Tampilkan postingan dengan label NIHR-GHRC on NCDs and Environmental Change. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label NIHR-GHRC on NCDs and Environmental Change. Tampilkan semua postingan

Rabu, 03 April 2024

Uji Coba Kuesioner Karakteristik Masyarakat Berlangsung di Sidorahayu

Berkah puasa memang tak bisa disangka! Uji coba instrumen NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) untuk pengumpulan data bisa berjalan semua.

Dimulai dari uji coba instrumen CEI (Community engagement and involvement) yang dilakukan peneliti Yayasan Percik Salatiga (YPS) dengan menggunakan Photovoice maupun Circle Communication yang dilakukan di Desa Sepanjang (21-28 Maret 2024).

Kemudian uji coba instrumen survey NIHR-GHRC NCDs & EC yang dilaksanakan Tim Peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) di Puskesmas Bantur (23/03) juga berjalan dengan lancar.

Uji coba kuesioner Karakteristik Masyarakat 

Hari ini, Rabu (03/04), gantian Tim Peneliti dari Fakultas Pertanian UB (FP UB), juga melakukan uji coba kuesioner “Karakteristik Masyarakat dan Pengamatan Langsung” di Desa Sidorahayu, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang bisa berjalan sebagaimana mestinya.

Salah seorang anggota Tim Peneliti FP UB Dr. Lintar Brillian Pintakami, S.P., M.P. yang mengajak Tim Peneliti dari Fisika Lingkungan UB, Eko Teguh Purwanto Adi, S.Si., M.Si dan Renetha Salma Myesha A., S.Si, menjajal kuesioner dengan melakukan wawancara kepada Sekretaris Desa (Sekdes) Sidorahayu Mayon Sutrisno di ruang kerjanya.

Fasilitator NIHR yang turut mendampinginya juga ikut menjajal kuesionernya dan berjumpa dengan tenaga kesehatan (nakes) Puskesmas Wagir yang sedang berkegiatan di Pendopo Balai Desa Sidorahayu dalam Peningkatan Kapasitas Bagi Kader Kesehatan TB-Paru sehingga juga harus bersilaturahmi sesaat dengan mereka.

Melihat sungai apakah terjadi pencemaran atau tidak

Kedua kuesioner yang diujicobakan tersebut memiliki pola seperti model kuesioner dalam Indonesian Family Life Survey (IFLS), The Work and Iron Status Evaluation (WISE), dan The Study of the Tsunami Aftermath and Recovery (STAR), utamanya dalam survey fasilitas  untuk melengkapi survey rumah tangga (household).

Ciri khasnya dari kuesioner tersebut akan memiliki variabel dalam seksi pertanyaan yang cukup banyak, dan ragam print outnya sudah branded seperti itu. Dalam kuesioner Karakteristik Masyarakat terdapat 16 bagian atau seksi, yaitu LK (Lembar Kontrol), IC (Informed Consent), IR (Identitas Responden), LU (Land use), P (Population Characteristics), EC (Type of Employment), TI (Transportation and Infrastructures), EL (Electricity), WS (Water Sources and Santitation), D (Industries), EP (Environmental Pollution), WM (Waste Management), PBS (Plastic Waste Burning Practices), CD (Climate and Distaters), PKMD (Partisipasi dan Kepercayaan Masyarakat), dan CP (Catatan Pewawancara).

Sedangkan pada kuesioner Pengamatan Langsung terdiri atas 7 bagian atau seksi, yakni LK (Lembar Kontrol), IC (Informd Consent), G (General Observation), W (Waste Management), AP (Air Pollutin), PBS (Plastic Burning Practises), IN (Internet Network), CP (Catatan Pewawancara).

Mengukur kualitas air dengan Partculate Matter and Gas Measurement Device

Pertanyaan-pertanyaan dalam kedua kuesioner tersebut terdiri dari pertanyaan dan jawaban. Pertanyaan telah didesain untuk menampung semua kemungkinan jawaban yang diinginkan ke dalam jenis-jenis pilihan jawaban dan dirancang untuk pelaksanaan wawancara yang baik dan benar, baik dalam menanyakan kepada responden maupun dalam proses pencatatannya. Hal ini diharapkan dapat menghasilkan proses pengumpulan data yang berkualitas tinggi.

Pertanyaan dalam kuesioner tersebut memiliki dua tipe yang perlu diketahui, yaitu jenis pertanyaan berdasarkan jawaban responden; dan jenis pertanyaan berdasarkan cara membaca pertanyaan, yang berpengaruh dalam tata cara pengisian kuesioner. Oleh karena itu, bagi siapa pun yang ingin melakukan wawancara menggunakan kuesioner ini harus mengerti betul dengan struktur kuesionernya terlebih dahulu.

