Tampilkan postingan dengan label Yayasan Percik Salatiga. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Yayasan Percik Salatiga. Tampilkan semua postingan

Minggu, 28 April 2024

Jadwal Terbaik adalah Jadwal yang Beradaptasi dengan Perubahan

The best schedule is one that is adapting to change.” Ujaran (quote) Tamerlan Kuzgov, seorang penulis The Mixed Martial Art Combines Ineffective Techniques (2021) asal Rusia ini terlihat sederhana, “Jadwal terbaik adalah jadwal yang beradaptasi dengan perubahan.”

Namun dibalik kesederhanaannya, ujaran tersebut memiliki implementasi yang kompleks. Kompleks adalah suatu kesatuan yang terdiri dari sejumlah bagian, khususnya yang memiliki bagian yang saling berhubungan dan saling tergantung.

Berdiskusi dengan perawat Desa Bakalan di Puskesmas Bululawang

Fasilitator dan salah seorang Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC), atau yang dikenal dengan penelitian “Dampak Polusi Udara terhadap Risiko Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronik dan Penyakit Jantung di Kabupaten Malang, Jawa Timur, asal Yayasan Percik Salatiga (YPS) – Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K – pun menyadari implisit ujaran Kuzgov tersebut.

Di tengah padatnya jadwal turun lapangan dari Tim Penelitian NIHR yang terdiri dari beberapa institusi (2 dari Fakultas di Universitas Brawijaya (Kedokteran dan Pertanian) dan juga ada 2 civil society yang salah satunya adalah YPS), fasilitator dan YPS berusaha mematangkan jadwal dalam rangka menyelenggarakan FGD (Focus Group Discussion) Photovoice terkait persampahan dan polusi udara.

Menurut Dawson, Manderson & Tallo dalam A Manual for the Use of Focus Groups (Boston: INFDC, 1993), salah satu perencanaan penyelenggaraan operasional untuk FGD adalah merencanakan waktu dan tempat penyelenggaraannya serta mengatur tempat yang memungkinkan terjadinya interaksi yang santai, aman dan nyaman.

Berdiskusi dengan perawat Desa Krebetsenggrong di Puskesmas Bululawang

Ini merupakan hal krusial dan tidak gampang. Mengingat hal ini diikuti oleh beberapa orang dengan berbagai karakteristiknya, dan sekaligus bersinggungan dengan pihak-pihak lainnya. Oleh karena itu, fasilitator dan anggota Tim Penelitian NIHR YPS berusaha berkomunikasi dengan perawat desa masing-masing yang nota bene termasuk individu yang mengenal karakteristik partisipan dan sekaligus geografisnya.

Dua hari fasilitator NIHR melakukan in-depth interview bersama Tim Penelitian NIHR dari Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) di Puskesmas Bululawang, mengajak anggota Tim Penelitian NIHR YPS agar segera terhubung dengan perawat Desa Bakalan dan Krebetsenggrong.

Hari pertama in-depth interview di Puskesmas Bululawang pada Kamis (25/04), anggota Tim Penelitian NIHR YPS bisa berkomunikasi dengan perawat Desa Bakalan Dian Pramono, A.Md.Kep saat mengantar kader kesehatan Desa Bakalan yang mengikuti in-depth interview di Puskesmas Bululawang.

Berdiskusi dengan perawat Desa Gampingan di Pustu Gampingan

Hari kedua in-depth interview Tim Penelitian NIHR FKUB di Puskesmas Bululawang pada Jumat (26/04), anggota Tim Penelitian NIHR YPS bersua dengan perawat Desa Krebetsenggrong Citra Sulistyo Wardini, A.Md.Kep yang kebetulan mengikuti in-depth interview di Puskesmas Bululawang.

Lalu, pada hari Sabtu (27/04), fasilitator NIHR mengajak anggota Tim Penelitian NIHR YPS untuk bertemu dengan perawat Desa Gampingan dan Sumberejo. Kedua desa tersebut berada di wilayah administratif Kecamatan Pagak dan sekaligus masuk dalam wilayah kerja Puskesmas Pagak.

Pukul 08.25 WIB, fasilitator dan anggota Tim Penelitian NIHR YPS berjumpa dengan perawat Desa Gampingan Tyas Pratiwi, A.Md.Kep di Pustu Gampingan yang beralamatkan di Jalan Raya Gampingan Dusun Krajan RT 04 RW 01 Desa Gampingan, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.

