Tampilkan postingan dengan label Theme 2: Air Pollution and Plastic Combustion. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Theme 2: Air Pollution and Plastic Combustion. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 14 September 2024

FGD Fase 1, Wawancara Karakteristik Masyarakat, dan Direct Observation di Desa Krebet dalam Penelitian NIHR

Kendati Desa Krebet merupakan enumeration area yang dikunjungi paling akhir dari 6 desa yang menjadi pilot project dalam penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC), namun antusias dan partisipasi aktif warga maupun perangkat desa tak kalah dari 5 desa sebelumnya.

Hal ini terlihat pada pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD), wawancara karakteristik masyarakat, dan observasi lapangan yang diadakan pada hari Sabtu (14/09) di Rumah Aspirasi milik Kepala Desa Krebet yang berada di Jalan Raya Krebet Timur No. 20 Dusun Krajan, Desa Krebet, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang.

Tim Penelitian NIHR yang terdiri dari 9 orang multidisiplin yang digawangi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) hari ini berkegiatan dalam FGD Fase 1 yang dipusatkan di rumah Kepala Desa Krebet.

Sambutan Kades Krebet dalam FGD Fase 1 NIHR atau Dampak Polusi Udara bagi Kesehatan Masyarakat

Acara dimulai pada pukul 09.32 WIB dengan didahului seremonial perkenalan Tim Penelitian NIHR kepada perangkat desa dan para partisipan yang hadir dalam kegiatan ini. Diawali dengan pembukaan oleh pembawa acara Supyandi, S.AP., dan dipandu doa.

Kemudian acara dilanjutkan dengan sambutan dari Kepala Desa (Kades) Krebet Drs. H. Nurkholis, M.Si. Dalam sambutannya, Kades Nurkholis mengatakan bahwa kehadiran FKUB di Desa Krebet sudah tepat. Karena di Kecamatan Bululawang ini banyak terdapat perusahaan, dan kebetulan Desa Krebet memiliki perusahaan terbanyak ketimbang desa lainnya yang masuk dalam wilayah administratif Kecamatan Bululawang.

“Ada 9 perusahaan di Desa Krebet yang mungkin berdampak sesuai dengan penelitian NIHR yang diadakan oleh FKUB. Nanti ada tindak lanjutnya dalam kesehatan. Hal ini diharapkan membawa Desa Krebet menjadi desa yang sehat,” jelas Kades Nurkholis.

FGD Anggota Komunitas

Usai sambutan Kades, acara diteruskan dengan sambutan dari Project Manager NIHR Serius Miliyani Dwi Putri, SKM, M.Ked. Trop. Pada kesempatan itu, Serius mengucapkan terima kasih atas sambutan hangat dari Kades Krebet, Ketua TP-PKK Hj. Luluk Khoirun Nisa’, perangkat desa, dan seluruh partisipan yang akan berpartisipasi dalam kegiatan ini.

Selesai sambutan dari Poject Manager NIHR, acara langsung disambung dengan pengaturan meja kursi untuk mengadakan FGD Fase 1 ini. Fasilitator NIHR yang mendampingi Kades, Project Manager NIHR, dan perawat Desa Krebet Eka Ilham Adi Waluyo, A.Md.Kep. duduk di depan, membantu partisipan yang bakal ikut FGD Fase 1 sesuai dengan list dari Sekretaris Desa Krebet Puguh Eka Saputra untuk tahu tempat duduknya dan moderator yang akan memandunya. Perlu diketahui, bahwa setiap moderator akan diikuti oleh 6 orang partisipan.

Pembagiannya, FGD Anggota Komunitas dimoderatori oleh Meutia Fildzah Sharfina, SKM, MPH. FGD Kader Kesehatan dipandu oleh Serius Miliyani. FGD Wakil Masyarakat Terdampak Polusi Udara (laki-laki) dimoderatori oleh fasilitator NIHR dengan notulis Hilda Irawati, S.Stat. FGD Wakil Masyarakat Terdampak Polusi (perempuan) dipandu oleh Dea Aginta Br Tarigan, S.AP. Sedangkan, FGD Tokoh Masyarakat Terdampak Polusi Udara Arief Budi Santoso, S.E. dengan notulis Elmi Kamilah, S.Sos.

