Tampilkan postingan dengan label Desa Sumberejo. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Desa Sumberejo. Tampilkan semua postingan

Minggu, 01 September 2024

Finalisasi Instalasi Instrumen Partikel Dan Menjalankan Program Aplikasi Dalam Riset NIHR

Setelah dua hari melakukan instalasi instrumen partikel di halaman rumah Bapak Hasyim yang berada di Dusun Bekur RT 49 RW 08 Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang, Max Priestman (Research Associate) dan David Ek (Field and Laboratory Research Technician) dari Imperial College London (ICL) berhasil menyelesaikan secara fisik pemasangan alat monitoring kualitas udara tersebut.

Kemudian pada hari ketiganya, Sabtu (31/08), Max dan David berfokus pada finalisasi instalasi dan menjalankan program aplikasi yang sesuai dengan penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC).

Max & David dari Imperial College London beserta crew pendamping dalam proses instalasi instrumen partikel

Pagi itu, begitu tiba di rumah Bapak Hasyim, Max dan David melakukan verifikasi instalasi untuk memastikan instumen partikel terpasang dengan benar, termasuk posisi mekanis, sambungan daya, kontrol lingkungan yang diperlukan, seperti suhu maupun kelembaban.

Dalam hal ini, mereka juga memindahkan posisi perangkat yang ditaruh di luar trailer, yakni DIGITEL High Volume Samplers (HVS) dan Thermo Scientific Partisol-Plus 2025 Sequential Air Sampler. Semula ditempatkan mepet dengan trailer di sisi utara, kini digeser ke utara dekat dengan tanaman belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi).

Setelah itu, mereka juga melakukan kalibrasi awal instrumen sesuai dengan petunjuk pabrik. Kalibrasi adalah proses pengecekan dan pengaturan akurasi dari alat ukur dengan cara membandingkannya dengan standard/tolak ukur. Hal ini dilakukan agar supaya pengumpulan data kualitas udara benar-benar akurat dan valid.

Prof. Arinto mengecek DIGITEL High Volume Samplers (HVS) dan Thermo Scientific Partisol-Plus 2025 Sequential Air Sampler

Selesai finalisasi instalasi instrumen partikel, dilakukan konfigurasi sistem. Mereka dibantu oleh Maria Pramundhitya Wisnu Wardhani, S.Si dan Azarine Aisyah Widhowati, S.Si dari Departemen Fisika, Fakultas MIPA Universitas Brawijaya (FMIPA UB) yang telah mengikuti pelatihan terlebih dahulu.

Konfigurasi sistem ini diperlukan dalam pengaturan jaringan agar supaya instumen tersebut bisa berkomunikasi melalui jaringan atau dengan perangkat lain. Ini mungkin termasuk menyiapkan alamat IP, memastikan protokol komunikasi yang tepat, dan memverifikasi konektivitas.

Begitu teknisi PLN datang untuk melakukan pemasangan dan penambahan daya listrik sebesar 7700 watt itu, mereka juga menjalankan program aplikasi. Konfigurasi program aplikasi ini untuk memenuhi kebutuhan spesifik penelitian NIHR-GHRC NCDs & EC.  Ini dapat melibatkan pengaturan parameter eksperimen, penentuan rutinitas analisis, atau penyesuaian format keluaran.

Dua profesor dari FMIPA UB mengecek keberadaan laboratorium mini dalam trailer yang selalu ber-AC

Setelah itu, barulah dilakukan uji coba (test run) apakah antara perangkat instrument partikel, perangkat lunak dan aplikasi program sudah terkoneksi dengan baik dan diharapkan bisa berkerja dengan akurat dan maksimal.

Pada saat finalisasi instalasi instrument partikel dan running program aplikasi ini, tampak hadir Ketua Peneliti dalam Bidang Pemantauan dan Pengukuran Polusi Udara Prof. Drs. Arinto Yudi Ponco Wardoyo, M.Sc., Ph.D dari FMIPA UB bersama dengan Prof. Akhmad Sabarudin, M.Sc., Dr. Sc., dari Departemen Kimia FMIPA UB).

Kehadirannya disambut oleh Project Manager NIHR Serius Miliyani Dwi Putri, SKM, M.Ked. Trop., Eko Teguh Purwito Adi, S.Si., M.Si., dan fasilitator NIHR yang sudah berada di lokasi pemasangan instrumen partikel tersebut.

Max berdiskusi dengan dua profesor dari FMIPA UB

Di lokasi, Prof. Arinto dan Prof. Sabarudin melakukan pengecekan fisik maupun kelengkapan lainnya, malam/dini hari nanti instrumen partikel tersebut mulai bekerja atau diaktifkan. Setiap fisik maupun aplikasi tidak luput dari pemantauan Prof. Arinto. Ia perlu memastikan apa yang telah dikerjakan dalam instalasi instrumen partikel ini bisa berjalan sebagaimana yang diharapkan dan dapat menghasilkan data yang berkualitas.

Tak segan, kedua profesor itu juga mengajak diskusi, baik dengan bule, project manager NIHR, hingga dengan fasilitator NIHR. Pada saat berdiskusi dengan fasilitator NIHR di kursi ruang tamu sisi selatan, fasiltator NIHR mendapatkan cerita bahwa limbah sampah plastik sebenarnya bisa didaur ulang, dan ini ditangkap oleh fasilitator NIHR sebagai bahan untuk memberikan edukasi ke masyarakat nantinya.

Pengalaman Prof. Arinto di luar negeri selama 7 tahun dan Prof. Sabarudin selama 12 tahun di luar negeri akan memberikan manfaat dalam permasalahan daur ulang yang dapat memberikan kontribusi ekonomis bagi warga.

Laboratorium mini dalam trailer sudah siap beroperasi

Setelah berdiskusi, semua personil yang ada dalam finalisasi instalasi instrument partikel dan running program aplikasi tersebut makan siang dengan menu yang telah disiapkan oleh pemilik rumah.  Menunya ada nasi putih, cah kangkung, trancam. Ayam goreng laos, bakwan jagung, sambal, dan kerupuk.

Kegiatan finalisasi instalasi instrumen partikel dan running program aplikasi ini selesai pada pukul 15.18 WIB. Lebih cepat ketimbang hari-hari sebelumnya yang sampai malam hari. Malam atau dini hari nanti diperkirakan sudah bisa mulai mengambil data serta terkoneksi dengan laptop.

Menurut Azarine dan Maria, setiap hari kertas filter yang berada di dalam DIGITEL High Volume Samplers (HVS) dan Thermo Scientific Partisol-Plus 2025 Sequential Air Sampler akan diambil dan diganti yang baru. Setiap dalam kedua piranti itu terdiri dari 15 slot yang berisi 15 kertas filter. Jadi, dua piranti tersebut berarti berisi 30 kertas filter totalnya. *** [010924]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Sabtu, 31 Agustus 2024

Instalasi Instrumen Partikel Dalam EA NIHR Di Desa Sumberejo

Instalasi instrumen partikel adalah proses yang melibatkan pemasangan dan pengaturan perangkat yang digunakan untuk menganalisis atau memanipulasi partikel pada level mikroskopis. Instrumen ini sering digunakan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, seperti fisika partikel, biologi sel, dan teknik material.

