Tampilkan postingan dengan label RSUD Kanjuruhan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label RSUD Kanjuruhan. Tampilkan semua postingan

Selasa, 09 Agustus 2022

Pertemuan Koordinasi Program GIF Bagi Puskesmas Di Dinkes Kabupaten Malang

Sesuai surat undangan bernomor 005/4244/35.07.103/2022, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang menyelenggarakan Pertemuan Koordinasi Program Gangguan Indra dan Fungsional (GIF) bagi  fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) dalam rangka meningkatkan kinerja program penanggulangan gangguan indra di Grand Kanjuruhan Resort & Convention Hall yang beralamatkan di Jalan Panglima Sudirman No. 5 Dusun Ketawang RT 03 RW 01 Desa Ngadilangkung, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, pada Selasa (09/08/2022).

Dalam pertemuan itu, Dinkes mengundang 1 orang dokter fungsional dan 1 orang pengelola program Indra di setiap Puskesmas yang ada di Kabupaten Malang. Jumlahnya ada 78 orang peserta yang mengikuti pertemuan tersebut.

Acara ini dimulai pada pukul 09.02 WIB, molor satu jam dua menit dari yang tertulis di undangannya. Master of Ceremony (MC) Zahira Syalwa Regita Amada, mahasiswi magang Kesmas Universitas Negeri Malang di Seksi PTM dan Kesehatan Jiwa (Kewa) mengawali acara dengan mengucapkan selamat datang kepada peserta pertemuan dan diteruskan dengan membacakan susunan acaranya serta memandu doa bersama.

Sambutan dan pembukaan pertemuan koordinator program gangguan indra fungsional oleh Kabud P2P Dinkes Kabupaten Malang

Setelah itu, semua peserta dimohon berdiri untuk menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya yang musiknya dipandu dengan video dalam laptop yang disorotkan ke layar proyektor, dan selesai itu, peserta dimohon duduk kembali.

Acara berikutnya kemudian diisi dengan sambutan dari Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Kabid P2P) Tri Awignami Astoeti, SKM, M.MKes mewakili Plt. Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) yang tidak bisa hadir di Hotel Grand Kanjuruhan.

Dalam sambutannya, Tri Awignami mengatakan bahwa angka gangguan penglihatan dan kebutaan dari hari ke hari semakin meningkat. Estimasi jumlah orang dengan gangguan penglihatan di seluruh dunia pada tahun 2010 adalah 285 juta orang (4,24% populasi) dan sebesar 39 juta orang (0,58% ) menderita kebutaan serta 246 juta orang (3,65%) mengalami low vision, 65% orang dengan gangguan penglihatan dan 82% dari penyandang kebutaan berusia 50 tahun ke atas (Pusdatin, 2014).

Pemateri 1 dari Dinkes Provinsi Jawa Timur

Di tingkat nasional, berbagai penelitian terkait dengan angka gangguan penglihatan dan kebutaan telah banyak dilakukan, seperti Survei Kesehatan Mata Nasional (1993-1996), Survei Kesehatan Rumah tangga (2001), Riset Kesehatan Dasar (2007 dan 2013) serta Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB).

Di Kabupaten Malang untuk data deteksi dini gangguan indra pada tahun 2021 sebanyak 468.117 (44,4%), katarak sebanyak 732 kasus, kelainan refraksi sebanyak 362 kasus, OMSK ada 30 kasus dan serumen ada 58 kasus.

Pertemuan ini bisa dikatakan sebagai overview program terkait GIF agar supaya terjadi persamaan persepsi dan pemahaman tentang program kesehatan indra, baik standar pelayanan, pencatatan maupun pelaporannya. Sehingga bisa saling bersinergi untuk pencapaian program indra.

Peserta pertemuan dari timur laut Hall Kanjuruhan Kepanjen

Usai memberikan sambutan, Tri Awignami dengan mengucap “Bismillahirrahmanirrahim” Pertemuan Koordinasi Program GIF di Kabupaten Malang dimulai pelaksanaanya (sambil mengetuk meja sebanyak 3 kali).

Sesudah dibuka secara resmi, acara berikutnya dilanjutkan dengan pemaparan materi yang pertama oleh Wariin Dehasworo, SKM dari Dinkes Provinsi Jawa Timur dengan judul “Program Penanggulan Gangguan Indra Fungsional” dan “Percepatan Pencapaian Indikator Program Penanggulangan Gangguan Indra di Jawa Timur Tahu 2022.”

Pada materi “Program Penanggulan Gangguan Indra Fungsional”, Wariin Dehasworo membeberkan tentang situasi global penyandang gangguan mata, situasi gangguan indra di Indonesia, dasar pelaksanaan kegiatan, penanggulan diprioritaskan pada gangguan indra penglihatan dan pendengaran, apakah low vision itu, permasalahan gangguan penglihatan di Indonesia berdasarkan RAAB, estimasi jumlah kebutaan/refraksi dan kasus katarak di Jawa Timur, kasus gangguan indra di Kabupaten Malang tahun 2021, low vision di Kabupaten Malang, retinopati diabetikum di Kabupaten Malang, penyelenggaraan kegiatan penanggulangan gangguan penglihatan dan pendengaran, promosi kesehatan, deteksi dini, fakta disabilitas, penaggulangan fungsional, prevalensi disabilitas, dan peta jalan layanan kesehatan inklusi.

Pemateri 2 dari Perdami Cabang Malang Raya

Sementara itu, pada materi “Percepatan Pencapaian Indikator Program Penanggulangan Gangguan Indra di Jawa Timur Tahu 2022”, Wariin Dehasworo menerangkan perihal indikator Renstra PTM 2020-2024, kegiatan integrasi deteksi dini gangguan penglihatan dan pendengaran, capaian IKK P2PTM Semester 1, kegiatan integrasi deteksi dini gangguan penglihatan dan pendengaran, dan pencatatan dan pelaporan (ASIK dan SI PTM).

Di akhir paparan, Wariin Dehasworo menjelaskan Surabaya bisa meningkat capaiannya karena setiap Puskesmas diharuskan melakukan input data di ASIK 20% dari personil yang ada. Dari 20% itu, setiap personil disuruh melakukan input data sebanyak 5 tiap hari.

Kemudian, Wariin juga mencari tahu kepada peserta dari Turen. Kenapa SI PTM Turen tertinggi di Kabupaten Malang? Rahasianya, kerja sama petugas kesehatan, kader, dan perangkat desa. Setelah menjawab, pesertanya dihadiahi Silver Queen.

Peserta pertemuan di sisi selatan bagian tengah Hall Kanjuruhan Kepanjen

Selanjutnya, diteruskan dengan sesi tanya jawab. Ada seorang peserta dari Puskesmas Kalipare yang merasa kesulitan dalam melakukan copas untuk aplikasi ASIK.