FGD Kader Kesehatan

Lalu, untuk wawancara karakteristik masyarakat dilakukan oleh Supyandi, dan setelah selesai ia melanjutkan observasi langsung (direct observation) bersama Eko Teguh Purwito, S.Si., M.Si dan dipandu oleh Sekdes Puguh dan perangkat desa Amin.

Dalam pelaksanaan FGD diketahui bahwa di Desa Krebet umumnya telah ada inisiatif pengelolaan sampah, seperti yang diangkut oleh petugas dengan cara berlangganan. Iurannya bervariasi antara Rp 15ribu hingga 20ribu. Namun tidak dipungkiri juga masih ada warga yang membakar sampah, termasuk sampah plastik.

Biasanya mereka membakar sedikit-sedikit agar asapnya tidak kemana-mana. Warga yang memiliki lahan luas membakarnya di belakang rumah. Sampah plastik yang dibakar umumnya sampah plastik yang tidak punya nilai jual seperti kresek maupun sachet bumbu masakan maupun sampo. Sedangkan, yang botol air minum umumnya dijual ke pengepul.

FGD Wakil Masyarakat Terdampak Polusi Udara (laki-laki)

Ada peserta yang bercerita, dulu di Desa Krebet pernah ada bank sampah. Pada waktu itu, warga selalu menyalurkan sampah plastiknya ke bank sampah terus beberapa bulan sekali dapat uang penjualannya dan bisa untuk beli bumbu dapur.

Hanya setahun saja, bank sampah itu berjalan kemudian mati suri. Hal ini lantaran sudah tidak ada pengepul yang mengambil ke bank sampah lagi, sementara daya tampung bank sampah sangatlah terbatas.

Dari FGD tersebutnya, umumnya partisipan paham akan dampak yang ditimbulkan dari hasil pembakaran sampah terhadap kesehatan masyarakat, terutama sampah plastik. Seperti mereka akan batuk-batuk, sesak napas maupun mata perih.

FGD Tokoh Masyarakat Terdampak Polusi Udara

Untuk itu, bagi partisipan yang membakar sampah biasanya menyiasati dengan membakar di malam hari dengan pertimbangan angin sudah tidak begitu kencang, dan udara malah hari itu segar. Sementara yang lain, mengaku bahwa sampah plastik dibakar karena tidak ada yang mengambil lagi, terkadang bingung sendiri mau dibuang kemana karena plastik itu sulit terurai. Makanya langkah praktisnya dibakar.

Pada saat dipantik dengan pertanyaan solusi apa yang kira-kira bisa mengurangi sampah plastik di lingkungannya. Ada 6 jawaban yang ditulis dalam kertas plano yang dibagikan kepada peserta, yakni mengurangi bahan dari plastik dan diganti dengan yang bisa terurai dengan cepat, seperti daun misalnya; dibentuk bank sampah; dibentuk penampung sampah; ada pengepul; sosialisasi ke warga agar saat belanja tidak banyak sampahnya; dan pemerintah menciptakan mesin pengolah sampah menjadi pupuk. Kemudian ada lagi yang menambahkan bahwa sudah saatnya ada peraturan daerah (Perda) yang bikin jera perihal penggunaan plastik sekali pakai.

Dari kumpulan solusi itu, partisipan pun memiliki pendapat sendiri-sendiri dalam skala prioritas dari rangkuman solusi yang dituliskan tadi. Namun semuannya memang sepakat bahwa pengurangan penggunaan palstik sekali pakai sudah harus dikurangi.

Pengukuran kualitas udara dengan alat portable  

FGD Fase 1 ini selesai pada pukul 11.08 WIB. Yang bertugas melakukan FGD harus menunggu petugas yang melakukan direct observation. Sambil menunggu mereka, Tim Penelitian NIHR FGD makan siang terlebih dahulu yang telah disiapkan tuan rumah.

Sie konsumsi, tidak hanya menyiapkan snack yang beraneka rupa dan buah-buahan, tapi juga makan siang secara prasmanan yang disediakan di lantai 1 yang ditaruh di meja memanjang dari utara ke selatan. Menunya ada nasi putih yang pulen, sayur asem, dan soto daging. Lauknya ada mendol, weci, dan pepes tongkol. Tak ketinggalan sambalnya.