Setelah hari pertama kemarin, menempatkan trailer pada lokasi yang ditentukan dan pemeriksaan perangkat, Jumat (30/08) ini Max Priestman (Research Associate) dan David Ek (Field and Laboratory Research Technician) dari Imperial College London (ICL) menyelesaikan pemasangan perangkat alat monitoring kualitas udara dalam penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) di enumeration area (EA) NIHR di Kabupaten Malang, yakni Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak.

Instalasi instrumen partikel di luar trailer

Profesionalisme kedua bule itu memang tidak diragukan lagi. Cekatan, terampil , dan berpengalaman dalam research.  Mulai dari mengeluarkan perangkat yang ada di kota merah berlabel Aerodyne Research, Inc. maupun perangkat lainnya. Ada banyak perangkat dalam penelitian NIHR ini.

Dikutip dari laman Aerodyne ResearchAerodyne Research (AR) menyediakan layanan penelitian dan pengembangan mutakhir, serta instrumentasi canggih untuk mengatasi tantangan lingkungan dan energi nasional dan internasional.

Instalasi instrumen partikel di dalam trailer

Di antaranya yang tepasang dalam trailer tersebut adalah Aerosol Mass Spectometer (AMS). Sistem AMS digunakan di seluruh dunia di laboratorium penelitian, dan digunakan dalam kampanye lapangan di lokasi tetap, di laboratorium bergerak, dan di platform kapal dan pesawat. Dengan tambahan modul partikel jelaga (soot particle), AMS juga dapat mengukur partikel aerosol tahan api yang mengandung bahan penyerap seperti karbon hitam dan logam tertentu.

Sedangkan, perangkat yang ditaruh di luar trailer, dan diletakkan di sebelah utaranya, terlihat DIGITEL High Volume Samplers (HVS) dan Thermo Scientific Partisol-Plus 2025 Sequential Air Sampler.

Max & David meyiapkan sarana pendukung dalam instalasi instumen partikel di luar trailer

HVS digunakan untuk pengukuran berkelanjutan dan mandiri. Stabilitas jangka panjang yang akurat dari kuantitas udara merupakan elemen utama dari semua DIGITEL High Volume dan Low Volume Sampler. Hal ini dijamin oleh regulasi kuantitas sampel yang dikembangkan DIGITEL: penggunaan flow meter dengan pelampung (rotameter).

Sementara itu, Thermo Scientific Partisol-Plus 2025 Sequential Air Sampler mendefinisikan teknologi terkini dalam pengambilan sampel udara berurutan yang fleksibel dan telah terbukti di lapangan. Perangkat ini mengganti filter sampel berdiameter 47 mm secara otomatis berdasarkan interval waktu yang ditentukan pengguna atau kondisi lainnya. Perangkat ini memiliki kapasitas 16 kaset filter, yang memungkinkan pengambilan sampel partikulat (particulate matter/PM) harian tanpa pengawasan selama dua minggu.

Pertemuan dengan 3 orang kandidat penjaga keamanan instrumen partikel

Berbeda dengan penempatan trailer dan pemeriksaan perangkat di hari pertama yang selesai hingga malam hari, instalasi instrumen partikel ini selesai  pada waktu Ashar. Sisa waktunya digunakan Max dan David untuk berkeliling Dusun Bekur guna melihat tungku pembakaran gamping yang ada. Mereka mengunjungi 3 lokasi tungku pembakaran dan kebetulan yang 2 lokasi sedang aktif ada pembakaran gamping di hari itu.

Selain instalasi intrumen perangkat, di dalam ruang tamu rumah Bapak Hasyim juga terdapat kegiatan untuk menyosialisasikan kepada warga yang terpilih untuk berpartisipasi dalam keamanan intrumen perangka tersebut dari rembug di hari pertama.

Keliling lapangan bersama Max & David

Di ruang tamu itu, ada 3 kandidat warga yang bakal melakukan pengamanan intrumen partikel, pemilik rumah, dan 2 orang staf PTM dan Keswa Dinkes Kabupaten Malang (Bastmail Anwar Aziz, S.Kep.Ners dan Imam Ghozali, S.Kep.Ners). Kepala Dusun (Kasun) H. Badrus Sholeh menyusul kemudian.

Pertemuan ini dipandu oleh Program Manager Serius Miliyani Dwi Putri, SKM, M.Ked. Trop. Selain itu, juga disaksikan oleh 2 orang dari Fisika Universitas Brawijaya (Maria Pramundhitya Wisnu Wardhani, S.Si., dan Azarine Aisyah Widhowati, S.Si) serta fasilitator NIHR.

Sementara itu, rencana di hari ketiga adalah bertemu dengan orang PLN terkait penambahan daya listrik baru sebesar 7700 watt, kehadiran Ketua Peneliti dalam Bidang Pemantauan dan Pengukuran Polusi Udara Prof. Drs. Arinto Yudi Ponco Wardoyo, M.Sc., Ph.D ke lokasi, dan running aplikasi instrument perangkat. *** [310824]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Jumat, 30 Agustus 2024

Pemasangan Alat Monitoring Kualitas Udara Di Desa Sumberejo

Siang itu, di hari Kamis (29/08) sekitar pukul 13.14 WIB, di tengah terik-teriknya sinar mentari, sebuah trailer berbobot sekitar 1 ton tiba di Dusun Bekur RT 49 RW 08, Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.

Ennok Derek, sebuah Derek dari Kota Malang, sempat mengalami trouble karena pir trailer yang menyerupai caravan itu sedikit bermasalah ketika akan memasuki Dusun Bekur. Setelah di atasi, trailer tersebut bisa sampai.

Pelepasan trailer dari mobil derek di pekarangan pemilik tungku pembakaran gamping

Dua bule, Max Priestman (Research Associate) dan David Ek (Field and Laboratory Research Technician) dari Imperial College London (ICL) keluar dari rumah Bapak Hasyim menyambut trailer tersebut.

Kemudian trailer tersebut dilepas dari mobil derek di halaman depan rumah Dani, pemilik tungku pembakaran gamping yang berada di depan rumah Bapak Hasyim. Puluhan orang, yang terdiri dari warga sekitar, perangkat desa, bule, personil dari Fisika Universitas Brawijaya, sopir mobil Derek, sopir pengantar bule, pemilik rumah, dan fasilitator NIHR bahu-membahu untuk menempatkan trailer tersebut di halaman depan rumah Bapak Hasyim.

