Tampilkan postingan dengan label fasilitator NIHR. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label fasilitator NIHR. Tampilkan semua postingan

Kamis, 04 Juli 2024

Kepedulian Kades Krebet Senggrong dalam Kebersihan Lingkungan

“Anda dapat mulai mengubah dunia menjadi lebih baik setiap hari – tidak peduli seberapa kecil tindakannya.” –Neslon Mandela

Topi flatcap warna krem yang dikenakannya memiliki keunikan tersendiri, terkesan santai, dewasa dan sangat bergaya. Bagi yang belum mengenalnya, pria paruh baya berkaca mata itu terlihat ala pelukis. Namun kalau sudah mengobrol dengan pemilik nama lengkap Slamet Efendi, S.E., begitu luas wawasannya.

Slamet Efendi dikenal sebagai Kepala Desa (Kades) Krebet Senggrong, salah satu desa yang berada di wilayah administratif Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang. Ia berpembawaan halus, sopan,  dan semanak.

Berbincang-bincang dengan Kades Krebet Senggrong

Kamis (04/07) pagi, fasilitator NIHR dan Tim CEI (Community engagement and involvement) dalam penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) berbincang-bincang dengan Kades Krebet Senggrong terkait pengelolaan sampah selama ini.

Kehidupan manusia tidak terlepas dari produksi sampah terutama dalam kehidupan sekarang ini. Setiap hari, kita menghasilkan berbagai jenis sampah, mulai dari sampah organik seperti sisa makanan, hingga sampah anorganik atau non-organik seperti plastik, kertas, logam, dan lain-lain. Sampah-sampah ini berasal dari aktivitas sehari-hari dari sisa makanan yang dikonsumsi masyarakat dan barang, pengemasan produk, serta proses industri.

Produksi sampah yang tinggi menimbulkan berbagai masalah lingkungan dan sosial. Sampah dapat mencemari air dan udara, merusak ekosistem alami, serta membahayakan kesehatan manusia dan hewan.

TPS Krapyak Jaya, Desa Krebet Senggrong, Kecamatan Bululawang

Fenomena ini dimengerti betul oleh Kades Krebet Senggrong Slamet Efendi. Oleh karena itu, di awal masa jabatannya (tahun 2019), kebersihan lingkungan menjadi visi utama sang kades. Ia pun berusaha menganggarkan untuk kebersihan lingkungan utamanya yang berkaitan dengan pengelolaan sampah, seperti pengadaan bak sampah yang terbuat dari ban yang diambilkan dari Alokasi Dana Desa (ADD), dan gerobak sampah.

“Meski porsinya tidak besar,” kata Kades Krebet Senggrong, “Namun hal itu untuk mewujudkan visinya dalam menjalankan kebersihan lingkungan secara berkelanjutan.”

Setahun menjabat sebagai Kades, Slamet Efendi menginisiasi pembangunan Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) yang berlokasi di Dusun Krapyak Jaya RT 14 RW 03 Desa Krebet Senggrong, berada di dekat Saluran Irigasi Kedungkandang, yang oleh masyarakat setempat dikenal dengan Kali Anyar.

TPS Krapyak Jaya dilihat dari jembatan lori yang melintang di atas Kali Anyar

Bangunan berukuran 10 x 10 meter itu didirikan di atas tanah irisan tanah bengkok, dan pembiayaan pembangunannya mendapat bantuan corporate social responsibility (CSR) dari Pabrik Gula (PG) Krebet Baru.

Kemudian setelah bangunan TPS berdiri, Kades Slamet Efendi berusahan membangun insinerator. Insinerator merupakan alat yang digunakan untuk membakar limbah padat dan dioperasikan dengan memanfaatkan teknologi pembakaran pada suhu tertentu.

Insinerator yang didirikan dari Dana Desa (DD) tersebut sebenarnya digadang-gadang sebagai salah satu alternatif untuk mengurangi timbunan limbah. Namun baru sekali dipakai, mendapat larangan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) karena dikawatirkan menimbulkan pencemaran udara. Sejak itu, insinerator tidak dioperasikan lagi.

Cerobong insinerator di TPS Krapyak Jaya yang sudah tidak dioperasikan lagi

Setelah prasarana dan sarana TPS ada, pengelolaan sampah diserahkan kepada BUMDes (Badan Usaha Milik Desa). BUMDes sendiri merupakan usaha desa yang dikelola oleh Pemerintah Desa, dan berbadan hukum.