Setelah Tim Penelitian NIHR yang bertugas melakukan observasi lapangan kembali ke Rumah Aspirasi, jadi mereka berkumpul semua. Dan, ketika hendak berpamitan sekitar pukul 14.00 WIB, tuan rumah memberikan es krim. Ada rasa semangka, ada rasa nanas, dan ada juga rasa cokelat.

Usai merasakan tekstur es krim yang lembut-lembut kasar itu, Tim Penelitian NIHR berpamitan kepada Kades dan Ketua TP PKK serta mengucapkan terima kasih atas kemeriahan acara FGD Fase 1 yang diadakan di Rumah Aspirasi Lantai 2 miliknya. *** [140924]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Jumat, 30 Agustus 2024

Pemasangan Alat Monitoring Kualitas Udara Di Desa Sumberejo

Siang itu, di hari Kamis (29/08) sekitar pukul 13.14 WIB, di tengah terik-teriknya sinar mentari, sebuah trailer berbobot sekitar 1 ton tiba di Dusun Bekur RT 49 RW 08, Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.

Ennok Derek, sebuah Derek dari Kota Malang, sempat mengalami trouble karena pir trailer yang menyerupai caravan itu sedikit bermasalah ketika akan memasuki Dusun Bekur. Setelah di atasi, trailer tersebut bisa sampai.

Pelepasan trailer dari mobil derek di pekarangan pemilik tungku pembakaran gamping

Dua bule, Max Priestman (Research Associate) dan David Ek (Field and Laboratory Research Technician) dari Imperial College London (ICL) keluar dari rumah Bapak Hasyim menyambut trailer tersebut.

Kemudian trailer tersebut dilepas dari mobil derek di halaman depan rumah Dani, pemilik tungku pembakaran gamping yang berada di depan rumah Bapak Hasyim. Puluhan orang, yang terdiri dari warga sekitar, perangkat desa, bule, personil dari Fisika Universitas Brawijaya, sopir mobil Derek, sopir pengantar bule, pemilik rumah, dan fasilitator NIHR bahu-membahu untuk menempatkan trailer tersebut di halaman depan rumah Bapak Hasyim.

Warga sekitar, perangkat desa, dan bule bahu-membahu menempatkan trailer 

Setelah settled di halaman rumah Bapak Hasyim sisi selatan, semuanya merasa senang. Tinggal pemasangan alat monitoring kualitas udara yang akan dirangkai di dalam trailer ber-AC tersebut. Alat ini akan dipasang di situ mulai dari tanggal 28 Agustus 2024 sampai dengan tanggal 18 Oktober 2024 dengan tujuan untuk memantau kondisi kualitas udara di sekitar lokasi tersebut dalam rangka penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC).

Di sela-sela jeda usai menempatkan trailer yang berat itu, fasilitator NIHR mempertemukan Program Manager NIHR Serius Miliyani Dwi Putri, SKM, M.Ked.Trop. dengan Kepala Dusun H. Badrus Sholeh yang mewakili Pemerintah Desa Sumberejo, Ketua RT 49 RW 08, dan pemilik rumah untuk membahas bantuan keamanan untuk menjaga perlengkapan alat monitoring tersebut., dan akhirnya muncul nama-nama kandidat yang akan bertugas bagi keamanan perlengkapan alat monitoring tersebut.

Fasilitator NIHR memfasilitasi pertemuan Program Manager dengan Kadus, Ketua RT dan pemilik rumah untuk membahas personil bagian keamanaan equipment & tool dalam trailer

Selesai itu, tinggal fokus pemasangan alat monitoring kualitas udara di dalam trailer tersebut. Max dan David mulai menyiapkan uborampe yang telah disiapkan dalam dua mobil yang mengangkut mereka dari Universitas Brawijaya (UB) ke Dusun Bekur.

Ternyata cukup banyak, dan mereka telah mempersiapkannya dari ICL. Puluhan equipment dan tool berada dalam box yang cukup rapi. Mereka mengeluarkan satu persatu dan menginstalasinya ke dalam trailer tersebut.