Warga sekitar, perangkat desa, dan bule bahu-membahu menempatkan trailer 

Setelah settled di halaman rumah Bapak Hasyim sisi selatan, semuanya merasa senang. Tinggal pemasangan alat monitoring kualitas udara yang akan dirangkai di dalam trailer ber-AC tersebut. Alat ini akan dipasang di situ mulai dari tanggal 28 Agustus 2024 sampai dengan tanggal 18 Oktober 2024 dengan tujuan untuk memantau kondisi kualitas udara di sekitar lokasi tersebut dalam rangka penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC).

Di sela-sela jeda usai menempatkan trailer yang berat itu, fasilitator NIHR mempertemukan Program Manager NIHR Serius Miliyani Dwi Putri, SKM, M.Ked.Trop. dengan Kepala Dusun H. Badrus Sholeh yang mewakili Pemerintah Desa Sumberejo, Ketua RT 49 RW 08, dan pemilik rumah untuk membahas bantuan keamanan untuk menjaga perlengkapan alat monitoring tersebut., dan akhirnya muncul nama-nama kandidat yang akan bertugas bagi keamanan perlengkapan alat monitoring tersebut.

Fasilitator NIHR memfasilitasi pertemuan Program Manager dengan Kadus, Ketua RT dan pemilik rumah untuk membahas personil bagian keamanaan equipment & tool dalam trailer

Selesai itu, tinggal fokus pemasangan alat monitoring kualitas udara di dalam trailer tersebut. Max dan David mulai menyiapkan uborampe yang telah disiapkan dalam dua mobil yang mengangkut mereka dari Universitas Brawijaya (UB) ke Dusun Bekur.

Ternyata cukup banyak, dan mereka telah mempersiapkannya dari ICL. Puluhan equipment dan tool berada dalam box yang cukup rapi. Mereka mengeluarkan satu persatu dan menginstalasinya ke dalam trailer tersebut.

Teknisi dari ILC mulai pemasangan alat monitoring kualitas udara ke dalam trailer

Dalam pemasangan ini, 3 orang dari Fisika UB membantunya, yakni Maria Pramundhitya Wisnu Wardhani, S.Si., Eko Teguh Purwito Adi, S.Si., M.Si., dan Azarine Aisyah Widhowati, S.Si. Pemasangan ini tidak bisa selesai hari ini. Diperkirakan memerlukan waktu selama 3 hari untuk memapankan perlengkapan alat monitoring tersebut. Dari instalasi hari pertama saja, di dalam trailer sudah terlihat menyerupai laboratorium mini.

Rencana hari kedua, akan melanjutkan pemasangan alat monitoring kualitas udara tersebut, berjumpa dengan personil yang bakal menjaga keamanan peralatan dan perkakas dalam trailer serta berjumpa dengan petugas PLN yang akan menambah daya bagi operasional trailer tersebut. *** [300824]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Kamis, 09 Mei 2024

Pagi FGD Photovoice Tahap 2 Di Krebet Senggrong, Siangnya Di Sumberejo

Setelah selesai FGD Photovoice Tahap 2 di Ruang Kerja Kepala Desa Krebet Senggrong, Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC), atau yang di Indonesia dikenal dengan penelitian “Dampak Polusi Udara terhadap Risiko Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronik dan Penyakit Jantung di Kabupaten Malang, Jawa Timur, dari Yayasan Percik Salatiga (YPS) bersama fasilitator NIHR bergerak menuju ke Kecamatan Pagak, pada Rabu (08/05).

Karena siangnya juga ada pelaksanaan FGD Photovoice Tahap 2 di Balai Desa Sumberejo yang berada di Jalan Lapangan Rajawali Dusun Bandarangin RT 17 RW 05 Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang. Jarak Balai Desa Sumberejo dari Balai Desa Krebet Senggrong adalah sejauh 30 kilometer.

Peserta FGD Photovoice Tahap 2 dari Desa Gampingan dan Sumberejo mengajak berpose dengan YPS

Dalam perjalanannya, Tim Penelitian NIHR dari YPS dan fasilitator NIHR sempat berhenti sebentar di Warung Pojok Desa Gampingan untuk sekadar membekali perut agar bugar dalam melaksanakan FGD Photovoice Tahap 2 di Balai Desa Sumberejo nantinya.

Tiba di Balai Desa Sumberejo sekitar pukul 13.03 WIB. Di situ sudah terlihat hadir 3 kader dari Desa Gampingan, yakni Nurul Mila, Ninik Farida dan Yayuk Wijayanti. Sementara, 2 kader lainnya – Siti Aminah dan Dianawati - tidak bisa hadir. Siti Aminah ada keperluan berkenaan dengan sekolahnya, sedangkan Dianawati sedang dalam pemulihan tipesnya.

Begitu memasuki Ruang Pertemuan Balai Desa Sumberejo, ternyata Sekretaris Desa (Sekdes) Lutfi Asy’ari telah memfasilitasi dengan LCD Epson beserta layarnya dan microphone serta kursinya telah diset sedemikian rupa untuk pelaksanaan FGD Photovoice Tahap 2 ini.

Sambutan dari Kepala Desa Sumberejo

Sambil menunggu kader dari Desa Sumberejo – Nurwahyuni, Umy Umamah, Wiwik Ermawati, Qudsiyah, Anis Ardiana - ada yang masih mengikuti pertemuan ranting Muslimat, Tim Penelitian NIHR dari YPS dan fasilitator NIHR menyiapkan perlengkapan untuk mengadakan FGD Photovoice, seperti file gambar/foto, daftar hadir, buku notulensi, dan recorder.

FGD Photovoice Tahap 2 yang diikuti kader dari Desa Gampingan dan Sumberejo ini dimulai pada pukul 13.30 WIB. Acara diawali terlebih dahulu dengan sambutan dari Kepala Desa Sumberejo H. Amsori. Kemudian disambung dengan sambutan dari Wakil Direktur YPS Damar Waskitojati, S.Kom, M.Si.

Begitu selesai sambutan-sambutan, langsung dilanjutkan dengan FGD Photovoice Tahap 2 yang dipandu oleh Christina Arief T. Mumpuni dari YPS dengan notulis dari fasilitator NIHR. Sama dengan pelaksanaan FGD Photovoice Tahap 2 pagi tadi di Balai Desa Krebet Senggrong, Christina akan menampilkan gambar/foto yang telah dikirimkan kepadanya untuk diceriterakan mengenai lokasinya, mengapa mengambil gamar/foto tersebut, dan alasan menarik apa yang menyebabkan peserta FGD Photovoice memotret hal tersebut.

Sambutan dari Wakil Direktur YPS

Setiap peserta wajib mempresentasikan gambar/foto melalui bahasa sehari-hari dalam ceriteranya. Ceritanya ini kemudian didiskusikan dengan peserta lainnya. Ini yang menyebabkan diskusi berkelompok menjadi interaktif.