Selain itu, kekhasan lainnya dari kuesioner ini adalah bahwa semua variabel yang ada dalam seksi ini tidak mungkin bisa terjawab oleh hanya seorang responden saja. Pengalaman survey fasilitas akan banyak menjumpai beberapa responden, karena dalam variabel-variabel tersebut tidak ada di tangan satu orang saja melainkan beberapa. Seperti yang dilakukan oleh Dr. Lintar tadi, Sekdes akan bolak balik menanyakan kepada staf lainnya. Ini nanti yang perlu diperhatikan bagi enumerator lainnya saat menuju main survey.

Insinerator yang dulu pernah menjadi andalan TPS di Dusun Bunton, kini tak berfungsi lagi

Oleh sebab itu, pembuat kuesioner sudah mengantisipasinya dengan membuatkan kolom untuk wawancara sebanyak 3, yaitu wawancara I, wawancara II, dan wawancara III. Tujuannya tak lain adalah untuk mengantisipasi hal tersebut bila harus berkunjung ulang suatu saat nanti.

Usai melakukan wawancara, Tim Peneliti FP UB dan Fisika Lingkungan dipandu fasilitator berkeliling desa untuk melakukan uji coba kuesioner pengamatan langsung. Lima dusun yang ada di Desa Sidorahayu musti dilaluinya. Kemudian peneliti dari Fisika Lingkungan juga melakukan pengukuran kualitas udara di dekat pabrik plastik di Dusun Bunder dengan menggunakan Particulate Matter and Gas Measurement Device yang bersifat portabel yang dihubungkan dengan laptop.

Uji coba kuesioner yang dimulai pada pukul 08.52 WIB itu berakhir pada pukul 13.48 WIB yang diakhiri dengan cara berpecar. Tim Peneliti FP UB dan Fisika Lingkungan mengukur kecepatan internet di setiap dusun, sedangkan fasilitator bertugas memotret bekas insinerator yang sudah tidak terpakai lagi di tengah lahan yang harus melalui jalan setapak yang ditutupi semak tinggi. *** [030424]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Sabtu, 23 Maret 2024

Uji Coba Instrumen Survey NIHR-GHRC NCD & Global Enviroment Change di Puskesmas Bantur

Dalam tradisi penelitian berbasis global, uji coba instumen survey sangatlah diperlukan. Uji coba itu biasanya ditandai dengan menjajal kuesioner sebelum diberlakukan dalam main survey, atau survey utama yang bakal digelar di desa terpilih (enumeration area).

Uji coba ini dinamakan pretest (tes awal). Tujuan pretest, disebutkan oleh Erin Ruel et. al. (SAGE Publications, Inc., 2016), adalah untuk memastikan bahwa pertanyaan-pertanyaan yang diartikulasikan dengan jelas akan mendapatkan pilihan jawaban yang relevan, komprehensif, dan saling eksklusif serta tidak berdasarkan perkiraan mereka sendiri, namun juga dari sudut pandang responden.

Memastikan bahwa peneliti dan responden menafsirkan survey dengan cara yang sama adalah hal yang paling diperhatikan dalam desain survey, dan pengujian awal adalah salah satu cara terbaik untuk melakukan hal ini. 

dr. Harun Al Rasyd, MPH (peneliti) melakukan pretest di Ruang Farmasi Puskesmas Bantur

Pengujian awal dapat mengungkap contoh-contoh terminologi yang tidak jelas, referensi yang asing, serta kata-kata dan frasa ambigu yang pada awalnya tidak dianggap bermasalah oleh pembuat kuesioner, namun dapat membingungkan dan membuat frustrasi responden serta menurunkan kualitas data dan tingkat respon (tanggapan).

Selain itu, pretest juga memungkinkan peneliti untuk menilai latensi (kecepatan) respon, jumlah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan masing-masing item dalam survey serta survey lengkap, yang kemudian dapat dilaporkan dalam pendahuluan survey skala penuh. 

Uji coba instrumen survey penelitian kerja sama antara Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) dan NIHR Global Health Research Center for Non Communicable Disease and Global Environmental Change (NIHR-GHRC NCD & GEC) dilaksanakan di Puskesmas Bantur, Kabupaten Malang, pada Sabtu (23/03).

