kepada kader.

Penjelasan Kapus Bantur dihadapan rombongan Kemenkes

Ia pun pernah difasilitasi untuk pelatihan di UI dan diberi tantangan di Bogor. Setelah pulang, Kapus merasa bisa mengembangkan ke desa lainnya. Pada saat itu program Keswa baru dalam pegembangan, namun setelah tahu bahwa sumber pasung adalah keluarga, maka dimulailah pendekatan kepada keluarga dan sekaligus melakukan promkes.

Pertanyaan berikutnya datang dari Syaifudin Ridwan, S.Psi, M.Psi dari Keswa Dinkes Jatim. “Bagaimana strategi pembebasan pasung yang Pak Bagijo lakukan selama ini? tanyanya kepada Kapus Bantur.

Pada kesempatan ini, Kapus Bagijo menerangkan bahwa ada tahapan-tahapannya. Melibatkan perawat, keluarga, masyarakat, dan pemerintah desa. Prosesnya bisa memakan waktu 3 sampai 6 bulan.

Terakhir, peneliti MMU pun bertanya untuk mendapat gambaran perlakuan selama ini. “Dalam masyarakat, ada kelompok sehat dan ada kelompok risiko. Apa tindakannya agar tidak berlanjut?” tanyanya kepada Kapus Bagijo.

Kapus Bantur menjelaskan kepada rombongan Kemenkes tentang hal yang ada di Poli Jiwa

Kata Kapus Bagijo, dalam kelompok risiko akan diberikan pelatihan manajemen stress, termasuk kepada kelompok yang sehat. Sementara itu, untuk yang terindikasi ODGJ harus mendapat penanganan khusus berupa pengobatan atau farmakologi.

Setelah sesi tanya jawab, dr. Herbert pun memberikan kesempatan kepada Kapus Bagijo untuk menyampaikan apa yang dikehendaki dengan kunjungan Kemenkes ke Puskesmas Bantur ini. Pada kesempatan ini, Kapus Bagijo berharap agar program jiwa menjadi program yang diprioritaskan.

Mengapa demikian? Menurut Kapus Bagijo, karena dalam kesehatan jiwa ada banyak persoalan di dalamnya, termasuk sosial ekonomi. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya target penanganan dari Puskesmas Bantur bukan ke arah klinis saja tetapi juga sosial.

Selesai diskusi itu, rombongan diajak menuju ke Poli Jiwa yang dimiliki Puskesmas Bantur. Poli Jiwa berada di lantai 2 bangunan lain di sebelah timur dari ruang pertemuan. Poli itu menghadap ke utara dipojok timur laut dari gedung itu.

Rombongan Kemenkes disambut di halaman parkir setibanya di Puskesmas Bantur

Di Poli Jiwa itu, Kapus Bagijo memperlihatkan peta kesehatan jiwa wilayah kerja Puskesmas Bantur bulan Desember tahun 2022, dan etalase yang berisi hasil kerajinan ODGJ. Kata Kapus Bantur, hasil karya berupa kerajinan ini akan selalu dipromosikan di sela-sela ada kegiatan yang dihadiri banyak orang.

Dari Poli Jiwa ini, berakhirlah rangkaian kunjungan rombongan Kemenkes yang disertai rombongan Dinkes Jatim, Dinkes Kabupaten Malang, serta dua peneliti dan salah seorang Tim SMARThealth UB. 

“Dari Ngurusi Keswa, Puskesmas Bantur Bergema”, begitulah kira-kira yang dirasakan rombongan tersebut setelah berkunjung ke sana, dan mendapat penjelasan serta bukti-bukti dokumentasinya. *** [010223]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Jumat, 30 September 2022

Rakontek Program PTM dan Keswa Gelombang 2 di Grand Miami Ballroom Kepanjen

Hari ini, Jumat (30/09/2022), Rakontek Program PTM dan Keswa Dinkes Kabupaten Malang Gelombang 2 digelar di tempat yang sama pada Rakontek Gelombang 1, yaitu bertempat di Ballroom Lantai 7 Grand Miami Hotel, sebuah hotel bintang empat di Kepanjen.

Rakontek Gelombang 2 ini menghadirkan 19 Puskesmas, yakni Kepanjen, Sumberpucung, Kalipare, Ngajum, Wonosari, Wagir, Pakisaji, Tajinan, Tumpang, Pakis, Jabung, Lawang, Singosari, Ardimulyo, Karangploso, Dau, Pujon, Ngantang, dan Kasembon.

Sehari sebelumnya, Rakontek Gelombang 1 dihadiri oleh 20 Puskesmas. Jadi, selama dua hari ini Rakontek Program PTM dan Keswa Dinkes Kabupaten Malang telah menyasar semua Puskesmas yang ada di Kabupaten Malang, sebanyak 39 Puskesmas. Setiap Puskesmas mengirimkan 4 orang yang terdiri dari Kepala Puskesmas, PJ PTM, PJ Promkes, dan PJ Lansia.

Narasumber, Dinkes, dan peserta Rakontek Program PTM berpose di Grand Miami Ballroom

Pembagian dua gelombang dalam rakontek itu, di samping agar supaya ballroom tidak penuh sesak juga materi yang disampaikan supaya bisa diserap dengan baik oleh seluruh peserta yang menghadiri Rakontek Program PTM dan Keswa tersebut.

Sebelum memasuki ballroom, peserta harus mengisi lembar daftar hadir terlebih dahulu di meja yang telah disediakan panitia. Daftar hadir peserta ini ditangani oleh staf PTM Fitriayu Dola Meirina, A.Md. Keb, karena terkait dengan uang transportasi nantinya.

Di meja itu, juga dibantu oleh staf Keswa Wildan Adi Yatma, S.Psi. Ia akan membantu membagikan souvenir dan buku Pandu PTM kepada semua peserta yang hadir dalam Rakontek Program PTM dan Keswa sesuai daftar hadirnya.

Acara Rakontek Program PTM dan Keswa Gelombang 2 dimulai pada pukul 08.45 WIB dengan diawali ucapan selamat datang dari Master of Ceremony (MC) Rosida, SKM kepada seluruh peserta pertemuan itu. Sementara itu, tak jauh dari tempat MC, terlihat staf PTM Kristina Dewi, A.Md.Keb duduk di kursi paling depan dari peserta untuk menjadi notulen dalam rakontek ini.

Sub Koordinator Substansi PTM Keswa beri materi yang pertama

Dalam gelombang 2 ini, tidak ada pembukaan lagi. Sehingga, acara langsung diisi dengan penyampaian materi 1 oleh Sub Koordinator Substansi PTM dan Keswa Dinkes Kabupaten Malang, Paulus Gatot Kusharyanto, SKM, dengan judul “Kebijakan, Renstra Capaian P2PTM Tahun 2022 di Kabupaten Malang.”

Pada kesempatan itu, Paulus menjelaskan bahwa PTM menjadi penyebab kematian terbanyak di Indonesia. Hanya 3 dari 10 penderita PTM yang terdeteksi, selebihnya tidak mengetahui bahwa dirinya sakit karena PTM tidak ada gejala dan tanda sampai terjadi komplikasi. Dari 3 penderita PTM tersebut hanya 1 orang yang berobat teratur.

Oleh karena itu, diperlukan aksi program untuk melakukan pencegahan dan pengendalian PTM, seperti KTR (Kawasan Tanpa Rokok), deteksi dini/skrining faktor risiko PTM, deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim, skrining indera, Pandu PTM, dan layanan konseling UBM (Upaya Berhenti Merokok).

Narasumber kedua dari Seksi PTM Dinkes Provinsi Jawa Timur

Namun setelah aksi program itu dijalankan, masih terlihat tren kenaikan kasus PTM. Permasalahan Program PTM yang dihadapi Dinkes dan Puskesmas di Kabupaten Malang, di antaranya masih rendahnya capaian SPM PTM mengingat komitmen input hasil skrining by name by address masih sangat kurang, ketersediaan Kit dan BMHP (Bahan Medis Habis Pakai) belum mencukupi, belum terintegrasinya progam dan pelaporan PTM Keswa dengan lintas program (KIA, Posyandu, UKS, Lansia, Prolanis, TB-DM, Vaksinasi, Haji), serta belum terintegrasinya program dan pelaporan dengan jejaring Klinik Pratama, Klinik Utama dan rumah sakit.