Tim Penelitian NIHR dari YPS terkadang memantiknya jika peserta mengalami kebingungan atau pun merasa sulit untuk berceritera. Sehingga, suasana diskusi kelompok menjadi tidak sepi dan pasif tetapi menjadi lebih gayeng.

Dari diskusi kelompok yang di antara peserta, Tim Penelitian NIHR YPS dan fasilitator NIHR bisa menangkap perspektif dari sudut pandang mereka terhadap fenomena-fenomena keseharian mereka dalam topik yang terkait mengenai pengelolaan sampah plastik, polusi udara, dan penyakit tidak menular (PTM), seperti di antaranya bahwa limbah plastik dari PT Ekamas Fortuna sebenarnya memberikan nilai ekonomis bagi masyarakat Desa Gampingan dan Desa Sumberejo.

Suasana FGD Photovoice Tahap 2 di Balai Desa Sumberejo

Karena setelah melalui pemilahan oleh anggota rumah tangga yang ada di kedua desa tersebut bisa menghasilkan rupiah bagi orang tua yang berada di rumah. Mereka umumnya memilah kardus dengan plastik. Ceceran kardusnya kembali dijual ke PT Ekamas Fortuna untuk menjadi bahan daur ulang produksinya, sedangkan plastiknya umumnya dikasihkan secara gratis, agar supaya halaman rumah tangga pemilah tersebut bisa mendatangkan sampah dari PT Ekamas Fortuna lagi untuk diambil ceceran kardusnya.

YPS bekerja sama dengan Universitas Brawijaya (UB) Malang dengan dukungan National Institute for Health and Care Research (NIHR) sedang melakukan penelitian partisipatif untuk mengidentifikasi kumpulan solusi alternatif pengatasan dampak pembakaran sampah plastik terhadap kesehatan masyarakat.

Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari program SMARThealth yang ingin diperluas dengan melihat dampak polusi udara terhadap PTM, seperti paru-paru dan penyakit jantung. Di bawah koordinasi UB, YPS berperan untuk mengembangkan penguatan jaringan di masyarakat, atau yang dikenal dengan istilah CEI (Community engagement and involvement) agar penelitian ini secara partisipatif masyarakat terlihat di dalam berbagai tahapannya. 

Peserta dari 2 desa berdiskusi kelompok dengan menampilkan gambar/foto hasil jempretannya dulu, dan kemudian ada yang mengomentarinya

Berbagai pengetahuan dan pengalaman masyarakat dalam mengelola sampah plastik terkait dengan kesehatan di mana selama ini masyarakat hidup di sekitar lokasi pembakaran sampah plastik menjadi penting untuk upaya mengembangkan kebijakan pengelolaan lingkungan dan kesehatan.

FGD Photovoice Tahap 2 di Balai Desa Sumberejo ini selesai pada pukul 15.36 WIB. Selesai itu, kemudian Christina Arief T. Mumpuni diajak berpose oleh peserta di depan pintu utama masuk ke Balai Desa Sumberejo, dan setelahnya, Tim Penelitian NIHR YPS dan fasilitator NIHR berpamitan dengan seluruh peserta maupun dengan Kepala Desa dan Sekretaris Desa Sumberejo. *** [090524]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Minggu, 05 Mei 2024

Observasi Lapangan Dimulai Di Desa Sumberejo

Satu lagi instumen yang dilakukan dalam penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC), atau yang di Indonesia dikenal dengan penelitian “Dampak Polusi Udara terhadap Risiko Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronik dan Penyakit Jantung di Kabupaten Malang, Jawa Timur”, yaitu pengamatan langsung (direct observation).

Dalam tradisi penelitian skala luas yang multidisiplin, pengamatan (observasi) langsung biasanya bagian integral dalam pengumpulan data yang menyatu dengan instrumen karakteristik masyarakat. Pewawancara biasanya mencatat karakteristik masyarakat saat ini dengan ditunjukkan catatan statistik di kantor kepala desa dan melalui observasi (pengamatan) langsung.

Tim Penelitian NIHR dan empat enumerator berangkat dari depan Balai Desa Sumberejo untuk melakukan pengamatan langsung (Foto: Kamis, 02/04)

Dari empat desa yang menjadi sampel dalam penelitian NIHR di Kabupaten Malang ini, Tim Penelitian NIHR (Sujarwoto, S.IP, M.Si, MPA, Ph.D; Meutia Fildzah Sharfina, SKM, MPH; Serius Miliyani Dwi Putri, SKM, M.Ked.Trop) bersama dengan empat enumerator Elmi Kamilah, S.Sos; Arief Budi Santoso, SE; Tanjung Prameswari, S.Tr.P, dan Supyandi) melakukan observasi langsung dimulai dari Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.

Mereka mengerjakan pengamatan langsung usai melakukan Focus Group Discussion (FGD) anggota komunitas dan wawancara karakteristik masyarakat (community characteristics) dengan perangkat desa, pada Kamis (02/05).

Pengukuran kualitas udara di Dusun Bandarangin yang punya bau limbah tetes menyengat (Foto: Sabtu, 04/05)

Dalam observasi itu, mereka didampingi oleh dua staf PTM dan Kesehatan Jiwa (Keswa) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang, yaitu Imam Ghozali, S.Kep.Ners dan Gatot Sujono, S.ST, M.Pd. Sementara itu, salah seorang anggota Tim Penelitian NIHR lainnya masih harus stay di Balai Desa Sumberejo untuk membantu Tim Penelitian NIHR dari Yayasan Percik Salatiga Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K, menyelenggarakan FGD Photovoice di siang harinya.

Tim Penelitian NIHR dan empat enumerator berkeliling dari dusun ke dusun yang ada di wilayah adminstratif Desa Sumberejo. Mereka berkeliling dari selatan yang mepet dengan Desa Pagak hingga ke utara melintasi kawasan hutan Gunung Geger hingga dusun yang berbatasan dengan Desa Gampingan. Bentangan dari Dusun Bantarangin yang berada di selatan hingga Dusun Bekur dan Bendo, jaraknya sekitar 7 kilometer dengan kontur tanah yang berbukit.

Pembuangan limbah sampah plastik di TPA dekat hutan Gunung Geger

Modul observasi langsung dalam penelitian NIHR meminta pengamat lapangan (field observer) mencatat observasi mengenai informasi lokasi, pengamatan umum, fasilitas dan praktik pengelolaan sampah, polusi udara, praktik pembakaran plastik, jaringan internet, dan catatan petugas lapangan.

Syarat dalam melakukan pengamatan langsung ini, siapa pun petugas yang diberikan amanah harus dibekali sebuah alat bernama Global Positioning System (GPS). GPS adalah konstelasi satelit yang mendukung pengukuran penentuan posisi, navigasi, dan waktu yang sangat akurat di seluruh dunia. GPS ini nantinya yang akan digunakan untuk mengisi daerah amatan yang meminta garis lintang maupun garis bujur.