Pukul 10.56 WIB acara diisi dengan coffee break untuk menyantap snack yang telah disiapkan pihak hotel. Ada kopi panas, teh panas, kue tok dan onde-onde.

Usai coffee break, acara disambung dengan pemaparan materi kedua yang disampaikan oleh dr. Hera Dwi Novita, Sp.M(K) dari Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) Cabang Malang Raya, dengan titel “Deteksi Dini Gangguan Penglihatan di Puskesmas.”

Pada kesempatan itu, dr. Hera menjelaskan perihal pencegahan gangguan penglihatan di Kabupaten Malang melalui analisa SDM, infrastruktur, finansial, stakeholder, sistem rujukan, dan implementasi program terintegrasi dengan program yang sudah ada.

Pemateri 3 dari RSUD Kajuruhan Kepanjen

Selesai paparan dr. Hera, dilanjutkan dengan tanya jawab sebentar dan kemudian ishoma. Dalam ishoma itu, pihak hotel menghidangkan aneka masakan di meja yang telah disediakan di dalam ruang pertemuan tersebut. Ada nasi putih, nasi goreng Jawa, tahu campur, tempe mendoan, tahu sutra, cah kangkung udang, beefsteak, fuyunghay, ayam rica-rica, udang crispy, ayam bakar madu, rujak uleg, sambal, krupuk, salad buah, semangka dan papaya iris, air mineral dan es Manado.

Sesudah ishoma, acara dilanjutkan dengan pemaparan materi ketiga oleh dr. Ersty Istyawati, Sp.THT-KL dari RSUD Kanjuruhan Kepanjen, dengan judul “Gangguan Pendengaran Pada Anak: Deteksi Dini.”

Dalam paparannya, dr. Ersty menerangkan tentang apa itu gangguang pendengaran, macam-macam gangguan pendengaran, respon mendengara pada anak berdasarkan usia, derajat ketulian, penyebab gangguan pendengaran pada anak, tahapan perkembangan bicara pada anak, kapan dicurigai adanya gangguan pada anak, dan deteksi gangguan pendengaran harus segera dilakukan segera!

Kasi PTM Keswa dalam Rencana Tindak Lanjut

Pada materi ini terdapat satu penanya dari Puskesmas Sitiarjo, dan kemudian mendapatkan penjelasan jawaban dari dr. Ersty. Selain itu, dr. Ersty juga berpesan kepada peserta pertemuan, jika menjumpai pasien gangguan pendengaran sudah diperiksa dua kali tidak ada perubahan mohon segera dirujuk ke rumah sakit.

Mengkahiri acara pertemuan ini, Kepala Seksi (Kasi) PTM Keswa Paulus Gatot Kusharyanto, SKM menguraikan rencana tindak lanjut dari pertemuan hari ini, yaitu berkolaborasi dengan program lain dalam hal pencatatan dan pelaporan seperti dengan program (KIA, UKS, PTM, Lansia), berkolaborasi dengan jejaring dalam hal pencatatan dan pelaporan, serta melakukan sosialisasi ke semua pengelola program untuk entry pelaporan secara by name. 

Setelah membacakan rencana tindak lanjut, acara kemudian ditutup oleh Kasi PTM Keswa pada pukul 15.16 WIB. *** [090822]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo


Share:

Kamis, 28 Juli 2022

RSUD Kanjuruhan Adakan Pelatihan Kader Posbindu PTM Institusi Di Kepanjen

Posbindu Penyakit Tidak Menular (PTM) Institusi merupakan upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) di institusi/tempat kerja. Posbindu ini bertujuan untuk mendeteksi dini faktor risiko PTM dan pencegahannya sehingga menciptakan tenaga kerja sehat dan produktif.

Sebagai salah satu upaya pengendalian PTM, RSUD Kanjuruhan mengadakan pelatihan kader Posbindu PTM bagi institusi di Ruang Akreditasi RSUD Kanjuruhan yang beralamatkan di Jalan Panji No. 100 Desa Panggungrejo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, pada Kamis (28/07/2022).

Pelatihan ini diikuti oleh enam kader yang dsiapkan RSUD Kanjuruhan, dan dihadiri oleh sejumlah staf dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang, Puskesmas Kepanjen, dan Tim SMARThealth Universitas Brawijaya (UB).

Peserta pelatihan kader Posbindu PTM RSUD Kanjuruhan foto bersama Wadir dan Kabid P2P Dinkes

Keenam kader peserta pelatihan ini terdiri atas drg. Masita Yuriani, Mamik Rosemawati, A.Md.Ak., Eko Arjasanto, S.Kep.Ners, Septyorini, A.Md.Fis, Arryna Indrawati K., A.Md.Gz., dan Endang Kiswanti, S.Tr.Keb.

Acara ini dimulai pada pukul 08.41 WIB dengan diawali sambutan dari Wakil Direktur (Wadir) Administrasi dan Keuangan RSUD Kanjuruhan dr. R.A. Ratih Maharani, M.MRS. Dalam sambutannya, dr. Ratih mengatakan bahwa salah satu upaya mengendalikan dan mencegah PTM adalah melalui Posbindu PTM. Anehnya, RSUD Kanjuruhan yang terbiasa dengan memeriksa orang sakit tapi malah belum melakukan deteksi dini faktor risiko PTM bagi karyawannya, baik tenaga kesehatan, administrasi, sopir, sekuriti, dan lain-lainnya.

RSUD Kanjuruhan harus melakukan deteksi dini bagi karyawannya yang penuh stressor. Manajemen RSUD Kanjuruhan menyadari pentingnya pelatihan kader Posbindu PTM di lingkungan institusi kesehatan.

Sambutan Wadir Aministrasi dan Keuangan RSUD Kanjuruhan

Mengakhiri sambutan, dr. Ratih berharap pelatihan kader ini akan memberi manfaat, kemajuan, dan kebugaran bagi karyawan RSUD Kanjuruhan nantinya.

Setelah itu, sambutan berikutnya disampaikan oleh Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Kabid P2P) Dinkes Kabupaten Malang, Tri Awignami Astoeti, SKM, M.MKes. Pada kesempatan itu, Awignami berkesempatan menceriterakan perihal survey kematian yang diadakan oleh Kementerian Keehatan (Kemenkes) pada 2020. Semua rumah sakit dan Puskemas yang ada di Kabupaten Malang melakukan survey itu dan turun lapangan. Dari survey itu diketahui, ada 18.350 kematian yang diakibatkan oleh jantung, stroke, dan diabetes mellitus.

Ketiga penyebab kematian terbesar itu semuanya merupakan PTM. Kematian yang diakibatkan kasus COVID-19 di Kabupaten Malang masih lebih rendah dari kasus PTM tersebut, namun terkadang kita tak menyadarinya.