Pukul 09.22 WIB usai pemaparan materi dari Sub Koordinator Substansi PTM dan Keswa, acara coffee break. Peserta dipersilakan mengambil snack berupa sandwich dan minuman (kopi/teh panas) untuk dibawa masuk ke dalam ballroom, karena acara akan dilanjutkan dengan pemaparan materi 2 oleh Wari Iin Dehasworo, SKM dari Seksi PTM Dinkes Provinsi Jawa Timur, dengan titel “Kebijakan, Strategi dan Monev Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular.”

Dalam penjelasannya, Wari Iin mengatakan bahwa sebenarnya Kabupaten Malang telah melakukan segala upaya dalam melakukan pencegahan dan pengendalian PTM. Hanya saja, dilihat dari capaian SPM masih belum memnuhi apa yang diinginkan. Padahal Kabupaten Malang memiliki inovasi bidang kesehatan dan bahkan Pandu PTM Puskesmas Turen menjadi percontohan nasional.

Hal ini, menurut Wari Iin, kemungkinan besar semua deteksi dini yang dilakukan di Puskesmas maupun UKBM tidak segera diinput ke dalam SIPTM. Sebenarnya di Kabupaten Malang juga sudah terbantukan dengan adanya SMARThealth.

Wari Iin pun mencontohkan apa yang telah dilakukan Kota Surabaya sehingga menjadi yang tertinggi dalam capaian SPM PTM di Provinsi Jawa Timur. Kepala Dinkes Kota Surabaya menyurati seluruh Kepala Puskesmas agar supaya setiap stafnya disuruh membantu input data sebanyak 5 setiap harinya.

Sehabis paparan ini, acara diisi ishoma dengan mempersilakan kaum pria untuk menunaikan ibadah salat Jumat. Pulang dari masjid, kaum pria pada menuju ke tempat hidangan makan siang disajikan, dan terus makan. 

Narasumber ketiga dari Seksi Promkes Dinkes Provinsi Jawa Timur

Banyaknya jumlah masakan sama dengan hari pertama pada Rakontek Gelombang 1, hanya saja untuk Rakontek Gelombang 2 ini menunya sedikit lain. Ada soto Betawi, steamed rice, nasi goreng kebuli, yaki ramen, kalian garlic sauce, ikan sambal matah, ayam bekakak, krengsengan daging, acar, sambal, saus tomat, saus cabe, krupuk udang, es tape ketan hijau, assorted slice fruit, assorted pudding, mineral water, mango juice, dan infused water.

Masuk lagi pada pukul 12.45 WIB dan diisi dengan penyampaian materi 3 oleh Citra Ervina Ahiyanasari, SKM dari Seksi Promkes Dinkes Provinsi Jawa Timur, dengan materi “Peran Serta Kader Kesehatan Pada Posyandu Prima.”

Selama dua hari ini, materi ini selalu mengundang pertanyaan dengan munculnya istilah Posyandu Prima yang konon akan menggantikan Ponkesdes yang telah ada terlebih dahulu. Kendati masih diujicobakan di Surabaya, telah disadari oleh Citra Ervina bahwa Posyandu Prima ini nanti akan menuai banyak pertanyaan. Bastamil Anwar Aziz, S.Kep. Ners dan Gatot Sujono, S.St., M.Pd, keduanya dari Seksi PTM dan Keswa, bergantian menyiapkan microphone untuk peserta yang bertanya tersebut.

Ada 5 penanya yang menyoroti perihal Posyandu Prima, mulai dari strukturnya, pertanggungjawabannya, pola kerjanya, pembiayaannya, dan lain-lain. Oleh karenanya, selain memberikan materi ia juga mencatat segala masukan untuk disampaikan ke Kemenkes nantinya.

Peserta Rakontek Program PTM yang duduk di bagian tengah

Pukul 13.54 WIB staf PTM Nur Ani Sahara, S.Kep. Ners mendapat tugas untuk membacakan RTL (Rencana Tindak Lanjut) dari Rakontek Program PTM dan Keswa untuk Puskesmas, yang disorotkan ke layar oleh staf IT Seksi PTM dan Keswa Candra Hernawan, S.Kom selaku operator LCD dalam rakontek ini.

Namun demikian, sebelum membacakan RTL, Nur Ani terlebih dahulu memberikan gambaran kepada peserta tentang apa saja yang telah dilakukan oleh Seksi PTM dan Keswa selama ini, yaitu Laporan Kegiatan Pertemuan Rakontek Program PTM dan Keswa Bidang P2P dengan lintas program yang ada di Dinkes di Hotel Grand Kanjuruhan pada Rabu (20/07/2022) yang menghasilkan sejumlah kesepakatan dalam program PTM, pengumuman pemenang lomba Hari Merdeka Agustus 2022 dalam rangka peningkatan capaian SPM Hipertensi di Kabupaten Malang, surat permohonan akses bridging ePuskesmas dengan aplikasi ASIK, kunjungan Digital Transformation Office (DTO) Kemenkes ke Dinkes Kabupaten Malang pada 29-30 Agustus 2022, kunjungan DTO Kemenkes ke Ponkesdes Desa Kedok Kecamatan Turen untuk melihat penggunaan aplikasi eKader, Bimtek implementasi Pandu PTM ke Seksi PTN Dinkes Kabupaten Malang oleh Dirjen P2PTM Kemenkes pada 15 September 2022, Bimtek implementasi Pandu PTM ke Puskesmas Sumberpucung oleh Dirjen P2PTM Kemenkes pada 16 September 2022, serta rencana penambahan item di form skrining PTM ePuskesmas. Setelah itu, Nur Ani baru membacakan RTL Rakontek Puskesmas Program PTM.

Rangkaian acara Rakontek Program PTM dan Keswa ini yang berlangsung selama 2 hari ini ditutup secara resmi oleh Sub Koordinator Substansi PTM Keswa, mewakili Kabid P2P, pada pukul 14.19 WIB menjelang Ashar tiba. *** [300922

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo


Share:

Kamis, 29 September 2022

Rakontek Program PTM dan Keswa Dinkes Kabupaten Malang 2022

Saat ini, Indonesia mengalami transisi epidemiologi penyakit dan kematian yang disebabkan oleh pola gaya hidup, meningkatnya status sosial ekonomi dan bertambahnya usia harapan hidup. Awalnya penyakit tersebut didominasi oleh penyakit menular, namun kini penyakit tidak menula (PTM) terus meningkat dan melampaui penyakit menular.

Prevalensi PTN di Indonesia berdasarkan Riskesda 2018, hipertensi usia >18 tahun (25,8%), penyakit jantung koroner (PJK) > 15 tahun (1,5%), gagal jantung (0,3%), gagal ginjal kronik (7,69%), stroke (12,1%), asma (4,8%), PPOK (3,8%), kanker (3,6%), diabetes mellitus (3,0%), dan hypertyroid (0,4%).

Sedangkan, beberapa faktor risiko PTM seperti obesitas laki-laki (19,7%), obesitas perempuan (32,9%), obesitas sentral (31%), konsumsi tembakau (33,8%) dan kurang makan sayur maupun buah (93,5%).

Laporan SPM Kabupaten Malang (hingga Agustus 2022) menunjukkan bahwa, untuk capaian SPM usia produktif sebesar 37,35% atau 626.298 orang, capaian pelayanan penderita hipertensi sebanyak 26,05% atau 214.634 orang, dan capaian pelayanan kesehatan penderita diabetes mellitus sebesar 45,16% atau 18.984 orang.