Melihat tungku pembakaran gamping di Dusun Bekur

Dalam sejumlah penelitian besar, seperti Indonesian Family Life Survey (IFLS), Work and Iron Status Evaluation (WISE), dan The Study of Tsunami Aftermath and Recovery (STAR), biasanya menggunakan GPS Garmin Etrex yang umumnya direferensikan funding dalam penggunaannya.

Selain itu, dalam pengukuran garis lintang dan garis bujur, seyogyanya field observer mengajak Tim Penelitian NIHR dari Fisika Lingkungan Univeristas Brawijaya (UB), karena mereka yang memiliki alat portable untuk mengukur kualitas PM2.5 di daerah observasi.

Suasana Dusun Bendo dengan pemandangan pegunungan karst

Pengamatan langsung di Desa Sumberejo memerlukan waktu selama dua hari lamanya. Karena di samping cakupan geografisnya yang luas dan berbukit, juga pada hari pertama belum membawa GPS dan mengajak Tim Penelitian NIHR dari Fisika Lingkungan.

Pengamatan langsung di Desa Sumberejo dilakukan pada hari Kamis (02/05) siang hari usai FGD anggota komunitas dan wawancara karakteristik masyarakat, dan pada hari Sabtu (04/05). Pada Sabtu (04/05) mereka berangkat bersama dengan Tim Penelitian NIHR yang akan melakukan wawancara dengan Annexure 2 dan 4 di Puskesmas Pagak. *** [050524]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Jumat, 03 Mei 2024

Empat Enumerator NIHR Wawancara Karakteristik Masyarakat di Balai Desa Sumberejo

Enumerator melakukan wawancara dengan Sekdes Sumberejo

Salah satu instrumen yang digunakan dalam penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC), atau yang di Indonesia dikenal dengan penelitian “Dampak Polusi Udara terhadap Risiko Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronik dan Penyakit Jantung di Kabupaten Malang, Jawa Timur adalah survey dengan menggunakan kuesioner Karakteristik Masyarakat (Indonesia NIHR Formative Assessment 2024: Community Characteristics).

Instrumen ini esensial karena banyak variabel penting dalam penelitian NIHR. Kuesioner ini secara umum untuk mengetahui karakteristik dari masyarakat desa yang dilihat berdasarkan kondisi sosio-demografis, kondisi lingkungan, fasilitas pengelolaan sampah, praktik pembakaran sampah plastik, dan partisipasi masyarakat di desa tersebut.

Bersamaan dengan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) anggota komunitas yang diselenggarakan Tim Penelitian NIHR di Balai Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang, pada Kamis (02/05) kemarin, empat enumerator – Elmi Kamilah, S.Sos; Arief Budi Santoso, SE; Tanjung Prameswari, S.Tr.P; dan Supyandi – melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner Karakteristik Masyarakat kepada Sekretaris Desa Sumberejo Lutfi Asy’ari di ruang kerjanya di Gedung Balai Desa yang baru.

Kuesioner yang memiliki 27 halaman itu memerlukan waktu lebih dari satu jam lamanya meski wawancaranya dengan menghadirkan empat enumerator, mengingat ada beberapa substansi dari pertanyaannya yang perlu membuka data monografi desa, seperti pada bagian penggunaan lahan dan karakteristik penduduk, dan biasanya datanya tidak hanya ada di satu staf saja tapi bisa di beberapa staf.

Namun karena ada salah seorang enumerator yang pernah mengikuti Indonesian Family Life Survey (IFLS), menghadapi kuesioner semacam itu sudah tak asing lagi. Ia umumnya sudah dilatih secara intensif dalam training enumerator, sehingga ia pun mengerti alur dan karakteristik dari kuesioner tersebut, serta bisa mengantisipasi di mana letak data dari variabel yang ditanyakan tersebut.

Bagi yang belum pernah mengikuti training enumerator sebuah survey besar, kuesioner tersebut terlihat sederhana. Tinggal membacakan saja selesai, namun dalam karakteristik kuesioner pada Karakteristik Masyarakat itu tersusun atas beberapa jenis pertanyaan, seperti pertanyaan terbuka (open-ended questions) dan pertanyaan tertutup (closed questions).

Selain itu, juga terdapat jenis pertanyaan berdasarkan cara membaca pertanyaannya, seperti pertanyaan dan jawaban harus dibacakan serta pertanyaan dibacakan dan kalimat jawaban tidak dibacakan.

Pada jenis pertanyaan dan jawaban yang harus dibacakan pada kuesioner Karakteristik Mayarakat yang dibuat oleh NIHR, ditemukan dua macam item yaitu pertanyaan dan jawaban dibacakan untuk satu jawaban; serta pertanyaan dan jawaban dibacakan yang boleh lebih dari satu jawaban. Jenis pertanyaan ini disimbolkan dalam alfabet maupun angka.

Setelah selesai melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner Karakteristik Masyarakat, keempat enumerator bergabung dengan beberapa anggota Tim Penelitian NIHR untuk melakukan pengamatan langsung (Indonesia NIHR Formative Assessment 2024: Direct Observation) dengan berkeliling di setiap dusun yang ada di dalam wilayah administratif Desa Sumberejo. *** [030524]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Kamis, 02 Mei 2024

Siang Hari, FGD Photovoice di Balai Desa Sumberejo

“Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya.” Pepatah ini barangkali yang menggambarkan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) yang dilaksanakan di Balai Desa Sumberejo yang beralamatkan di Jalan Ganjaran, Dusun Bandarangin RT 17 RW 05 Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.

Hari ini, Kamis (02/05), Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC), atau yang di Indonesia dikenal dengan penelitian “Dampak Polusi Udara terhadap Risiko Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronik dan Penyakit Jantung di Kabupaten Malang, Jawa Timur” melaksanakan dua FGD di Ruang Pertemuan sementara Balai Desa Sumberejo.

Paginya, Tim Penelitian NIHR dari Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) menggelar FGD dengan anggota komunitas, yang terdiri dari 2 orang perangkat desa, 3 orang tokoh masyarakat, dan 2 orang pasien yang penyakit tidak menular (PTM), seperti hipertensi, diabetes mellitus, atau Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Kemudian, siangnya gantian Tim Penelitian NIHR dari Yayasan Percik Salatiga (YPS) mengadakan FGD Photovoice bersama 5 orang kader (Posbindu, Posyandu Balita, Posyandu Lansia, Muslimat, dan Ketua PKK Desa Sumberejo).

Suasana FGD Photovoice di Balai Desa Sumberejo

Kalau Tim Penelitian NIHR FKUB berdiskusi kelompok terkait aksesbilitas layanan kesehatan, ketersediaan layanan kesehatan secara umum, ketersediaan layanan kesehatan terkait polusi udara, teknologi digital kesehatan, pemanfaatan layanan kesehatan, kualitas layanannya, perubahan iklim dan penyakit tidak menular, serta saran-saran dari peserta FGD. Sementara itu, Tim Penelitian YPS melakukan FGD berkenaan dengan photovoice.