Sambutan Kasi PTM Keswa Dinkes

Oleh karena itu, Bupati Malang menghendaki semua desa melakukan skrining faktor risiko PTM. Tahun 2022, Dinkes akan melatih 100 desa lagi untuk program Posbindu PTM SMARThealth. Selain itu, Dinkes juga sudah punya output Posbindu PTM Institusi. RSUD Kanjuruhan merupakan Posbindu Institusi yang kelima di Kabupaten Malang.

Posbindu ini tujuannya untuk memenuhi capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) PTM. Kalau SPM kurang, yang mendapat teguran dari Kemenkes adalah Bupati Malang. Jika Bupati Malang ditegur, otomatis akan turun ke kita.

“Saya ucapkan terima kasih karena RSUD Kanjuruhan telah membentuk Posbindu Institusi,” kata Kabid P2P Dinkes Kabupaten Malang.

Peserta pelatihan di sisi selatan Ruang Akreditasi RSUD Kanjuruhan

Acara kemudian diisi dengan foto bersama terlebih dahulu, karena Wadir Administrasi dan Keuangan RSUD Kanjuruhan serta Kabid P2P Dinkes Kabupaten Malang segera meninggalkan tempat lantaran ada tugas lainnya.

Usai foto bersama, acara diteruskan dengan sambutan dari Kepala Seksi PTM dan Kesehatan Jiwa (Kasi PTM Keswa) Dinkes, Paulus Gatot Kusharyanto, SKM. Dalam sambutannya, Paulus mengatakan bahwa Dinkes telah mengadakan pelatihan Posbindu Institusi untuk kelima kalinya, yaitu Posbindu PTM Anggrek Madivif 2 Kostrad, Posbindu PTM Yonzipur 5/ABW Kepanjen, Dinkes, Kejaksaan, dan RSUD Kanjuruhan.

Seperti diketahui bahwa pembunuh utama di Indonesia maupun Kabupaten Malang adalah kardiovaskular (jantung, stroke, hipertensi). Awalnya, Dinkes dan UB sudah melakukan riset. Dalam riset di 4 desa itu, hasilnya sekitar 93 persen kader Posbindu SMARThealth berhasil melakukan deteksi dini terhadap warga berumur 40 tahun ke atas. Yang didapati memiliki faktor risiko tinggi PTM (highrisk), kader akan melakukan follow up agar supaya faktor risiko yang diderita bisa terkendali.

Peserta pelatihan di sebelah di Ruang Akreditasi RSUD Kanjuruhan

Diharapkan orang kantor juga terdeteksi PTM. Institusi harus peduli terhadap karyawan-karyawannya. Dalam pelatihan kader di RSUD Kanjuruhan ini, penekanannya kepada pelaporannya saja mengingat RSUD Kanjuruhan merupakan institusi kesehatan tentunya tidak perlu dilatih cara melakukan pemeriksaan.

Materi pertama disampaikan oleh staf PTM Nur Ani Sahara, S.Kep.Ners dengan judul “Konsep Posbindu PTM.” Menurut Nur Ani, selama ini uang BPJS sering habis untuk membayari penderita yang diakibatkan PTM yang menjadi parah. Oleh karena itu, Pemerintah Pusat melalui Kemenkes memikirkan upaya preventif melalui deteksi dini faktor risiko PTM. Salah satunya melalui giat Posbindu PTM, baik di desa maupun di institusi.

Kemudian dilanjutkan dengan materi yang diisi oleh dokter internship dari Puskesmas Kepanjen, yaitu dr. Afif Bachtiar dan dr. M. Abdul Razak. Dr. Afif menjelaskan bahwa pengobatan di lapangan biasanya yang paling lemah. Padahal obat untuk penderita PTM, seperti hipertensi dan diabetes mellitus itu harus seumur hidup.

Pemaparan materi pertama

Dalam Posbindu PTM, ia menyaksikan warga diberi obat untuk 10 hari dan tidak dilanjutkan jika warga tersebut sudah tidak merasa pusing. Seharusnya, selama 3 bulan tidak turun perlu tambahan obat dan perubahan gaya hidup.

Lalu, dr. M. Abdul Razak menambahkan, kendala di lapangan adalah kurangnya maintenance pasien dari riwayat hipertensi dan diabetes mellitus. Hal ini agar supaya mengetahui ada perbaikan dalam pengobatannya atau tidak.

Tenaga kesehatan di desa selama ini mengalami kesulitan melakukan pengobatan karena stok obat di Ponkesdes masih selalu kurang.

Pemaparan materi kedua

Selesai materi dari kedua dokter internship, paparan materi berikutnya datang dari staf PTM Bastamil Anwar Aziz, S.Kep.Ners dengan titel “ Pelayanan Terpadu PTM: Algoritma dan Implementasi.” Dalam penjelasannya, Bastamil mengatakan, “Mengapa algoritma Pandu PTM?”

Lebih lanjut, Bastamil menerangkan bahwa kita perlu algoritma Pandu PTM agar penanganan PTM lebih terarah dan terpadu kepada sasaran yang jelas, faktor risiko PTM dapat terdeteksi sejak dini, dokter yang merawat dapat melakukan telusur pengobatan, meningkatkan ketrampilan petugas dalam penanganan PTM di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), serta integrasi dengan BPJS dan pemanfaatan teknologi informasi.

Setelah materi dari Bastamil, lalu disambung dengan pemaparan materi dari staf IT PTM Candra Hernawan, S.Kom dengan tema “Mekanisme Pelaporan Posbindu Institusi.” Pada kesempatan itu, Candra menguraikan alur teknis pelaporan Posbindu Institusi SMARThealth, alur penanganan pasien berisiko PTM pada institusi, form pelaporan, dan rekapitulasi RSUD Kanjuruhan.

Kader ikuti latihan ukur lingkar perut

Menurut Candra, RSUD Kanjuruhan belum bisa menggunakan aplikasi eKader karena Puskesmas Kepanjen belum menggunakan ePuskesmas. Nanti kalau Puskesmas Kepanjen sudah beralih ke ePuskesmas, maka aplikasi eKader bisa diimplementasikan. Oleh karena itu, Dinkes menyiapkan aplikasi input data dengan Google Forms.

Acara pelatihan ini selesai pada pukul 11.04 WIB lebih cepat dari perkiraan karena tidak perlu praktek pemeriksaan. Paulus memberikan closing statement, untuk pelaksanaan Posbindu Institusi di RSUD Kanjuruhan bisa dilakukan secara bertahap mengingat jumlah karyawannya mendekati 800 orang. 