Berdiskusi dengan perawat Desa Sumberejo di Puskesmas Pagak

Di Pustu Gampingan, kita mediskusikan penyelenggaran FGD Photovoice di Desa Gampingan di tengah jadwal pengumpulan data yang padat merayap dari FKUB. Begitu pula, ketika bersua dengan perawat Desa Sumberejo Hari Purnomo, S.Kep. Ners di Puskesmas Pagak pada pukul 09.03 WIB, juga membahas seperti apa yang dilakukan bersama perawat Desa Gampingan.

Dari empat pertemuan dengan keempat perawat desa tersebut, akhirnya bisa mengagendakan pelaksanaan FGD Photovoice terkait persampahan dan polusi udara setelah melalui diskusi yang intens. Pernah mengalami sejumlah perubahan, entah itu waktunya, entah itu harinya. Namun akhirnya terjadi titik temu dalam jadwal secara sambung-menyambung. Paginya di desa ini, siang/sorenya di desa lainnya.

Setelah disepakati, masalah tidak berhenti di situ saja. Fasilitator segera menghubungi admin penelitian NIHR Hilda Irawati untuk membantu menyiapkan surat pinjam pakai salah satu ruangan di balai desa tempat diselenggarakannya FGD Photovoice kepada Pemerintah Desa setempat, dan sekaligus mengundang kader yang telah terpilih dari desanya masing-masing, mengingat kader sesungguhnya adalah milik desa. *** [280424]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Kamis, 25 April 2024

Sowan Ke Kapus, Tim Penelitian NIHR Adakan Wawancara Mendalam di Puskesmas Bululawang

Setelah dua hari berkunjung ke Puskesmas Pagak, giliran hari ini, Kamis (25/04), Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Enviromental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC), atau yang di Indonesia dikenal dengan penelitian “Dampak Polusi Udara terhadap Risiko Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronik dan Penyakit Jantung di Kabupaten Malang, Jawa Timur”, sowan ke Kepala Puskesmas (Kapus) Bululawang.

Tiga Tim Penelitian NIHR – dr. Harun Al Rasyid, MPH; Meutia Fildzah Sharfina, SKM, MPH dan saya - sowan ke Kapus Bululawang dalam rangka ingin melakukan wawancara mendalam (in-depth interview) dengan sejumlah tenaga kesehatan (nakes) di lingkungan Puskesmas Bululawang dan seorang kader kesehatan.

Tim Penelitian NIHR beraudiensi dengan Kepala Puskesmas Bululawang

Selain Tim Penelitian NIHR dari Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB), juga tampak hadir salah seorang Tim Penelitian NIHR dari Yayasan Percik Salatiga (YPS) – Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K – yang ingin berjumpa dengan perawat desa Bakalan dan Krebetsenggrong untuk mematangkan agenda CEI (Community engagement and involvement).

Rombongan Tim Penelitian NIHR tiba pada pukul 08.42 WIB, dan diterima langsung oleh Kapus Bululawang drg. Lely Kumalasari di Ruang Pertemuan Lantai 2 Puskesmas Bululawang yang beralamatkan di Jalan Stasiun No. 11 – 13 Desa Bululawang, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang.

In-depth interview bersama Penanggung jawab PTM Puskesmas Bululawang

Kemudian Tim Penelitian NIHR beraudiensi dengan Kapus Bululawang. Dalam audiensi itu, dr. Harun Al Rasyid mengemukan tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui kebijakan dan pelayanan kesehatan yang ditujukan dan mengidentifikasi berbagai faktor yang mendukung dan menghambat implementasi kebijakan dan pelayanan promotif preventif untuk mengurangi dampak polusi udara pada risiko penyakit paru-paru obstruktif kronik (PPOK) dan penyakit jantung pada masyarakat.

Setelah itu, Kapus Bululawang mempersilakan kepada Tim Penelitian NIHR untuk melakukan wawancara mendalam di Puskesmas Bululawang. Hanya saja di hari pertama ini terjadi perubahan responden. Yang sedianya dijadwalkan untuk dokter fungsional Puskesmas Bululawang, tidak bisa lantaran dokternya sedang mengikuti pelatihan “NIHR Global Health Research Group on Sustainable Care for Depression & Anxiety in Indonesia” atau NIHR-GHRC tentang Perawatan Berkelanjutan untuk Depresi dan Gangguan Kecemasan di Indonesia”, kolaborasi riset antara Universitas Indonesia (UI) dengan University of Manchester dan Manchester Metropolitas University di Golden Tulip Holland Resort Batu selama seminggu.

