Tampilkan postingan dengan label NIHR. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label NIHR. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 27 April 2024

Gegap Gempita Senam Bersama di Ruang Pertemuan Puskesmas Bululawang

Setiap Jumat pagi secara rutin, Puskesmas Bululawang yang berada di Jalan Stasiun No. 11-13 Desa Bululawang, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, menggelar kegiatan senam bersama di antara staf dan karyawannya.

Jumat ini, (26/04), Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC), atau yang dikenal dengan penelitian “Dampak Polusi Udara terhadap Risiko Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronik dan Penyakit Jantung di Kabupaten Malang, Jawa Timur, sempat menyaksikan gegap gempita senam bersama tersebut.

Alunan musik dengan tempo cepat yang diikuti dengan gerakan senam yang lincah. Hentakan demi hentakan kakinya di setiap ganti posisi gerakan memberikan suasana gegap gempita dalam ruangan tersebut yang sesekali disertai oleh teriakan peserta senam.

Tak kalah lincahnya, gemulai Kepala Puskesmas Bululawang drg. Lely Kumalasari yang mengimbangi kelenturan olah fisik yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (nakes) di lingkungan Puskesmas Bululawang tersebut. Putar ke kiri, putar ke kanan menghasilkan gerakan yang indah, dan membikin berkeringat.

Usai senam, Kapus Bululawang berpose dengan peserta senam lainnya

Senam bersama itu sudah menyerupai senam aerobik. Senam aerobik adalah senam dengan rangkaian gerakan yang terpola maupun tidak terpola disertai dengan irama musik yang memiliki ketentuan ritmis, kesinambungan, dan durasi tertentu.

Berdasarkan luas tempat senam dan jenis musik pengiringnya, senam aeorobik bersama yang dimainkan oleh para nakes itu dilakukan dengan menggunakan aliran gerakan yang ringan (low impact aerobics).

Senam bersama ini bermanfaat bagi kebugaran fisik atau jasmani. Kata John Fitzgerald Kennedy (1917-1963), presiden Amerika Serikat ke-35, “Physical fitness is not only one of the most important keys to a healthy body, it is the basis of dynamic and creative intellectual activity” (Kebugaran jasmani bukan hanya salah satu kunci terpenting dari kesehatan tubuh, tetapi merupakan dasar dari aktivitas intelektual yang dinamis dan kreatif).

Latihan senam secara kontinyu konon tidak hanya mengubah tubuh Anda, tetapi juga mengubah pikiran, sikap, dan suasana hati Anda. Menurut Sander Oorschot et. al. (Annals of Physical and Rehabilitation Medicime 66 (1), 2023) dilaporkan bahwa kapasitas aerobik yang memadai, yang dinyatakan sebagai puncak serapan oksigen, berdampak positif terhadap kesehatan fisik, kesehatan mental, dan kualitas hidup serta dapat mencegah penyakit kronis.

Senam bersama di Jumat pagi (26/04) di Ruang Pertemuan Puskesmas Bululawang, Kabupaten Malang

Lebih lanjut, Oorschot et. al. (2023), menjelaskan bahwa latihan aerobik untuk meningkatkan kapasitas aerobik merupakan aspek penting dari manajemen rehabilitasi pada neuromuscular diseases (neuromuskular progresif lambat). Latihan aerobik berfokus pada peningkatan kapasitas dan efisiensi sistem penghasil energi aerobik dan didefinisikan sebagai “latihan terstruktur yang melibatkan penggunaan kelompok otot besar untuk jangka waktu lama dalam aktivitas yang bersifat ritmis, seperti senam."

Dalam The Effect of Aerobic Exercise in Neuroplasticity, Learning, and Cognition: A Systematic Review, Revelo Herrera & Leon-Rojas (2024) mengungkapkan bahwa latihan aerobik dengan berbagai intensitas dapat mempengaruhi rangsangan kortikal dan menghasilkan peningkatan kognitif. Latihan aerobik telah menunjukkan kemanjuran pada individu dari berbagai kelompok umur, serta pada orang dengan dan tanpa penyakit otak.

Jadi, gerakan senam aerobik secara berkesinambungan itu tidak hanya mampu menurunkan berat badan, meningkatkan fungsi jantung dan pernapasan, melatih kesehatan paru-paru, akan tetapi juga dapat menjernihkan pikiran.

Oleh karena itu, ketika nakes Puskesmas Bululawang selesai melakukan senam aerobik dan kemudian melakukan foto bersama terlihat full senyum dan sumringah dalam jepretan hasil gambar fotonya. *** [270424]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Jumat, 26 April 2024

Jumat Berkah, Wawancara Mendalam Di Puskesmas Bululawang Jadi Mudah

Jumat pagi ini (26/04) membawa berkah bagi Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC), atau yang dikenal dengan penelitian “Dampak Polusi Udara terhadap Risiko Penaykit Paru-Paru Obstruktif Kronik dan Penyakit Jantung di Kabupaten Malang, Jawa Timur” di hari kedua bertugas di Puskesmas Bululawang.

Betapa tidak? Begitu tiba pukul 07.45 WIB, Tim Penelitian NIHR bisa menyaksikan gemulainya olah fisik yang dilakukan Kepala Puskesmas (Kapus) Bululawang drg. Lely Kumulasari beserta jajaran tenaga kesehatan (nakes) yang ada di Puskesmas Bululawang.

Sebelum memulai in-depth interview, Tim Penelitian NIHR beraudiensi dengan Kapus Bululawang dan responden

Jumat pagi itu, di Ruang Pertemuan Lantai 2 Puskesmas Bululawang sedang ada senam pagi yang menyerupai aerobik di mana serangkaian gerakan yang dilakukan oleh nakes Puskesmas Bululawang beriringan dengan irama musik dalam durasi waktu tertentu.

Tidak hanya itu, ternyata dengan adanya senam di Jumat pagi di Puskesmas Bululawang banyak nakes yang berkumpul, dan ini juga memberi berkah berupa kemudahan mendapatkan responden untuk diajak wawancara mendalam (in-depth interview) pada hari kedua ini.

In-depth interview dengan perawat Desa Bakalan

In-depth interview (wawancara mendalam) yang biasanya mencakup tiga responden per hari, Jumat ini dapat mewawancarai mendalam empat responden. Keempat responden tersebut meliputi apoteker Puskesmas Bululawang, perawat Desa Krebetsenggrong, perawat Desa Bakalan, dan kader kesehatan dari Desa Krebetsenggrong.

Begitu diterima dengan ramah oleh Kapus drg. Lely yang didampingi langsung oleh empat responden, Kapus pun langsung mempersilakan untuk melakukan wawancara mendalam dengan keempat reponden tersebut.

Kapus drg. Lely membantu mengeset lokasi untuk wawancara mendalam untuk setiap responden. Namun, karena jumlah yang akan mewawancarai ada tiga orang Tim Penelitian NIHR dari Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) maka untuk apoteker nanti wawancaranya pada kloter kedua setelah dari salah satu yang wawancara dari ketiga responden tersebut rampung dulu.

In-depth interview dengan perawat Desa Krebetsenggrong

Sebenarnya ada satu orang lagi Tim Penelitian NIHR dari Yayasan Percik Salatiga (YPS) – Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K. - yang datangnya paling duluan, tapi karena materinya menyangkut masalah kesehatan maka akhirnya ada satu responden yang diwawancarai belakangan.

Kehadiran Tim Penelitian NIHR dari YPS itu dalam rangka mematangkan agenda CEI (Community engagement and involvement) yang bakal digelar di kedua desa yang ada di lingkungan kerja Puskesmas Bululawang, yaitu Krebetsenggrong dan Bakalan, dan kedua perawatnya kebetulan di hari Jumat ini menjadi responden dalam wawancara mendalam (in-depth interview).

Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah teknik penelitian kualitatif yang melibatkan pelaksanaan wawancara individu secara intensif dengan sejumlah kecil responden untuk mengeksplorasi perspektif mereka mengenai ide, program, atau situasi tertentu. Sebagai contoh, kita mungkin bertanya kepada responden yang terkait dengan suatu program tentang pengalaman dan harapan mereka terkait dengan program tersebut, pemikiran mereka mengenai operasional program, proses, dan hasil, dan tentang perubahan apa pun yang mereka rasakan sebagai dampaknya maupun keterlibatan mereka dalam program tersebut (Boyce & Neale, 2006: 3).

