Tampilkan postingan dengan label Balai Desa Tlogorejo. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Balai Desa Tlogorejo. Tampilkan semua postingan

Jumat, 26 Juli 2024

Jumat Ini, Dua FGD Masih Dilakukan Di Lingkungan Kerja Puskesmas Pagak

Jumat (26/07) ini, dua Focus Group Discussion (FGD) diselenggarakan di dua tempat dalam wilayah kerja Puskesmas Pagak, yaitu di Ruang Tamu Lantai 2 Puskesmas Pagak dan di Balai Desa Tlogorejo yang berjarak sekitar 9 kilometer.

FGD yang diadakan di Ruang Pertemuan Puskesmas Pagak adalah FGD Fase 1 dengan bidan Pustu Tlogorejo  Sulianik, A.Md.Keb., dan lima tenaga kesehatan (nakes) dari Puskesmas Pagak yang terdiri dari Lilis Mustafi’ah, A.Md.Kep., M. Fernanda K., A.Md.Kep., Tika Susanti, A.Md.Keb., Erra Puspyta, A.Md.Keb., dan drg. Salindri Pujiningrat.

FGD dengan bidan Pustu Tlogorejo dan nakes Puskesmas Pagak

FGD Fase 1 bidan Pustu Tlogorejo dan nakes dari Puskemas, atau yang biasa disebut dengan FGD Nakes ini, dimoderatori oleh fasilitator NIHR dengan dibantu seorang notulis bernama Tanjung Prameswari, S.Tr.P.

FGD di Puskesmas Pagak dimulai pada pukul 09.16 WIB di Ruang Tamu Lantai 2 karena ruang pertemuan yang telah digunakan sebanyak 2 kali FGD sedang dipakai untuk bimbingan teknis (bimtek).

Dalam FGD itu, diketahui bahwa pengelolaan sampah yang mengemuka adalah dengan berlangganan sebesar Rp 20 ribu sampah sudah diangkut secara periodik, dengan cara dibakar di halaman, dan ada juga yang ditimbun.

In-depth interview dengan bidan Pustu Tlogorejo

Diakui oleh peserta FGD, pembakaran sampah termasuk sampah plastik sesungguhnya berbahaya, yaitu bisa bikin sesak napas maupun perih di mata. Peserta dari Pagak yang agak masuk ke dalam juga mengatakan bahwa dirinya pernah mengalami sesak napas yang berkepanjangan ketika orangtuanya masih berprofesi dalam pembakaran gamping (limestone burning).

Diriwayatkan olehnya, pembakaran gamping yang ditekuni selama 20 tahun berdampak kepada kedua anaknya yang menjadikan mengalami sesak napas, dan sampai sekarang bila menjumpai asap akan merasa sesak napas. Namun, sejak 7 tahun ini, pembakaran gamping sudah berhenti, dan lahannya didirikan bangunan untuk usaha yang lain oleh orangtuanya.

Sementara itu, bidan Pustu Tlogorejo yang kebetulan menjadi Koordinator ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) Puskesmas Pagak bercerita bahwa kasus pasien ISPA di empat desa yang menjadi wilayah kerja Puskesmas Pagak ada sekitar 50 orang, dan itu merata di empat desa, yaitu Gampingan, Sumberejo, Pagak, dan Tlogorejo.

Wawancara dengan kader kesehatan Desa Tlogorejo

Peserta FGD juga meyakini bahwa kelompok umur yang rentan dari dampak pembakaran sampah itu adalah balita/anak dan lansia. Untuk balita/anak dikatakan rentan karena sesungguhnya perkembangan organ tubuhnya belum sempurna betul, dan yang lansia begitu rentan karena fungsi organ-organ tubuhnya sudah menurun.

Puskesmas Pagak, menurut peserta FGD Nakes ini, sebenarnya sudah menyosialisasikan tentang bahaya dan dampak dari pembakaran sampah melalui Seksi Kesling (Kesehatan Lingkungan) Puskesmas Pagak, baik di masing-masing balai desa maupun melalui pertemuan Posyandu. Namun terkadang, usai sosialisasi menguap begitu saja karena peserta sosialisasi tidak menularkannya.

Lalu, moderator dalam memantik terkait pendapat tentang solusi pembakaran sampah plastik, muncul tiga isu solusi dari peserta, yang disadur dari tulisan peserta dalam kertas plano yang dibagikan. Ada tiga solusi yang mengemuka, yakni 1. Membawa kantong belanja; 2. Daur ulang (pengepul, bank sampah); dan 3. Kerja sama dengan Pemerintah.