Meutia Fildzah Sharfira, SKM, MPH (asisten peneliti) pretest dengan pasien di Ruang Pertemuan Puskesmas Bantur

Tiga orang, yang terdiri dari dr. Harun Al Rasyd, MPH (peneliti), Meutia Fildzah Sharfira, SKM, MPH (asisten peneliti) dan seorang fasilitator NIHR-GHRC NCD & GEC bertugas dalam kegiatan ini. Mereka mengujicobakan kuesioner kesehatan yang terdiri dari 4 buah, yakni alat penilaian ketersediaan dan kesiapan layanan fasilitas kesehatan; panduan wawancara semi-struktur dengan petugas kesehatan yang bekerja di fasilitas kesehatan pimer (dokter, perawat, apoteker, staf kesehatan terkait lainnya di Puskesmas); panduan wawancara mendalam untuk petugas kesehatan primer di masyarakat (petugas kesehatan masyarakat, petugas kesehatan multiguna, penyedia layanan kesehatan tingkat menengah); dan panduan wawancara semi-terstruktur untuk anggota komunitas.

Setiap kuesioner tersebut memiliki item-item pertanyaan. Dalam kuesioner alat penilaian ketersediaan dan kesiapan layanan fasilitas dibagi dalam 7 modul: informasi umum; aksesibilitas layanan, nutrisi dan layanan terkait, risiko kesehatan iklim, aplikasi kesehatan digital, layanan yang tersedia, dan catatan kesimpulan pewawancara.

Lalu, dalam panduan wawancara semi-struktur dengan petugas kesehatan yang bekerja di fasilitas kesehatan pimer (dokter, perawat, apoteker, staf kesehatan terkait lainnya di Puskesmas) terdapat variabel-variabel pertanyaan: informasi pemangku kepentingan; tata kelola; perawatan kesehatan primer yang komprehensif; tenaga kerja, anggota tim, peran, dan integrasi; layanan dan praktik yang ada terkait pemberian PTM dan layanan terkait; layanan dan praktik yang ada terkait mitigasi dan adaptasi polusi udara; mengenal platform digital untuk intervensi kesehatan; kebutuhan pelatihan dan pengembangan kapasitas; kompetensi dan motivasi untuk memberikan promosi kesehatan mengenai mitigasi dan adaptasi polusi dan layanan terkait kesehatan; masukan lain untuk sistem layanan kesehatan primer yang berdampak pada kelengkapan layanan; pengawasan; insentif, retensi dan motivasi retensi; kesempatan untuk maju; hubungan dengan sistem kesehatan; dan pertanyaan umum.

Fasilitator melakukan pretest dengan salah seorang kader kesehatan

Kemudian dalam  panduan wawancara mendalam untuk petugas kesehatan primer di masyarakat (petugas kesehatan masyarakat, petugas kesehatan multiguna, penyedia layanan kesehatan tingkat menengah) memiliki variabel pertanyaan yang sama dengan wawancara semi-struktur dengan petugas kesehatan yang bekerja di fasilitas kesehatan pimer (dokter, perawat, apoteker, staf kesehatan terkait lainnya di Puskesmas). Hanya saja variabel untuk kebutuhan pelatihan dan pengembangan kapasitas tidak ada.

Sedangkan, dalam panduan wawancara semi-terstruktur untuk anggota komunitas terdiri atas variabel pertanyaan: aksesibilitas layanan; ketersediaan layanan; teknologi digital kesehatan; pemanfaatan layanan; kualitas layanan; dan saran.

Uji coba instrumen survey (pretest kuesioner) yang dilakukan oleh tiga orang tersebut dimulai pada pukul 09.18 WIB dan berakhir pada pukul 10.29 WIB. Setelah itu, mereka berpamitan kepada Sri Baskoro Kawoco, S.Kep.Ners (Kepala TU Puskesmas Bantur) dan Defi Nur Setyowati (staf di ruang administrasi Puskesmas Bantur) - mewakili Kepala Puskesmas Bantur yang sedang ada pertemuan di PMI Kabupaten Malang - yang telah berkenan menerima kedatangan dan memfasilitasi Tim NIHR-GHRC NCD & GEC Universitas Brawijaya. *** [230324]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Jumat, 15 Maret 2024

Rapat Rutin Riset NIHR Bulan Maret 2024

Zoom meeting NIH Bulan Maret 2024

Rapat rutin riset NIHR (National Institute for Health and Care Research) melalui platform Zoom dilaksanakan pada Jumat (15/03). Rapat ini diikuti oleh 18 orang yang bakal terlibat dalam kegiatan NIHR di Kabupaten Malang.