In-depth interview dengan kader kesehatan Desa Krebetsenggrong

Tiga Tim Penelitian NIHR FKUB yang bertugas melakukan wawancara mendalam terdiri dari dr. Harun Al Rasyid, MPH; Meutian Fildzah Sharfina, SKM, MPH; dan saya. Ketiga Tim Penelitian NIHR berbagi peran.

Dr. Harun Al Rasyid melakukan in-depth interview dengan perawat Desa Bakalan Dian Pramono, A.Md.Kep dengan menempati ruang kerja Kapus Bululawang; Meutia Fildzah Sharfina bersama dengan perawat Desa Krebetsenggorng Citra Sulistyo Wardini, A.Md.Kep; dan saya melakukan wawancara mendalam dengan kader kesehatan Desa Krebetsenggrong Yeni Mariana.

In-depth interview dengan apoteker Puskesmas Bululawang

Kemudian, setelah selesai, saya pun melanjutkan in-depth interview dengan apoteker Puskesmas Bululawang Aqsanur, S.Farm. Apt. di Ruang Pertemuan Lantai 2 Puskesmas Bululawang, tempat yang sama saat melakukan wawancara dengan kader kesehatan Desa Krebetsenggrong.

Prosesi wawancara mendalam terhadap empat responden ini selesai pada pukul 10.23 WIB bertepatan dengan terdengarnya lantunan pembacaan ayat-ayat suci sebelum berkumandangnya adzan Jumat. Jumat berkah, wawancara mendalam di Puskesmas Bululawang di hari kedua jadi mudah. *** [260424]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Selasa, 23 April 2024

Wawancara Mendalam NIHR Bersama Dokter dan Perawat Puskesmas Pagak dan Kader Kesehatan Desa Sumberejo

Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah metode terbuka dan berorientasi pada penemuan untuk memperoleh informasi rinci tentang suatu topik dari pemangku kepentingan. Wawancara mendalam merupakan metode penelitian kualitatif; tujuannya adalah untuk mengeksplorasi secara mendalam sudut pandang, pengalaman, perasaan, dan perspektif responden. Wawancara jenis ini, dalam Workbook E: In-Depth Interview (Wallace Foundation Website, 2009), sering kali dilakukan pada awal proyek penelitian.

Satu bulan yang lalu (23/03), anggota Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseseas and Enviromental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC), atau yang di Indonesia dikenal dengan penelitian “Dampak Polusi Udara terhadap Risiko Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronik dan Penyakit Jantung di Kabupaten Malang, Jawa Timur” telah melakukan uji coba instrumen survey di Puskesmas Bantur.

Dan, hari ini, Selasa (23/04), tiga anggota Tim Penelitian – dr. Harun Al Rasyid, MPH; Meutia Fildzah Sharfina, SKM, MPH dan saya - mencoba mengimplementasikan dalam main survey di Puskesmas Pagak yang beralamatkan di Jalan Hamid Rusdi No. 84 Dusun Sumbernongko, Desa Pagak, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.

Anggota Tim Penelitian tiba di Puskesmas Pagak pada pukul 09.00 WIB lebih sedikit, dan diterima langsung dengan ramah oleh Kepala Tata Usaha Puskesmas Pagak Sulih Mintarum, ST yang mewakili Kepala Puskesmas yang sedang mengikuti acara Lokmin (Lokakarya Mini) di tempat lain.

In-depth interview bersama dokter fungsional Puskesmas Pagak

Setelah anggota Tim Penelitian memperkenalkan diri, dr. Harun Al Rasyid mengungkapkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kebijakan dan pelayanan kesehatan yang ditujukan dan mengidentifikasi berbagai faktor yang mendukung dan menghambat implementasi kebijakan dan pelayanan promotif preventif untuk mengurangi dampak polusi udara pada risiki penyakit paru-paru obstruktif kronis (PPOK) dan penyakit jantung pada masyarakat.

Begitu mendengar maksud dan tujuan kehadiran dari tiga anggota Tim Penelitian ini, Kepala Tata Usaha Puskesmas Pagak berusaha memfasilitasi untuk menghubungi responden yang diperlukan dalam in-depth interview (wawancara mendalam) pada hari ini.

Sesuai schedule yang telah dilayangkan kepada Puskesmas Pagak, hari ini tiga Tim Penelitian ingin melakukan in-depth interview dengan dokter fungsional dan perawat yang bertugas di Puskesmas Pagak serta seorang kader kesehatan dari Desa Sumberejo.

Kebetulan responden yang sudah siap adalah dokter fungsional dan perawat di lingkungan Puskesmas Pagak, sementara kader kesehatannya menurut informasi dari perawat Desa Sumberejo, tidak bisa hadir di Puskesmas lantaran sedang ada pertemuan. Ia akan menunggu di Balai Desa Sumberejo untuk in-depth interview.

In-depth interview dengan perawat Puskesmas Pagak

Akhirnya, dua responden dilakukan wawancara mendalam di Ruang Pertemuan Lantai 2 Puskesmas Pagak. Dr. Harun Al Rasyid melakukan wawancara mendalam dengan dr. Septian Iqbal Mirzaqom, seorang dokter fungsional dan sekaligus penanggung jawab UKP, Kefarmasian dan Laboratorium Puskesmas Pagak.

Kemudian Meutia Fildzah Sharfina mewawancarai mendalam bersama Hidayana, A.Md.Kep, seorang perawat UGD dan sekaligus penanggung jawab TB Puskesmas Pagak. Sementara itu, berhubung kader kesehatan tidak bisa hadir di Puskesmas Pagak, saya pun berperan untuk mendokumentasikan jalannya in-depth interview yang umumnya berkisar 1 jam lamanya.

Selesai in-depth interview dengan dokter dan perawat Puskesmas Pagak, tiga Tim Penelitian berpamitan dengan Kepala Tata Usaha Puskesmas Pagak untuk melanjutkan langkah menuju ke Balai Desa Sumberejo yang berjarak sekitar 2 kilometer dari Puskesmas Pagak, namun arahnya sejalur pulang menuju Malang nantinya.

Pada waktu hendak meninggalkan Lantai 2 Puskesmas Pagak, Kepala Tata Usaha telah menyiapkan hidangan dalam kardus untuk dicicipi. Namun karena sudah ditunggu kader kesehatan di Balai Desa Sumberejo, ketiga kardus hidangannya dibawa pulang.

In-depth interview bersama kader kesehatan Desa Sumberejo

Rombongan Tim Penelitian tiba di Balai Desa Sumberejo sekitar pukul 11.18 WIB. Di Balai Desa itu, tiga anggota Tim Penelitian berjumpa juga dengan Sekretaris Desa (Sekdes) Sumberejo, perawat Desa Sumberejo Hari Purnomo, S.Kep.Ners., Babinsa, dan kader kesehatan serta perangkat desa lainnya.

Begitu diterima oleh Sekdes di salah satu ruangan, dr. Harun Rasyid dan Meutia mengobrol dengan Sekdes dan perawat desa, sementara saya gantian bertugas melakukan in-depth interview dengan kader Posyandu Balita bernama Wiwik Zumawati.

Mula-mula, diterangkan dulu tujuan dari in-depth interview ini kemudian saya pun menyodorkan informed consent untuk dibaca sejenak agar supaya dalam berpartisipasi sebagai responden menerimanya dengan tangan terbuka.

In-depth interview dilakukan di meja panjang yang berada di Pendopo Balai Desa Sumberejo. In-depth interview ini memakan waktu sekitar 51 menit, dan berakhir pada pukul 12.17 WIB dan direkam. Tujuannya direkam ini agar memudahkan peneliti untuk mengulang kembali hasil dari in-depth interview.

Selesai wawancara mendalam dengan kader kesehatan ini, Tim Penelitian pun berpamitan mengingat dr. Harun Al Rasyid masih ada jadwal menguji mahasiswanya di Kampus Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB). *** [230424]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Rabu, 03 April 2024

Uji Coba Kuesioner Karakteristik Masyarakat Berlangsung di Sidorahayu

Berkah puasa memang tak bisa disangka! Uji coba instrumen NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) untuk pengumpulan data bisa berjalan semua.