Jadi, akhirnya, reponden hari pertama sedikit berubah. Untuk dokternya dipending dulu, dan akhirnya Tim Penelitian NIHR melakukan wawancara mendalam dengan Penanggung jawab Penyakit Tidak Menular (Pj PTM) dan perawat Puskesmas Bululawang serta kader kesehatan dari Desa Bakalan.

In-depth interview (wawancara mendalam) telah menjadi metode pengumpulan data yang populer dalam penelitian kualitatif dalam pendidikan profesi kesehatan. Wawancara mendalam bisa tidak terstruktur, sangat terstruktur, atau semi-terstruktur, yang terakhir adalah yang paling umum. Panduan wawancara semi-terstruktur yang disusun dengan baik mencakup pertanyaan-pertanyaan yang telah ditentukan sebelumnya sekaligus memberikan fleksibilitas untuk mengeksplorasi topik-topik yang muncul berdasarkan pertanyaan penelitian. Untuk mengumpulkan data wawancara yang kaya, peneliti harus memperhatikan elemen-elemen kunci sebelum, selama, dan setelah wawancara (Eppich et. al., 2019: 85).

In-depth interview dengan perawat Puskesmas Bululawang

Dr. Harun Al Rasyid melakukan wawancara mendalam dengan Pj PTM Intati, A.Md.Keb; Meutia Fildzah Sharfina bersama dengan perawat Puskesmas Bululawang Adalea Aprilla, A.Md.Kep; dan saya melakukan in-depth interview dengan kader kesehatan Desa Bakalan Indah Astutik.

Letak wawancaranya pun harus dipisah. Dr. Harun Al Rasyid menempati ruangan di samping Ruang Kapus, Meutia Fildzah Sharfina memilih di kursi tamu dengan tangga, dan saya kebagian di Ruang Pertemuan Puskesmas Bululawang.

In-depth interview dengan kader kesehatan Desa Bakalan

Proses wawancara mendalam ini memakan durasi yang bervariasi, antara 40 menit hingga 1 jam. Yang terlama dilakukan oleh dr. Harun karena materinya yang lebih banyak ketimbang pertanyaan yang diajukan ke perawat maupun kader kesehatan.

Selain wawancara mendalam, Tim Penelitian NIHR dari YPS pun juga bertemu dengan perawat Desa Bakalan, dan langsung membahasnya terkait agenda CEI yang meliputi photovoice dan circle conversation yang bakal digelar di Desa Bakalan dan Desa Krebetsenggrong nantinya. *** [250424]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Kamis, 28 Maret 2024

Berceritera dengan Foto di Desa Sepanjang

Selama seminggu, staf peneliti Yayasan Percik Salatiga (YPS) Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K. menyelenggarakan uji coba Photovoice bersama 10 kader kesehatan di Desa Sepanjang, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang.

Uji coba Photovoice ini merupakan bagian dari CEI (Community engagement and involvement) yang dikerjakan YPS dalam kerangka penelitian bertitel “Pengembangan Inovasi SMARThealth untuk Menurunkan Risiko Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronik dan Penyakit Jantung yang Disebabkan oleh Polusi Udara Akibat Pembakaran Sampah di Kabupaten Malang, Jawa Timur,” yang berlangsung mulai tanggal 21 hingga 28 Maret 2024.

Dikutip dari Budig et. al. (2018), Photovoice adalah metodologi penelitian visual –dikembangkan oleh Caroline Wang dan Mary Ann Burris - yang menempatkan kamera di tangan partisipan untuk membantu mereka mendokumentasikan, merefleksikan, dan mengomunikasikan isu-isu yang menjadi perhatian, sekaligus merangsang perubahan sosial.

Kamis (28/03) ini, saatnya 10 kader kesehatan – Lilik Kusmiati, Masito, Usfatul Ulumiyah, Siti Aisyah, Yuli Andari, Lina Lestari, Humairoh, Eny Yuliati, Istinah, Ifa Lutfiyah - yang sebelumnya telah melakukan sesi diskusi kelompok kecil (small group discussion), berkumpul lagi untuk storytelling with photographs (berceritera dengan foto) yang telah dilakukan oleh kader kesehatan Desa Sepanjang terkait pengelolaan sampah di lingkungan sekitarnya.