Narasumber, peserta, dan panitia berpose bersama usai pembukaan Rakontek Program PTM Dinkes Kabupaten Malang

Dari data itu, memperlihatkan bahwa capaian SPM di Kabupaten Malang masih rendah, belum mencapai target 100%. Salah satu faktor penyebabnya, selain manajemen program yang belum mantap, belum sinerginya pencatatan dan pelaporan dari lintas program dan jejaring, masih rendahnya kedisiplinan dalam menginput hasil skrining pada ePuskesmas serta penatalaksanaan hipertensi dan diabetes mellitus.

Dalam sambutannya, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Tri Awignami Astoeti, SKM, M.MKes yang mewakili Plt. Kepala Dinas Kesehatan mengatakan, untuk itu diperlukan upaya koordinasi lintas program di Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang agar bersinergi dalam penyamaan persepsi dan pemahaman tentang program PTM dan Kesehatan Jiwa (Keswa), baik dalam standar pelayanan, pencatatan dan pelaporannya.

Sinergisitas itu mencakup Bidang Kesehatan Masyarakat (program Lansia, UKS, KIA dan Kespro), Bidang P2P (program GIF, UBM, IVA, TB-DM, Pandu PTM, Keswa, dan Napza). Kesemuanya itu tidak lain agar capaian target SPM maupun integrasi bisa terpenuhi sehingga muncul kesamaan pemahaman dalam upaya pencapaian SPM di bidang kesehatan dan capaian program.

Setelah memberikan sambutan, Kabid P2P berkenan membuka secara resmi Rapat Koordinasi Teksnis (Rakontek) Program PTM dan Keswa dengan Lintas Program di Dinkes Kabupaten Malang tahun 2022.

Suasana pembukaan Rakontek Program PTM di Grand Miami Ballroom Lantai 7

Rakontek Program PTM dan Keswa ini diselenggarakan selama dua hari dari 29 hingga 30 September 2022 di Ballroom Lantai 7 Grand Miami Hotel, sebuah hotel bintang empat, yang beralamatkan di Jalan Jatirejoyoso No. 01 Dusun Dawuhan RT 01 RW 01 Desa Jatirejoyoso, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.

Rakontek ini melibatkan peserta dari lintas program pada Dinkes Kabupaten Malang dan Puskesmas se-Kabupaten Malang (39 Puskesmas). Rakontek Gelombang 1 pada Kamis (29/09/2022) menghadirkan peserta yang terdiri dari lintas program Dinkes (Kabid P2P, Sub Koordinator Substansi PTM Keswa, Sub Koordinator Substansi Yanprim, PP PTM, PP Promkes, PP Lansia,PP PSI PK Yankes, PP Farmasi, PP Pelayanan Rujukan, PP Kesga, PP Promkes, PP Jiwa, PP Gifu, dan sejumlah staf PTM lainnya), dan Puskesmas (Kepala Puskesmas, PJ PTM, PJ Promkes, dan PJ Lansia).

Hari pertama ini, yang dihadirkan 20 Puskesmas yakni Donomulyo, Kromengan, Pagak, Sumbermanjing Kulon, Bantur, Wonokerto, Gedangan, Sitiarjo, Sumbermanjing Wetan, Dampit, Pamotan, Tirtoyudo, Ampelgading, Poncokusumo, Wajak, Turen, Bululawang, Gondanglegi, Ketawang, dan Pagelaran. 

Sedangkan, untuk gelombang 2 esok harinya akan dihadirkan 19 Puskesmas meliputi Kasembon, Ngantang, Pujon, Dau, Karangploso, Lawang, Ardirejo, Singosari, Pakis, Jabung, Tumpang, Tajinan, Pakisaji, Kepanjen, Kalipare, Sumberpucung, Ngajum, Wonosari, dan Wagir.

Dua narasumber dari Dinkes Provinsi Jatim menyimak paparan Sub Koordinator Substansi PTM dan Keswa Dinkes Kabupaten Malang

Dalam rakontek gelombang 1 ini terdapat 3 narasumber. Narasumber 1 diisi oleh Sub Koordinator Substansi PTM Keswa Paulus Gatot Kusharyanto, SKM dengan judul “Kebijakan, Renstra Capaian P2PTM Tahun 2022 di Kabupaten Malang.

Dalam penjelasannya, Paulus mengatakan bahwa capaian skrining usia 15 tahun ke atas (Januari-Agustus 2022) yang baru mencapai 35,64%. Hal ini tidak terlepas dari permasalahan program PTM di Dinkes dan Puskesmas.

Kemudian narasumber 2 berasal dari Seksi PTM Dinkes Provinsi Jawa Timur, Wari Iin Dehasworo, SKM, dengan titel “Kebijakan, Strategi dan Monev Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular.”

Pada kesempatan itu, Wari Iin menjelaskan bahwa Kabupaten Malang menjadi percontohan PTM Nasional. Sehingga, ia yakin bahwa Puskesmas sudah melakukan segala daya upaya, hanya sayangnya masih per program. “Coba kalau dikompilasi maka akan meningkat tajam”, terang Wari Iin.

Peserta Rakontek mendengarkan pemaparan narasumber

Lebih lanjut, Wari Iin juga memuji inovasi SMARThealth di Kabupaten Malang. Ia yakin semua provinsi yang ada di Indonesia sudah ada Pandu PTM. Hanya saja kelebihan Kabupaten Malang karena memiliki keunggulan dengan inovasi SMARThealth, sementara di daerah lain belum ada. “Sistem pendataan luar biasa SMARThealth. Di SMARThealth lengkap dengan by name by address” kata Wari Iin.

Memasuki pemaparan materi 3, dilakukan peregangan otot dengan melakukan senam agar supaya peserta tidak tegang dan menjadi rilek lagi sehingga bisa mudah menyerap materi lagi. Setelah senam, baru narasumber 3 dari Seksi Promkes Dinkes Provinsi Jawa Timur, Citra Ervina Ahiyanasari, SKM memaparkan materi “Peran Serta Kader Kesehatan Pada Posyandu Prima.”

Pada paparan materi 3 ini terdapat banyak pertanyaan, karena munculnya istilah Posyandu Prima. Posyandu Prima ini saat ini sedang diuji coba di Surabaya. Kata Citra Ervina, keberadaan Posyandu Prima ini nanti akan menggantikan Ponkesdes. Giat Posyandu Prima itu nanti pelayanannya setiap hari.

Usai materi 3, acara akan dilanjutkan dengan rencana tindak lanjut dari rakontek ini, Namun di sela-sela itu, PP PTM Dinkes Kabupaten Malang Nur Ani Sahara, S.Kep. Ners mengumumkan pemenang lomba Hari Merdeka Agustus 2022 dalam rangka peningkatan capaian SPM Hipertensi di Kabupaten Malang.

Peserta Rakontek menikmati hidangan makan siang di lobby Ballroom

Pemenangnya diumumkan ada 3 Puskesmas, yaitu Puskesmas Kromengan sebagai Puskesmas tertinggi Pertama dengan jumlah 320,1%, Puskesmas Pagak sebagai Puskesmas tertinggi Kedua dengan jumlah 266,7%, dan Puskesmas Bululawang sebagai Puskesmas tertinggi Ketiga dengan jumlah 239, 9%.

Setelah pengumuman pemenang, Nur Ani langsung meneruskan dengan membacakan rencana tindak lanjut dari rakontek Program PTM ini yang disepakati oleh peserta rakontek.

Acara rakontek Program PTM yang dimulai pada pukul 08.55 WIB ini, berakhir pada pukul 13.08 WIB. Penutupan dilakukan oleh Sub Koordinator Substansi PTM Keswa Dinkes Kabupaten Malang. Dalam penutupan itu, Paulus mewakili dari Seksi PTM dan Keswa Dinkes mengucapkan terima kasih atas perhatian peserta dari awal hingga akhir, dan berharap semua Puskesmas di Kabupaten Malang sudah bisa Pandu PTM dan UBM tahun depan.