Dimulai dari uji coba instrumen CEI (Community engagement and involvement) yang dilakukan peneliti Yayasan Percik Salatiga (YPS) dengan menggunakan Photovoice maupun Circle Communication yang dilakukan di Desa Sepanjang (21-28 Maret 2024).

Kemudian uji coba instrumen survey NIHR-GHRC NCDs & EC yang dilaksanakan Tim Peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) di Puskesmas Bantur (23/03) juga berjalan dengan lancar.

Uji coba kuesioner Karakteristik Masyarakat 

Hari ini, Rabu (03/04), gantian Tim Peneliti dari Fakultas Pertanian UB (FP UB), juga melakukan uji coba kuesioner “Karakteristik Masyarakat dan Pengamatan Langsung” di Desa Sidorahayu, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang bisa berjalan sebagaimana mestinya.

Salah seorang anggota Tim Peneliti FP UB Dr. Lintar Brillian Pintakami, S.P., M.P. yang mengajak Tim Peneliti dari Fisika Lingkungan UB, Eko Teguh Purwanto Adi, S.Si., M.Si dan Renetha Salma Myesha A., S.Si, menjajal kuesioner dengan melakukan wawancara kepada Sekretaris Desa (Sekdes) Sidorahayu Mayon Sutrisno di ruang kerjanya.

Fasilitator NIHR yang turut mendampinginya juga ikut menjajal kuesionernya dan berjumpa dengan tenaga kesehatan (nakes) Puskesmas Wagir yang sedang berkegiatan di Pendopo Balai Desa Sidorahayu dalam Peningkatan Kapasitas Bagi Kader Kesehatan TB-Paru sehingga juga harus bersilaturahmi sesaat dengan mereka.

Melihat sungai apakah terjadi pencemaran atau tidak

Kedua kuesioner yang diujicobakan tersebut memiliki pola seperti model kuesioner dalam Indonesian Family Life Survey (IFLS), The Work and Iron Status Evaluation (WISE), dan The Study of the Tsunami Aftermath and Recovery (STAR), utamanya dalam survey fasilitas  untuk melengkapi survey rumah tangga (household).

Ciri khasnya dari kuesioner tersebut akan memiliki variabel dalam seksi pertanyaan yang cukup banyak, dan ragam print outnya sudah branded seperti itu. Dalam kuesioner Karakteristik Masyarakat terdapat 16 bagian atau seksi, yaitu LK (Lembar Kontrol), IC (Informed Consent), IR (Identitas Responden), LU (Land use), P (Population Characteristics), EC (Type of Employment), TI (Transportation and Infrastructures), EL (Electricity), WS (Water Sources and Santitation), D (Industries), EP (Environmental Pollution), WM (Waste Management), PBS (Plastic Waste Burning Practices), CD (Climate and Distaters), PKMD (Partisipasi dan Kepercayaan Masyarakat), dan CP (Catatan Pewawancara).

Sedangkan pada kuesioner Pengamatan Langsung terdiri atas 7 bagian atau seksi, yakni LK (Lembar Kontrol), IC (Informd Consent), G (General Observation), W (Waste Management), AP (Air Pollutin), PBS (Plastic Burning Practises), IN (Internet Network), CP (Catatan Pewawancara).

Mengukur kualitas air dengan Partculate Matter and Gas Measurement Device

Pertanyaan-pertanyaan dalam kedua kuesioner tersebut terdiri dari pertanyaan dan jawaban. Pertanyaan telah didesain untuk menampung semua kemungkinan jawaban yang diinginkan ke dalam jenis-jenis pilihan jawaban dan dirancang untuk pelaksanaan wawancara yang baik dan benar, baik dalam menanyakan kepada responden maupun dalam proses pencatatannya. Hal ini diharapkan dapat menghasilkan proses pengumpulan data yang berkualitas tinggi.

Pertanyaan dalam kuesioner tersebut memiliki dua tipe yang perlu diketahui, yaitu jenis pertanyaan berdasarkan jawaban responden; dan jenis pertanyaan berdasarkan cara membaca pertanyaan, yang berpengaruh dalam tata cara pengisian kuesioner. Oleh karena itu, bagi siapa pun yang ingin melakukan wawancara menggunakan kuesioner ini harus mengerti betul dengan struktur kuesionernya terlebih dahulu.

Selain itu, kekhasan lainnya dari kuesioner ini adalah bahwa semua variabel yang ada dalam seksi ini tidak mungkin bisa terjawab oleh hanya seorang responden saja. Pengalaman survey fasilitas akan banyak menjumpai beberapa responden, karena dalam variabel-variabel tersebut tidak ada di tangan satu orang saja melainkan beberapa. Seperti yang dilakukan oleh Dr. Lintar tadi, Sekdes akan bolak balik menanyakan kepada staf lainnya. Ini nanti yang perlu diperhatikan bagi enumerator lainnya saat menuju main survey.

Insinerator yang dulu pernah menjadi andalan TPS di Dusun Bunton, kini tak berfungsi lagi

Oleh sebab itu, pembuat kuesioner sudah mengantisipasinya dengan membuatkan kolom untuk wawancara sebanyak 3, yaitu wawancara I, wawancara II, dan wawancara III. Tujuannya tak lain adalah untuk mengantisipasi hal tersebut bila harus berkunjung ulang suatu saat nanti.

Usai melakukan wawancara, Tim Peneliti FP UB dan Fisika Lingkungan dipandu fasilitator berkeliling desa untuk melakukan uji coba kuesioner pengamatan langsung. Lima dusun yang ada di Desa Sidorahayu musti dilaluinya. Kemudian peneliti dari Fisika Lingkungan juga melakukan pengukuran kualitas udara di dekat pabrik plastik di Dusun Bunder dengan menggunakan Particulate Matter and Gas Measurement Device yang bersifat portabel yang dihubungkan dengan laptop.

Uji coba kuesioner yang dimulai pada pukul 08.52 WIB itu berakhir pada pukul 13.48 WIB yang diakhiri dengan cara berpecar. Tim Peneliti FP UB dan Fisika Lingkungan mengukur kecepatan internet di setiap dusun, sedangkan fasilitator bertugas memotret bekas insinerator yang sudah tidak terpakai lagi di tengah lahan yang harus melalui jalan setapak yang ditutupi semak tinggi. *** [030424]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Selasa, 02 April 2024

Profil Pustu Gampingan

Alamat

Jl. Raya Gampingan Dusun Krajan RT 04 RW 01

Desa Gampingan, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang


Pustu Gampingan

Dalam rangka meningkatkan aksesibilitas pelayanan, Puskesmas Pagak didukung oleh jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan. Salah satu jaringan pelayanan Puskesmas yang ada di lingkungan wilayah kerja Puskesmas Pagak adalah Puskesmas Pembantu (Pustu) Gampingan.

Pustu Gampingan memberikan pelayanan kesehatan secara permanen di suatu lokasi dalam wilayah kerja Puskesmas Pagak. Keberadaan Pustu Gampingan yang berada di pinggir jalan utama tersebut memegang peran yang penting mengingat kondisi geografis wilayah kerja Puskesmas Pagak yang terbelah oleh Gunung Geger yang menjadi kawasan Perhutani antara wilayah bagian utara dan wilayah bagian selatan.

Perlu diketahui, bahwa di dalam wilayah administratif Kecamatan Pagak terdapat dua Puskesmas, yaitu Puskesmas Pagak dan Puskesmas Sumbermanjing Kulon (Sumakul). Setiap Puskesmas membawahi 4 desa.

Peta Desa Gampingan

Wilayah kerja Puskesmas Pagak meliputi Desa Gampingan, Desa Sumberejo, Desa Tlogrejo, dan Desa Pagak. Desa Gampingan dan Sumberejo berada di sebelah utara Gunung Geger, dan Desa Sumberejo berada di sebelah utara, timur hingga selatan Gunung Geger. Sedangkan, Desa Tlogorejo berada di barat laut hingga barat daya Gunung Geger, dan Desa Pagak berada di selatan Gunung Geger.

Desa Gampingan dan sebagian dusun yang ada di Desa Sumberejo seperti Dusun Bekur umumnya (sebagian) lebih dekat ke layanan kesehatan Pustu Gampingan ketimbang Puskesmas Pagak.