Partisipan Photovoice mengajak foto bersama staf peneliti YPS usai storytelling with photographs

A picture is worth a thousand words,” demikian kata Badanta et. al. (2021) untuk mengilustrasikan apa yang dilakukan oleh kader kesehatan dalam berceritera dengan foto. “Sebuah gambar dapat mewakili ribuan kata.”

Storytelling with photographs yang diinisiasi oleh staf peneliti YPS dan dinotulensi serta didokumentasikan oleh fasilitator NIHR, diselenggarakan di Ponkendes Sepanjang yang beralamatkan di Jalan Basuki Rahmat No. 111 Dusun Krajan RT 01 RW 02 Desa Sepanjang.

Sebelumnya pada pertemuan awal, 10 kader kesehatan telah mendapat pekerjaan rumah (PR) untuk memotret 5 foto dengan identifikasi topik perihal sampah yang ada di lingkungan sekitar rumah kader kesehatan yang telah diskusikan dalam small group discussion.

Hari ini, 10 kader kesehatan yang telah didukung untuk membuat serangkaian foto dan keterangan sebagai respons permintaan tersebut dan mengekspresikan kendali mereka atas foto mana yang ingin mereka bagikan kepada khalayak.

Staf peneliti YPS mencatat narasi dari foto-foto yang telah dikirimkan partisipan

Prosesnya, mula-mula staf peneliti YPS menanyakan kepada 10 kader kesehatan secara one by one. Mereka diminta untuk menarasikan foto-foto yang telah dikirim sebelumnya yang terkait dengan pembakaran sampah di lingkungan sekitarnya.

Setelah mereka menarasikan, staf peneliti YPS akan meminta kepada setiap kader kesehatan untuk memilih 1 foto saja dari foto-foto yang telah dikirim dan dinarasikan. Pilihan foto tersebut kemudian diceriterakan kepada kader-kader yang lain untuk mendapatkan tanggapan. Kenapa mereka memilih lokasinya, kenapa tertarik mengambil foto tersebut, dan lain sebagainya.

Dari storytelling with photographs dalam small group discussion, staf peneliti YPS ingin melihat pengalaman dan perspektif kader kesehatan dalam mengelola sampah di lingkungan sekitarnya. Ada yang dibakar, ada yang ditimbun, ada yang didaur ulang, ada juga yang  dijual terutama untuk sampah dari botol, kardus dan kertas.

Sepanjang diskusi ini, peserta didorong untuk mempertimbangkan bagaimana foto-foto dapat digunakan sebagai alat komunikasi, dan peserta sekaligus dapat menafsirkan dengan cara mereka sendiri. Kesadaran juga muncul dari kader kesehatan dalam mengelola sampah dari diskusi yang mereka jalankan sendiri.

Staf peneliti YPS meminta partisipan untuk memilih 1 foto dari foto-foto yang dikirimkan, terus memberikan narasi dan mendiskusikannya kepada partisipan lainnya untuk mendapatkan tanggapan

Langkah-langkah yang telah dijalankan kader kesehatan Desa Sepanjang dalam Photovoice tersebut, menurut Lorenz & Chilingerian (2011), telah mengikuti alur Photovoice. Proses Photovoice sering kali melibatkan sekelompok peserta dan fasilitator yang bekerja sama untuk merepresentasikan kehidupan dan sudut pandang menggunakan foto dan keterangan (alias narasi).

Alur Photovoice itu meliputi mempelajari tentang Photovoice; mengambil foto untuk mewakili pengalaman, pikiran, dan perasaan; mendiskusikan foto-foto bersama dengan kelompok;memilih beberapa untuk dipamerkan dan menulis keterangan untukmya; dan mengembangkan pameran untuk memberi informasi kepada komunitas lainnya yang kemudian pada akhirnya akan mendorong perubahan.

Antusiasme kader kesehatan dalam Photovoice itu menghasilkan puluhan foto yang dibagikan di antara peserta dan didiskusikannya. Uji coba Photovoice dengan kader kesehatan Desa Sepanjang terkait pengelolaan sampah memberikan pengalaman tersendiri. 