Teknisi dari ILC mulai pemasangan alat monitoring kualitas udara ke dalam trailer

Dalam pemasangan ini, 3 orang dari Fisika UB membantunya, yakni Maria Pramundhitya Wisnu Wardhani, S.Si., Eko Teguh Purwito Adi, S.Si., M.Si., dan Azarine Aisyah Widhowati, S.Si. Pemasangan ini tidak bisa selesai hari ini. Diperkirakan memerlukan waktu selama 3 hari untuk memapankan perlengkapan alat monitoring tersebut. Dari instalasi hari pertama saja, di dalam trailer sudah terlihat menyerupai laboratorium mini.

Rencana hari kedua, akan melanjutkan pemasangan alat monitoring kualitas udara tersebut, berjumpa dengan personil yang bakal menjaga keamanan peralatan dan perkakas dalam trailer serta berjumpa dengan petugas PLN yang akan menambah daya bagi operasional trailer tersebut. *** [300824]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Rabu, 21 Agustus 2024

In-Depth Interview NIHR Bersama Diskoperindag Gresik

Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terakhir yang diwawancarai oleh Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) dari Universitas Brawijaya (UB) di Kabupaten Gresik adalah Dinas Koperasi Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag).

Setelah janjian, Tim Penelitian NIHR – Serius Miliyani Dwi Putri, SKM, M.Ked.Trop dan saya – akhirnya bisa berkunjung ke Diskoperidag Gresik untuk melakukan wawancara mendalam (in-depth interview) di Ruang Pertemuan yang berada di Lantai 3 yang terletak di Jalan Wahidin Sudirohusodo No. 245 Gresik, pada Selasa (20/08).

Tiba di Diskoperindag, Tim Penelitian NIHR diterima oleh stafnya. Beberapa menit kemudian, Tim Penelitian NIHR diterima dengan ramah oleh Kepala Bidang (Kabid) Perindustrian pada Diskoperindag Sunik, S.Sos, M.Si yang didampingi Penyuluh Indag Ahli Muda Bambang Widarto, S.H. di Ruang Pertemuan yang ber-AC dingin.

Gedung Diskoperindag Kab. Gresik

Setelah konfirmasi janjian by phone dan mengutarakan maksud dan tujuan dari kedatangan, Tim Penelitian NIHR pun langsung dipersilakan untuk melakukan in-depth interview. Wawancara mendalam yang berjalan sekitar 1 jam itu, mula-mula bersama dua orang. Kemudian karena ada pertanyaan menyangkut pasar tradisional, Kabid Sunik terus menghadirkan Analis Perdagangan Ahli Pertama Izzatul Mulabbiyah.

Wawancara mendalam tersebut berjalan lancar dan terbuka. Dari hasil in-depth interview diketahui bahwa peran Diskperindag dalam manjamen sampah/limbah/polusi yang dihasilkan sektor industri dan perdagangan itu bersifat koordinatif dengan leading sector, yakni Dinas Lingkungan Hidup (DLH).

Diskoperidag berpartisipasi dalam pengelolaan sampah berdasarkan peraturan yang ada maupun himbauan yang dikeluarkan dari Pemerintah Kabupaten Gresik (Pemkab Gresik) yang biasanya melalui Sekretariat Daerah (Sekda), seperti pemilahan sampah di lingkungan Diskoperindag dan Gerakan Jumat Bersih setiap dua minggu sekali.

Kantor Diskoperindag berada di Lantai 3

Diakui oleh Kabid Perindustrian bahwa industri yang ada di Kabupaten Gresik ini berjumlah sekitar 7.511 berdasarkan KLBI Industri, baik skala industri kecil menengah (IKM) maupun industri menengah besar.

Kehadiran industri-industri tersebut, menurut Kabid Perindustrian memang mampu mengangkat harkat martabat secara ekonomi, namun secara pribadi juga dipercaya memberikan dampak bagi kesehatan. Pengalaman pribadi Kabid yang rumahnya dekat industri, merasakan dalam membesarkan anak-anaknya kerap terdampak polusi asap pabrik, seperti batuk-batuk dan flu.

Sementara itu, dari sektor pengolahan makanan dan minuman diperkirakan mencapai 24 ribu termasuk Pedagang Kaki Lima (PKL) yang tidak terdaftar dalam Diskoperindag, akan tetapi turut berandil dalam menghasilkan volume sampah yang luar biasa.