STRUKTUR ORGANISASI PUSTU

Penanggungjawab Pustu : Ida Hariani, A.Md.Keb

Bidan Pelaksana         : Ida Hariani, A.Md.Keb

Perawat Pelaksana         : Tyas Pratiwi, A.Md.Kep

Selain itu juga terdapat seorang kader Posyandu Balita Dianawati yang diperbantukan di Pustu Gampingan sebagai tenaga administrasi.


VISI dan MISI

Visi

“Terwujudnya Kabupaten Malang Yang Bersatu Berdaulat, Mandiri, Sejahtera, Dan Berkepribadian Dengan Semangat Gotong-Royong Berdasarkan Pancasila Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia Yang Binneka Tunggal Ika.”

Misi

“Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat Membangun Sumber Daya Unggul.”


STRATEGI

Melakukan percepatan pembangunan sesuai dengan misi di bidang kesehatan dengan strategi:

A. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar yang prima dan bermutu

B. Meningkatkan peran serta masyarakat dan lintas sektor dalam pembangunan kesehatan

C. Meningkatkan loyalitas, dedikasi, dan profesionalisme SDM Pustu


KONDISI GEOGRAFIS

Pustu Gampingan yang lokasinya bersebelahan dengan SMK Putra Bangsa Pagak ini dulunya berada di lokasi yang sekarang menjadi Pasar Pagak.

Jarak Pustu ke Balai Desa                         : 700 m

Jarak Pustu ke Puskesmas Pagak                 : 9 km

Jarak Pustu ke PT Ekamas Fortuna         : 1,7 km

Jarak Pustu ke Bendungan Sengguruh         : 1,6 km

Jarak Pustu ke Dinkes Kabupaten Malang : 7,1 km


JUMLAH KADER KESEHATAN

Jumlah kader kesehatan yang ada di Desa Gampingan (tersebar dalam 3 dusun, yakni Krajan, Dempok, dan Bumirejo), dan berkolaborasi dengan Pustu Gampingan adalah 64 orang, dengan rincian: 40 (kader Posyandu Balita); 5 (kader Posbindu), 14 (kader Posyandu Lansia), dan 5 (kader Desa Siaga Aktif).


PROGRAM PUSTU

Promkes KIA/KB

Posyandu di Pos-Pos

Homecare


LAYANAN DI PUSTU

Rawat jalan

Persalinan

Pengobatan umum


Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Kamis, 21 Maret 2024

Ngobrol Bareng Kader Kesehatan Desa Sepanjang: Langkah Menuju Photovoice

Sepuluh kader kesehatan Desa Sepanjang – Masito, Istinah, Ifa Lutfiyah, Usfatul Ulumiyah, Eni Yuliati, Lina Lestari, Lilik Kusmiati, Siti Aisyah, Yuli Andari, Humairoh – berkumpul di ruangan bernuansa teras milik kader SMARThealth, Masito, pada Rabu (20/03). Mereka dengan berdandan rapi dan cantik-cantik menghadiri pertemuan untuk ngobrol bareng bersama staf peneliti dan advokasi Yayasan Percik Salatiga (YPS) Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K., dalam suasana Ramadhan.

Tujuannya mendiskusikan secara santai, tidak formal banget mengenai persampahan (waste) yang ada di lingkungan keluarga mereka masing-masing maupun yang ada di Desa Sepanjang. Suasananya mirip focus group discussion (FGD) tapi yang menjalankan kader kesehatan semua, mulai dari moderatornya hingga proses diskusinya.

Staf peneliti YPS dan fasilitator NIHR Global Health Research Center on Non-Communicable Disease and Environment Change (NIHR-GHRC NCD & EC) hanya berperan sebagai pemantik dalam diskusi yang dilakukan oleh kader tersebut.

Acara dimulai pada pukul 11.36 WIB dengan diawali prakata dari fasilitator NIHR dan sekaligus memperkenalkan staf peneliti YPS serta peranan YPS dalam NIHR ke depannya. Setelah itu, fasilitator menyerahkan sepenuhnya waktu kepada staf peneliti YPS untuk memperkenalkan diri secara langsung serta eksistensi YPS dalam kancah penelitian.

Kader kesehatan Desa Sepanjang berpose dengan staf peneliti Yayasan Percik Salatiga

Usai perkenalan, staf peneliti YPS langsung membentuk formasi duduk mereka, dan memberikan tema bahasan terkait persampahan dalam diskusi yang akan dilakukan oleh 10 kader kesehatan tersebut. Prosesnya diserahkan sepenuhnya kepada kader. 

Staf peneliti YPS dan fasilitator NIHR lebih banyak berperan menjadi pendengar saja dalam diskusi tersebut. Jika ada pertanyaan dari kader, barulah memantiknya. Pengertian memantik di sini adalah merangsang minat dan perhatian kader dalam mendiskusikan sampah yang ada di lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakatnya.

Dalam pertemuan pertama ini, kader kesehatan umumnya bertestimoni mengenai dirinya dalam menangani sampah-sampah yang ada di dalam keluarga mereka masing-masing terlebih dahulu. Dari ceritera-ceritera yang ditangkap fasilitator dalam testimoni kader terdapat pendapat-pendapat yang berbeda di antara mereka.

Ada yang bilang, sampah keluarga dikumpulkan dulu dan nanti kalau sudah banyak dibakar di belakang rumahnya, kecuali air hasil cucian beras umumnya ditampung dalam tong besar berwarna biru untuk digunakan menjadi pupuk.

Prakata fasilitator NIHR dalam diskusi photovoice di Desa Sepanjang, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang

Ada yang berkata, sampah sayur ditaruh di pot dan sampah plastik akan dibakar, seperti tas plastik maupun sachet bumbu masak dan lain-lain, kecuali yang dalam bentuk botol. Mereka akan menjualnya ke pengumpul barang bekas yang berkeliling di desanya.

Terus ada juga, kader yang tidak punya halaman luas berlangganan kepada pengepul sampah dari desa lain, yaitu Putat Kidul. Sampah akan diambil 2 kali dalam seminggu. Kader tersebut akan membayar jasa tersebut secara bulanan. Per bulannya ditarik 25ribu.

Sedangkan, yang memiliki lahan luas di belakang rumah, sampah yang dihasilkan keluarganya akan dibuang di belakang rumah dalam lubang terus nanti ditimbun. Seperti rumah tangga yang dulunya pernah membuat batu bata, beka galiannya yang cukup dalam digunakan untuk menimbun sampah dalam jangka panjang.

Ada juga yang berceritera bahwa di rumahnya masih mempunyai dapur kayu dan belakang rumahnya terdapat bekas lubang pembuatan batu bata. Sampah plastik seperti tas plastik (kresek) dan sachet bumbu masak akan dibakar di tungku berbahan kayu bakar setelah selesai memasak; sampah kertas untuk menyalakan kayu bakar dalam tungkunya; dan sampah basahnya dibuang di bekas lubang pembuatan batu bata. Kalau sudah kering akan dibakar bersama rerontokkan daun bambu yang cukup banyak di halaman belakang rumahnya.

Suasana diskusi sampah rumah tangga dan sampah lingkungan sekitar

Usai mereka bertestimoni, mereka terus berdiskusi dengan obrolan sampah dalam lingkungan masyarakat. Kader yang hadir dalam obrolan ini mengakui bahwa di Desa Sepanjang telah ada bank sampah. Namun dalam 3 tahun ini tidak jalan lagi karena respon dari masyarakat kurang. Hal ini menurut mereka, petugas yang mengambil sampah tidak tentu datangnya dan yang diambil hanya yang laku dijual saja sehingga masyarakat menjadi malas. Pengepulnya juga kerap berganti-ganti personil dan gemar pilih-pilih, petugas bank sampahnya menjadi bingung dan akhirnya mutung (ngambek) dan terus dibunag di belakang halaman rumah dan dibakar. Mereka tak mau ribet, hanya ingin perlu yang praktis saja.

Diakui oleh kader, sebenarnya di Desa Sepanjang telah dilakukan edukasi terkait bahaya sampah yang dibakar, tapi mengingat kendala yang dihadapi seperti dalam pengelolaan bank sampah di atas, terus mereka tidak tahu harus bagaimana lagi.