Usai ditutup, peserta dipersilakan mencicipi hidangan makan siang yang telah disediakan oleh pihak hotel dengan aneka menu di lobby Grand Miami Ballroom.  Ada coto Makasar, steamed rice, nasi goreng seafood, mie goreng, kalian garlic sauce, ayam betutu, ikan saus tiga rasa, daging kecap, acar, sambal, saus tomat, saus sambal, kerupuk udang, es rujak gobet, assorted slice fruit, assoreted pudding, mineral water, infused water, dan pineapple juice. *** [290922]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo


Share:

Selasa, 09 Agustus 2022

Pertemuan Koordinasi Program GIF Bagi Puskesmas Di Dinkes Kabupaten Malang

Sesuai surat undangan bernomor 005/4244/35.07.103/2022, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang menyelenggarakan Pertemuan Koordinasi Program Gangguan Indra dan Fungsional (GIF) bagi  fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) dalam rangka meningkatkan kinerja program penanggulangan gangguan indra di Grand Kanjuruhan Resort & Convention Hall yang beralamatkan di Jalan Panglima Sudirman No. 5 Dusun Ketawang RT 03 RW 01 Desa Ngadilangkung, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, pada Selasa (09/08/2022).

Dalam pertemuan itu, Dinkes mengundang 1 orang dokter fungsional dan 1 orang pengelola program Indra di setiap Puskesmas yang ada di Kabupaten Malang. Jumlahnya ada 78 orang peserta yang mengikuti pertemuan tersebut.

Acara ini dimulai pada pukul 09.02 WIB, molor satu jam dua menit dari yang tertulis di undangannya. Master of Ceremony (MC) Zahira Syalwa Regita Amada, mahasiswi magang Kesmas Universitas Negeri Malang di Seksi PTM dan Kesehatan Jiwa (Kewa) mengawali acara dengan mengucapkan selamat datang kepada peserta pertemuan dan diteruskan dengan membacakan susunan acaranya serta memandu doa bersama.

Sambutan dan pembukaan pertemuan koordinator program gangguan indra fungsional oleh Kabud P2P Dinkes Kabupaten Malang

Setelah itu, semua peserta dimohon berdiri untuk menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya yang musiknya dipandu dengan video dalam laptop yang disorotkan ke layar proyektor, dan selesai itu, peserta dimohon duduk kembali.

Acara berikutnya kemudian diisi dengan sambutan dari Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Kabid P2P) Tri Awignami Astoeti, SKM, M.MKes mewakili Plt. Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) yang tidak bisa hadir di Hotel Grand Kanjuruhan.

Dalam sambutannya, Tri Awignami mengatakan bahwa angka gangguan penglihatan dan kebutaan dari hari ke hari semakin meningkat. Estimasi jumlah orang dengan gangguan penglihatan di seluruh dunia pada tahun 2010 adalah 285 juta orang (4,24% populasi) dan sebesar 39 juta orang (0,58% ) menderita kebutaan serta 246 juta orang (3,65%) mengalami low vision, 65% orang dengan gangguan penglihatan dan 82% dari penyandang kebutaan berusia 50 tahun ke atas (Pusdatin, 2014).

Pemateri 1 dari Dinkes Provinsi Jawa Timur

Di tingkat nasional, berbagai penelitian terkait dengan angka gangguan penglihatan dan kebutaan telah banyak dilakukan, seperti Survei Kesehatan Mata Nasional (1993-1996), Survei Kesehatan Rumah tangga (2001), Riset Kesehatan Dasar (2007 dan 2013) serta Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB).

Di Kabupaten Malang untuk data deteksi dini gangguan indra pada tahun 2021 sebanyak 468.117 (44,4%), katarak sebanyak 732 kasus, kelainan refraksi sebanyak 362 kasus, OMSK ada 30 kasus dan serumen ada 58 kasus.

Pertemuan ini bisa dikatakan sebagai overview program terkait GIF agar supaya terjadi persamaan persepsi dan pemahaman tentang program kesehatan indra, baik standar pelayanan, pencatatan maupun pelaporannya. Sehingga bisa saling bersinergi untuk pencapaian program indra.

Peserta pertemuan dari timur laut Hall Kanjuruhan Kepanjen

Usai memberikan sambutan, Tri Awignami dengan mengucap “Bismillahirrahmanirrahim” Pertemuan Koordinasi Program GIF di Kabupaten Malang dimulai pelaksanaanya (sambil mengetuk meja sebanyak 3 kali).

Sesudah dibuka secara resmi, acara berikutnya dilanjutkan dengan pemaparan materi yang pertama oleh Wariin Dehasworo, SKM dari Dinkes Provinsi Jawa Timur dengan judul “Program Penanggulan Gangguan Indra Fungsional” dan “Percepatan Pencapaian Indikator Program Penanggulangan Gangguan Indra di Jawa Timur Tahu 2022.”

Pada materi “Program Penanggulan Gangguan Indra Fungsional”, Wariin Dehasworo membeberkan tentang situasi global penyandang gangguan mata, situasi gangguan indra di Indonesia, dasar pelaksanaan kegiatan, penanggulan diprioritaskan pada gangguan indra penglihatan dan pendengaran, apakah low vision itu, permasalahan gangguan penglihatan di Indonesia berdasarkan RAAB, estimasi jumlah kebutaan/refraksi dan kasus katarak di Jawa Timur, kasus gangguan indra di Kabupaten Malang tahun 2021, low vision di Kabupaten Malang, retinopati diabetikum di Kabupaten Malang, penyelenggaraan kegiatan penanggulangan gangguan penglihatan dan pendengaran, promosi kesehatan, deteksi dini, fakta disabilitas, penaggulangan fungsional, prevalensi disabilitas, dan peta jalan layanan kesehatan inklusi.

Pemateri 2 dari Perdami Cabang Malang Raya

Sementara itu, pada materi “Percepatan Pencapaian Indikator Program Penanggulangan Gangguan Indra di Jawa Timur Tahu 2022”, Wariin Dehasworo menerangkan perihal indikator Renstra PTM 2020-2024, kegiatan integrasi deteksi dini gangguan penglihatan dan pendengaran, capaian IKK P2PTM Semester 1, kegiatan integrasi deteksi dini gangguan penglihatan dan pendengaran, dan pencatatan dan pelaporan (ASIK dan SI PTM).

Di akhir paparan, Wariin Dehasworo menjelaskan Surabaya bisa meningkat capaiannya karena setiap Puskesmas diharuskan melakukan input data di ASIK 20% dari personil yang ada. Dari 20% itu, setiap personil disuruh melakukan input data sebanyak 5 tiap hari.

Kemudian, Wariin juga mencari tahu kepada peserta dari Turen. Kenapa SI PTM Turen tertinggi di Kabupaten Malang? Rahasianya, kerja sama petugas kesehatan, kader, dan perangkat desa. Setelah menjawab, pesertanya dihadiahi Silver Queen.

Peserta pertemuan di sisi selatan bagian tengah Hall Kanjuruhan Kepanjen

Selanjutnya, diteruskan dengan sesi tanya jawab. Ada seorang peserta dari Puskesmas Kalipare yang merasa kesulitan dalam melakukan copas untuk aplikasi ASIK.

Pukul 10.56 WIB acara diisi dengan coffee break untuk menyantap snack yang telah disiapkan pihak hotel. Ada kopi panas, teh panas, kue tok dan onde-onde.

Usai coffee break, acara disambung dengan pemaparan materi kedua yang disampaikan oleh dr. Hera Dwi Novita, Sp.M(K) dari Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) Cabang Malang Raya, dengan titel “Deteksi Dini Gangguan Penglihatan di Puskesmas.”

Pada kesempatan itu, dr. Hera menjelaskan perihal pencegahan gangguan penglihatan di Kabupaten Malang melalui analisa SDM, infrastruktur, finansial, stakeholder, sistem rujukan, dan implementasi program terintegrasi dengan program yang sudah ada.

Pemateri 3 dari RSUD Kajuruhan Kepanjen

Selesai paparan dr. Hera, dilanjutkan dengan tanya jawab sebentar dan kemudian ishoma. Dalam ishoma itu, pihak hotel menghidangkan aneka masakan di meja yang telah disediakan di dalam ruang pertemuan tersebut. Ada nasi putih, nasi goreng Jawa, tahu campur, tempe mendoan, tahu sutra, cah kangkung udang, beefsteak, fuyunghay, ayam rica-rica, udang crispy, ayam bakar madu, rujak uleg, sambal, krupuk, salad buah, semangka dan papaya iris, air mineral dan es Manado.