Pengelolaan sampah di TPS Krapyak Jaya tersebut tidak selamanya berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Terkadang menemui sejumlah kendala dan pasang surut. Persoalannya bisa internal maupun eksternal.

Masalah internalnya biasanya terjadi pada komunikasi di antara sumber daya manusia yang ada dalam tata kelola sampah. Sedangkan persoalan eksternal bisa terjadi bila ada keterlambatan pengangkutan sampah dari TPS Krapyak Jaya menuju Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Wisata Edukasi Talangagung, Kepanjen, seperti keterlambatan pengambilan sampah karena sesuatu hal, seperti container mengalami kerusakan, dan lain-lain. Hal ini akan menyebabkan masyarakat kembali ke cara tradisional, yaitu dengan membakar sampah yang menimbulkan polusi udara dan berdampak bagi kesehatan masyarakat.

Tumpukan sampah dan gerobak sampah
 
Permasalahan yang dijumpai itu, diakui oleh Kades Slamet Efendi masih perlu pembenahan di sana-sini, seperti perlunya pendampingan dalam pengelolaan sampah yang baik, pemilahan sampah, pengurangan penggunaan plastik sekali pakai, dan edukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan dan dampak negatif sampah bila tidak dikelola dengan baik.

Kendati demikian, kepedulian Kades Krebet Senggrong terhadap kebersihan lingkungannya patut diapresiasi. Seperti ujaran (quote) Nelson Rolihlahla Mandela (1918-2013) yang pernah menjabat sebagai Presiden Afrika Selatan sejak 1994 sampai 1999, “You can start changing the world for the better daily - no matter how small the action" (Anda dapat mulai mengubah dunia menjadi lebih baik setiap hari – tidak peduli seberapa kecil tindakannya). *** [040724]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Lima Kader Adakan Posyandu Balita Mawar II di Desa Krebet Senggrong

Usai mendampingi Tim CEI (Community engagement and involvement) dalam penelitian  NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) sowan menghadap Kepala Desa (Kades) Krebet Senggrong Slamet Efendi, S.E., fasilitator NIHR menyempatkan diri melihat kegiatan Posyandu Balita Mawar II di ruang Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) yang berada di samping Kantor Desa/Balai Desa Krebet Senggrong yang beralamatkan di Jalan Krebet Senggrong No. 1 Dusun Krapyak Jaya RT 17 TW 04 Desa Krebet Senggrong, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang.

Di ruang PKK itu, terlihat lima kader Posyandu Balita sedang mengadakan giat Posyandu Balita Mawar II. Kelima kader tersebut, yakni Andarini Dyah Rahayu, Anik Sukisti, Nur Rohmatul Hidayah, Rohana, dan Sanik, memberikan layanan dalam giat tersebut. 

Giat Posyandu Balita Mawar II Desa Krebet Senggrong, Kecamatan Bululawang

Layanan giat Posyandu Balita Mawar II menyasar balita di 2 RW yaitu RW 03 dan RW 04, yang terdiri dari RT 11 hingga RT 18, dan giat layanannya meliputi penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, pencatatan hasilnya ke dalam buku KMS (Kartu Menuju Sehat), dan PMT (Pemberian Makanan Tambahan) untuk balita.

Kelima kader tersebut berbagi peran dalam memberikan layan tersebut. Ada yang bertindak menimbang balita, mengukur tinggi badan, mencatat dan memberikan PMT. Mereka umumnya fleksibel. Kalau merasa jenuh, mereka akan bergantian tugas agar tak merasa bosan.

Dalam giat Posyandu Balita Mawar yang dilaksanakan pada Kamis (04/07) ini, Kades Slamet Efendi juga menyempatkan diri melihat giat yang dilakukan oleh lima kader tersebut. Begitu juga dua anggota Tim CEI, turut juga menyaksikan sebentar jalannya giat Posyandu Balita Mawar II Desa Krebet Senggrong.

Kades Krebet Senggrong meninjau giat Posyandu Balita Mawar II

Menurut salah seorang kader, sasaran balita dalam giat Posyandu Balita Mawar II ada sekitar 65 anak. Namun pada umumnya yang hadir dalam giat yang dmulai pada pukul 08.00 WIB dan berakhir sekitar pukul 11.00 WIB tersebut ada sebanyak 40 orang.