RSUD Kanjuruhan bisa melakukannya secara per ruangan atau per unit, tergantung para kadernya yang sudah dilatih ini. RSUD Kanjuruhan ini merupakan Posbindu Institusi kesehatan yang pertama di Kabupaten Malang. *** [280722]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo


Share:

Kamis, 11 November 2021

Seminar Kesehatan Luring dan Daring Di RSUD Kanjuruhan Kepanjen

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kanjuruhan menggelar Seminar Kesehatan Luring Dan Daring Dalam Rangka Memperingati Hari Diabetes Sedunia, Hari Kesehatan Nasional Ke-57 dan Hari Ulang Tahun Kabupaten Malang Ke-1261 di Gedung Jantung Lantai 4 selama dua hari, dari tanggal 10 hingga 11 November 2021.

Sesuai surat dari RSUD Kanjuruhan nomor 445/4101/35.07.208/2021 yang dilayangkan kepada Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang, Dinkes menghadiri acara seminar di hari kedua, Kamis (11/11).

Penyerahan vandel kepada kedua narasumber dalam Seminar Kesehatan RSUD Kanjuruhan

Tampak hadir dalam seminar hari kedua adalah Kepala Seksi (Kasi) PTM dan Keswa Dinkes, staf PTM, Kepala Puskesmas, Dokter Puskesmas, Tim SMARThealth Universitas Brawijaya (UB) serta undangan lainnya.

Acara seminar dimulai pada pukul 08.43 WIB dengan diawali oleh pembawa acara yang mengucapkan selamat datang kepada peserta yang hadir dalam seminar tersebut, dan diteruskan dengan membacakan susunan acaranya.

Setelah itu, pembawa acara mengajak peserta seminar untuk menyaksikan video perihal safety briefing RSUD Kanjuruhan. Video itu berkisah mengenai bagaimana langkah-langkah yang dilakukan bila terjadi sebuah gempa maupun kebakaran. “Hentikan pekerjaan, menuju jalur evakuasi, dan jangan ditunda!”

Narasumber dalam Seminar Kesehatan yang digelar RSUD Kanjuruhan

Usai pemutaran video, acara dilanjutkan dengan sambutan dari Wakil Direktur (Wadir) Administrasi dan Keuangan dr. Benidiktus Setyo Untoro. Dalam sambutannya, dr. Beni mengatakan bahwa penyelenggaraan seminar luring dan daring ini dalam rangka memperingati Hari Diabetes Sedunia, Hari Kesehatan Nasional Ke-57 dan Hari Ulang Tahun Kabupaten Malang Ke-1261.

Sambutan Wadir Administrasi dan Keuangan ini sekaligus sebagai pembuka dalam seminar kesehatan tersebut di mana ada dua pembicara dalam hari kedua ini. Kedua pembicara tersebut berasal Satuan Medis Fungsional (SMF) Jantung dan Pembuluh Darah RSUD Kanjuruhan Kepanjen.

Pembicara atau narasumber pertama adalah dr. Fahmy Rusnanta, Sp.JP, FIHA dengan materi berjudul “Manajemen Pra-Hospital pada Pasien dengan Kecurigaan Sindrom Koroner Akut”. Dalam pemaparannya, dr. Fahmy menjelaskan pentingnya mengenal penanganan pasien jantung sebelum menuju ke rumah sakit. Seorang dokter harus mengenal karakteristik penyakit jantung yang dihadapi oleh pasien, karena penyakit jantung perlu penanganan yang cepat.

Salah satu materi dalam Seminar Kesehatan di RSUD Kanjuruhan

Mengakhiri paparannya, dr. Fahmy menyarankan agar dokter senantiasa banyak belajar dengan pasien. Semakin banyak menghadapi pasien, maka seorang dokter akan banyak pula mengenal permasalahan yang dihadapi oleh pasien dalam keluhan penyakitnya. “A fool with a tool is still a fool!”.

Pukul 09.45 WIB narasumber kedua, dr. Sapto Prihandono Noviantoro, Sp.JP. memaparkan “Tatalaksana Sindroma Koroner Akut Dalam Perspektif Kuratif dan Rehabilitatif”. Dalam pemaparannya, dr. Sapto menerangkan bahwa pentingnya mengenal potensi wilayah Kabupaten Malang. Kabupaten Malang merupakan kabupaten terluas keempat di Pulau Jawa, dan nomor dua di Provinsi Jawa Timur.

Menurut dr. Sapto, rasanya tidak mungkin kalau Kabupaten Malang hanya memiliki rumah sakit rujukan jantung di Kepanjen saja mengingat luas dan karakteristik geografis yang ada di Kabupaten Malang.

Peserta luring Seminar Kesehatan di RSUD Kanjuruhan

Oleh karena itu, konsep pelayanan harus terintegrasi antara preventif, kuratif dan rehabilitatif. Di Kabupaten Malang ini, sebenarnya penanganan preventif sudah berjalan. Melalui aplikasi SMARThealth, kader sesungguhnya sudah terlibat dalam secondary prevention post-ACS and beyond terutama menyangkut lifestyle recommendations seperti stop smoking, weight reduction, increased physical activity, stress management, depression counselling, dan healthy diet.

Hanya perlu disinergikan dalam kuratif dan rehabilitatif melalui pengembangan aplikasi. “Aplikasi SMARThealth yang digunakan oleh kader selama ini harus menyambung ke usaha rehabilitatif juga”, kata dr. Sapto.

Usai paparan narasumber kedua, dilanjutkan dengan diskusi atau sesi tanya jawab baik dengan peserta luring maupun daring. Peserta luring adalah peserta yang menghadiri seminar secara tatap muka di Gedung jatung Lantai 4 RSUD Kanjuruhan yang terletak di Jalan Panji No. 100 Dusun Krajan, Desa Panggungrejo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Sementara, peserta daring adalah tenaga kesehatan yang ada di seluruh puskesmas di Kabupaten Malang yang tidak hadir karena memang ada pembatasan kapasitas ruangan di Gedung Jantung tersebut terkait protokol kesehatan.

Sambutan Plt. Direktur RSUD Kanjuruhan mengakhiri Seminar Kesehatan

Selesai sesi tanya jawab, dilanjutkan dengan penyerahan vandel narasumber kepada dr. Fahmy dan dr. Sapto selaku narasumber. Penyerahan vandel ini diberikan oleh Plt. Direktur RSUD Kanjuruhan, drg. Mahendrajaya, M.M., Sp.KG, yang didampingi oleh Wadir Pelayanan dr. RA Ratih Maharani, MMRS dan Wadir Administrasi dan Keuangan dr. Benidiktus Setyo Untoro serta diteruskan dengan foto bersama.

Pukul 11.11 WIB acara kemudian diisi dengan sambutan dari Plt. Direktur RSUD Kanjuruhan yang didampingi oleh kedua Wadir tersebut. Dalam sambutan itu, Plt. Direktur RSUD Kanjuruhan mengatakan bahwa RSUDU Kanjuruhan merupakan rumah sakti terbesar dan terlengkap di Kabupaten Malang.  Kata Bupati, RSUD ini juga akan punya layanan jantung terpadu.