FGD dengan tokoh masyarakat di Balai Desa Tlogorejo

Ketiga pendapat itu oleh moderator, didiskusikan lagi secara bersama-sama dalam FGD, dan hasilnya 5 orang peserta menerangkan, dan bila diurutkan dari nomornya menjadi 3,1,2. Hanya 1 orang yang berbeda, yakni 2,3,1. Seorang dokter gigi yang bermukim di Sumberpucung sedikit berbeda, karena berdasakan kebiasaannya di daerahnya yang telah melakukan daur ulang melalui bank sampah yang bekerja sama dengan pengepul sudah terasa dalam pengurangan pembakaran sampah plastik. Sedangkan, bagi yang menempatkan kerja sama dengan Pemerintah tersebut, pengertiannya lebih kepada pengoptimalan koordinasi lintas sektornya saja.

Selain Diskusi Kelompok Terfokus dengan nakes, di Puskesmas Pagak juga dilakukan in-depth interview dengan bidan Pustu Tlogorejo dan wawancara dengan kader kesehatan dari Posyandu Nusa Indah 5 Tlogorejo. In-depth interview dilakukan oleh Tanjung Prameswari, dan wawancara dengan kader dihandle oleh fasilitator NIHR.

Kemudian di Balai Desa Tlogorejo, ada empat FGD: kader kesehatan; wakil masyarakat terdampak polusi udara (laki-laki); wakil masyarakat terdampak polusi udara (perempuan); dan tokoh masyarakat terdampak polusi udara.

FGD dengan kader kesehatan di Balai Desa Tlogorejo

FGD kader kesehatan dilakukan oleh Hilda Irawati, S.Stat., dan Alfiatul Nisa’, S.P. FGD wakil masyarakat terdampak polusi udara (laki-laki) dilaksanakan oleh Arief Budi Santoso, S.E., dan Elmi Kamilah, S.Sos.

Lalu, FGD wakil masyarakat terdampak polusi udara (perempuan) dilakukan oleh Desta Prasanthi Anggraini, S.P., M.P., dan FGD tokoh masyarakat terdampak polusi udara dilakukan oleh Dr. Rizka Amalia, S.K.Pm., M.Si., dan Dea Aginta Karina Br Tarigan, S.AP.

Kedua Tim Penelitian NIHR yang bertugas di Puskesmas Pagak dan Balai Desa Tlogorejo berjumpa lagi di Puskesmas Pagak ba’da Jumatan, dan kemudian balik ke Kampus Universitas Brawijaya (UB) di Malang, dan fasilitator NIHR kembali ke Sekretariat SMARThealth di Dilem, Kepanjen. *** [260724]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Kamis, 25 Juli 2024

FGD Fase 1 Nakes di Puskesmas Pagak dan FGD Anggota Komunitas di Balai Desa Tlogorejo

Beberapa kegiatan dalam penelitian NIHR Global Health Research for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) berlangsung serempak di dua tempat pada Kamis (25/07). 

Focus Group Discussion (FGD) dengan perawat Desa Pagak dan lima tenaga kesehatan (nakes) dari Puskesmas Pagak serta in-depth interview dengan bidan Ponkesdes Pagak maupun wawancara dengan kader kesehatan yang bertugas di Ponkesdes Pagak dilangsungkan di Ruang Pertemuan Lantai 2 Puskesmas Pagak.

FGD dengan perawat Desa Pagak dan lima nakes Puskesmas Pagak

Sedangkan, FGD dengan anggota komunitas dan survey karakteristik komunitas serta pengamatan langsung di lapangan dilakukan di Balai Desa Tlogorejo yang beralamatkan di Dusun Dadapan RT 16 RW 06 Desa Tlogorejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.

Implementasi FGD dengan perawat Desa Pagak dan lima nakes dikomandoi fasilitator NIHR dengan dibantu oleh Hilda Irawati, S.Stat selaku notulis dan Gatot Sujono, S.ST, M.Pd dalam dokumentasi serta memberikan pengantar dalam pelaksanaan FGD. 

FGD nakes ini dihadiri oleh perawat Ponkesdes Pagak Sri Hidayati, S.Kep.Ners dan lima nakes Puskesmas Pagak yang terdiri dari dr. Intan Putri Hadiyanti, Esawati Frendita Pratama, A.Md.Keb., Dodik Tri Agung Setiawan, A.Md.Kep., Suprapti, S.Tr.Keb., dan Anita Christiyanti, A.Md.Keb.

In-depth interview dengan bidan Desa Pagak

Sedangkan, wawancara mendalam dengan bidan Ponkesdes Pagak Lilis Mustafiah, A.Md.Keb dilakukan oleh Sekar Aqila Salsabila, S.AP, M.AP, dan wawancara dengan kader Ponkesdes Prastika dilaksanakan oleh Hilda Irawati usai FGD nakes kelar.