Dilihat dari target sasaran peserta FGD dan fokus bahasannya yang berbeda inilah yang dilustrasikan dalam pepatah tersebut. YPS (Yayasan Percik Salatiga) bekerja sama dengan Universitas Brawijaya (UB) Malang dengan dukungan National Institute for Health and Care Research (NIHR) sedang melakukan penelitian partisipatif untuk mengidentifikasi kumpulan solusi alternatif pengatasan dampak pembakaran sampah plastik terhadap kesehatan masyarakat.

Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari SMARThealth yang ingin diperluas dengan melihat dampak polusi udara terhadap penyakit tidak menular (PTM), seperti misalnya paru-paru dan jantung. Dalam proposal penelitian, hal ini merupakan pengembangan inovasi SMARThealth untuk menurunkan risiko PPOK dan penyakit jantung yang disebabkan oleh polusi udara akibat pembakaran sampah di Kabupaten Malang.

Moderator menyimak secara seksama dalam FGD

Sebagai sebuah metode atau alat, photovoice merupakan pendekatan yang tepat untuk dipratekkan guna meningkatkan partisipasi masyarakat. Photovoice adalah proses teknik fotografi yang dapat membantu individu mengidentifikasi, mengekspresikan dan meningkatkan komunitas melalui gambar/foto. 

Photovoice adalah foto yang memiliki makna yang dapat menceritakan potret fotografer, menceritakan komunitas tertentu atau menggambarkan suatu fenomena. Banyak peneliti telah menggunakan photovoice dalam penelitian yang berkaitan dengan peningkatan kesadaran dan perhatian terhadap masalah yang berkaitan erat dengan kehidupan.

Komponen utama dari photovoice adalah berbagi foto untuk memulai dialog bersama secara kritis (ada proses berbicara dan mendengarkan) yang diharapkan mampu membawa perubahan sosial di lingkungan. Photovoice memprioritaskan interpretasi foto, bukan sekadar mengambil gambar. Penekanannya dalam photovoice adalah pada isi foto dan makna yang diilustrasikan oleh fotografer, bukan kualitas foto yang diambil.

Notulis membantu mendokumentasikan prosesi FGD Photovoice

Dalam photovoice ini, ada lima tahapan dalam kegiatan yang diikuti oleh para kader tersebut. Tahap pertama adalah tahap pengenalan topik dan teknik photovoice. Tahap kedua menyangkut tahapan pengambilan gambar/foto yang dilakukan oleh para kader. Tahapan ketiga merupakan tahap sharing foto dan ceritera. Tahapan keempat adalah tahap diseminasi, dan tahapan kelima adalah tahap refleksi.

Pada pertemuan pada tahapan pertama ini, Christina Arief T. Mumpuni dari YPS yang dibantu notulensi oleh fasilitator NIHR ini mengadakan FGD Photovoice dengan memantik permasalahan dengan topik persampahan plastik dan polusi udara.

Begitu para peserta (partisipan) mulai berdiskusi kelompok di antara mereka berdasarkan pandangan maupun pengalamannya, Christina dan fasilitator NIHR mendengarkan dengan serius apa yang didiskusikan tersebut.

FGD Photovoice yang berlangsung dari pukul 12.16 WIB dan berakhir pada pukul 13.08 WIB dan disaksikan perawat Desa Sumberejo Hari Purnomo, S.Kep.Ners itu, diakhiri dengan diskusi pemilihan waktu pertemuan berikutnya yang akan diselenggarakan bersamaan dengan peserta FGD dari Desa Gampingan nantinya dengan memasuki pada tahapan berikutnya, yaitu sharing foto dan ceritera. Oleh karena itu, sepulang dari FGD Photovoice ini, partisipan mendapat tugas memotret dari hasil apa yang didiskusikan tadi. Setiap peserta maskimal mengirim lima gambar/foto. *** [020524]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Minggu, 28 April 2024

Jadwal Terbaik adalah Jadwal yang Beradaptasi dengan Perubahan

The best schedule is one that is adapting to change.” Ujaran (quote) Tamerlan Kuzgov, seorang penulis The Mixed Martial Art Combines Ineffective Techniques (2021) asal Rusia ini terlihat sederhana, “Jadwal terbaik adalah jadwal yang beradaptasi dengan perubahan.”

Namun dibalik kesederhanaannya, ujaran tersebut memiliki implementasi yang kompleks. Kompleks adalah suatu kesatuan yang terdiri dari sejumlah bagian, khususnya yang memiliki bagian yang saling berhubungan dan saling tergantung.

Berdiskusi dengan perawat Desa Bakalan di Puskesmas Bululawang

Fasilitator dan salah seorang Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC), atau yang dikenal dengan penelitian “Dampak Polusi Udara terhadap Risiko Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronik dan Penyakit Jantung di Kabupaten Malang, Jawa Timur, asal Yayasan Percik Salatiga (YPS) – Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K – pun menyadari implisit ujaran Kuzgov tersebut.

Di tengah padatnya jadwal turun lapangan dari Tim Penelitian NIHR yang terdiri dari beberapa institusi (2 dari Fakultas di Universitas Brawijaya (Kedokteran dan Pertanian) dan juga ada 2 civil society yang salah satunya adalah YPS), fasilitator dan YPS berusaha mematangkan jadwal dalam rangka menyelenggarakan FGD (Focus Group Discussion) Photovoice terkait persampahan dan polusi udara.

Menurut Dawson, Manderson & Tallo dalam A Manual for the Use of Focus Groups (Boston: INFDC, 1993), salah satu perencanaan penyelenggaraan operasional untuk FGD adalah merencanakan waktu dan tempat penyelenggaraannya serta mengatur tempat yang memungkinkan terjadinya interaksi yang santai, aman dan nyaman.

Berdiskusi dengan perawat Desa Krebetsenggrong di Puskesmas Bululawang

Ini merupakan hal krusial dan tidak gampang. Mengingat hal ini diikuti oleh beberapa orang dengan berbagai karakteristiknya, dan sekaligus bersinggungan dengan pihak-pihak lainnya. Oleh karena itu, fasilitator dan anggota Tim Penelitian NIHR YPS berusaha berkomunikasi dengan perawat desa masing-masing yang nota bene termasuk individu yang mengenal karakteristik partisipan dan sekaligus geografisnya.

Dua hari fasilitator NIHR melakukan in-depth interview bersama Tim Penelitian NIHR dari Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) di Puskesmas Bululawang, mengajak anggota Tim Penelitian NIHR YPS agar segera terhubung dengan perawat Desa Bakalan dan Krebetsenggrong.