Di samping itu, kader juga mengemukaan bahwa kader di Desa Sepanjang juga pernah mendapatkan pelatihan sabun ecoenzym, akan tetapi karena kebiasaan masyarakat di Desa Sepanjang gemar menggunakan sabun yang berbusa, produk sabun ecoenzym kurang diminati lantaran tidak berbusa.

Kegaliban lain yang masih dijumpai di Desa Sepanjang, setiap panen raya terlihat pemandangan pembakaran jerami, bonggol jagung maupun sisa panenan tebu. Setiap orang yang melintas di antara persawahan yang sedang panen, akan terlihat asap mengepul dari pembakaran jerami di sawah.

Suasana kader merencanakan pertemuan berikutnya untuk membahas foto-foto yang akan dikirimkan kader

Tak hanya itu, masih adanya “dhiyangan”, sebuah tradisi pengasapan di depan rumah yang sedang memiliki bayi hingga umur selapan dengan membakar agar keluar asap yang mengepul. Konon, asap tersebut dipercaya dapat mengusir jin agar tak mengganggu bayinya. Orangtua akan membakar sepet (sabut kelapa) setiap hari dalam selapan hari.

Usai diskusi dengan suasana yang mengalir, sepuluh kader tersebut mendapatkan tugas untuk memotret apa yang telah diceriterakan dan didiskusikan tadi. Setiap kader diminta untuk memotret sebanyak 5 buah yang berbeda, dan dikirimkan ke staf peneliti YPS atau dalam group yang telah dibuat kader. Kemudian hasil fotonya nanti akan didiskusikan dalam pertemuan berikutnya, yang rencananya akan dilakukan sebanyak 5 kali dalam 5 minggu ke depannya.

Pada taraf itu, kader telah memasuki apa yang dikenal dengan photovoice. Photovoice adalah proses di mana orang dapat mengidentifikasi, mewakili, dan meningkatkan komunitas mereka melalui teknik fotografi tertentu (Wang & Burris, 1997). 

Bagi Wang & Burris, dalam photovoice itu, foto mengandung arti, yang di dalamnya menceriterakan potret atau diri sang pengambil foto, menceriterakan komunitas tertentu, atau mendeskripsikan sebuah fenomena. Photovoice menciptakan peluang representasi diri kader kesehatan melalui fotografi. Dari situ akan terlihat tindakan partisipasif kader kesehatan dalam persampahan. *** [210324]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Jumat, 15 Maret 2024

Rapat Rutin Riset NIHR Bulan Maret 2024

Zoom meeting NIH Bulan Maret 2024

Rapat rutin riset NIHR (National Institute for Health and Care Research) melalui platform Zoom dilaksanakan pada Jumat (15/03). Rapat ini diikuti oleh 18 orang yang bakal terlibat dalam kegiatan NIHR di Kabupaten Malang.

Dalam rapat yang dipimpin oleh Sujarwoto, S.IP, M.Si, MPA, Ph.D dimulai pada pukul 14.15 WIB, dan membahas serta mendiskusikan sejumlah agenda yang bakal digelar dalam waktu dekat ini. Namun sebelum itu, Sujarwoto terlebih dahulu mengenalkan peserta zoom meeting yang berasal dari beberapa lembaga yang ada, seperti Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB), Fakultas Ilmu Administrasi (FIA), Yayasan Percik Salatiga, dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang.

Tujuan Sujarwoto memperkenalkan personil yang hadir dalam rapat rutin ini, agar terjalin silaturahmi yang intens dalam riset yang kolanoratif ini, sehingga ke depannya jalinan komunikasi antar personil yang akan menjalankan tugasnya masing-masing bisa berkoordinasi dengan baik.

Setelah itu, Sujarwoto langsung mengemukakan agenda yang akan segera dijalani dalam riset NIHR di Kabupaten Malang, seperti pengumpulan data Ponkesdes dan Puskesmas di Kabupaten Malang dan Kabupaten Gresik. Pengumpulan data ini dilakukan oleh Tim dr. Asri Maharani, MMRS, Ph.D dalam bentuk survey. Di Kabupaten Malang, terpilih Pagak dan Bululawang. Selain itu, Dr. Asri juga akan melakukan Systematic review bersama Rindi Ardika Melsalasa Sahputri, M.M.

Kemudian Tim dari Yayasan Percik Salatiga (YPS) juga akan dimotori Haryani Saptaningtyas, S.P, M.Sc, Ph.D akan melakukan Community engagement and involvement (CEI) dengan melalui metode Photovoice maupun Circle Conversation di Kabupaten Malang.

Lalu, Tim dr. Harun Al Rasyd, MPH mengagendakan wawancara dengan kader kesehatan, perawat Ponkesdes dan Puskesmas di Pagak dan Bululawang. Rencananya akan diselenggarakan pada akhir bulan ini.

Selanjutnya terkait server yang akan digunakan dalam riset NIHR ini, memerlukan dua server yang berdiri sendri. Achwan Sarwono, S.Kom dari Dinkes Kabupaten Malang sedang mengurus Internet Protocol address (IP address), sebuah label numerik yang ditetapkan untuk setiap perangkat yang terhubung ke jaringan komputer yang menggunakan IP untuk komunikasi. Jadi, IP address adalah identitas untuk sebuah komputer dalan suatu jaringan internet.

Selain itu, yang urgent untuk dilakukan dalam menjalankan agenda turun lapangan tersebut perlu disiapkan pengurusan surat izin penelitian ke 3 lembaga, yaitu Dinkes, Dinas Lingkungan Hidup, dan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Malang.

Dalam zoom meeting ini, semua yang hadir mendapatkan peran masing-masing. Mulai dari bagian admin yang mengurusi riset NIHR ini, peneliti, IT, dan fasilitator yang bergerak kolaboratif dalam menjalankan grand design dari riset NIHR ini, termasuk yang mencari bahan perihal aturan atau petunjuk teknis (juknis) terkait deteksi dini PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik), kesehatan lingkungan, dan lain-lain.

Aturan PPOK ini penting, karena menurut Sujarwoto, “Sesungguhnya riset NIHR yang akan dijalankan ini, mau mengembangkan SMARThealth untuk PPOK.”

Zoom meeting yang juga dihadiri Ketua Riset NIHR Prof. Dr. Sri Andarini, MD, M.Kes, Sp.KKLP ini selesai pada pukul 14.55 WIB berbarengan dengan kumandangnya suara adzan Ashar. *** [150324]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Selasa, 13 Februari 2024

Tiga Titik Penempatan Lanjutan Flex Air Quality Sensor Di Desa Sumberejo

Dua hari sebelumnya, asisten Tim Peneliti Polusi Pembakaran Sampah Plastik (PPSP) dari Fisika Lingkungan Universitas Brawijaya (UB) telah melakukan pemasangan PurpleAir PA-II-Flex Air Quality Sensor di tiga titik penempatan. Dua berada di RT 49 RW 08 tapi letaknya berjauhan dan satunya lagi dipasang di RT 48 RW 08.

Lalu hari ini, Senin (12/02), mereka melakukan pemasangan lagi sisanya sebanyak tiga tempat yang belum terpasang pada waktu itu. Jadi, pemasangan kali ini merupakan lanjutan dari yang kemarin dari target pemasangan yang harus dilakukan sebanyak enam buah.

Pemasangan PurpleAir di rumah warga

PurpleAir tampaknya menjadi standar untuk pemantauan di luar ruangan. PurpleAir PA-II relatif terjangkau harganya dibandingkan produk komersial lainnya yang harganya tinggi. Ini terhubung ke wifi dan memasukkan data ke dalam peta populer yang memungkinkan Anda mempersempit area dan melihat apa yang dilaporkan pemilik lain.

Pemasangan hari kedua ini berada di lingkungan Mushola Al-Ikhlas (RT 49 RW 08), rumah Siswoyo (RT 34 RW 08), dan rumah Wariso (RT 41 RW 09). Penempatan lokasi itu berdasarkan pengukuran geospasial dengan menggunakan satelit.

Kalau hari kemarin pemasangan dikerjakan oleh Rosi, hari ini dilakukan Rezaldi Dia Ramadhan, adik ipar staf PTM dan Kesehatan Jiwa (Keswa) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang, Ghozali, yang bermertua di Dusun Bekur, Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.