Hasil dari Diskus Kelompok Terfokus itu, diketahui bahwa pengelolaan sampah yang ada berupa langganan sampah yang diambil secara periodik, membakar sampah, dan ada pula yang menimbunnya.

Baik nakes maupun masyarakat di wilayah kerja atau mukimnya umumnya sudah mengetahui mengenai bahaya dari hasil pembakaran sampah termasuk di dalamnya sampah plastik. 

FGD Anggota Komunitas di Pendopo Balai Desa Tlogorejo

Namun di beberapa permukiman peserta, dikatakan bahwa pembakarannya tidak setiap hari, kecuali bagi nakes peserta FGD yang bermukim di sebuah desa yang kebanyakan masyarakatnya berkutat dengan pekerjaan memilah limbah sampah untuk dipilah sampah berbahan kardus atau kertas karena memiliki nilai jual yang lumayan. Bisa untuk penghidupan keluarganya. Pembakaran sampah plastik sisa dari limbah sampah yang tercampur bahan kertas tersebut, musti dibakar agar supaya tempatnya bisa cepat digunakan untuk memilah lagi.

Diakui oleh nakes tersebut, bahwa dari pekerjaan memilah itu tentunya akan menghasilkan pembakaran sampah plastik yang terus menerus, dan di kala musim hujan tak jarang menyebabkan pencemaran ke dalam tanah yang mempengaruhi sumur sehingga tak jarang menyebabkan warga yang terkena diare atau disentri.

Lalu, pada saat berdiskusi terkait pendapat peserta FGD dalam mengurangi pembakaran sampah plastik muncul enam pendapat solutif dari hasil rangkuman yang ditulis oleh peserta dalam kertas plano. Keenam pendapat itu: 1. Mengganti kantong belanja yang ramah lingkungan; 2. Mengurangi konsumsi minuman dari botol plastik; 3. Pemilahan sampah; 4. Ada bank sampah dan TPST; 5. Edukasi bahaya pembakaran sampah plastik; 6. Sampah yang bisa dijual ke rombeng/pengepul.

Survei Karakteristik Masyarakat bersama Sekdes Tlogorejo

Setelah dituliskan di kertas besar di white board, moderator FGD nakes, yakni fasilitator NIHR, mengajak peserta untuk mendiskusikan ulang dari enam pendapat yang mengemuka, mana saja yang kira-kira bisa diaplikasikan di wilayah.

Dari sini muncul perbedaan. Peserta nakes dari Pagak memilih 3 dan 6; yang dari Gampingan 1,4,5,6; yang dari Donomulyo 3 dan 4 serta yang satunya lagi dari Donomulyo memilih 1,2,5,6. Sedangkan, yang dari Wajak memilih 3 dan 4. Kesemua pendapat ini berdasarkan kondisi di wilayahnya masing-masing yang kira-kira pas sebagai solusi mengurangi pembakaran sampah plastik dan bisa dijalankan secara individual juga.

Beralih ke Balai Desa Tlogorejo. FGD dengan anggota komunitas dimoderatori oleh Meutia Fildzah Sharfina, SKM, MPH, dan Survei Karakteristik Masyarakat dilakukan oleh Supyandi, dan pengamatan langsung serta pengukuran kualitas udara dilakukan oleh Eko Teguh Purwito, S.Si., M.Si., dan Azarine Aisyah Widhowati, S.Si.

Pengukuran kualitas udara di Desa Tlogorejo

Pengukuran kualitas udara dilakukan di sekitar pabrik pembuatan tiwul yang berada di RT 16 RW 06 dan satunya lagi di pabrik tahu. Personil yang mengukur kualitas udara juga diajak oleh pamong desa, singgah di tepi Waduk Karangkates yang pernah menjadi lokasi kegiatan bersih sampah plastik 24 hari yang lalu.

Selesai kegiatan di Balai Desa Tlogorejo, Tim Penelitian NIHR kembali ke Puskesmas Pagak untuk menjembut teman yang melakukan in-depth interview dengan bidan Ponkesdes Pagak dan wawancara dengan kader Ponkesdes Pagak.

Sementara itu, fasilitator NIHR berpisah karena akan menghadiri acara pertemuan kader Posyandu dan PKK Desa Tlogorejo yang diadakan di rumah salah seorang kader Posyandu Balita, yang lokasinya tak jauh dari Balai Desa Tlogorejo. *** [250724]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Risk Checker

Risk Checker

Indeks Massa Tubuh

Supplied by BMI Calculator Canada

Statistik Blog

Sahabat eKader

Label

Arsip Blog