Peserta mempelajari cara-cara baru dalam menceritakan kisah mereka, dan mereka merasa telah mempelajari keterampilan baru yang dapat mereka gunakan di masa depan. *** [280324]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Kamis, 08 Juni 2023

Sambil Mengenali Suasana Pedesaan Kabupaten Malang, Peneliti Yayasan Percik Salatiga Kunjungi Kader Desa Sepanjang

Peneliti Yayasan Percik Salatiga beradiensi dan berdialog dengan kader Desa Sepanjang di malam hari


Hari ini, Kamis (08/06), peneliti Yayasan Percik Salatiga (YPS) – Damar Waskitojati dan Singgih Nugroho – berkeliling pedesaan. Mereka ingin mengenali suasana pedesaan di Kabupaten Malang, sambil berusaha janjian untuk mengunjungi sejumlah orang yang diidentifikasi memiliki sumber informasi terkait perilaku masyarakat berkenaan dengan pengelolaan sampah di suatu daerah.

Didampingi seorang anggota Tim SMARThealth Universitas Brawijaya (UB), mereka memulai mengarah ke Kecamatan Kromengan dan Wonosari sambil berencana untuk melakukan kunjungan ke Desa Kranggan, Kecamatan Ngajum, di mana salah seorang staf PTM dan Keswa Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang bermukim.

Rencananya kedua peneliti tersebut akan melakukan audiensi dan in depth interviewing karena staf tersebut mengetahui suasana pembakaran gamping dengan limbah plastik di desa mertuanya, yaitu Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak. Namun ternyata ia sedang ada tugas kerja ke Surabaya.

Rencana berubah, karena yang sediannya juga akan berjumpa dengan Ketua PC Fatayat NU Kabupaten Malang Hj. Mutiah Faridah untuk mengetahui gerakan ecopesantren berbasis perempuan di Kabupaten Malang, ternyata tidak bisa dilaksanakan pada hari ini juga.

Rencana pun kemudian menuju ke Desa Sepanjang untuk beraudiensi dengan seorang kader Desa Sepanjang bernama Masito. Kader ini memiliki sejumlah pengalaman. Pernah menjadi Pengurus  Fatayat Ranting Desa Sepanjang, kader Pansimas, kader Posyandu, dan kader SMARThealth Desa Sepanjang.

Pengalaman ini menjadi salah ketertarikan peneliti YPS ingin melakukan diskusi berkenaan dengan pengalaman dalam “merubah perilaku” seseorang dalam sebuah program yang ada di masyarakat, seperti PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat), ODF (Open Defecation Free), PTM (Penyakit Tidak Menular) hingga budaya masyarakat yang membakar kayu guna mengeluarkan asap di saat ada anggota keluarga sedang memiliki anak bayi seumuran sepasar (kira-kira 1 sampai 5 hari).

Tiba di rumah kader Masito yang berada di Dusun Sonokembang RT 05 RW 04 Desa Sepanjang, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang, pas berkumandangnya adzan Maghrib. Satu peneliti YPS dan Tim SMARThealth UB kemudian bergabung dulu dengan jamaah salat Maghrib di Musholla Miftakhul Khoir yang berada di dekat rumahnya.

Setelah berjamaah, barulah peneliti YPS berdialog dengan kader Masito. Turut serta suaminya juga kerap memberikan informasi juga. Dialog yang berlangsung satu jam lebih itu belangsung dalam suasana mengalir sehingga peneliti YPS mendapat rangkaian gambaran sebuah proses pemberdayaan masyarakat dalam merubah perilaku utamanya menyangkut kesehatan, dari pelaksanaan, pengelolaan hingga budaya yang ada di daerah tersebut.

Selesai wawancara, sedianya peneliti YPS akan berpamitan tapi diminta oleh kader Masito untuk stay sesaat lagi. Ternyata, keluarlah bakso di antara sejumlah toples berisi aneka roti dan teh panas yang telah keluar terlebih dahulu.

Akhirnya SMP! Setelah Menikmati (Makanan) Pulang menuju ke Sekretariat SMARThealth yang berada di Desa Dilem, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, dan tiba di rumah sekitar pukul 21.15 WIB. *** [080623]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Jumat, 03 Februari 2023

Diskusi Tentang Dampak Pembakaran Plastik Terhadap PTM di GPB FKUB Lantai 9

Di lantai 9 Gedung Pendidikan Baru Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (GPB FKUB) yang berada di pojok barat daya, tampak berkumpul sejumlah akademisi, peneliti, dan organisasi masyarakat sipil (civil society organization) pada Kamis siang (02/02/2023).