In-depth interview dengan Kabid Perindustrian Kab. Gresik

Pada 2 tahun ini, sudah digalakkan bagi industri menengah besar agar memiliki fasilitas TPS 3 R. Tujuannya agar sampah yang keluar dari lingkungan pabrik bisa diminimalisir, sehingga yang dibawa ke TPA adalah sampah yang memang benar-benar sudah tidak bisa reuse, reduce, dan recycle (mengurangi, menggunakan, dan daur ulang).

Sehingga setiap ada pertanyaan terkait hambatan-hambatan pengelolaan sampah, Diskoperindag hampir tidak menjumpainya. Karena sifatnya hanya koordinatif dengan DLH, dan tidak dalam kapasitas action plan di lapangan seperti yang dilakukan oleh DLH.

Meski demikian, Kabid Perindustrian yang diamini oleh dua stafnya yang turut dalam in-depth interview tersebut bahwa Diskoperindag juga membantu menyediakan bak sampah di 7 pasar tradisional yang dikelola Pemkab Gresik melalui UPT Pengelolaan Pasar. Tidak termasuk pasar yang dikelola Pemerintah Desa yang berjumlah 121 pada 3 tahun yang lalu.

Suasana in-dpeth interview yang santai tapi mengena

Izzatul Mulabbiyah pun menambahkan bahwa Bidang Perdagagangan pada Diskoperindag juga melakukan sosialisasi terkait penilaian pasar. Pasar yang ada di Kabupaten Gresik terutama yang dikelola oleh Pemkab Gresik sebisa mungkin sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI), seperti pengelolaan sampah pasar, dan pengaturan lokasi (area jualan). Penilaian ini harus selaras dengan perlindungan konsumen.

“Masih terbatas sosialisasi pasar sehat sejak tahun 2023 ini. Realisasinya cukup berat, terutama pada area penjualan produksi basah seperti ayam potong maupun daging,” jelas Analis Perdagangan Ahli Pertama tersebut. “Kebersihan sulit terjaga!”

In-depth interview yang berjalan komunikatif  dan terbuka ini berakhir pada pukul 11.03 WIB. Setelah selesai, Tim Penelitian NIHR undur diri dan berpamitan untuk kembali ke Kampus Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB). *** [210824]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Selasa, 13 Agustus 2024

Tim Penelitian NIHR Wawancara Dengan Analis Lingkungan BAPPEDA Kabupaten Gresik

Wawancara dengan Analis Lingkungan Hidup BAPPEDA Kab. Gresik

Ramah!. Itu kesan Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) – Sekar Aqila Salsabilla, S.AP, M.AP dan fasilitator NIHR – saat bertatap muka dengan seorang Analis Lingkungan Hidup BAPPEDA Kabupaten Gresik.

Sosok Desy Risqi A., S.T. yang menjadi partner wawancara Tim Penelitian NIHR menerimanya di ruang tamu yang ada di lingkungan kerjanya yang beralamatkan di Jalan DR. Wahidi Sudiro Husodo No. 245 Desa Kembangan, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik.

Analis Lingkungan Hidup Desy Risqi mewakili Kepala Bidang (Kabid) Infrastruktur dan Kewilayahan BAPPEDA Kabupaten Gresik yang sedang ada tugas dinas luar. Sehingga, Kabid tidak bisa menemui Tim Penelitian NIHR.

Senin (12/08) pagi, dua anggota Tim Penelitian NIHR berkesempatan melakukan wawancara setelah beberapa hari sebelumnya melakukan janjian untuk berkunjung lagi. Sebelumnya, Tim Penelitian NIHR sudah pernah sowan ke Kantor BAPPEDA Kabupaten Gresik pada Senin (15/07).

Wawancara yang dilakukan ini tidak kaku tapi lebih mengarah ke diskusi, sehingga panduan wawancara yang ada biasanya bisa berkembang mengikuti jawaban atas penjelasan yang muncul. Ini yang menjadikan salah satu kekhasan pengumpulan data kualitatif, fleksibel, mengalir, dan mencair.

Hasil wawancara yang berjalansekitar 56 menit seputar pendapat umum tentang manajemen sampah, pertanyaan khusus tentang sampah plastik, dan pertanyaan khusus tentang pembakaran sampah plastik itu, diketahui bahwa BAPPEDA berperan sebagai koordinator Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang dalam Bidang Instruktur dan Kewilayahan, seperti Dinas Pekerjaan Umum (DPU), Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Koordinasi dilakukan dengan mengadakan desk setiap sebulan sekali.

