Tampilkan postingan dengan label Ponkesdes Krebet. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ponkesdes Krebet. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 12 Oktober 2024

Sepuluh Kader Kesehatan Desa Krebet Ikuti Photovoice Di Pendopo Ponkesdes

Pagi itu, di hari Kamis (10/10), mentari bersinar cerah. Cahayanya menyinari pendopo Ponkesdes Krebet yang menjadi tempat pertemuan photovoice. Berada di pertigaan, yang masih terlihat sawah menghijau, masyarakat setempat menyebutnya dengan sawung, yang artinya berada di tengah-tengah persawahan yang luas.

Bangunan yang berdiri kokoh di Jalan Tugu Ireng, Dusun Krajan RT 15 RW 05 Desa Krebet, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, dengan pemandangan areal persawahan, yang didekatnya dikelilingi kebun kubis, tomat, dan jagung itu terasa semilir angin sepoi-sepoi. 

Di belakangnya terlihat cerobong asap Pabrik Gula (PG) Krebet menjulang dengan asap mengepul tebal, dan di kejauhan terlihat juga dua gunung membiru, yaitu Gunung Kawi dan Gunung Arjuno. Orang akan betah bila duduk-duduk di pendopo Ponkesdes tersebut.

Ponkesdes Krebet, lokasi pertemuan photovoice yang pertama di Desa Krebet, dengan latar belakang PG Krebet yang terus mengeluarkan asap

Sepuluh kader kesehatan – Cuplik Sri Wahyuni, Anik Mufidah, Winarti Anisah, Erlina Wati, Siti Khodijah, Ita Khusnul Marifah, Nurhayati, Lilik Ati, Sunarti, Rodiya – akan mengikuti photovoice dalam rangka penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) dari Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB).

Photovoice adalah metode unik yang mampu menangkap cerita, pengalaman, dan fenomena sosial melalui lensa fotografi. Photovoice lebih dari sekadar foto; ini adalah cara partisipatif dalam riset kualitatif, di mana komunitas dan individu dapat mengekspresikan diri, menggambarkan realitas mereka, meningkatkan kesadaran sosial melalui gambar.

Acara photovoice ini dimulai pada pukul 09.26 WIB. Pembawa acara Siti Khodijah, salah seorang kader yang turut menjadi peserta itu, mengucapkan terima kasih atas kedatangan mereka dalam kegiatan ini.

Photovoice keeper memberikan pengantar terlebih dahulu

Kemudian setelah itu, acara dilanjutkan dengan sambutan dari perawat Desa Krebet Eka Ilham Adi Waluyo, A.Md.Kep. Dalam sambutannya, perawat Ilham mengatakan bahwa pertemuan ini akan berlanjut hingga 4 kali pertemuan. Sehingga, ia berharap kader ini bisa mengikuti hingga 4 tahapan tersebut. “Jangan ada yang tertinggal di antara kita,” tegas perawat Ilham.

Lebih lanjut, perawat Ilham berharap ilmu yang diterima nantinya bisa diterapkan kepada masyarakat, dan setelah itu, ia memandu berdoa bagi kelancaran kegiatan ini.

Usai sambutan perawat Desa Krebet, pembawa acara menyerahkan waktu sepenuhnya kepada Tim Penelitian NIHR Theme 3: People empowerment and community yang digawangi oleh Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K. yang didampingi fasilitator NIHR dan hadir juga Sekar Aqila Salsabila, S.AP., M.AP., mahasiswa S3 di Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) UB yang fokus pada Kebijakan Manajemen Sampah Plastik di Indonesia.

Partisipan photovoice dipersilakan membaca informed consent

Mula-mula Christina memperkenalkan terlebih dahulu. Lalu, barulah ia menjelaskan perihal photovoice: apa itu photovoice, proses informed consent hingga isu etik terkait kamera dalam pengambilan gambar, terutama yang ada orangnya.

Setelah itu, Christina mempersilakan fasilitator memperkenalkan diri juga kepada peserta photovoice. Begitu juga dengan Sekar Aqila yang hadir dalam pertemuan tersebut.

Usai perkenalan dan penjelasan, Christina menjelaskan sebentar perihal pengelolaan sampah dan kesehatan masyarakat kepada peserta pertemuan photovoice di sawung ini. Kemudian barulah Christina yang memandu photovoice ini meminta untuk bertestimoni terkait tema yang dibicarakan tadi, yakni pengelolaan sampah dan kesehatan masyarakat. Semua diminta satu persatu untuk bercerita mengenai pengolaan sampah yang telah dilakukan oleh peserta selama ini di lingkungan mereka masing-masing.