Pengukuran particular matter dengan menggunakan Cascade impactors dekat tungku pembakaran gamping

Dalam pemasangan tersebut didampingi oleh Eko Teguh Purwito Adi, S.Si., M.Si. dan Renetha Salma M.A., S.Si dari Fisika Lingkungan UB; Imam Ghozali, S.Kep.Ners, staf PTM dan Keswa Dinkes; serta fasilitator.

Selain pemasangan PurpleAir PA-II-Flex Air Quality Sensor, juga dilakukan pengambilan sampel particular matter dengan menggunakan cascade imfactors di dekat tungku pembakaran gamping (limestone burning). Kebetulan pada hari ini, depan rumah mertua Ghozali sedang ada pembakaran gamping tersebut.

Cascade impactors digunakan untuk fraksinasi partikulat pada sampel udara bervolume tinggi. Desain cascade imfactors ini mengumpulkan partikel pada substrat kecil dan ringan yang dianalisis untuk mengetahui partikel yang dapat terhirup. Ada beberapa model yang tersedia dengan tahap tumbukan 1, 4, 5, dan 6 yang memungkinkan fleksibilitas tertinggi.

Setelah diambil dari dekat tungku pembakaran gamping, terus diambil kertasnya, yaitu berupa Whatman Filter Paper (kertas saring Whatman). Kertas tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kaca bulat oleh Azarine Aisyah Widhowati, S.Si dan Maria Pramundhitya, S.Si untuk dibawa ke laboratorium guna dianalisis. Kertas saring tersebut akan diukur dengan Scanning Electron Microscope (SEM) dan X-Ray Diffraction (XRD).

Pengeluaran Whatman Filter Paper dari Cascade impactors, dan dimasukkan dalam kaca bulat

Di akhir kegiatan di Dusun Bekur ini, terdengar informasi adanya tungku pembakaran gamping yang sebelumnya belum terpetakan. Satu berada iujung Dusun Bekur bagian utara mepet dengan sungai di RT 32 RW 06, dan yang satunya berada di selatannya yang sejalur, yaitu di RT 33 RW 08.

Jadi hingga kini, dengan tambahan dua tungku pembakaran gamping yang telah dikunjungi tadi sore menjelang Maghrib, totalnya jumlahnya menjadi 10 tungku pembakaran gamping yang teridentifikasi di Dusun Bekur, Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang. *** [130224]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Sabtu, 10 Februari 2024

Pemasangan Flex Air Quality Sensor Di Sumberejo

Hari ini, Sabtu (10/02), tiga asisten Tim Peneliti Polusi Pembakaran Sampah Plastik (PPSP) dari Fisika Lingkungan Universitas Brawijaya (UB) – Eko Teguh Purwito Adi, S.Si., M.Si., Azarine Aisyah Widhowati, S.Si, dan Maria Pramundhitya Wisnu Wardhani, S.Si - memasang PurpleAir PA-II-Flex Air Quality Sensor di sejumlah titik lokasi penempatan di wilayah Dusun Bekur, Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.

Dikutip dari www2.purpleair.com, PurpleAir Flex adalah salah satu monitor kualitas udara terbaru dari PurpleAir, yang mengukur konsentrasi PM 2.5 secara real-time untuk penggunaan perumahan, komersial, atau industri. 

Kotak particular meter di ketinggian 280 cm dengan latar asap hitam mengepul dari pembakaran gamping

Berisi LED penuh warna, cahaya yang dihasilkan sekilas menunjukkan kualitas udara real-time dan dapat dipasang di dalam atau di luar ruangan. WiFi internal memungkinkan monitor kualitas udara mengirimkan data ke Peta PurpleAir secara real-time, yang disimpan dan tersedia untuk perangkat pintar apa pun.

Dalam pemasangan tersebut, ketiga asisten Tim PPSP dibantu oleh lima cowok. Tiga cowok memasang tiang yang dirancang untuk menempatkan particular meter, dan dua cowok membantu dalam pemasangan Purple Air.

Maghrib tiba, lampu PurpleAir terlihat nyalanya 

Tiga asisten Tim PPSP tiba di Dusun Bekur sekitar pukul 09.57 WIB. Dengan disaksikan oleh fasilitator dan Imam Ghozali, S.Kep Ners, seorang staf PTM dan Kesehatan Jiwa (Keswa) Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, mereka mengawali dengan mempersiapkan perlengkapan pendukungnya.

Begitu tiang untuk penempatan UB-Aqai Air Quality Measurement System Tipe PB.02241 datang dengan diangkut mobil pickup pada pukul 11.20 WIB, langsung dipasang oleh tiga cowok yang membawanya. Tinggi tiang yang dicat warna hitam itu memiliki tinggi 350 cm. 

Pemasangan PurpleAir yang umumnya diletakkan di lispang

Dari ketinggian tersebut, terus yang ditanam ke dalam tanah sedalam 70 cm. Jadi, tiang menjulang di atas permukaan tanah setinggi 280 cm. Penempatan tiang tersebut berada di halaman depan rumah Bapak Hasyim (mertua Ghozal), yang berdekatan dengan kios sembako milik mertua.

Pada waktu bersamaan, seorang cowok bernama Rosi yang terampil dalam pelistrikan dan perkabelan juga memasang PurpleAir beserta Telkomsel Orbit untuk memancarkan wifi yang akan mendukung kerja PurpleAir.

Asisten TIM PPSP sedang merakit particular meter untuk dipasang di tiang

Perlu diketahui, pemasangan tiang untuk particular meter hanya satu buah saja dan itu ditempatkan di halaman depan rumah Bapak Hasyim. Sedangkan, untuk pemasangan PurpleAir diagendakan ditempatkan di enam titik lokasi di Dusun Bekur.

Namun hingga Maghrib, PurpleAir mampu terpasang tiga saja di tiga lokasi yang terpencar. Sementara sisanya yang tiga akan dilanjutkan pada Senin mendatang. Tidak bisa terpasangnya semua di enam titik lokasi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti turun hujan, menjelaskan kepada pemilik rumah di lokasi pemasangan perlu waktu, dan juga setiap rumah memiliki struktur bangunan sendiri sehingga teknisi listrik dan pemasang kabel akan perlu waktu untuk menempatkan terminal baru guna suplai daya dalam mengoperasikan PurpleAir maupun Telkomsel Orbit.

Meski baru terpasang tiga, kinerja dari PurpleAir harus dipantau di lapangan secara kontinyu. Untuk itu, usai Maghriban di rumah Bapak Hasyim, Eko membriefing Ghozali dan adik iparnya untuk turut membantu dalam pemantauan kinerja alat tersebut agar supaya laporan real-time mengenai kondisi kualitas udara di desa tersebut bisa terpantau terus dengan baik. *** [100224]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Senin, 07 Agustus 2023

Tim PPSP Lakukan Uji Coba Pengukuran Kualitas Udara Di Hari Ahad

Selang 27 hari semenjak kunjungan Tim Peneliti Polusi Pembakaran Sampah Plastik (PPSP) dari disiplin Fisika Universitas Brawijaya (UB) berkunjung ke Dusun Bekur, Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang, tiga staf asisten dari Prof. Drs. Arinto Yudi Ponco Wardoyo, M.Si, Ph.D (Guru Besar Fisika Lingkungan dengan spesialisasi pengukuran polusi udara) melakukan uji coba pengukuran kualitas udara pada hari Ahad (07/08).

Ketiga asisten staf yang terdiri dari Eko Teguh Purwito, S.Si, M.Si; Azarine Aisyah Widhowati, S.Si dan Maria Pramundhitya Wishnu Wardhani, S.Si, tiba di Dusun Bekur, Desa Sumberejo, dengan berkendara mobil Avanza warna hitam sekitar pukul 12.10 WIB.

Pemasangan salah satu alat untuk pengukuran kualitas udara di halam rumah mertua staf PTM dan Keswa Dinkes Kabupaten Malang

Dengan didampingi oleh staf PTM dan Keswa Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang Imam Ghozali, S.Kep. Ners dan seorang anggota Tim SMARThealth UB, melakukan uji coba pengukuran udara dalam rangka Identifying & implementing solutions to reduce the impact of plastics burning on NCDs in Indonesia yang merupakan bagian kegiatan dalam National Institute for Health and Care Research (NIHR) Global Health Research Centre on Non-Communicable Diseases (NCDs) and Environmental Change.