Dalam rapat yang dipimpin oleh Sujarwoto, S.IP, M.Si, MPA, Ph.D dimulai pada pukul 14.15 WIB, dan membahas serta mendiskusikan sejumlah agenda yang bakal digelar dalam waktu dekat ini. Namun sebelum itu, Sujarwoto terlebih dahulu mengenalkan peserta zoom meeting yang berasal dari beberapa lembaga yang ada, seperti Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB), Fakultas Ilmu Administrasi (FIA), Yayasan Percik Salatiga, dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang.

Tujuan Sujarwoto memperkenalkan personil yang hadir dalam rapat rutin ini, agar terjalin silaturahmi yang intens dalam riset yang kolanoratif ini, sehingga ke depannya jalinan komunikasi antar personil yang akan menjalankan tugasnya masing-masing bisa berkoordinasi dengan baik.

Setelah itu, Sujarwoto langsung mengemukakan agenda yang akan segera dijalani dalam riset NIHR di Kabupaten Malang, seperti pengumpulan data Ponkesdes dan Puskesmas di Kabupaten Malang dan Kabupaten Gresik. Pengumpulan data ini dilakukan oleh Tim dr. Asri Maharani, MMRS, Ph.D dalam bentuk survey. Di Kabupaten Malang, terpilih Pagak dan Bululawang. Selain itu, Dr. Asri juga akan melakukan Systematic review bersama Rindi Ardika Melsalasa Sahputri, M.M.

Kemudian Tim dari Yayasan Percik Salatiga (YPS) juga akan dimotori Haryani Saptaningtyas, S.P, M.Sc, Ph.D akan melakukan Community engagement and involvement (CEI) dengan melalui metode Photovoice maupun Circle Conversation di Kabupaten Malang.

Lalu, Tim dr. Harun Al Rasyd, MPH mengagendakan wawancara dengan kader kesehatan, perawat Ponkesdes dan Puskesmas di Pagak dan Bululawang. Rencananya akan diselenggarakan pada akhir bulan ini.

Selanjutnya terkait server yang akan digunakan dalam riset NIHR ini, memerlukan dua server yang berdiri sendri. Achwan Sarwono, S.Kom dari Dinkes Kabupaten Malang sedang mengurus Internet Protocol address (IP address), sebuah label numerik yang ditetapkan untuk setiap perangkat yang terhubung ke jaringan komputer yang menggunakan IP untuk komunikasi. Jadi, IP address adalah identitas untuk sebuah komputer dalan suatu jaringan internet.

Selain itu, yang urgent untuk dilakukan dalam menjalankan agenda turun lapangan tersebut perlu disiapkan pengurusan surat izin penelitian ke 3 lembaga, yaitu Dinkes, Dinas Lingkungan Hidup, dan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Malang.

Dalam zoom meeting ini, semua yang hadir mendapatkan peran masing-masing. Mulai dari bagian admin yang mengurusi riset NIHR ini, peneliti, IT, dan fasilitator yang bergerak kolaboratif dalam menjalankan grand design dari riset NIHR ini, termasuk yang mencari bahan perihal aturan atau petunjuk teknis (juknis) terkait deteksi dini PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik), kesehatan lingkungan, dan lain-lain.

Aturan PPOK ini penting, karena menurut Sujarwoto, “Sesungguhnya riset NIHR yang akan dijalankan ini, mau mengembangkan SMARThealth untuk PPOK.”

Zoom meeting yang juga dihadiri Ketua Riset NIHR Prof. Dr. Sri Andarini, MD, M.Kes, Sp.KKLP ini selesai pada pukul 14.55 WIB berbarengan dengan kumandangnya suara adzan Ashar. *** [150324]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Selasa, 27 Februari 2024

Knowing What We Know - a webinar on knowledge management by NIHR-GHRC on NCDs and Environmental Change

Webinar Knowing What We Know (Selasa, 27/02/2024)

Webinar “Knowing What We Know” mengundang banyak partisipan (guests invited). Undangan yang dikirimkan oleh Sarah Iqbal, Research Manager George Institute India itu, muncul dalam e-mail guest invited pada Selasa (20/02) pada pukul 15.24 WIB, dan mewartakan bahwa webinar akan dilaksanakan melalui Zoom meeting pada Selasa minggu depannya.

Hari ini, Selasa (27/02), webinar ini diselenggarakan mulai pukul 10.00 IST. IST (Indian Standard Time) adalah zona waktu yang digunakan di seluruh bagian India, dengan perbedaan waktu WIB (Waktu Indonesia Barat) selisih 1,5 jam. Jadi, kalau di Kepanjen, Kabupaten Malang, ketika mengikuti webinar tersebut, jam memperlihatkan pukul 11.30 WIB.