Secara bertahap, RSUD Kanjuruhan akan melengkapi sarana dan prasarana layanannya. Tujuannya agar memudahkan masyarakat, dan dokter di Puskesmas bisa merasa pede bila merujuk ke RSUD Kanjuruhan.

Oleh karena itu, perlu dikembangkan jejaring di antara RSUD Kanjuruhan dan Puskesmas yang ada di seluruh Kabupaten Malang. Jadikan RSUD Kanjuruhan menjadi rumah sakit pilihan masyarakat di Kabupaten Malang. “The best choice for public reference”, jelas Plt. Direktur RSUD Kanjuruhan. *** [111121]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo


Share:

Kamis, 26 Agustus 2021

Dirut RS Jantung Harapan Kita Kunjungi RSUD Kanjuruhan Malang

Di tengah perpanjangan penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dengan penyesuaian secara bertahap, Direktur Utama (Dirut) Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK) Jakarta Dr. dr. Iwan Dakota, Sp.JP(K), MARS, FACC, FESC melakukan kunjungan ke RSUD Kanjuruhan yang beralamatkan di Jalan Panji No. 100 Dusun Krajan, Desa Panggungrejo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, pada Kamis (26/08/2021).

Kunjungan ini merupakan tindak lanjut dari hasil kunjungan Bupati Malang Drs. H.M. Sanusi, M.M. beberapa bulan yang lalu ke RSJPDHK yang telah menghasilkan kesepakatan bahwa RSUD Kanjuruhan bakal dijadikan rumah sakit jejaring dari RSJPDHK dalam pelayanan kesehatan jantung di Kabupaten Malang dan sekitarnya.

Dirut RSJPDHK tinjau lahan untuk gedung khusus rujukan jantung RSUD Kanjuruhan Kepanjen, Malang

Tiba di RSUD Kanjuruhan sekitar pukul 09.00 WIB langsung diterima oleh Pelaksana Tugas (Plt) Direktur RSUD Kanjuruhan drg. Mahendrajaya yang didampingi Wakil Direktur Pelayanan dr. RA Ratih Maharani, MMRS, Wakil Direktur Administrasi dan Keuangan dr. Benidiktus Setyo, Kepala Kelompok Staf Medik (KSM) Jantung dr. Sapto Prihandono Noviantoro, Sp.JP, dan anggota KSM Jantung dr. Arief Budi Santoso, Sp.JP di Ruang Pertemuan Gedung Jantung Lantai 4.

Tampak hadir dalam pertemuan itu adalah Wakil Bupati Malang Drs. Didik Gatot Subroto, S.H., M.H., Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekretaris Daerah Drs. Irianto, M.Si., Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang drg. Arbani Mukti Wibowo, Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Kabupaten Malang drg. Anita Flora Br. Purba, Kepala Seksi PTM dan Keswa Dinkes Kabupaten Malang Paulus Gatot Kusharyanto, SKM, dua orang dari Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya (DPKPCK) Kabupaten Malang, lima orang dari rekanan RSUD Kanjuruhan serta seorang perwakilan dari Tim SMARThealth Universitas Brawijaya (UB) yang agak terlambat hadir menuju ke RSUD Kanjuruhan.

Kabid Yankes dan Kasi PTM Dinkes Kabupaten Malang turut mendampingi tinjau lahan

Dalam pertemuan itu, Plt Direktur RSUD Kanjuruhan menjelaskan upaya yang dilakukan untuk mewujudkan RSUD Kanjuruhan sebagai rumah sakit rujukan jantung di Kabupaten Malang dan sekitarnya, yaitu telah memiliki tiga orang dokter spesialis jantung, penyediaan sarana dan prasarana pendukung rumah sakit rujukan jantung, Pemkab telah menyediakan lahan tiga hektar di belakang RSUD Kanjuruhan dengan rincian dua hektar siap pakai dan satu hektar sedang dalam pembebasan.

Sedangkan, Dirut RSJPDHK pada kesempatan itu memaparkan maksud dan tujuan kunjungannya ke RSUD Kanjuruhan untuk melihat komitmen kesiapan RSUD Kanjuruhan sebagai tindak lanjut kesepakatan untuk menjadikan RSUD Kanjuruhan sebagai jejaring dari RSJPDHK dalam pelayanan kesehatan jantung di Kabupaten Malang dan sekitarnya.

Plt Direktur RSUD Kanjuruhan, Wabup Malang dan Dirut SSJPDHK tinjau Ruang Soekarno Hatta

Usai memberikan penjelasan, Dirut RSJPDHK kemudian diajak menuju ke Ruang Direktur RSUD Kanjuruhan yang berada di Lantai 2 dekat lobby pintu tengah. Di ruangan itu diadakan dialog khusus pejabat terkait tentang kesiapan RSUD Kanjuruhan dalam mewujudkan sebagai pusat layanan jantung di Kabupaten Malang.

Pemerintah Kabupaten Malang (Pemkab) Malang akan membangun gedung khusus yang akan digunakan sebagai pelayanan kesehatan jantung one stop service, sedangkan untuk Sumber Daya Manusia (SDM) dan sarana prasarana (sarpras) dalam pelayanannya secara bertahap akan dipenuhi dari RSJPDHK sebagai pengampu.

Dialog di Ruang Direktur RSUD Kanjuruhan

Pada dialog itu, Kepala Bidang (Kabid) Pelayanan Kesehatan (Yankes) Dinkes Kabupaten Malang berkesempatan memaparkan perihal inovasi layanan kesehatan untuk menangani penyakit kardiovaskular dengan program SMARThealth di mana kader kesehatan besutan SMARThealth akan dilatih untuk menangani pasien yang akan dirujuk dan melakukan follow up setelah pasien itu pulang dari rumah sakit. 

Jadi menurut Kabid Yankes drg. Anita Flora, Dinkes Kabupaten Malang sesungguhnya telah menginisiasi alur penanganan masalah penyakit jantung mulai dari hulu hingga hilir dan sekarang sedang on process. Inovasi SMARThealth sebagai tindakan di hulu untuk melakukan deteksi dini faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah lainnya.

Dirut RSJPDHK berpamitan

Setelah berdialog, mereka kemudian meninjau lahan yang telah disiapkan Bupati Malang untuk pembangunan gedung khusus layanan jantung yang letaknya berada di belakang RSUD Kanjuruhan. Di lahan itu, Dirut RSJPDHK mendapat penjelasan dari Wabup Didik Gatot mengenai pengadaan lahan tersebut. Dari peninjauan lahan, rombongan kemudian menuju Ruang Soekarno Hatta untuk melihat fasilitas VVIP yang dimiliki oleh RSUD Kanjuruhan. Dirut RSJPDHK mengaku kagum akan fasilitas VVIP tersebut.

Setelah beberapa saat berkeliling di Ruang Soekarno Hatta, rombongan kembali menuju ke Ruang Direktur untuk melakukan dialog usai tinjau lahan dan Ruang Soekarno Hatta.