Lokasi uji coba pada hari Ahad tersebut dipusatkan di dua titik, yaitu halaman rumah Bapak Hasim dan Bapak Bunaji. Kedua rumah tersebut berada di Dusun Bekur RT 49 RW 08 Desa Sumberejo. Pemilihan kedua lokasi itu lantaran kedua rumah tersebut berdekatan dengan sumber pembakaran gamping yang ada di desa tersebut.

Kebetulan Desa Sumberejo terkenal dengan aktivitas pembakaran batu gamping (limestone burning) dan memiliki kekhasan dengan bahan bakar untuk pembakaran gamping berupa limbah plastik. Asap hitam membumbung merupakan pemandangan dalam keseharian di desa tersebut.

Memasang peralatan pengukuran kualitas udara di sebelah barat tungku pembakaran gamping

Uji coba pengukuran kualitas udara, mula-mula dilakukan di halaman rumah Bapak Hasim. Ketiga asisten peneliti PPSP tersebut berusaha memasang semacam anemometer yang ditopang oleh tripod dengan pipa stainless setinggi 3 m yang langsung terhubung dengan sebuah alat detector particulate matter & gas measurement device serta laptop melalui aplikasi arduino. Selain itu, juga terlihat Q-Track Air Quality Meter warna biru sebagai instrumen untuk mengukur tingkat kualitas udara yang meliputi carbon monoxide (CO), carbon dioxide (CO2), suhu, kelembaban relatif (relative humidity) dan sekaligus bisa menghitung titik embun, bla basah (wet bulb) dan persen udara luar.

Di rumah Bapak Hasim, yang berhadapan langsung dengan salah satu lokasi pembakaran gamping di Dusun Bekur, berlangsung dari pukul 12.22 hingga pukul 13.15 WIB. Setelah itu, uji coba pengukuran pindah ke rumah Bapak Bunaji yang berjarak sekitar 50 m arah selatan.

Di halaman rumah Bapak Bunaji yang kebetulan sedang ada proses pembakaran gamping dengan menggunakan limbah plastik, ketiga asisten peneliti PPSP juga melakukan uji coba seperti yang dikerjakan di halaman rumah Bapak Hasim.

Pengukuran kualitas udara bergeser dari sebelah barat tungku pembakaran gamping menuju ke sebelah barat daya dekat dengan tambatan dua ekor sapi metal

Halaman rumah Bapak Bunaji, cukup luas. Tempat pembakaran gampingnya berada di sisi timur laut dari bangunan rumah, yang dikelilingi kebun durian. Mereka memasang peralatannya di sebelah barat daya dari pembakaran gamping. Pengukuran kualitas udara dilakukan dari pukul 13.46 WIB sampai dengan pukul 15.14 WIB.

Selesai dari pengukuran di rumah Bapak Bunaji, ketiga asisten peneliti PPSP kembali ke rumah Bapak Hasim yang menjadi basecamp sementara dalam pengukuran tersebut. Di rumah Bapak Hasim, mertua Ghozali, dihidangkan makan soto dengan aneka lauknya.

Setelah mencicipi hidangan tersebut, ketiga asisten peneliti PPSP dari disiplin Fisika UB dan seorang anggota Tim SMARThealth UB pun berpamitan. Ketiga asisten peneliti PPSP langsung kembali ke laboratorium di Departemen Fisika UB bersama sopirnya, dan seorang anggota Tim SMARThealth UB pun melanjutkan perjalanan ke Desa Sepanjang, Kecamatan Gondanglegi untuk jumpa dengan sejumlah kader SMARThealth. *** [070823]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Selasa, 11 Juli 2023

Tim PPSP Kunjungi Pembakaran Gamping di Pagak

Nasib baik menyelimuti Tim Peneliti Polusi Pembakaran Sampah Plastik (PPSP) saat berkunjung ke Dusun Bekur, Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang. Pasalnya, pada kunjungan hari ini, Selasa (11/07), kebetulan ada yang sedang melakukan pembakaran batu gamping. Tidak setiap hari, proses pembakaran batu gamping bisa disaksikan.

Tim PPSP yang didampingi oleh staf PTM dan Keswa Dinkes Kabupaten Malang Imam Ghozali, S.Kep.Ners dan seorang anggota Tim SMARThealth Universitas Brawijaya (UB) kali ini adalah Tim yang akan melakukan pengukuran kadar kualitas udara.

Ibu-ibu sedang memilah limbah plastik dan potongan kardus di dekat tungku pembakaran gamping

Tim terdiri dari Prof. Drs. Arinto Yudi Ponco Wardoyo, M.Si, Ph.D, Guru Besar Fisika Lingkungan UB dengan spesialisasi pengukuran polusi udara, beserta staf asistennya yang terdiri dari Eko Teguh Purwito Adi, S.Si, M.Si; Azarine Aisyah Widhowati, S.Si dan Maria Pramundhitya Wishnu Wardhani, S.Si. Selain itu, ada juga Dr. Max Priestman, seorang Senior Air Quality dari Imperial College London, Inggris.

Tim PPSP dari disiplin fisika ini juga dibarengi dengan rombongan lainnya yang terdiri dari  Prof. Dr. Anuskha Patel (Chief Executive Officer of The George Institute for Global Health, Australia), Prof. Dr. Vivekand Jha (The Executive Director at The George Institute for Global Health, India), Dr. Nina Desai (The George Institute for Global Health, Inggris), Dr. Thomas Gadsden (Senior researcher from The George Institute for Global Health, Australia), Prof. Dr. Gindo Tampubolon (Senior lecturer in Global Health at the Global Development Institute and Deputy Director, Rory and Elizabeth Brooks Doctoral College, University of Manchester), dan Sujarwoto, S.IP, M.Si, MPA, Ph.D (FIA, UB).

Begitu sampai di Dusun Bekur, mereka ada yang berkumpul terlebih dahulu di rumah mertua Imam Ghozali, dan Tim yang berasal dari disiplin fisika langsung melakukan pemetaan wilayah, karena mereka nantinya akan memasang alat-alat terkait pengukuran kualitas udara, seperti ACMS, SMPS, Al Telometer, dan CO2 Nox.

Tim PPSP menyaksikan pembakaran gamping di halaman salah satu warga

Selain itu, mereka juga berkesempatan melihat proses pembakaran gamping dengan bahan bakar limbah plastik di rumah Pak Nursawi. Kebetulan ia sedang membakar gamping di sisi barat halaman rumahnya yang mepet dengan kebun tebu.

Dua tukang bagian tungku bakar senantiasa menjaga kadar apinya agar pembakaran berjalan maksimal. Mereka akan bergantian setiap 1,5 jam selama 24 jam dalam tiga hari dua malam dalam membakar batu gamping dengan tonase 8 ton.

Lalu, disebelah utara tungku pembakaran terlihat tiga ibu-ibu sedang memilah limbah yang menumpuk. Dalam seminggu, satu orang bisa memilah kardus yang bercampur dalam limbah plastik, sebanyak dua glasing (karung). Per karung berukuran antara 10 hingga 16 kilogram, dan harga per kilogramnya adalah Rp 1.000,-. Sedangkan sisanya limbahnya yang berupa plastik dikeringkan untuk digunakan sebagai bahan bakar gamping.

Rombongan Tim PPSP berpamitan dengan mertua staf PTM dan Keswa Dinkes Kabupaten Malang

Baik Tim Putih maupun Tim Hitam, semuanya menyaksikan pembakaran gamping yang menghasilkan pemandangan berkabut hitam lantaran kepulan asap hasil pembakaran gamping (limestone) membubung ke atas.

Yang dimaksud Tim Putih adalah Tim PPSP yang berasal dari disiplin fisika. Mereka disebut Tim Putih karena menggunakan mobil Avanza berwarna putih, sedangkan Tim Hitam adalah mereka yang berkendara dengan mobil Innova warna hitam.