Mereka yang diundang umumnya adalah individu yang terlibat dalam NIHR Global Health Research Centre (NIHR-GHRC) on Non-Communicable Diseases (NCDs) and Environmental Change, apa pun jabatannya. Tidak hanya bagi peneliti inti, peneliti muda yang tergabung dalam CADA (Cohort Academic Development Award) tetapi juga fasilitator yang senantiasa stay di lapangan dan mendokumentasikan kegiatan.

Dalam zoom terlihat ada 20 partisipan yang mengikuti webinar. Empat orang di antaranya berasal dari Indonesia, yaitu dr. Harun Al Rasyd, MPH (Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya), Eko Teguh Purwito Adi, S.Si, M.Si (Fisika Lingkungan Universitas Brawijaya), Damar Waskitojati, S.Kom, M.Si. (Yayasan Percik Salatiga), dan penulis.

NIHR-GHRC on Non-Communicable Diseases (NCDs) and Environmental Change (Pusat Penelitian Kesehatan Global untuk Penyakit Tidak Menular (PTM) dan Perubahan Lingkungan NIHR) adalah kolaborasi multi-lembaga empat negara (Inggris, India, Bangladesh, dan Indonesia) yang dimulai pada bulan Oktober 2022 untuk menghasilkan bukti terbaik yang dapat ditindaklanjuti guna memerangi tantangan ganda perubahan lingkungan global dan penyakit tidak menular (PTM).

Tim Manajemen Pengetahuan untuk NIHR-GHRC tentang Penyakit Tidak Menular dan Perubahan Lingkungan dengan senang hati mengundang mereka ke webinar yang bertujuan untuk menyadarkan kita terhadap manajemen pengetahuan.

Webinar yang dipandu moderator Sarah Iqbal ini menghadirkan narasumber Gauri Sanghi. Gauri adalah konsultan independen dengan pengalaman lebih dari 10 tahun di bidang pemikiran desain, pengembangan organisasi, dan manajemen pengetahuan. 

Dia bersemangat menciptakan organisasi pembelajaran yang mendorong inovasi, kolaborasi, dan dampak sosial. Dia bekerja dengan beragam klien di berbagai sektor untuk merancang dan memfasilitasi intervensi yang mengatasi tantangan dan peluang strategis dan operasional.

Outline (kerangka) yang menjadi pembicaraan pada webinar hari ini, yang disampaikan oleh Gauri meliputi apa itu manajemen pengetahuan, mengapa kita membutuhkannya, dan bagaimana hal ini dapat membantu saya dalam pekerjaan saya sehari-hari.

Menurut Gauri, manajemen pengetahuan adalah strategi sadar untuk membuat pengetahuan yang benar dapat diakses oleh orang yang tepat pada waktu yang tepat dan membantu orang-orang berbagi dan menerapkan informasi dalam tindakan yang berupaya meningkatkan kinerja organisasi dan individu.

Seperti apa hal itu, menurut Gauri, dijelaskan dalam empat point, yaitu membuat repository tempat praktek terbaik, pembelajaran, studi kasus, data dapat disiimpan; membuat jaringan untuk transfer informasi antara tim dan individu yang berbeda; menciptakan sistem formal untuk mendokumentasikan pembelajaran melalui jalannya proyek dan proses; dan perubahan pada sistem yang ada, yang dapat membantu mendokumentasikan pengetahuan implisit (tacit knowledge), berbagi pembelajaran, dan menginformasikan pengambilan keputusan.

Manajemen pengetahuan adalah proses siklus: mengidentifikasi, mengamati, menganalisa, berbagi, dan mengimplementasikan. Tujuan yang mendasari manajemen pengetahuan adalah agar organisasi menjadi lebih baik sehingga para peneliti bisa menghasilkan pengetahuan (termasuk identifikasi produk pengetahuan), pengumpulannya, mengamati/menganalisa dan menyebarkan informasi di dalam centre atau institusi dan juga dengan audien eksternal.

Webinar ini bersifat interaktif, banyak diisi dengan diskusi sehingga menjadi menarik. Semua partisipan bisa mengemukakan gagasan atau pendapat mereka masing-masing. Ini sekaligus menjadi roh dari “Knowing What We Know” (Mengetahui Apa yang Kita Ketahui). *** [270224]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Risk Checker

Risk Checker

Indeks Massa Tubuh

Supplied by BMI Calculator Canada

Statistik Blog

Sahabat eKader

Label

Arsip Blog