Usai melihat giat Posyandu Balita Mawar II, fasilitator NIHR dan Tim CEI diajak berkeliling Dusun Krapyak Jaya sambil melihat Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) di Dusun Krapyak Jaya RT 14 RW 03 Desa Krebet Senggrong. *** [040724]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Sabtu, 29 Juni 2024

Pelatihan Kader PPOK Puskesmas Bululawang

Saat bertugas memoderatori FGD Fase 1 dengan perawat dan staf terkait lainnya dari Ponkesdes dan Puskesmas, fasilitator NIHR mendapat undangan secara lisan dari Penanggung jawab (Pj) PTM Puskesmas Bululawang untuk menghadiri pelatihan kader PPOK esok harinya (Sabtu, 29/06).

Menurut Pj PTM Puskesmas Bululawang Intati, A.Md.Keb., pelatihan kader PPOK ini sesuai ‘roh’ dari penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NHR-GHRC NCDSs & EC), yaitu pengembangan inovasi SMARThealth untuk menurunkan risiko penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan penyakit jantung yang disebabkan oleh polusi udara akibat pembakaran sampah di Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Bidan Koordinator Puskesmas Bululawang berikan sambutan dalam pelatihan kader PPOK

Pelatihan kader PPOK ini diselenggarakan oleh Puskesmas Bululawang di Ruang Pertemuan Lantai 2 Puskesmas Bululawang yang beralamatkan di Jalan Stasiun No. 11-13, dan diikuti oleh kader PPOK dari 14 desa yang ada dalam wilayah kerja Puskesmas Bululawang, yaitu Sempalwadak, Wandanpuro, Bululawang, Lumbangsari, Sukonolo, Gading, Krebet, Bakalan, Sudimoro, Kasri, Pringu, Kuwolu, Kasembon, dan Krebet Senggrong.

Tujuan pelatihan ini untuk meningkatkan capaian skrining PPOK di wilayah kerja Puskesmas Bululawang dengan memberdayakan kader PPOK yang ada, dan penyelenggaraannya didanai oleh BOK (Belanja Operasional Kesehatan).

Acara pelatihan dimulai pada pukul 09.01 WIB. Mula-mula Master of Ceremony (MC) Lintang Hanum Pertiwi, SKM (Pj. Promkes) mengajak menyimak pemutaran video safety briefing Puskesmas Bululawang. Safety briefing ini merupakan prosedur keselamatan yang diterapkan oleh Puskesmas Bululawang bila dalam keadaan darurat.

Peserta pelatihan kader PPOK, diambil dari sudut barat Ruang Pertemuan Latani 2 Puskesmas Bululawang

Selesai pemutaran video safety briefing, dilanjutkan dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya guna meningkatkan rasa nasionalisme dan diteruskan dengan lagu Mars GERMAS yang dipimpin oleh dirijen Yunani, seorang kader PPOK dari Desa Lumbangsari. Kemudian setelahnya, MC Lintang memandu doa demi kelancaran acara ini.

Usai berdoa, acara berikutnya adalah sambutan dari Kepala Puskesmas Bululawang yang diwakili oleh Bidan Koordinator Puskesmas Bululawang Sumaidah, S.ST. Dalam sambutannya, Sumaidah berharap agar ilmu yang diserap nanti dari pelatihan ini bisa diterapkan di desanya masing-masing. Karena diakui oleh Sumaidah, untuk mencapai Indonesia Sehat itu sulit, terutama bagi yang berada di bawah. Oleh karena itu, Puskesmas Bululawang berbagi ilmu dengan kader PPOK yang ada di desa-desa untuk bersama-sama mewujudkan Indonesia Sehat. “Peran kader itu mulia dalam berbagi ilmu untuk hidup yang lebih sehat di tengah-tengah masyarakat,” tegas Sumaidah.

Pukul 09.16 WIB acara diisi dengan pemaparan materi “PPOK: Penyakit Paru Obstruktif Kronik” yang disampaikan oleh dokter fungsional Puskesmas Bululawang dr. Hidayatulloh Arief. PPOK menurut dr. Hidayatulloh Arief, adalah istilah yang digunakan untuk sejumlah penyakit yang menyerang paru-paru untuk jangka panjang. Istilah awamnya disebut paru-paru molor.