Hari pertama in-depth interview di Puskesmas Bululawang pada Kamis (25/04), anggota Tim Penelitian NIHR YPS bisa berkomunikasi dengan perawat Desa Bakalan Dian Pramono, A.Md.Kep saat mengantar kader kesehatan Desa Bakalan yang mengikuti in-depth interview di Puskesmas Bululawang.

Berdiskusi dengan perawat Desa Gampingan di Pustu Gampingan

Hari kedua in-depth interview Tim Penelitian NIHR FKUB di Puskesmas Bululawang pada Jumat (26/04), anggota Tim Penelitian NIHR YPS bersua dengan perawat Desa Krebetsenggrong Citra Sulistyo Wardini, A.Md.Kep yang kebetulan mengikuti in-depth interview di Puskesmas Bululawang.

Lalu, pada hari Sabtu (27/04), fasilitator NIHR mengajak anggota Tim Penelitian NIHR YPS untuk bertemu dengan perawat Desa Gampingan dan Sumberejo. Kedua desa tersebut berada di wilayah administratif Kecamatan Pagak dan sekaligus masuk dalam wilayah kerja Puskesmas Pagak.

Pukul 08.25 WIB, fasilitator dan anggota Tim Penelitian NIHR YPS berjumpa dengan perawat Desa Gampingan Tyas Pratiwi, A.Md.Kep di Pustu Gampingan yang beralamatkan di Jalan Raya Gampingan Dusun Krajan RT 04 RW 01 Desa Gampingan, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.

Berdiskusi dengan perawat Desa Sumberejo di Puskesmas Pagak

Di Pustu Gampingan, kita mediskusikan penyelenggaran FGD Photovoice di Desa Gampingan di tengah jadwal pengumpulan data yang padat merayap dari FKUB. Begitu pula, ketika bersua dengan perawat Desa Sumberejo Hari Purnomo, S.Kep. Ners di Puskesmas Pagak pada pukul 09.03 WIB, juga membahas seperti apa yang dilakukan bersama perawat Desa Gampingan.

Dari empat pertemuan dengan keempat perawat desa tersebut, akhirnya bisa mengagendakan pelaksanaan FGD Photovoice terkait persampahan dan polusi udara setelah melalui diskusi yang intens. Pernah mengalami sejumlah perubahan, entah itu waktunya, entah itu harinya. Namun akhirnya terjadi titik temu dalam jadwal secara sambung-menyambung. Paginya di desa ini, siang/sorenya di desa lainnya.

Setelah disepakati, masalah tidak berhenti di situ saja. Fasilitator segera menghubungi admin penelitian NIHR Hilda Irawati untuk membantu menyiapkan surat pinjam pakai salah satu ruangan di balai desa tempat diselenggarakannya FGD Photovoice kepada Pemerintah Desa setempat, dan sekaligus mengundang kader yang telah terpilih dari desanya masing-masing, mengingat kader sesungguhnya adalah milik desa. *** [280424]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Selasa, 23 April 2024

Wawancara Mendalam NIHR Bersama Dokter dan Perawat Puskesmas Pagak dan Kader Kesehatan Desa Sumberejo

Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah metode terbuka dan berorientasi pada penemuan untuk memperoleh informasi rinci tentang suatu topik dari pemangku kepentingan. Wawancara mendalam merupakan metode penelitian kualitatif; tujuannya adalah untuk mengeksplorasi secara mendalam sudut pandang, pengalaman, perasaan, dan perspektif responden. Wawancara jenis ini, dalam Workbook E: In-Depth Interview (Wallace Foundation Website, 2009), sering kali dilakukan pada awal proyek penelitian.

Satu bulan yang lalu (23/03), anggota Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseseas and Enviromental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC), atau yang di Indonesia dikenal dengan penelitian “Dampak Polusi Udara terhadap Risiko Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronik dan Penyakit Jantung di Kabupaten Malang, Jawa Timur” telah melakukan uji coba instrumen survey di Puskesmas Bantur.

Dan, hari ini, Selasa (23/04), tiga anggota Tim Penelitian – dr. Harun Al Rasyid, MPH; Meutia Fildzah Sharfina, SKM, MPH dan saya - mencoba mengimplementasikan dalam main survey di Puskesmas Pagak yang beralamatkan di Jalan Hamid Rusdi No. 84 Dusun Sumbernongko, Desa Pagak, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.

Anggota Tim Penelitian tiba di Puskesmas Pagak pada pukul 09.00 WIB lebih sedikit, dan diterima langsung dengan ramah oleh Kepala Tata Usaha Puskesmas Pagak Sulih Mintarum, ST yang mewakili Kepala Puskesmas yang sedang mengikuti acara Lokmin (Lokakarya Mini) di tempat lain.

In-depth interview bersama dokter fungsional Puskesmas Pagak

Setelah anggota Tim Penelitian memperkenalkan diri, dr. Harun Al Rasyid mengungkapkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kebijakan dan pelayanan kesehatan yang ditujukan dan mengidentifikasi berbagai faktor yang mendukung dan menghambat implementasi kebijakan dan pelayanan promotif preventif untuk mengurangi dampak polusi udara pada risiki penyakit paru-paru obstruktif kronis (PPOK) dan penyakit jantung pada masyarakat.

Begitu mendengar maksud dan tujuan kehadiran dari tiga anggota Tim Penelitian ini, Kepala Tata Usaha Puskesmas Pagak berusaha memfasilitasi untuk menghubungi responden yang diperlukan dalam in-depth interview (wawancara mendalam) pada hari ini.

Sesuai schedule yang telah dilayangkan kepada Puskesmas Pagak, hari ini tiga Tim Penelitian ingin melakukan in-depth interview dengan dokter fungsional dan perawat yang bertugas di Puskesmas Pagak serta seorang kader kesehatan dari Desa Sumberejo.

Kebetulan responden yang sudah siap adalah dokter fungsional dan perawat di lingkungan Puskesmas Pagak, sementara kader kesehatannya menurut informasi dari perawat Desa Sumberejo, tidak bisa hadir di Puskesmas lantaran sedang ada pertemuan. Ia akan menunggu di Balai Desa Sumberejo untuk in-depth interview.

In-depth interview dengan perawat Puskesmas Pagak

Akhirnya, dua responden dilakukan wawancara mendalam di Ruang Pertemuan Lantai 2 Puskesmas Pagak. Dr. Harun Al Rasyid melakukan wawancara mendalam dengan dr. Septian Iqbal Mirzaqom, seorang dokter fungsional dan sekaligus penanggung jawab UKP, Kefarmasian dan Laboratorium Puskesmas Pagak.

Kemudian Meutia Fildzah Sharfina mewawancarai mendalam bersama Hidayana, A.Md.Kep, seorang perawat UGD dan sekaligus penanggung jawab TB Puskesmas Pagak. Sementara itu, berhubung kader kesehatan tidak bisa hadir di Puskesmas Pagak, saya pun berperan untuk mendokumentasikan jalannya in-depth interview yang umumnya berkisar 1 jam lamanya.