Sesudah ishoma, acara dilanjutkan dengan pemaparan materi ketiga oleh dr. Ersty Istyawati, Sp.THT-KL dari RSUD Kanjuruhan Kepanjen, dengan judul “Gangguan Pendengaran Pada Anak: Deteksi Dini.”

Dalam paparannya, dr. Ersty menerangkan tentang apa itu gangguang pendengaran, macam-macam gangguan pendengaran, respon mendengara pada anak berdasarkan usia, derajat ketulian, penyebab gangguan pendengaran pada anak, tahapan perkembangan bicara pada anak, kapan dicurigai adanya gangguan pada anak, dan deteksi gangguan pendengaran harus segera dilakukan segera!

Kasi PTM Keswa dalam Rencana Tindak Lanjut

Pada materi ini terdapat satu penanya dari Puskesmas Sitiarjo, dan kemudian mendapatkan penjelasan jawaban dari dr. Ersty. Selain itu, dr. Ersty juga berpesan kepada peserta pertemuan, jika menjumpai pasien gangguan pendengaran sudah diperiksa dua kali tidak ada perubahan mohon segera dirujuk ke rumah sakit.

Mengkahiri acara pertemuan ini, Kepala Seksi (Kasi) PTM Keswa Paulus Gatot Kusharyanto, SKM menguraikan rencana tindak lanjut dari pertemuan hari ini, yaitu berkolaborasi dengan program lain dalam hal pencatatan dan pelaporan seperti dengan program (KIA, UKS, PTM, Lansia), berkolaborasi dengan jejaring dalam hal pencatatan dan pelaporan, serta melakukan sosialisasi ke semua pengelola program untuk entry pelaporan secara by name. 

Setelah membacakan rencana tindak lanjut, acara kemudian ditutup oleh Kasi PTM Keswa pada pukul 15.16 WIB. *** [090822]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo


Share:

Rabu, 09 Juni 2021

Giliran Kecamatan Wajak Jadi Ajang Orientasi Posbindu Melalui Tatap Muka di Kabupaten Malang

Agenda pertemuan Orientasi Posbindu Melalui Tatap Muka di Kabupaten Malang dilaksanakan sebanyak tiga kali. Yang pertama telah diadakan di Kecamatan Turen, dan yang kedua diselenggarakan di Kecamatan Gondanglegi.

Sedangkan untuk yang ketiga kalinya, giliran Kecamatan Wajak menjadi ajang pertemuan Orientasi Posbindu Melalui Tatap Muka yang diinisiasi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur (Dinkes Jatim). Penyelenggaraannya dipusatkan di Pendopo Kecamatan Wajak yang beralamatkan di Jalan Raya Panglima Sudirman No. 96 Dusun Wajak RT 01 RW 05 Desa Wajak, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, pada Rabu (09/06/2021).

Pembukaan Orientasi Posbindu Melalui Tatap Muka di Kecamatan Wajak

Acara orientasi dimulai pada pukul 09.12 WIB dengan dipandu oleh Master of Ceremony (MC) Fifin Ambarsari, S.Kep.Ners. Fifin yang kesehariannya sebagai PJ Promkes Puskesmas Wajak mengawali acara dengan mengucapkan selamat datang kepada semua peserta orientasi, dan kemudian membacakan susunan acaranya.

Setelah itu, MC meminta kepada hadirin untuk berdiri guna menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Mars Germas yang dipimpin oleh dirigen atau konduktor Radita Pravitasari, A.Md. Keb., seorang bidan desa yang berkarya di lingkungan Puskesmas Wajak.

Sambutan Kepala Puskesmas Wajak

Acara orientasi ini mengundang sebanyak 85 orang peserta yang terdiri atas 13 Kepala Desa (Kades) di wilayah administratif Kecamatan Wajak, 13 Tim Penggerak PKK (TP PKK), Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK), Muslimat NU, perwakilan kader Posbindu dari 13 desa, dan sejumlah perangkat kecamatan serta unsur dari Puskesmas Wajak.

Usai menyanyikan dua lagu, hadiri dimohon duduk kembali. Lantas, MC memimpin doa sebelum sambutan-sambutan. Sambutan pertama disampaikan oleh Kepala Puskesmas (Kapus) Wajak drg. Hennie Noerhayati. Dalam sambutannya, Kapus Wajak mengatakan bahwa penyakit tidak menular (PTM) menunjukkan kencenderungan kenaikan setiap tahunnya. Salah satu upaya untuk menekan angka kesakitan adalah dengan diadakan Posbindu.

Sambutan Camat Wajak

Posbindu merupakan program nasional yang telah dipercaya untuk mewujudkan standar pelayanan minimal (SPM) dalam melakukan deteksi dini faktor risiko PTM. Menurut Kapus Wajak, di Kecamatan Wajak ini terdapat 41 Posbindu yang terdiri atas 24 Posbindu Umum, 15 Posbindu Muslimat, dan 2 Posbindu SMARThealth.

Harapan Kapus Wajak, kedepannya Posbindu SMARThealth bisa merata ke semua desa yang ada di Kecamatan Wajak.

Setelah Kapus, acara dilanjutkan dengan sambutan dari Camat Wajak Purwoto, S.Sos., M.Si. Pada kesempatan itu, Camat Purwoto mengatakan bahwa selama ini kita hanya mendengar Posyandu Balita dan Lansia saja. Sementara yang usia produktif belum tergarap dengan optmal. Inilah sesungguhnya ranah Posbindu yaitu umur 15 hingga 59 tahun.

Menyanyikan lagu Indonesia Raya

“Saya mendengar bahwa Kabupaten Malang telah menyiapkan Perbup Posbindu SMARThealth. Kabupaten lain belum berpikir, Kabupaten Malang sudah bertindak” jelas Camat Purwoto yang diikuti dengan tepuk tangan peserta orientasi.

Camat Wajak mengakui bahwa skrining PTM tidak akan terlaksana, bila tidak ada kerja samanya. Oleh karena itu, Camat Wajak berharap kepada Kades yang ada di Kecamatan Wajak untuk mau membantu dalam pelaksanaan Posbindu nantinya dengan mengalokasikan dari dana desa. Oleh karena itu, perawat maupun bidan desa serta kader Posbindu perlu melakukan komunikasi dengan Kades.

Usai memberikan sambutan, Camat Purwoto kemudian menyatakan membuka pertemuan Orientasi Posbindu Melalui Tatap Muka di Kecamatan Wajak, dan sekaligus dimulai kegiatannya.

TP PKK

Sebelum memasuki pemaparan materi 1. MC Fifin mengajak kepada semua peserta orientasi untuk mendengungkan yel-yel Germas: “Sehat, Bugar, Produktif, Jaya.”

Memasuki materi 1, MC mempersilakan kepada dr. Faridha Cahyani dari Dinkes Jatim untuk memaparkan materinya yang berjudul “Posbindu PTM Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru”. Dalam paparannya, dr. Faridha menerangkan bahwa Posbindu merupakan kegiatan pengendalian faktor risiko PTM melalui pemberdayaan masyarakat yang telah menjadi program nasional. Sehingga secara teknis, Posbindu sudah berjalan. Hanya saja pada waktu didera pandemi tahun lalu, giat Posbindu sempat terhenti karena adanya pembatasan sosial.

Namun karena komorbid pada pasien konfirmasi COVID-19 Jawa Timur umumnya didominasi PTM, maka Posbindu harus mulai jalan kembali seiring membaiknya zona di sejumlah kabupaten/kota di Jawa Timur.

Perangkat Desa di wilayah administratif Kecamatan Wajak

Pada pertemuan orientasi ini, hadirin perlu mengenal konsep adaptasi kebiasaan baru pencegahan dan pengendalian PTM agar supaya Posbindu bisa berjalan mengikuti situasi dan kondisi di masa pandemi ini.