Menurut Desy, pengelolaan sampah di Kabupaten Gresik dilakukan dari hulu ke hilir. DLH memegang peranan penting dan menggawangi program berkaitan pengelolaan sampah dan BAPPEDA akan berperan dalam verifikasi anggaran dan program.

Sedangkan, Dinas Kesehatan (Dinkes) memiliki program STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) yang mana dalam pilar keempat menyangkut pengelolaan sampah. Analis lingkungan BAPPEDA tidak banyak berkkordinasi terkait manajemen sampah dengan Dinkes karena ada bidang lain yang terkait hal tersebut.

Dinkes dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD), menurut Desy, banyak dilibatkan dalam upaya sosialiasi dan pemberdayaan masyarakat karena dua dinas tersebut yang aktif menggerakkan masyarakat.

Diakui oleh Desy, penganggaran untuk pengelolaan sampah masih relatif kecil, yakini 0,7% dari anggaran APBD. Menurutnya, karena pengelolaan sampah belum menjadi masalah prioritas dalam program di Kabupaten Gresik.

Namun demikian, Pemkab Gresik telah memiliki sejumlah peraturan dalam pengelolaan sampah maupun pembatasan sampah plastik, seperti Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Gresik Nomor 9 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah, Perda Kabupaten Gresik Nomor 5 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Perda Nomor 9 Tahun 2010 tentang Pengelolaan sampah, dan Perda Kabupaten Gresik Nomor 3 Tahun 2021 tentang Pengurangan Penggunaan Plastik Sekali Pakai.

Dalam pengelolaan sampah, Pemerintah Kabupaten Gresik juga menggandeng perusahaan maupun lembaga non pemerintah, seperti Milenial Limbah Indonesia, Asosiasi Bank Sampah Indonesia (ASOBSI), Pattiro, ECOTON, dan lain-lain.

Pada kesempatan itu, Desy juga bercerita tentang USAID Sustainable Municipal Solid Waste Management and Partnership (USAID SELARAS). Bermula dari adanya informasi dari BAPPENAS yang ditembuskan kepada BAPPEDA di seluruh Indonesia, dan kebetulan dari hasil verifikasi Kabupaten Gresik masuk dalam 18 Kabupaten/Kota yang terpilih dalam pilot project USAID SELARAS tersebut.

Dikutip dari laman USAID, disebutkan bahwa USAID SELARAS memajukan tujuan pembangunan Indonesia untuk mengurangi sumber polusi plastic laut dan emisi gas metana di daratan dengan mendorong sistem pengelolaan sampah dan daur ulang yang berkelanjutan serta terintegrasi di perkotaan. Kegiatan ini mencakup tata kelola, pembiayaan, perluasan layanan, dan perubahan perilaku sosial di sektor persampahan melalui kemitraan dengan sektor swasta, masyarakat sipil, dan pemerintah daerah setempat.

USAID SELARAS bekerja sama dengan pemerintah dengan menargetkan intervensi berdampak tinggi dengan pengaruh terbesar terhadap peningkatan kualitas dan cakupan layanan. Kami bermitra dengan para pemangku kepentingan untuk mendukung tujuan pembangunan Indonesia yaitu mengelola 100 persen sampah pada 2024 dan penurunan polusi plastik laut sebesar 70 persen pada 2025. USAID SELARAS juga akan membuka jalan menuju praktik ekonomi sirkular dan pencapaian Visi Indonesia Emas 2045—90 persen sampah diolah, 35 persen didaur ulang, dan 10 persen diolah di tempat pemrosesan akhir sampah pada 2045.

Dalam pilot project USAID SELARAS itu, menurut Desy, nantinya mengedepankan edukasi ketimbang pembangunan fisik, dan akan menggandeng BAPPEDA, DLH, DPMD, DPU, Cipta Karya, DPPKAD maupun Biro Hukum, ditambah dengan pihak ketiga pengelola sampah plastik. *** [130824]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Risk Checker

Risk Checker

Indeks Massa Tubuh

Supplied by BMI Calculator Canada

Statistik Blog

Sahabat eKader

Label

Arsip Blog