Selesai in-depth interview dengan dokter dan perawat Puskesmas Pagak, tiga Tim Penelitian berpamitan dengan Kepala Tata Usaha Puskesmas Pagak untuk melanjutkan langkah menuju ke Balai Desa Sumberejo yang berjarak sekitar 2 kilometer dari Puskesmas Pagak, namun arahnya sejalur pulang menuju Malang nantinya.

Pada waktu hendak meninggalkan Lantai 2 Puskesmas Pagak, Kepala Tata Usaha telah menyiapkan hidangan dalam kardus untuk dicicipi. Namun karena sudah ditunggu kader kesehatan di Balai Desa Sumberejo, ketiga kardus hidangannya dibawa pulang.

In-depth interview bersama kader kesehatan Desa Sumberejo

Rombongan Tim Penelitian tiba di Balai Desa Sumberejo sekitar pukul 11.18 WIB. Di Balai Desa itu, tiga anggota Tim Penelitian berjumpa juga dengan Sekretaris Desa (Sekdes) Sumberejo, perawat Desa Sumberejo Hari Purnomo, S.Kep.Ners., Babinsa, dan kader kesehatan serta perangkat desa lainnya.

Begitu diterima oleh Sekdes di salah satu ruangan, dr. Harun Rasyid dan Meutia mengobrol dengan Sekdes dan perawat desa, sementara saya gantian bertugas melakukan in-depth interview dengan kader Posyandu Balita bernama Wiwik Zumawati.

Mula-mula, diterangkan dulu tujuan dari in-depth interview ini kemudian saya pun menyodorkan informed consent untuk dibaca sejenak agar supaya dalam berpartisipasi sebagai responden menerimanya dengan tangan terbuka.

In-depth interview dilakukan di meja panjang yang berada di Pendopo Balai Desa Sumberejo. In-depth interview ini memakan waktu sekitar 51 menit, dan berakhir pada pukul 12.17 WIB dan direkam. Tujuannya direkam ini agar memudahkan peneliti untuk mengulang kembali hasil dari in-depth interview.

Selesai wawancara mendalam dengan kader kesehatan ini, Tim Penelitian pun berpamitan mengingat dr. Harun Al Rasyid masih ada jadwal menguji mahasiswanya di Kampus Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB). *** [230424]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Sabtu, 10 Februari 2024

Pemasangan Flex Air Quality Sensor Di Sumberejo

Hari ini, Sabtu (10/02), tiga asisten Tim Peneliti Polusi Pembakaran Sampah Plastik (PPSP) dari Fisika Lingkungan Universitas Brawijaya (UB) – Eko Teguh Purwito Adi, S.Si., M.Si., Azarine Aisyah Widhowati, S.Si, dan Maria Pramundhitya Wisnu Wardhani, S.Si - memasang PurpleAir PA-II-Flex Air Quality Sensor di sejumlah titik lokasi penempatan di wilayah Dusun Bekur, Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.

Dikutip dari www2.purpleair.com, PurpleAir Flex adalah salah satu monitor kualitas udara terbaru dari PurpleAir, yang mengukur konsentrasi PM 2.5 secara real-time untuk penggunaan perumahan, komersial, atau industri. 

Kotak particular meter di ketinggian 280 cm dengan latar asap hitam mengepul dari pembakaran gamping

Berisi LED penuh warna, cahaya yang dihasilkan sekilas menunjukkan kualitas udara real-time dan dapat dipasang di dalam atau di luar ruangan. WiFi internal memungkinkan monitor kualitas udara mengirimkan data ke Peta PurpleAir secara real-time, yang disimpan dan tersedia untuk perangkat pintar apa pun.

Dalam pemasangan tersebut, ketiga asisten Tim PPSP dibantu oleh lima cowok. Tiga cowok memasang tiang yang dirancang untuk menempatkan particular meter, dan dua cowok membantu dalam pemasangan Purple Air.

Maghrib tiba, lampu PurpleAir terlihat nyalanya 

Tiga asisten Tim PPSP tiba di Dusun Bekur sekitar pukul 09.57 WIB. Dengan disaksikan oleh fasilitator dan Imam Ghozali, S.Kep Ners, seorang staf PTM dan Kesehatan Jiwa (Keswa) Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, mereka mengawali dengan mempersiapkan perlengkapan pendukungnya.

Begitu tiang untuk penempatan UB-Aqai Air Quality Measurement System Tipe PB.02241 datang dengan diangkut mobil pickup pada pukul 11.20 WIB, langsung dipasang oleh tiga cowok yang membawanya. Tinggi tiang yang dicat warna hitam itu memiliki tinggi 350 cm. 

Pemasangan PurpleAir yang umumnya diletakkan di lispang

Dari ketinggian tersebut, terus yang ditanam ke dalam tanah sedalam 70 cm. Jadi, tiang menjulang di atas permukaan tanah setinggi 280 cm. Penempatan tiang tersebut berada di halaman depan rumah Bapak Hasyim (mertua Ghozal), yang berdekatan dengan kios sembako milik mertua.

Pada waktu bersamaan, seorang cowok bernama Rosi yang terampil dalam pelistrikan dan perkabelan juga memasang PurpleAir beserta Telkomsel Orbit untuk memancarkan wifi yang akan mendukung kerja PurpleAir.

Asisten TIM PPSP sedang merakit particular meter untuk dipasang di tiang

Perlu diketahui, pemasangan tiang untuk particular meter hanya satu buah saja dan itu ditempatkan di halaman depan rumah Bapak Hasyim. Sedangkan, untuk pemasangan PurpleAir diagendakan ditempatkan di enam titik lokasi di Dusun Bekur.

Namun hingga Maghrib, PurpleAir mampu terpasang tiga saja di tiga lokasi yang terpencar. Sementara sisanya yang tiga akan dilanjutkan pada Senin mendatang. Tidak bisa terpasangnya semua di enam titik lokasi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti turun hujan, menjelaskan kepada pemilik rumah di lokasi pemasangan perlu waktu, dan juga setiap rumah memiliki struktur bangunan sendiri sehingga teknisi listrik dan pemasang kabel akan perlu waktu untuk menempatkan terminal baru guna suplai daya dalam mengoperasikan PurpleAir maupun Telkomsel Orbit.

Meski baru terpasang tiga, kinerja dari PurpleAir harus dipantau di lapangan secara kontinyu. Untuk itu, usai Maghriban di rumah Bapak Hasyim, Eko membriefing Ghozali dan adik iparnya untuk turut membantu dalam pemantauan kinerja alat tersebut agar supaya laporan real-time mengenai kondisi kualitas udara di desa tersebut bisa terpantau terus dengan baik. *** [100224]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Risk Checker

Risk Checker

Indeks Massa Tubuh

Supplied by BMI Calculator Canada

Statistik Blog

Sahabat eKader

Label

Arsip Blog