Dalam dialog ini, Dirut RSJPDHK menyatakan apresiatif terhadap usaha yang telah dilakukan oleh Pemkab Malang dan RSUD Kanjuruhan untuk mengembangkan pusat layanan rujukan jantung di Kabupaten Malang dan sekitarnya. Harapannya, RSUD Kanjuruhan akan mampu menjadi rumah sakit rujukan jantung yang kedepannya bisa sama standarnya dengan RSJPDHK Jakarta. *** [260821]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo


Share:

Selasa, 08 Juni 2021

Tim SMARThealth UB Jalani Vaksinasi Yang Kedua di RSUD Kanjuruhan Kepanjen

Kendati sempat mundur 5 hari dari jadwal vaksinasi yang kedua, personil Tim SMARThealth Universitas Brawijaya (UB) akhirnya menjalani vaksinasi yang kedua di RSUD Kanjuruhan Kepanjen, pada Selasa (08/06/2021).

Datang ke rumah sakit pada pukul 09.05 WIB terus menuju ke lantai 4 RSUD Kanjuruhan, tempat penyelenggaraan vaksinasi COVID-19 dari rujukan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang. Tanpa mengantri lama, personil Tim SMARThealth langsung dipanggil di meja 1 untuk diukur tekanan darahnya.

Vaksinasi Kedua Personil Tim SMARThealth UB

Setelah itu, lanjut ke meja 2 untuk menerima skrining. Dalam skrining itu muncul sejumlah pertanyaan terkait kondisi kesehatannya, khususnya yang berhubungan dengan penyakit tidak menular (PTM) maupun alergi serta keluhan-keluhan lainnya.

Dari meja 2, personil Tim SMARThealth dipersilakan menuju ke meja 3. Meja 3 ini merupakan meja untuk melayani suntik vaksin Sinovac. Kebetulan di meja 3 ini, harus mengantri sesaat. Tidak lebih dari 10 menit, sudah mendapat giliran untuk disuntik vaksin.

Proses suntik vaksinnya cukup cepat dan tidak sakit seperti yang dibayangkan orang-orang. Membayangkan memang terkadang jauh dari kenyataan. Hal ini selaras dengan apa yang pernah dikatakan oleh filsuf Romawi Lucius Annaneus Seneca (ca. 4 SM – 65 M): “Kita lebih menderita dalam imajinasi daripada dalam kenyataan.”

Selepas suntik vaksin, personil Tim SMARThealth UB menyerahkan kartu pendaftarannya tadi ke meja 4 dan selanjutkan dipersilakan untuk duduk di kursi yang telah disediakan guna menjalani observasi terhadap kemungkinan efek yang ditimbulkan setelah menjalani suntik vaksin tadi.

Mulai duduk di kursi tersebut, personil Tim SMARThealth mencoba melihat jam yang ada di handphone Redmi Note 8 Pro. Tertera pukul 09.16 WIB saat mulai duduk di kursi observasi, dan mendapat panggilan dari petugas di meja 4 pada pukul 09.57 WIB.

Di meja 4 itu, personil Tim SMARThealth UB ditanya perihal keluhan yang dirasakan selama menjalani observasi tadi. Alhamdulillah, tidak merasakan keluhan kecuali sedikit mengantuk.

Setelah itu, personil Tim SMARThealth UB mendapatkan Kartu Vaksinasi COVID-19 sebagai bukti telah melakukan vaksinasi. Warna print out Kartu Vaksinasi COVID-19 dan kata-kata yang tertera di dalamnya menunjukkan kesamaan dengan Kartu Vaksinasi COVID-19 yang pertama pada tanggal 5 Mei 2021. Yang membedakan adalah nomor tiketnya saja.

Dengan keluarnya Kartu Vaksinasi COVID-19 itu, rangkaian vaksinasi di RSUD Kanjuruhan berakhir, dan kemudian personil Tim SMARThealth UB dipersilakan oleh petugas untuk keluar melalui pintu sebelah timur dari gedung lantai 4 tersebut. *** [080621]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo


Share:

Kamis, 06 Mei 2021

Dinkes Fasilitasi Vaksinasi Tim SMARThealth UB

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang melalui Seksi PTM memfasilitasi Tim SMARThealth Universitas Brawijaya (UB) untuk ikut vaksinasi COVID-19 di lantai 4 RSUD Kanjuruhan yang beralamatkan di Jalan Panji No. 100 Dusun Krajan, Desa Panggungrejo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, pada Kamis (06/05/2021).

Ikut vaksinasi ini sebenarnya belum terjadwalkan. Hanya saja pada saat Tim SMARThealth UB menghampiri staf PTM yang akan menghadiri giat Posbindu SMARThealth di Desa Dadapan maka jadwal vaksinasi terwujud pagi ini juga.


Vaksinasi COVID-19 di lantai 4 RSUD Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang

Pasalnya, ketika persiapan mau berangkat ke Desa Dadapan, Tim SMARThealth UB ditanya oleh Koordinator PTM Dinkes Nur Ani Sahara, S.Kep.Ns. perihal vaksinasi COVID-19. Karena belum tervaksinasi, kemudian Nur Ani Sahara menghubungi staf Dinkes yang mengurusi vaksinasi. Alhasil, hari ini juga sebelum berangkat ke Desa Dadapan disuruh ikut vaksinasi terlebih dahulu yang diadakan di RSUD Kanjuruhan.

Kita berangkat bertiga dalam satu mobil. Dua orang dari staf PTM Candra Hernawan, S.Kom., dan Bastamil Anwar Aziz, S.Kep.Ns., serta seorang Tim SMARThealth UB. Dalam perjalanannya ke Desa Dadapan, kita singgah dulu ke RSUD Kanjuruhan. Staf PTM mengantar Tim SMARThealth UB untuk ikut vaksinasi COVID-19.

Di lantai 4 RSUD Kanjuruhan tempat penyelenggaraan vaksinasi COVID-19 khusus ASN maupun rujukan itu, Tim SMARThealth UB menghadap ke petugas yang duduk di meja sebelum pintu masuk Ruang Pelaksanaan Vaksinasi RSUD Kabupaten Kanjuruhan. Di situ, Tim SMARThealth UB disuruh mengisi nama lengkap, nomor KTP, dan asal instansi. Kemudian diukur tekanan darahnya terlebih dahulu sebelum memasuki ruangan tersebut.

Setelah itu, Tim SMARThealth UB dibimbing oleh petugas tadi untuk menuju ke meja pendaftaran. Di meja itu, hasil mengisi biodata data singkat tadi akan diinput di meja pendaftaran dan di lembaran secarik kertas tadi dibubuhkan paraf dari petugas pendaftaran.