Peserta pelatihan kader PPOK, diambil dari sudut timur Ruang Pertemuan Lantai 2 Puskesmas Bululawang

Penyakit ini menghalangi aliran udara dalam paru-paru sehingga pengidap akan mengalami kesulitan dalam bernapas. PPOK umumnya merupakan kombinasi dari dua penyakit pernapasan, yaitu bronchitis kronis dan emfisema.

Bronkitis adalah infeksi pada saluran udara menuju paru-paru yang menyebabkan pembengkakan dinding bronkus dan produksi cairan di saluran udara berlebihan. Sedangkan emfisena adalah kondisi rusaknya kantung-kantung udara pada paru-paru yang terjadi secara bertahap.

Apa itu PPOK? Menurut dr. Hidayatulloh Arief adalah penyakit paru yang kronik (waktu lama), ada obstruksi (hambatan) aliran udara di saluran pernapasan, sifat progresif (cepat bertambah buruk), nonreversibel (tidak dapat sembuh) atau reversibel parsial (sembuh sebagian).

Pemaparan materi atau penyuluhan dari dokter fungsional Puskesmas Bululawang

Selain itu, dr. Hidayatulloh Arief juga mengemukakan sejumlah faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengidap PPOK, seperti rokok, usia, pajanan polusi udara, dan faktor keturunan.

“Selain asap rokok, asap pabrik gula (PG) juga berpengaruh terhadap paru-paru kita,” jelas dr. Hidayatulloah Arief dihadapan para kader dari 14 desa yang ada di lingkungan kerja Puskesmas Bululawang. “Dan, PPOK juga bakal mempengaruhi jantung kita.”

Mengakhiri paparannya usai berdiskusi dengan kader, dr. Hidayatulloh Arief mengatakan bahwa ia adalah seorang dokter, jadi umumnya hanya mengobati pasien yang memeriksakan diri ke Puskesmas Bululawang. 

Senam peregangan Kun Anta (Jadilah Dirimu Sendiri)

Mengenai sebab-sebabnya yang terkait dengan lingkungan di mana pasien itu tinggal, peran kader PPOK ini sangatlah penting dalam meminimalisirkan faktor risiko pencetus PPOK di tengah-tengah masyarakat yang ada di desanya masing-masing. Oleh karena itu, kader tidak melakukan skrining PPOK namun mencatat riwayat penyakitnya, seperti merokok dan lain-lainnya.

Selesai dr. Hidayatulloh Arief, dilakukan senam peregangan sebelum melanjutkan acara berikutnya. Senam peregangannya mengambil dari Refresehment Dinkes Provinsi DKI Jakarta dengan diiringi lagu Kun Anta (Jadilah Dirimu Sendiri) yang dinyanyikan oleh pemuda ganteng Humood Alkhudner dalam bahasa Arab.

Lima menit berolah badan, acara dilanjutkan dengan materi yang dibawakan oleh Pj. PTM Puskesmas Bululawang tentang pencatatan input skrining ke dalam ePuskesmas. Pada kesempatan itu, Pj. PTM Puskesmas Bululawang mengajari para kader yang mengikuti pelatihan ini dalam pelaporan pencatatannya.

Pj. PTM Puskesmas Bululawang mengajari input data skrining PPOK dalam ePuskesmas

"Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan kader mampu membantu melakukan input skrining PPOK ke dalam ePuskesmas,” himbau Pj. PTM Puskesmas Bululawang kepada kader agar supaya capaian skrining PPOK per desa menjadi meningkat.

Kemudian Pj. PTM juga menjelaskan kepada fasilitator NIHR yang sekaligus juga anggota Tim SMARThealth Universitas Brawijaya (UB), yang dengan seksama menyimak jalannya pelatihan ini, bahwa kasus PPOK di wilayah kerja Puskesmas Bululawang ini teridentifikasi antara Januari-Mei 2024 ini sebanyak 124 orang. *** [290624]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Risk Checker

Risk Checker

Indeks Massa Tubuh

Supplied by BMI Calculator Canada

Statistik Blog

Sahabat eKader

Label

Arsip Blog