Tampilkan postingan dengan label Amstirdam Coffee Kepanjen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Amstirdam Coffee Kepanjen. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 13 Juli 2024

Dari Café, Jadi Paham CEI

“Dan gagasan untuk berjalan-jalan ke kafe dengan buku catatan dan menulis dan melihat ke mana hal itu membawa saya untuk sementara adalah suatu kebahagiaan.” – J.K. Rowling


Café adalah tempat bersantai dan berbincang-bincang sambil menikmati minuman dan makanan ringan dalam suasana rileks dan nyaman yang diiringi alunan musik. Café berbeda dari restoran karena lebih menitikberatkan pada kenyamanan pengunjung daripada menu makanan utama. Sejarah kafe berasal dari tradisi berkumpul untuk minum kopi di Perancis, yang istilahnya berasal dari bahasa Turki kahwe, yang berarti kopi.

Seiring perkembangan zaman, café terus berkembang menjadi lembaga sosial yang penting di berbagai belahan dunia. Fenomena café mempunyai banyak segi, mempengaruhi dinamika sosial, tren ekonomi, dan ekspresi budaya. Sebagai ruang untuk koneksi, kreativitas, dan komunitas, keduanya terus berkembang dan berdampak pada kehidupan kita sehari-hari. Sehingga, café lebih dari sekedar tempat untuk menikmati minuman, ia juga menjadi tempat penting untuk koneksi dan percakapan.

Sharing kegiatan penelitian kualitatif CEI bersama Koordinator Penelitian di Bidang CEI

Banyak orang menggunakan café untuk pertemuan atau diskusi informal, memberikan suasana santai dibandingkan kantor pada umumnya atau kampus. Suasananya sering kali mendorong kreativitas dan bertukar pikiran, menjadikannya tempat populer bagi penulis, seniman, dan pemikir, termasuk enam orang dari Tim Penelitian NIHR ini.

Enam orang dari pelbagai peran dalam penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) bertemu di Amstirdam Coffee Kepanjen yang beralamatkan di Jalan Ahmad Yani No. 4 Ruko Business B8-B9, Kelurahan Ardirejo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, pada Jumat (12/07).

Keenam orang itu adalah Serius Miliyani Dwi Putri, SKM, M.Ked.Trop (manajer program); Meutia Fildzah Sharfina, SKM, MPH (asisten peneliti); Hilda Irawati, S.Stat (administrasi); Supyandi (enumerator); dan saya (fasilitator NIHR).

Mereka berkumpul di Amstirdam Coffee Kepanjen, dalam rangka ikut kegiatan sharing pengetahuan penelitian kualitatif CEI (Community engagement and involvement) yang disampaikan oleh Koordinator Penelitian dalam Bidang CEI, Haryani Saptaningtyas, S.P., M.Sc., Ph.D.

Suasana diskusi di cafe (Diambil dari sisi selatan)

Kebetulan ia sedang bertugas di Kabupaten Malang untuk memimpin implementasi circle conversation di Desa Krebet Senggrong dan Desa Bakalan, yang kedua desa tersebut berada di wilayah administratif Kecamatan Bululawang.

Di sela-sela kesibukannya, Haryani masih berkesempatan untuk memberikan pengalaman dan keilmuannya kepada enam orang anggota Tim Penelitian NIHR berkenaan dengan CEI. Menurut Haryani, CEI merupakan instrumen penting dalam penelitian NIHR ini. Dengan NIHR, peneliti dapat melihat bagaimana CEI dapat membangun hubungan dengan masyarakat dan memasukkan pandangan mereka yang paling terkena dampak.

Lebih lanjut, Haryani menerangkan bahwa CEI dapat membangun hubungan. Berinteraksi dengan masyarakat membantu untuk lebih memahami budaya, norma masyarakat, dan persepsi mereka tentang kesehatan dan penelitian ini.

Haryani yang juga seorang Direktur Yayasan Percik Salatiga (YPS), staf pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS) serta penulis buku “This is our belief around here”: Purification in Islamic Thought and Pollution of Citarum River in West Java (LIT Verlag Münster, 2021) itu juga menjelaskan background CEI dalam penelitian NIHR, principles and enables of the WHO Framework, CEI ethic, impact of CEI, implementation hingga evaluation.

Suasana diskusi di cafe (Diambil dari sisi utara)

Meski sharing ilmu ini masih dalam tingkat dasar (basic), namun dari penguasaan keilmuannya, Haryani yang juga mumpuni dalam critical discourse analysis ini mampu meletakkan filosofis dari CEI kepada enam orang anggota Tim Penelitian NIHR dengan gamblangnya.

“CEI,” kata Haryani, “Dapat mendorong perubahan paradigma, dengan meletakkan paradigma beragam ke dalam satu wadah.”

Sehingga, CEI berperan penting dalam mengembangkan kolaborasi. Pengertian sederhananya kolaborasi, menurut Haryani, adalah terlibat dan paham!

Fasilitator NIHR yang diikutkan dalam sharing keilmuan bersama Koordinator Penelitian di Bidang CEI ini merasa senang sekali. Sebuah kesempatan langka yang diterima selama ini, benar-benar dicatat oleh fasilitator NIHR karena dapat memberikan wawasan keilmuan.