Lalu Tim SMARThealth UB diarahkan ke meja berikutnya, yaitu meja skrining, Di meja itu, Tim SMARThealth UB mendapat sejumlah pertanyaan terkait riwayat kesehatan, terutama perihal penyakit pernafasan semisal asma maupun paru-paru.

Lolos dari skrining, Tim SMARThealth UB diperbolehkan lanjut ke vaksinasi di meja berikutnya. Di meja itu, Tim SMARThealth UB mendapat suntikan vaksinasi COVID-19 dengan diawali ucapan “Bismillahirrahmanirrahim” oleh petugas kesehatan yang siap menyuntikan vaksin tersebut. Kebetulan petugas kesehatannya memiliki jam terbang yang cukup sehingga suntikannya tidak begitu terasa sakit.

Sehabis disuntik, Tim SMARThealth UB disuruh menuju ke meja 4 atau meja terakhir. Di situ, Tim SMARThealth UB menyerahkan secarik kertas yang telah mendapat 3 paraf dari 3 meja sebelumnya, dan dipersilakan untuk duduk guna dipantau apakah ada gejala pasca dilakukan vaksinasi tersebut. Lamanya kurang lebih 30 menit. Setelah itu, Tim SMARThealth UB dipanggil oleh petugas di meja 4 untuk ditanyai keluhan apa saja yang telah dirasakan, dan mendapatkan wejangan untuk persiapan ikut vaksinasi yang kedua yang akan dijadwalkan pada 3 Juni 2021.

Selama penantian itu, Tim SMARThealth UB dihimbau tidak boleh capek-capek dulu, tidur secukupnya, dan jangan minum es dulu. Setelah mendapat wejangan, Tim SMARThealth UB mendapatkan print out Kartu Vaksinasi COVID-19, dan kemudian mendapat Short Message Service (SMS) dari nomor 1199 mengenai Tiket Vaksin yang kedua dan sertifikat vaksinasi ke-1 yang diunduh dari link yang diberitahukan lewat SMS tadi.

Selesai rangkaian vaksinasi COVID-19 yang berdurasi sekitar 50 menit itu, kami bertiga melanjutkan langkah untuk menghadiri giat Posbindu SMARThealth yang digelar untuk keempat kalinya di Desa Dadapan.

Lega sudah bagi Tim SMARThealth UB yang kerap mendapat tugas blusukan telah mendapat fasilitas vaksinasi COVID-19 dari Dinkes Kabupaten Malang. Momen ini sangatlah klop dengan suasana puasa di bulan suci Ramadhan ini. “Karena iman maulah kita diimun. Dari imun akan mempermudah iman, karena badan yang sehat, ibadah tidak terhambat.” *** [060521]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo


Share:

Kamis, 25 Maret 2021

Tiga Instansi Kolaborasi dalam Program Pengendalian Kasus Jantung di Kabupaten Malang

Bertempat di Gedung Pertemuan Jantung Lantai 4 RSUD Kanjuruhan yang terletak di Jalan Panji No. 100 Kepanjen, tiga instansi melaksanakan rapat koordinasi (rakor) terkait Program Pengendalian Kasus Jantung di Kabupaten Malang pada Kamis (25/03/2021).

Rakor ini merupakan kelanjutan dari pertemuan di Rumah Makan 52 Malang beberapa waktu yang lalu. Berangkat dari hasil pembicaraan sebelumnya, dalam rakor ini akan membahas rencana kegiatan di tahun 2021 ini.

Tampak hadir dalam rakor tersebut adalah 12 orang dari RSUD Kanjuruhan, 3 orang dari Dinas Kesehatan (Dinkes), 4 orang dari Yayasan Jantung Indonesia (YJI) Malang Raya, dan 1 orang dari Tim SMARThealth Universitas Brawijaya (UB).


Rakor Program Pengendalian Jantung di Kabupaten Malang

Acara rakor ini dimulai pada pukul 12.54 WIB. Mengawali acara, Plt Direktur RSUD Kanjuruhan drg. Arbani Mukti Wibowo memberikan sambutan kepada hadirin yang berasal dari RSUD Kanjuruhan, Dinkes Kabupaten Malang, dan YJI Malang Raya.

Dalam sambutannya, Arbani yang juga menjabat sebagai Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang mengatakan permasalahan penyakit jantung di Kabupaten Malang kian waktu semakin meningkat. Oleh karena itu, pada kesempatan ini akan dilakukan kolaborasi yang baik dalam penanganan masalah jantung.

Dari data yang ada di Puskesmas maupun Rumah Sakit, Dinkes sudah bisa memikirkan masalah penanganan penyakit jantung. Bupati Malang Drs. H.M. Sanusi, MM sangat concern dalam hal ini, dan di Dinkes pun telah ada program SMARThealth.

Kadinkes mengucapkan terima kasih kepada Sujarwoto, S.IP, M.Si, MPA, Ph.D, peneliti dari Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya (FIA UB) yang telah mengawali penelitian masalah deteksi dini faktor risiko penyakit kardiovaskular di Kabupaten Malang, dan hasilnya memang dapat mengurangi faktor risiko tersebut.


Sambutan dari Plt Direktur RSUD Kanjuruhan drg. Arbani Mukti Wibowo

“Jika mengandalkan faskes saja jelas tidak mungkin bisa menangani penyakit jantung. Maka kita melatih kader kesehatan”, jelas Arbani Mukti Wibowo kepada peserta rakor dari tiga institusi tersebut.

Kolaborasi dalam penanganan masalah ini diperlukan dalam penanganan kasus jantung. Selain deteksi dini yang dijalankan dalam program SMARThealth, juga diperlukan langkah penanganan lebih lanjut. Oleh karena itu, perlu dijabarkan apa peran Dinkes, Rumah Sakit, YJI, dan kader.

Misalnya peran Rumah Sakit terhadap kader dan faskes primer, dr. Sapto bisa sharing knowledge kepada faskes dan kader. Dr. Sapto Prihandono N., Sp. JP adalah Kepala KSM Jantung RSUD Kanjurahan Kepanjen. Kemudian Dinkes berperan sebagai regulator dan promotor.

Selesai memberikan sambutan dan arahan, drg. Arbani Mukti Wibowo meninggalkan gedung pertemuan karena ada tugas yang harus diselesaikan dalam kapasitasnya sebagai Kadinkes.


Plh Kabid P2P Dinkes Kabupaten Malang memandu diskusi dalam Rakor Jantung

Acara berikutnya kemudian diisi oleh Plh Kepala Bidang P2P Tri Awignami Astoeti, SKM, M.M.Kes. Pada kesempatan ini, Awig mengatakan bahwa telah ada beberapa kesepakatan yang akan dilakukan oleh tiga instansi dalam pengendalian jantung sebagai kelanjutan dari pertemuan di Rumah Makan 51 Malang.

