Umumnya tahapan dalam implementasi photovoice adalah satu minggu dari pertemuan sebelumnya. Namun, di Desa Tlogorejo ini durasi antara pertemuan photovoice pertama dan kedua mencapai 19 hari. Hal ini dikarenakan NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) duwe gawe (mempunyai hajat) berupa Indonesia in-Country Meeting (30 September – 05 Oktober 2024), maka acaranya diundur.
Akhirnya, pelaksanaan photovoice yang kedua (photovoice 2) ini berjalan pada hari Jumat (04/10) di Pendopo Balai Desa Tlogorejo yang beralamatkan di Dusun Dadapan No. 4 RT 16 RW 06 Desa Tlogorejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.
Namun demikian, dengan mundurnya jadwal tersebut memberikan kenangan tersendiri dalam pelaksanaan photovoice di Desa Tlogorejo, yaitu mendapat kunjungan peserta Indonesia in-Country Meeting (ICM) dari India dan Australia. “Wong sabar iku gedhe wekasane,” omongan simbah zaman mbiyen.
Partispan photovoice berpose bersama peserta ICM dari India dan Australia di Pendopo Balai Desa Tlogorejo |
Pukul 07.54 WIB, Christina dan fasilitator NIHR tiba di Pendopo Balai Desa Tlogorejo. Di stu sudah terlihat banyak pasien yang akan periksa di Pustu Tlogorejo, yang lokasinya satu halaman dengan pendopo tersebut.
Di lokasi, pemasangan layar dan LCD dipinjami dan sekaligus dipasangkan oleh salah seorang perangkat desa. Sambil menunggu semua peserta photovoice hadir, yang sudah kelihatan dikonfirmasi terkait foto yang telah dikirimkan, seperti lokasi, tanggal, dan judul dari foto tersebut.
Photovoice 2 Desa Tlogorejo: Sharing Foto dan Bercerita |
Setelah itu, acara dilanjutkan dengan sambutan dari Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Sulis Nurhayati atau yang akrab disapa Lis Eko Wahyudi. Pada kesempatan itu, Lis Eko Wahyudi mengucapkan terima kasih atas ditunjuknya Desa Tlogorejo dalam penelitian yang dilakukan oleh Universitas Brawijaya (UB).
Ia berharap agar para kader kesehatan yang mengikuti photovoice bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan bertindak dalam masyarakat. “Sedikit bergerak akan bermanfaat,” tegas Ketua TP PKK Desa Tlogorejo.
Peserta ICM dari India dan Australia berkunjung ke Desa Tlogorejo |
Setiap partisipan diminta untuk menceritakan foto-foto yang telah dikrimkan dihadapan partisipan yang lainnya, dan peserta lain boleh menanggapinya atau menambahi. Di sini proses dialog atau diskusi di antara partisipan memang dihidupkan.
Semua partisipan pun kemudian sharing foto dan bercerita dihadapan partisipan yang lainnya. Mereka urut satu per satu dalam melakukan sharing foto dan bercerita.
Perangkat Desa Tlogorejo berpose dengan peserta ICM dari India dan Australia |
Agar tidak mengganggu jalannya photovoice yang dipandu oleh Christina dan dinotulensi oleh salah seorang kader Iit Nurhaifah, rombongan peserta ICM diterima di sisi timur pelaksanaan photovoice.
Rombongan pun beraudiensi dengan Ketua TP PKK yang ternyata bisa berbahasa Inggris, dan juga dengan bidan Desa Tlogorejo. Rombongan tersebut bertanya terkait kondisi desa, kegiatan-kegiatannya, dan apakah mereka senang akan kegiatan yang dilakukan ini.
Peserta ICM dari India dan Australia berpose di Pustu Tlogorejo |
Dari Pustu Tlogorejo, rombongan peserta ICM itu menyapa lagi para kader yang menjadi partisipan photovoice 2 di penghujung acara photovoice, dan mengajaknya untuk foto bersama di Pendopo Balai Desa Tlogorejo.
Setelah itu, barulah rombongan dipencar. Sabhya meminta fasilitator NIHR untuk bisa ngobrol dengan kader peserta photovoice yang telah mendapatkan pelatihan SMARThealth. Kebetulan ada seorang yang telah mengikuti pelatihan SMARThealth. Dalam obrolan ini, kader didampingi oleh Damar dan bidan Anik.
Programmer NIHR App mengobrol dengan kader SMARThealth Desa Tlogorejo |
Ketiga orang itu juga penasaran dengan istilah juglangan yang pada waktu Focus Group Discussion (FGD) di Hotel Tugu Malang bermunculan. Akhirnya, mereka diajak ke rumah warga untuk melihat juglangan yang berada di halaman belakang rumahnya, berdampingan dengan kandang wedhus (kambing).
Mereka baru berbinar-binar setelah fasilitator NIHR tunjukkan apa itu juglangan, yaitu galian tanah untuk dibuat sebagai pembuangan sampah (garbage hole) yang umumnya dilakukan rumah tangga pada umumnya di Indonesia. “This is a juglangan!” kata fasilitator NIHR sambil menunjuk lubang sampah tersebut.
Ketua TP PKK sedang memperlihatkan selokan pekarangan yang dipenuhi sampah, dikira anak SD Tlogorejo ada turis |
“Wait a minute, let me ask the owner,” jawab saya kepada Maroof. Kebetulan pemiliknya kelihatan di pekarangan. Lalu, saya nanya ke pemiliknya. “Tungku niki bahan bakare ngginake nopo, dan nopo digunake ben ndinten?”
Pemilik yang lupa saya tanyakan namanya itu menjawab bahwa tungku ini menggunakan kayu dalam setiap menggunakannya, dan penggunaannya tidak setiap hari. Digunakan setiap ada hajatan saja, seperti mendapat giliran tahlilan, dan sebagainya.
Rasa penasaran peserta ICM asal Australia dengan istilah juglangan akhirnya merasa puas setelah melihat juglangan |
Setelah personil rombongan peserta ICM itu berkumpul lagi di Pendopo Balai Desa Tlogorejo, mereka berpamitan dengan Ketua TP PKK, bidan desa, dan partispan photovoice serta Christina untuk melanjutkan agenda melakukan pertemuan dengan sejumlah kader dari Desa Bakalan, Krebet Senggrong, dan Krebet di Balai Desa Bakalan.
Fasilitator NIHR yang berangkatnya bakda Subuh dengan pemandu photovoice Christina, pulangngya diajak Wadir 2 Percik untuk ikut mobil rombongan guna memandu jalan yang cepat menuju ke Bakalan namun di tengah jalan terhenti sesaat karena terdengar kumandang adzan Jumat di Desa Sukorejo, Kecamatan Gondanglegi. Maroof pun ikut salat Jumat di Masjid Baitul Mukhlisin. *** [101024]
Oleh: Budiarto Eko KusumoEditor: Budiarto Eko Kusumo