Diajak ke café, ditraktir, dan diajak berdiskusi keilmuan benar-benar: dari café, jadi paham CEI. Amstirdam Coffee Kepanjen memainkan peran penting dalam mendorong partisipasi dan keterlibatan enam orang anggota Tim Penelitian NIHR dengan menciptakan ruang yang nyaman untuk terhubung, berdikusi, dan berkolaborasi! *** [130724]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Jumat, 01 Desember 2023

Dari Amstirdam Coffee Kepanjen, Kader SMARThealth Desa Ngadilangkung Menggapai Bakti Negeri

Bagi siapa pun yang menghargai nilai kualitas, keberlanjutan, dan kepedulian, kedai kopi spesial adalah tempat yang tepat untuk bersosialisasi, menjelajahi cita rasa baru, dan menikmati suasana unik. - Anette Moldvaer, Coffee Obsession

Kader SMARThealth Desa Ngadilangkung bersama perawat dan bidan berkumpul

Bermula dari pesan WhatsApp (WA) dari bidan Desa Ngadilangkung Yudha Purwaningdyah Sarihandini, A.Md.Keb pada pukul 11.02 WIB, anggota Tim SMARThealth Universitas Brawijaya (UB) yang tinggalnya bersebelahan dengan Desa Ngadilangkung, pun meresponnya usai pulang dari Jumatan.

Pesan WA itu membahas masalah kendala yang dihadapi oleh lima kader yang sedang mencoba melakukan input data setelah mengikuti Sosialisasi dan Pelatihan Aplikasi eKader SMARThealth pada Puskesmas Kepanjen Gelombang I enam hari yang lalu di Rayz UMM Hotel.

Dalam input data itu, lima kader SMARThealth Ngadilangkung, yakni Indriani Kusnia Lidiawati, Luthfiatul Fiddiyah, Mahmudah Diana, Tri Yekti Indah Rachmawati, dan Utami Selistianingsih, bersama perawat Desa Ngadilangkung Diana Safitri, A.Md.Kep, tidak bisa mengirim data. Setiap menekan tombol Kirimkan, selalu tidak berhasil.

Mula-mula Tim SMARThealth UB memandu lewat WA dari Sekretariat SMARThealth yang ada di Desa Dilem, tetangga Desa Ngadilangkung. Namun sampai tiga kali tidak berhasil. Notifikasi masih mewartakan bahwa beberapa bidang belum terisi.

Kemudian pada pukul 12.39 WIB, Tim SMARThealth UB mendapat telepon dari bidan Yudha yang mengabari masih belum berhasil terkirim. Akhirnya, Tim SMARThealth UB meluncur ke lokasi di mana kader SMARThealth Desa Ngadilangkung dan tenaga kesehatannya sedang berkumpul.

Ternyata kader SMARThealth dan perawat maupun bidan Desa Ngadilangkung sedang berkumpul di Amstirdam Coffee Kepanjen, sebuah café yang berada di Jalan Ahmad Yani No. 4 Ruko Ruko Business Centre B8- B9, Kelurahan Ardirejo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang.

Nama Amstirdam yang disematkan pada café yang bermotto: “Coffee is always good idea” (Kopi selalu merupakan ide bagus) itu seolah-olah mengingatkan kita pada kota Amsterdam, ibu kota Negeri Belanda.

Namun, sesungguhnya nama Amstirdam itu terinspirasi dari nama gabungan kelompok tani di Malang Selatan yang menyebut diri mereka sebagai petani kopi Amstirdam (Ampelgading, Sumbermanjing Wetan, Tirtoyudo, dan Dampit) yang merupakan empat kecamatan penghasil kopi di Kabupaten Malang yang sudah terkenal sejak zaman Hindia Belanda.

Sambil dipesankan kopi robusta bercitarasa khas andalan Amstirdam Coffee Kepanjen, Tim SMARThealth UB langsung mengecek permasalahan yang dihadapi oleh kader SMARThealth tersebut. Setelah dirunut dari awal, ternyata jika pulse dalam pengukuran tekanan darah tidak terisi atau diisi nol, data tidak bisa terkirim.

Usai bisa diatasi permasalahannya, Tim SMARThealth UB berdiskusi dengan mereka untuk menyemangati kegiatan yang akan dilaksanakan dalam melakukan skrining faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) di Desa Ngadilakung yang tinggal 30 hari lagi di tahun 2023 ini.

Semua anggota masyarakat bisa berperan dalam melakukan bakti negeri. Bakti kita untuk Indonesia dapat diberikan dalam berbagai bentuk. Bisa melalui ilmu pengetahuan, bergotong royong membantu sesama, membuat sebuah karya, dan bersemangat dalam mencari ilmu.

Kader SMARThealth Desa Ngadilangkung sebagai relawan yang telah diberdayakan akan menggapai bakti negeri dengan membantu tenaga kesehatan di desa dalam menjaga kesehatan masyarakat yang ada di kanan kirinya, dengan melakukan skrining faktor risiko PTM dan memberikan edukasi sesuai yang dipandu rekomedasi dalam aplikasi eKader.

Suasana berkumpul dengan kader SMARThealth dan perawat maupun bidan Desa Ngadilangkung yang juga akan segera berkegiatan itu, mengingatkan kepada ujaran (quote) dari seorang juara mencicipi kopi tingkat dunia, international coffee judge, dan penulis “Coffee Obsession” yang bernama Anette Moldvaer dari Norwegia yang sekarang bermukim di London, Inggris.

Dalam Coffee Obsession (2014: 8), Anette Moldvaer berujar “For anyone who appreciates the value of quality, sustainability, and care, a specialty coffee house is the perfect place to socialize, explore new flavors, and soak up a unique atmosphere” (Bagi siapa pun yang menghargai nilai kualitas, keberlanjutan, dan kepedulian, kedai kopi spesial adalah tempat yang tepat untuk bersosialisasi, menjelajahi cita rasa baru, dan menikmati suasana unik). *** [011223]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Risk Checker

Risk Checker

Indeks Massa Tubuh

Supplied by BMI Calculator Canada

Statistik Blog

Sahabat eKader

Label

Arsip Blog