Posbindu apa saja yang ada di Kecamatan Wajak perlu tahu situasi dan kondisi di masa pandemi ini, termasuk Posbindu Muslimat Wajak yang gaungnya telah sampai ke Provinsi. Memang diakui oleh dr. Faridha, bila mengandalkan kepada 64 petugas kesehatan yang ada di Puskesmas Wajak, layanan deteksi dini faktor risiko PTM tidak akan teratasi, apalagi targetnya yang harus 100 persen.

Oleh karena itu perlu dibantu kader kesehatan yang ada di desa melalui kegiatan Posbindu, baik kader desa, Muslimat maupun sekarang yang sedang dijalankan yaitu SMARThealth. Diakui oleh dr. Faridha, Posbindu SMARThealth ini memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan Posbindu yang ada.

Panitia Orientasi berpose di akhir acara

Selesai materi 1, kemudian diteruskan dengan pemaparan materi 2 yang disampaikan oleh Nur Ani Sahara, S.Kep. Ners dari Dinkes Kabupaten Malang dengan judul “Pengendalian Komorbid PTM Pada Kasus Kesakitan dan Kematian COVID-19 Dengan Program SMARThealth di Kabupaten Malang.”

Pada kesempatan itu, Nur Ani memutarkan video Posbindu SMARThealth Kepanjen kepada peserta Orientasi Posbindu Tatap Muka di Kecamatan Wajak.

Menurut Nur Ani, Posbindu SMARThealth Kepanjen sudah mandiri. Inisiatif dan komunikasi antara kader dan petugas kesehatan serta pihak kelurahan terjalin dengan erat. Di video juga terlihat kader SMARThealth langsung mengentri data dengan aplikasi SMARThealth. Selain itu, tampak juga ada dokter Puskesmasnya yang memberikan konsultasi.

Karena Bupati Malang pernah menerima penghargaan dari Menteri Kesehatan RI terkait inovasi layanan kesehatan melalui SMARThealth, maka Bupati berkomitmen untuk mereplikasi program SMARThealth secara bertahap dalam 5 tahun ini ke semua desa dan kelurahan yang ada di Kabupaten Malang.

Menurut Nur Ani, kenapa kita berani mengembangkan Posbindu SMARThealth? Karena kita mempunyai kader kesehatan yang banyak yang bisa dilatih dengan program SMARThealth. Jadi, harapannya tidak berhenti di Pendopo Kecamatan Wajak ini, melainkan yang hadir di sini perlu turut mensosialisasikan Posbindu SMARThealth di desanya masing-masing.

Usai materi 2, MC mengajak peserta orientasi untuk melakukan senam peregangan. Panduan senam melalui video yang disorotkan ke layar. Hadirin tinggal mengikuti gerakan-gerakan dalam video itu. Yang menarik dalam senam peregangan di Kecamatan Wajak ini, musiknya menggunakan langgam irama padang pasir.

Untuk materi selanjutnya, yaitu materi 3 diisi oleh Nova dari perwakilan BeneCheck. Pada kesempatan itu, Nova menjelaskan bahwa BeneCheck merupakan salah satu produk alat kesehatan (alkes) lewat katalalog yang menjadi rekanan Dinkes.

Oleh karena itu, Nova langsung menjelaskan produk andalannya yang terkait dengan pelaksanaan Posbindu yaitu BeneCheck Plus 3 in 1. BeneCheck Plus 3 in 1 adalah alat cek darah multi-parameter yang mampu untuk melakukan skrining kolesterol, glukosa dan asam urat hanya dengan menggunakan satu alat.

Usai materi 3 pada pukul 11.48 WIB, MC mengatakan bahwa rangkaian Orientasi Posbindu Melalui Tatap Muka di Kecamatan Wajak selesai. Dalam kesempatan itu, MC mengucapkan terima kasih kepada narasumber dan seluruh pendukung berlangsungnya kegiatan ini. Akhir kata: “Jayalah Posbindu!” *** [090612]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo


Share:

Selasa, 08 Juni 2021

Dinkes Jatim Gelar Orientasi Posbindu Melalui Tatap Muka Yang Kedua di Balai Desa Gondanglegi Wetan

Setelah pertemuan Orientasi Posbindu Melalui Tatap Muka yang pertama di Kabupaten Malang berhasil dilaksanakan di Kecamatan Turen empat hari yang lalu, kini pertemuan yang kedua diadakan di Gedung Pertemuan Balai Desa Gondanglegi Wetan yang beralamatkan di Jalan Panglima Sudirman No. 61 Dusun Krajan RT 17 RW 06 Desa Gondanglegi Wetan, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, pada Senin (07/06/2021).

Target sasaran orientasi di Kecamatan Gondanglegi ini meliputi dua Puskesmas, yaitu Puskesmas Gondanglegi dan Puskesmas Ketawang. Masing-masing Puskesmas membawahi 7 desa dalam wilayah kerjanya. Wilayah kerja Puskesmas Gondanglegi meliputi Gondanglegi Kulon, Gondanglegi Wetan, Putat Kidul, Sepanjang, Sukosari, Panggungrejo, dan Sukorejo. Sedangkan, wilayah kerja Puskesmas Ketawang mencakup Ketawang, Putukrejo, Bulupitu, Sumberjaya, Ganjaran, Urek-urek, dan Putat Lor.

Sambutan Camat Gondanglegi dalam Orientasi Posbindu Melalui Tatap Muka di Balai Desa Gondanglegi Wetan

Mereka yang dihadirkan dari ke-14 desa tersebut terdiri atas Puskesmas masing-masing 5 orang, dan peserta sebanyak 85 orang yang meliputi Tim Penggerak PKK Kecamatan, Kepala Desa, Tim Penggerak PKK Desa, Kader Posbindu, LSM, dan Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK).

Acara orientasi ini dimulai pada pukul 09.29 WIB dengan kemunculan Siti Hartini dari Puskesmas Ketawang sebagai pembawa acara dalam kegiatan ini. Pertama-tama, pembawa acara membacakan susunan acaranya, dan diteruskan dengan doa yang dituntun oleh pembawa acara. Kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, dan disambung dengan lagu Mars Germas.

Pemaparan Materi 1 dari Dinkes Jatim

Usai Mars Germas, acara diisi dengan sambutan dari Camat Gondanglegi Prestiya Yunika AP, S.Sos., M.Si. Dalam sambutannya, Camat Gondanglegi berharap agar pengetahuan yang diambil dalam kegiatan orientasi dan teknis pelaksanaan Posbindu di era pandemi ini bisa ditularkan kepada kader kesehatan lainnya yang ada di desa masing-masing, mengingat keterbatasan tempat untuk menghadirkan semua kader kesehatan yang ada. Setelah itu, Camat Gondanglegi sekaligus membuka Orientasi Posbindu Melalui Tatap Muka di Kecamatan Gondanglegi.

Setelah itu, acara diisi dengan senam peregangan yang diikuti semua peserta orientasi. Senam itu dipandu oleh video yang dipancarkan ke layar lewat bantuan proyektor. Semua hadirin berdiri dan mengikuti gerakan-gerakan yang dicontohkan dalam video tersebut.

Pemaparan Materi 2 dari Dinkes Kabupaten Malang

Suasana relaksasi pun terasa. Relaksasi adalah suatu teknik yang dapat membuat pikiran dan tubuh menjadi rileks melalui sebuah proses yang secara progresif akan melepaskan ketegangan otot di setiap tubuh.

Dengan senam peregangan selama 5 menit itu, peserta akan bisa rileks dalam mengikuti pemaparan materi 1 yang disampaikan oleh dr. Faridha Cahyani dari Dinkes Jatim dengan judul “Posbindu PTM Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru.”

Kepala Puskesmas Gondanglegi dan Puskesmas Ketawang

Pada kesempatan itu, dr. Faridha menjelaskan bahwa penyakit tidak menular (PTM) merupakan komorbid COVID-19 sehingga perlu ditingkatkan upaya pencegahan dan pengendaliannya. Salah satunya adalah melalui Posbindu PTM. Posbindu PTM merupakan kegiatan pengendalian faktor risiko PTM melalui pemberdayaan masyarakat (kader).