Kedua Tim itu berada di lokasi selama satu jam lebih. Setelah dirasa cukup, Tim Hitam berpamitan lebih dulu. Selang dua puluh menit kemudian, barulah Tim Putih juga berpamitan pulang, sekitar pukul 16.30 WIB. *** [110723]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Brawijaya Medical Conference 2023: “Transforming Global Health to Tackle Interdisciplinary Health Challenges”

Pagi yang cerah namun sejuk itu, halaman hotel bintang 5 Golden Tulip Holland Resort Batu terlihat penuh dengan mobil yang berjajar di tempat parkir mulai dari depan hingga belakang. Umumnya mereka akan menghadiri acara di Conference Center Ballroom yang berarsitektur futuristik dengan dominasi kaca dalam fasadnya.

Hari Senin (10/07) ini, Universitas Brawijaya (UB) melalui Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) bekerja sama dengan Imperial College London, The George Institute for Global Health India, Sri Ramachandra Institute of Higher Education and Research, International Centre for Diarrhoeal Disease Research, Bangladesh (icddr, b), University of Manchester, DIPI (Dana Ilmu Pengetahuan), dan LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) RISPRO KI (Riset Inovatif Produk Kolaborasi Internasional), menyelenggarakan The 1ˢᵗ Brawijaya Medical Conference (BMC): “Transforming Global Health to Tackle Interdisciplinary Health Challenges.”

BMC pertama ini menghadirkan empat tema yaitu Effective intervention for NCDs risk management at primary care: key findings from SMARThealth study, Addressing the impact of climate change on NCDs through NIHR Global Health Research Centre Program, Health innovation in coping with pandemic: findings from RISPRO KI study, dan Biomedical research, a tool to address the health issues that affect Asian populations.

Launching NIHR Global Health Research Centre for Non-communicable Diseases and Enviromental Change oleh Wakil Rektor Universitas Brawijaya di Conference Center Ballroom Hotel Golden Tulip Holland Resort Batu

Konferensi ini mempertemukan sekelompok pakar eksklusif di lapangan, pembuat kebijakan, dan mereka yang akan memberikan kontribusi positif dalam diskusi. Terlihat delapan pentolan SMARThealth berkumpul dalam BMC, 3 dari Australia, 3 dari Inggris, 1 dari India, dan 1 dari Indonesia. 

Dari Australia ada Prof. Dr. Anuskha Patel (Chief Executive Officer of The George Institute for Global Health), Dr. Anna Palagyi (Principal Investigator of SIMPLI Study), dan Dr. Thomas Gadsden (Senior researcher from The George Institute for Global Health Australia).

Dari Inggris tampak Prof. Dr. Gindo Tampubolon (Senior lecturer in Global Health at the Global Development Institute and Deputy Director, Rory and Elizabeth Brooks Doctoral College, University of Manchester), Prof. Dr. Delvac Oceandy (Associate Professor University of Manchester), dan dr. Asri Maharani, MMRS, Ph.D (Co-Principal Investigator of SMARThealth Extend Study).

Yang dari India terlihat Dr. Praveen Devarasetty (Program Director for Primary Healthcare Research at the George Institute for Global Health, India) serta Sujarwoto, S.IP, M.Si, MPA, Ph.D (Co-Principal Investigator of Scale Up Study) dari Universitas Brawijaya, Indonesia.

Suasana The 1ˢᵗ Brawijaya Medical Conference

Di samping pentolan SMARThealth, tampak hadir pula dari jajaran FKUB mulai dari pembantu Dekan, guru besar, dan peneliti. Lalu, ada Prof. Dr. Vivekand Jha (The Executive Director at The George Institute for Global Health, India); perwakilan dari Imperial College London; Prof. Drs. Arinto Yudi Ponco Wardoyo, M.Si, Ph.D (Professor in Environmental Physic with speciality on air pollution measurement, University of Brawijaya); Kemenkes RI; BPJS; Dinas Kesehatan Kabupaten Malang; Yayasan Percik Salatiga (YPS); dan lain-lain.

Selain diseminasi untuk akademisi maupun peneliti, dalam BMC ini juga dibarengi dengan launching NIHR Global Health Research Centre for Non-communicable Diseases and Enviromental Change: Identifying and Implementing Solutions to Reduce the Impact of Plastics Burning on NCDs in Indonesia.

Launching ini ditandai dengan pemukulan gong oleh Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerja sama & Internasionalisasi Andi Kurniawan, S.Pi, M.Eng.D.Sc., dan dilanjutkan dengan pengalungan bunga oleh Wakil Dekan I FKUB Frof. Dr. Mohammad Saifur Rohman, Sp.JP (K)., Ph.D., FSCAI kepada Prof. Dr. Vivekand Jha selaku Principal Investigator of NIHR Global Health Research Centre on Environment Change, dan pengalungan bunga kepada Prof. Dr. Anuskha Patel selaku The Chief Executive of The George Institute for Global Health oleh Prof. Dr. dr. Sri Andarini, M.Kes (Indonesia Principal Investigator of NIHR).

Hingga pukul 12.35 WIB, usai launching NIHR secara resmi, seminar menghadirkan keynote speaker dari BPJS dan Kemenkes yang dimoderatori oleh Prof. Dr. Gindo Tampubolon, dan plenary session yang diisi oleh Prof. Dr. Vivekand Jha, Prof. Agustina Tri Endharti, S.Si, Ph.D (Department of Parasitology, Faculty of Medicine, Universitas Brawijaya), dan Dr. Praveen Devarasetty dengan moderator dr. Aulia Rahmi Pawestri, Ph.D.

Usai plenary session, acara dilanjutkan dengan lunch break selama satu jam. Selesai lunch break, BMC dibuat parallel session. Room 1 tentang Primary Health Care Interventions to Tackle NCDs in LMICs bertempat di Tulip Meeting Room, dan Room 2 mengenai Biomedical Sciences di Ballroom.

All round table in Golden Tulip Holland Resort Ballroom Batu

Dalam Room 1 menghadirkan pembicara dr. Asri Maharani, MMRS, Ph.D (“How digital health can be used as an effective intervention for NCDs prevention care: Key findings from SMART health extend study”), Dr. Anna Palagyi (“Empowering voluntary health workers for effective intervention of NCDs prevention care: Key findings of SIMPLI study”), Prof. Drs. Arinto Yudi Ponco Wardoyo, M.Si, Ph.D (“Mapping plastic burning sources in East Java using satellite”), Dr. Thomas Gadsden (“Understanding community health worker employment preferences to involve in NCD prevention program: Case of Malang district government”), dan Associate Prof. Kraichat Tantrakarnapa secara daring (“The challenges of climate change response: health-related issues”).

Kemudian di Room 2 juga ada lima pembicara, meliputi Prof. Dr. Delvac Oceandy (“Effects of environmental and metabolic stress on heart muscle cells”), Prof. Hok Bing Thio, MD, Ph.D (“Skin as Environmental Monitoring Organ”), Sujarwoto, S.IP, M.Si, MPA, Ph.D (“How to scale up NCDs prevention program: Case of SMARThealth program at Malang district”), Associate Prof. Yoshiyuki Kawamoto, Ph.D (“Analysis of the Mechanism of Cancer Cell Proliferation Inhibition by Synthetic Melanin”), dan Prof. Datin Dr. Sharida Fakurazi (“Environmental Health and Toxicology”). Kecuali Delvac Ocenady dan Sujarwoto, pembicara di Room 2 umumnya secara daring.

Baik Room 1 maupun Room 2, setelah para pembicara inti selesai. Acara diisi dengan young researcher and student presentations hingga pukul 17.36 WIB. Masing-masing ada 17 presentasi di setiap room tapi dibatasi hanya beberapa menit saja per presentasi.

Salah seorang young researcher di Room 1, Sara, dari Kebidanan UB, menuturkan bahwa yang punya penelitian dipersilakan untuk submit abstrak. Kemudian abstrak itu diseleksi oleh Tim Reviewer BMC. Yang terpilih diumumkan, dan yang namanya tercantum langsung membuat power point untuk dikumpulkan melalui email. Begitu terkirim lewat email, mereka mendapatkan undangan untuk presentasi hasil penelitiannya tersebut. *** [110723]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Risk Checker

Risk Checker

Indeks Massa Tubuh

Supplied by BMI Calculator Canada

Statistik Blog

Sahabat eKader

Label

Arsip Blog