Dinkes akan melakukan pembinaan terhadap Rumah Sakit dan Puskesmas berkenaan dengan penanganan dan pengendalian masalah jantung yang ada, termasuk di dalamnya meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan dengan pelatihan.

Awig berharap dalam rakor ini bisa membuat schedule dalam rencana ke depan termasuk membuat Standar Operasional Prosedur (SOP) secara berjenjang dalam upaya untuk penanganan penyakit jantung.

Paparan dari Dinkes ini kemudian ditambahi oleh Kepala Seksi (Kasi) PTM dan Kesehatan Jiwa (Keswa) Paulus Gatot Kusharyanto, SKM. Ia memperkenalkan program SMARThealth kepada para peserta rakor.

SMARThealth adalah program deteksi dini faktor risiko penyakit kardiovaskular yang dilakukan oleh kader kesehatan terlatih dengan bantuan aplikasi eKader.


Ruang Pertemuan Gedung Jantung Lt 4 RSUD Kanjuruhan Kepanjen

Tahun ini, Dinkes akan melatih kader SMARThealth lagi di 85 desa melalui uang Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Puskesmas. Setiap desanya terdapat lima orang kader yang akan dilatih program SMARThealth. Selain itu, Dinkes juga sudah memperjuangkan sebuah Peraturan Bupati (Perbup) yang memayungi hukum program SMARThealth.

Paulus juga mengatakan bahwa pada saat pertemuan di Rumah Makan 51, Wakil Ketua YJI Malang Raya Prof. Dr. dr. Djanggan Sargowo, Sp. PD., Sp. JP (K), FIHA, FACC bersedia memberikan pelatihan kepada kader maupun tenaga kesehatan. Begitu pula halnya dengan Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan (Yankesjuk) juga bersedia melakukan pelatihan kader SMARThealth dalam penanganan tindakan darurat penanganan pasien jantung.

Usai paparan dari Dinkes, giliran dilanjukan pemaparan oleh Sekretaris YJI Malang Raya Mudjiono Adi. Sebelum memulai paparan, Mudjiono meminta maaf karena Prof. Janggan tidak bisa hadir mengingat kesibukannya di Rumah Sakit Universitas Brawijaya (RSUB). Kemudian ia mengenalkan tiga orang dari YJI Malang Raya yang menyertainya.

Dalam pemaparan singkatnya, Mudjiono mengatakan bahwa program-program yang ada di Kabupaten Malang sebenarnya sudah masuk ke dalam tujuan YJI, yaitu promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Menurut Mudjiono, YJI mempunyai 2.500 anggota Klub Jantung Sehat yang ada di Kabupaten Malang. Selain itu, kader-kader YJI sudah terbiasa melakukan deteksi risiko penyakit jantung. Setiap ada acara senam Jantung Sehat, senantiasa disertai pemeriksaan tekanan darah dan gula darah kepada para anggotanya. Jadi, secara teoritis kader YJI juga sudah terlatih melakukan skrining PTM beserta edukasinya.

Itu contoh pada tataran promotif. Sementara pada kuratif, semenjak tahun 2014 sampai hari ini, YJI telah memfasilitasi pasien dari kalangan masyarakat tidak mampu (gakin) untuk melakukan operasi kepada penderta penyakit jantung bawaan di RS Harapan Kita Jakarta. Di Kabupaten Malang ini ada 48 orang yang telah difasilitasi pembiayaan oleh YJI Malang Raya.

Sebelum ada BPJS, YJI menanggung semua biaya tapi sekarang hanya menanggung uang transport, pemondokan, makan, dan sebagainya. YJI juga melakukan kerja sama dengan Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) di Kota Malang, dan RSUD Kanjuruhan di Kepanjen.

Mengakhiri paparan, Mudjiono mengatakan siap membantu Bupati Malang dalam melakukan pengendalian penyakit jantung di Kabupaten Malang.

Pukul 13.31 WIB, acara diteruskan dengan pemaparan dari Wakil Direktur Pelayanan RSUD Kanjuruhan dr. Kararawi Listuhayu, M.Kes, Sp. An. Dalam paparannya, Kararawi mengatakan bahwa RSUD Kanjuruhan senantiasa siap menangani pasien jantung yang masuk ke sini.

Menurut Kararawi, gedung yang dijadikan tempat pertemuan ini sebenarnya merupakan Gedung Jantung yang terdiri dari 4 lantai. Pembangunannya terwujud dari cukai rokok. Jadi, RSUD Kanjuruhan sesungguhnya telah menyiapkan untuk layanan jantung.

Dinkes dan Bupati Malang telah mengusulkan RSUD Kanjuruhan sebagai jejaring RS Harapan Kita untuk menjadi rumah sakit rujukan jantung yang ke-256. Oleh karena itu, pada kesempatan ini Kararawi meminta Dinkes agar memaparkan program-programnya dalam penanganan masalah jantung. Hal ini agar supaya nanti RSUD Kanjuruhan dan YJI Malang Raya bisa memberikan dukungan di program mana saja.

Setelah ketiga instansi memaparkan programnya, Plh Kabid P2P memandu diskusi dalam rakor untuk membicarakan Program Pengendalian Kasus Jantung di Kabupaten Malang Tahun 2021, seperti rencana kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif beserta penanggungjawab kegiatan, sasaran dan timeline table. Ketiga instansi berembuk dalam agenda tersebut termasuk dukungan terhadap pelatihan kader SMARThealth terhadap kegawatdarutan pasien di daerah yang jauh dari jangkauan layanan jantung.

Pada diskusi itu, dr. Sapto menghendaki mulai dari tingkat bawah sudah berkolaborasi. Contohnya dalam pelatihan kader SMARThealth dan YJI dibarengkan saja. Selain itu, Sapto juga berharap kegiatan promotif dan preventif harus seiring sejalan. Kader bisa dilibatkan dalam tahapan rehabilitatif, yaitu dengan melakukan follow up terhadap penderita jantung yang telah keluar/pulang dari rumah sakit.

Sementara itu, Kasi Yankesjuk dr. Helma Evi Yenni meminta perlu adanya sharing knowledge dari dokter spesialis jantung kepada dokter yang ada di Puskesmas, dan memberdayakan jejaring jantung yang telah ada dengan melakukan refreshing pelatihan lagi. YJI yang memiliki sumber daya manusia dalam perjantungan perlu terlibat di sini.

Selain itu, dr. Helma juga berharap kader SMARThealth mendapatkan pelatihan dalam penanganan kegawatdaruratan penyakit jantung.

Tepat pukul 14.30 WIB, acara rakor berakhir dan ditutup langsung oleh Plh Kabid P2P Dinkes Kabupaten Malang. *** [250321]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo


Share:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Risk Checker

Risk Checker

Indeks Massa Tubuh

Supplied by BMI Calculator Canada

Statistik Blog

Sahabat eKader

Label

Arsip Blog