Strategi P2PTM pada masa adaptasi kebiasaan baru ini harus menyesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing. Adaptasi Kebiasaan Baru dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan secara komit dan disiplin agar kelompok rentan dapat terlindungi. Menurut dr. Faridha Cahyani, Kabupaten Malang beruntung mempunyai inovasi SMARThealth untuk program pengendalian PTM dengan memantau faktor risiko PTM.

Ketua TP PKK Kecamatan dan perangkat desa dari 14 desa

Pada materi 1, ada seorang peserta dari TKSK Gondanglegi yang menanyakan perihal mengelola stress. Oleh dr. Faridha diterangkan bahwa untuk mengelola stress itu berbeda-beda karena ambang stress setiap orang itu berlainan.

Setelah itu, dilanjutkan dengan pemaparan materi 2 yang disampaikan oleh Paulus Gatot Kusharyanto, SKM dari Dinkes Kabupaten Malang dengan mengambil judul “Pengendalian Komorbid PTM Pada Kasus Kesakitan dan Kematian COVID-19 Dengan Program SMARThealth di Kabupaten Malang.”

Pada pertemuan yang kedua ini, Paulus lebih menekankan kepada advokasi dan sosialisasi Posbindu SMARThealth kepada Kepala Desa yang hadir. Mulai tahun ini, standar pelayanan minimal (SPM) PTM masuk dalam penilaian bagi kepala daerah.

Oleh karena itu, dalam mewujudkan capaian SPM itu digulirkan inovasi Posbindu SMARThealth. Namun karena keterbatasan dana maka perlu adanya gotong-royong antara Dinkes dan Pemerintah Desa/Kelurahan. Mereka diharapkan memainkan peran masing-masing dalam menyukseskan kegiatan Posbindu SMARThealth.

Dalam rancangan Perbup tentang Posbindu SMARThealth, peran-peran itu diuraikan di dalamnya. Peran Dinkes apa, peran Puskesmas apa, dan peran Desa/Kelurahan seperti apa?

Oleh karena itu, semua desa yang ada di lingkungan Kecamatan Gondanglegi pada tahun ini akan mengimplementasikan replikasi SMARThealth perlu advokasi dan sosialisasi melalui acara pertemuan seperti ini.

Pada pemaparan Paulus, muncul beberapa pertanyaan. Salah satu pertanyaan muncul dari peserta yang berasal dari Muslimat. Pertanyaannya seputar mengadakan kegiatan Posbindu tersebut. Harapannya, kader-kader Muslimat NU yang memiliki 54 ranting di Kecamatan Gondanglegi itu juga bisa menjalankan seperti yang diterangkan, baik pada pemaparan materi 1 maupun 2. Di antaranya adalah bagaimana mendapatkan bantuan Pobindu Kit?

Oleh Paulus, disarankan untuk berkomunikasi dengan perawat dan kader kesehatan yang ada di desa tersebut. Pelaksanaannya bisa bersamaan dengan pembagian tugas, dan laporannya by name by address bisa terentri dan masuk ke laporan ePuskesmas.

Mengakhiri acara pertemuan, diberikan kesempatan kepada agen perwakilan BeneCheck Malang, Nova, untuk menyampaikan produknya yang terkait dengan giat Posbindu. Nova mencoba menerangkan tentang BeneChek Plus 3 in 1 (alat cek darah 3 parameter). BeneCheck adalah alat skrining kesehatan sewaktu yang dapat memeriksa gula darah, kolesterol, dan asam urat secara cepat dan menampilkan hasil yang akurat.

Sebagai rekanan kerja pengadaan alat kesehatan sesuai katalog, BeneCheck siap menerima konsultasi mengenai alat cek tersebut, karena BeneCheck berkomitmen dalam layanan purna jualnya juga.

Di penghujung acara, Koordinator Program PTM Dinkes Kabupaten Malang Nur Ani Sahara, S.Kep. Ners mengatakan kepada peserta orientasi semoga materinya tadi bisa dipahami. Jika sudah dipahami, tinggal actionnya dengan fasilitas yang sudah dijelaskan di muka.

Pukul 12.06 WIB acara pertemuan orientasi ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Kepala Desa Putat Kidul Tukiran. Setelah itu, pembawa acara mengumumkan agar yang mengambil uang transport cukup diwakilkan saja agar supaya tidak terjadi kerumunan. *** [070621

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo


Share:

Jumat, 04 Juni 2021

Orientasi Posbindu Melalui Tatap Muka di Hotel Cakra Residence Turen

Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi salah satu tantangan dalam pembangunan bidang kesehatan, dikarenakan kelompok masyarakat yang terpapar adalah usia produktif. Posbindu menjadi tempat yang sangat penting perannya dalam pelayanan kesehatan dalam rangka mencegah PTM.

Oleh karena itu, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur (Dinkes Jatim) menyelenggarakan “Orientasi Posbindu Melalui Tatap Muka” yang digelar di Cakra Residence Hotel yang beralamatkan di Jalan Kawi No. 1 RT 06 RW 20 Kelurahan Turen, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, pada Kamis (03/06/2021).

Pertemuan Orientasi Posbindu Melalui Tatap Muka di Kecamatan Turen, Kabupaten Malang

Dunia saat ini sedang menghadapi pandemi yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 (virus Corona) dan infeksinya yang disebut COVID-19. Infeksi virus ini awalnya ditemukan di Wuhan, Tiongkok pada Desember 2019 dan telah menyebar dengan cepat ke berbagai belahan dunia.

Pandemi COVID-19 telah membawa banyak perubahan dalam kehidupan sehari-hari, dari bekerja atau belajar di rumah sampai pesan makan secara online. Banyak kegiatan yang berhubungan dengan kemasyarakatan ‘dipending” dulu, di antaranya giat Posbindu di desa-desa yang ada di Indonesia, tak terkecuali Kabupaten Malang.

dr. Faridha Cahyani dari Dinkes Jatim beri pemaparan Posbindu PTM Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru

Seseorang yang hidup di lingkungan baru tentu membutuhkan orientasi agar lebih bisa memahami situasi yang ada di dalamnya. Orientasi Posbindu Melalui Tatap Muka ini merupakan perkenalan kepada penyelenggara dan pelaku dalam giat Posbindu untuk bisa menentukan sikap berupa arah dan pandangan pikiran bersama dalam penyelenggaraan Posbindu pada situasi dan kondisi yang berbeda dengan sebelumnya.

Acara Orientasi Posbindu ini dimulai pada pukul 09.00 WIB. Master of Ceremony (MC) Dita Trisnaningtyas, S.Kep. Ners dari Puskesmas Turen mengawali dengan acara menyanyikan lagu Indonesia Raya. Kemudian membacakan susunan acaranya dan diteruskan dengan doa terlebih dahulu sebelum memasuki acara selanjutnya.

Peserta Pertemuan Orientasi Posbindu Melalui Tatap Muka di Turen

Setelah itu diisi dengan sambutan dari Camat Turen yang kebetulan berhalangan hadir karena ada tugas di Kabupaten Malang. Sambutan kemudian dibacakan oleh Sekretaris Camat (Sekcam) Bayu Jatmiko, S.STP. Dalam sambutannya, Sekcam mengatakan bahwa Posbindu merupakan upaya pencegahan, pengendalian dan tata laksana terintegrasi PTM yang dilaksanakan secara rutin, komprehnesif dan terintegrasi dengan pendekatan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM). Di mana penyelenggaraannya terkoneksi antara kader kesehatan terlatih, perawat desa dan dokter Puskesmas dalam pencegahan dan pengendalian PTM.

Di tahun 2020 Bupati Malang telah berkomitmen untuk mereplikasi ke 378 desa dan 12 kelurahan secara bertahap dari tahun 2020 hingga 2024, dan pada tahun 2021 ini akan dilakukan replikasi ke 85 des/kelurahan termasuk Kecamatan Turen dengan 17 desa/kelurahan.