Ada 17 orang hadir dalam meeting room tersebut, yaitu  dr. Holipah, Ph.D (FKUB), Prof. Dr. dr. Sri Andarini, M,Kes (FKUB), dr. Happy Kurnia Permatasari (FKUB), Ph.D, dr. Harun Al Rasyud, MPH (FKUB), dr. Asri Maharani, MMRS, Ph.D (Manchester Metropolitan University), Prof. Drs. Arinto Yudi Ponco Wardoyo, M.Sc., Ph.D (Bidang Fisika Lingkungan (udara) & Instumentasi UB), dan Sujarwoto, S.IP, M.Si, MPA, Ph.D (FIA UB).

Sementara dari civil society, ada 5 orang dari Ecological Observation and Wetlands Conservation (ECOTON) Gresik yang dikomandani Prigi Arisandi, dan 3 orang dari Yayasan Persemaian Cinta Kemanusiaan (Percik) Salatiga, yang terdiri dari Haryani Saptaningtyas, S.P., M.Sc., Ph.D (Direktur), Hery Wibowo Trisaksono, S.H., M.H. (Wakil Direktur) dan Dammar Waskitojati (Advokasi).

Serta  2 orang lagi. Yang satunya merupakan staf khusus project dari FKUB yang duduk di samping kanan dr. Holipah, Ph.D, dan satu lagi, salah seorang Tim SMARThealth UB, yang duduk menyendiri di sudut ruangan sisi timur, mepet tembok sebelah tenggara.

Suasana diskusi di meeting room lantai 9 GPB FKUB dari sudut barat daya

Sebagian dari mereka yang hadir sebenarnya sudah melakukan pertemuan secara berkala lewat Zoom meeting setahun yang lalu, dan kali ini berkesempatan mengadakan meeting langsung secara tatap muka.

Dalam meeting ini, mereka membahas Theme 2C - Identifying & implenting solutions to reduce the impact o plastics burning on NCDs in Indonesia (Tema 2C - Mengidentifikasi dan menerapkan solusi untuk mengurangi dampak pembakaran plastik terhadap PTM di Indonesia).

Tema itu merupakan salah kegiatan dalam National Institute for Health and Care Research (NIHR) Global Health Research Centre on Non-Communicable Diseases (NCDs) and Environmental Change. Dikutip dari laman www.georgeinstitute.org.in, NIHR Global Health Research Centre for NCDs & Environmental Change merupakan bagian dari NIHR dan diselenggarakan oleh Imperial College London dan The George Institute for Global Health, India, akan bekerja sama dengan Universitas Brawijaya (Indonesia), International Centre for Diarrheal Research (Bangladesh) dan Sri Ramachandra Institute of Higher Education & Research (India) untuk mengatasi tantangan ganda dari beban penyakit tidak menular (NCD) yang berkembang pesat dan ancaman perubahan lingkungan global di Bangladesh, Indonesia dan India.

Ini akan menyatukan para peneliti, perwakilan masyarakat, praktisi kesehatan masyarakat, pembuat kebijakan, dan pemimpin pemikiran untuk mengembangkan program penelitian, pelatihan, dan saran kebijakan terkemuka dunia untuk kesetaraan kesehatan.

Suasana diskusi di meeting room lantai 9 GPB FKUB dari sudut tenggara

Acara yang dimulai pada pukul 13.15 WIB. Usai setiap peserta memperkenalkan diri, acara langsung diisi dengan pemaparan dari Asri Maharani yang membahas research question, aims and objectives, centre overview, methods, dan apa yang harus dikerjakan dalam 18 bulan pertama ini.

Setelah itu, Holipah menjelaskan mengenai Implementation science: Implementing and evaluating SMARThealth in air pollution and NCDs interventions, dan terus disambung dengan presentasi Haryani Saptaningtyas perihal CEI consideration in research planning - how will community participate in all stages of research – research planning, data collection, implementation, data analysis, policy development, advocacy.

Terakhir, kesempatan diberikan kepada Prigi Arisandi untuk menceriterakan pengalamannya dalam telusur sampah botol plastik selama ini, dan kemudian dibuka diskusi bagi seluruh yang hadir dalam meeting tersebut.

Dalam diskusi ini menghasilkan sejumlah pandangan dari peserta untuk pelaksanaan agenda berikutnya yang segera harus dijalankan. Diskusi yang memakan waktu sekitar dua jam ini berakhir pada pukul 15.05 WIB. *** [030223]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Risk Checker

Risk Checker

Indeks Massa Tubuh

Supplied by BMI Calculator Canada

Statistik Blog

Sahabat eKader

Label

Arsip Blog