Kader Posbindu Turen turut menyimak pemaparan materi

Untuk mewujudkan Posbindu SMARThealth maka diperlukan sosialisasi, advokasi dan sinergisitas dalam pengembangan Posbindu SMARThealth bagi pemangku kepentingan di tingkat Kabupaten, Kecamatan dan Desa/Kelurahan serta tenaga kesehatan dan kader kesehatan di desa/kelurahan agar mempunyai satu pemahaman, pemikiran untuk mampu melakukan deteksi dini, penanganan kasus risiko tinggi PTM sampai dengan upaya promosi pencegahan terjadinya faktor risiko PTM serta pemeliharaan kesehatannya yang terindikasi PTM.

Setelah itu dengan mengucap “Bismillahirrahmanirrahim” Pertemuan Orientasi Posbindu Tingkat Kecamatan Turen di Kabupaten Malang Tahun 2021 secara resmi dibuka oleh Sekcam. Tampak hadir dalam orientasi itu adalah Dinkes Jatim, Dinkes Kabupaten Malang, Danramil dan Kapolsen Turen, Kepala Puskesmas Turen, Kepala Desa/Kelurahan di Kecamtan Turen, Pengurus TP-PKK Tingkat Kecamatan dan Desa/Kelurahan, Kader Posbindu se-Kecamatan Turen, LSM dan Tim SMARThealth Universitas Brawijaya (UB).

Ruang Pertemuan Hotel Cakra Residence Turen

Setelah pembukaan, dilakukan coffee break untuk rehat sejenak guna persiapan acara selanjutnya, yaitu pemaparan materi 1 dengan judul “Posbindu PTM Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru” yang disampaikan oleh dr. Faridha Cahyani dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Dalam materinya, dr. Faridha Cahyani mengatakan bahwa PTM itu sesungguhnya bisa ditangani dengan melakukan pencegahan faktor risikonya dengan perubahan gaya hidup, deteksi dini, dan pengobatan yang cepat dan tepat.

Menurut World Health Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia, 70% PTM dapat dicegah, dan 7 dari 10 orang dapat dicegah melalui pengenalan faktor risiko tersebut. Oleh karena itu, menurut dr. Faridha, peran Posbindu ini sangatlah penting dalam melakukan deteksi dini faktor risiko tersebut.

Usai materi 1, MC Dita mengajak melakukan Senam Cerdik Bersama untuk menambah semangat dalam mengikuti Orientasi Posbindu Melalui Tatap Muka ini. Senam yang diikuti peserta pertemuan orientasi ini mengikuti video Senam Cerdik Bersama yang diputar melalui layar presentasi.

Kemudian disusul dengan pemaparan materi 2 dengan judul “Pengendalian Komorbid PTM Pada Kasus Kesakitan dan Kematian COVID-19 dengan Program SMARThealth di Kabupaten Malang” yang disampaikan oleh Paulus Gatot Kusharyanto, SKM dari Dunas Kesehatan Kabupaten Malang. Pada paparan materinya, Paulus Gatot menjelaskan Program Inovasi SMARThealth yang telah dilakukan di Kabupaten Malang. Uji coba di 4 desa pilot project tahun 2018 ditemukan kader terlatih mampu mendeteksi dini 90% penduduk usia 40 tahun ke atas dan ada sekitar 23% terdeteksi risiko tinggi PTM/Kardiovaskular.

Lebih lanjut Paulus Gatot, mengatakan bahwa evaluasi capaian SMARThealth tahun 2019 terlihat indikator perbedaannya. Capaian skrining PTM/Jantung 23% di tahun 2016 dan pada awal tahun 2019 mengalami kenaikan menjadi 91%. Cakupan warga risiko tinggi yang minum obat 6% pada tahun 2016 dan berubah menjadi 70% pada awal tahun 2019. Cakupan warga risiko tinggi yang diintervensi 0% pada tahun 2016 berubah menjadi 45% pada awal tahun 2019. Pengetahuan kader tentang penyakit jantung semula hanya 5% di tahun 2016 berubah menjadi 90% pada awal tahun 2019. Ketrampilan kader melakukan deteksi dini jantung di tahun 2016 semula 0% berubah menjadi 100% pada awal 2019. Pengetahuan tenaga kesehatan di Ponkesdes tentang penyakit Jantung 50% pada tahun 2016 telah berubah menjadi 100% pada awal tahun 2019. Demikian pula halnya dengan pengetahuan tenaga kesehatan dalam perencanaan obat yang semula hanya 50% di tahun 2016 berubah menjadi 100% pada awal tahun 2019.

Pada sesi materi 2 ini, bermunculan sejumlah pertanyaan dari peserta pertemuan terkait Posbindu SMARThealth. Pertanyaan tersebut merupakan wujud keingintahuannya, terlebih akan direplikasi di Kecamatan Turen pada tahun 2021 ini. Mulai dari perangkat kelurahan hingga kader-kadernya.

Dalam menjawab pertanyaan ini, Paulus Gatot didampingi oleh Koordinator PTM Dinkes Kabupaten Malang Nur Ani Sahara, S.Kep. Ners. Mereka menjelaskannya dengan mengilustrasikan dari desa atau kelurahan lain yang telah melakukan replikasi SMARThealth.

Setelah itu, acara berikutnya diisi dengan pemaparan materi yang disampaikan oleh Nova dari perawakilan BeneCheck. BeneCheck adalah alat tes untuk pemeriksaan kesehatan menggunakan sampel darah kapiler dari jari. Pengambilan sampel darah menggunakan jarum sekali pakai (lancet) dan hasil pemeriksaan akan ditampilkan di layar dalam hitungan detik. Prosedur pemeriksaan yang sederhana, cepat, tidak sakit membuat BeneChek cocok digunakan sebagai alat untuk skrining kesehatan. Menggunakan teknologi amperometrik dengan proses elektrokimia yang unik, strip tes akan memudahkan prosedur pemeriksaan dengan penyerapan sampel darah secara otomatis dengan sistem kapiler untuk dibaca oleh alat.

Pada kesempatan itu, Nova menerangkan bahwa BeneChek selama ini telah menjadi rekanan dalam pengadaan alat tes untuk mengukur gula darah, kolesterol maupun asam urat. BeneChek Plus 3 in 1 adalah alat cek darah multi-parameter yang mampu melakukan skrining kolesterol, gula darah, dan asam urat hanya dengan menggunakan satu alat. Selain itu, BeneChek juga mengeluarkan produk alat tes tersebut dalam bentuk per alat, bukan yang multi-parameter.

Di samping itu, sebagai rekanan Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, BeneChek bersedia membantu konsultasi sebagai layanan purna jualnya.

Usai pemaparan dari BeneChek, dilanjutkan dengan rencana tindak lanjut sebagai bentuk komitmen kita bersama dengan pelaksanaan pelayanan Posbindu dalam Program Pencegahan dan Pengendalian PTM di Kecamatan Turen, dan Kecamatan Turen bersama Puskesmas Turen menyatakan siap melaksanakannya.

Sebagai closing ceremony, MC Dita menyampaikan sebuah pantun yang berbunyi:

“Makan duren, dicampur gula aren.
Makin sedap, sambil dengerin lagu.
Posbindu Turen, selalu keren.
Kader sigap, PTM dtangani terpadu.”

Dengan keluarnya pantun tersebut, selesai sudah rangkaian acara pertemuan Orinetasi Posbindu Melalui Tatap Muka yang diadakan oleh Dinkes Jatim di Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, dan kemudian para peserta pertemuan dipersilakan menuju ke sebelah barat gedung pertemuan ini untuk makan siang yang telah disediakan oleh panitia pertemuan Orientasi melalui Catering Srikandi Hotel Cakra Residence Turen. *** [030621]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo


Share:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Risk Checker

Risk Checker

Indeks Massa Tubuh

Supplied by BMI Calculator Canada

Statistik Blog

Sahabat eKader

Label

Arsip Blog