Perawat Desa Krebet turut menyaksikan jalannya photovoice di Ponkesdes

Dari testimoni mereka terangkum bahwa, pengelolaan sampah di Desa Krebet beragam. Peserta yang tinggal di perumahan, umumnya sampah diangkut oleh petugas dan dikelola oleh RW. Kemudian yang tinggal di perbatasan antara Desa Krebet dengan Krebet Senggrong di sisi selatan PG Krebet, pengelolaan sampah ada yang masih dibakar di pekarangan belakang rumah yang umumnya masih luas dan ada juga yang diangkut seminggu 3 kali dengan membayar Rp 20 ribu per bulan. Yang mengangkut sampah ikut Desa Krebet Senggrong.

Lalu, warga yang tinggal di sepanjang Kali Anyar, sebutan saluran irigasi Kedungkandang yang membelah Desa Krebet, umumnya ada yang dibuang di saluran tersebut atau dibakar di pinggir kali tersebut. Maka menjadi pemandangan umum bahwa sampah sering menumpuk di pintu air yang  berada di Desa Gading. Warga setempat menyebut pintu air saluran tersebut dengan istilah swereg.

Namun demikian, dari ketiga dusun yang ada di Desa Krebet telah mempunyai pengetahuan dalam memilah sampah. Sampah plastik yang memiliki nilai jual akan dikumpulkan kemudian diloakkan atau dijual ke rombeng.

Suguhan makan siangnya adalah nasi tahu telor

Sebelum acara photovoice yang pertama di Desa Krebet ini berakhir, Christina memberikan pekerjaan rumah (PR) kepada peserta photovoice untuk mengirimkan foto yang bisa menceritakan apa yang telah dibicarakan dalam pertemuan ini. Setiap peserta diminta untuk mengirimkan foto sebanyak 3 buah dengan dikasih keterangan ke group Photovoice krebet.

Setelah itu juga diminta untuk mendiskusikan sendiri terkait pertemuan berikutnya, yakni di hari apa, tanggal berapa, dan di mana lokasinya. Semuanya harus datang dari peserta itu sendiri. Mereka sudah mulai diajari melakukan perencanaan sendiri.

Sebelum acara ditutup, peserta dipersilakan untuk mencicipi aneka kudapan yang disajikan di meja memanjang tempat pertemuan, dan juga nasi tahu telor yang khas. Setelah itu, acara pertemuan photovoice baru ditutup pada pukul 11.09 WIB oleh pembawa acara menjelang suara adzan Dhuhur berkumandang. *** [121024]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Senin, 05 Agustus 2024

Senin Ini Ada Acara FGD NIHR, In-depth Interview dan Wawancara di Puskesmas Bululawang

Senin (05/08) pagi ini, Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) kembali berkunjung ke Puskesmas Bululawang.

Sebelumnya, Tim Penelitian NIHR telah melakukan in-depth interwiew dengan sejumlah tenaga kesehatan (nakes) yang ada di Puskesmas Bululawang maupun perawat desa dari Bakalan dan Krebet Senggrong beserta kader kesehatannya. Selain itu, juga telah melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) di Puskesmas Bululawang.

Suasana depan Puskesmas Bululawang di pagi hari

Hari ini merupakan kenjungan yang kelima kalinya karena ada tambahan desa yang menjadi enumeration area (EA) baru dalam penelitian NIHR, yaitu Desa Krebet. Mengingat pada waktu perluasan EA tersebut, Kepala Desa (Kades) Krebet sedang berangkat menunaikan ibadah haji maka pelaksanaannya baru bisa dimulai sekarang setelah turun surat izin penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politi (Bakesbangpol) Kabupaten Malang.

Hari ini ada tiga kegiatan yang dilakukan di Ruang Pertemuan Lantai 2 Puskesmas Bululawang yang beralamatkan di Jalan Stasiun No. 11-13 Desa Bululawang, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, yang lokasinya berada di pojok timur utara Pasar Bululawang, yakni FGD dengan perawat Desa Krebet dan lima nakes dari Puskesmas Bululawang, in-depth interview dengan bidan Desa Krebet, dan wawancara dengan seorang kader kesehatan Desa Krebet.

Sambutan dari drg. Halida mewakili Kepala Puskesmas Bululawang

Sebelum kegiatan, terlebih dahulu drg. Halida yang mewakili Kepala Puskesmas Bululawang memberikan sambutan sebentar dalam kegiatan ini. Kemudian terus dilanjutkan dengan sambutan balasan dari Manajer Program Serius Miliyani Dwi Putri, SKM, M.Ked.Trop.

Usai sambutan, ketiga acara tersebut langsung dijalankan. FGD dengan perawat Desa Krebet Eka Ilham Adi Waluyo, A.Md.Kep., dan lima nakes/staf dari Puskesmas Bululawang (drg. Halida, Ririn Restaliningrum, S.ST., M.AP, Atik Tri Rahayoe, S.ST, Eny Purwaningsih, AMKL, Lintang Hanum Pertiwi, SKM), dimoderatori oleh fasilitator NIHR dengan notulis Hilda Irawati, S.Stat.

FGD dengan perawat Desa Krebet dan lima nakes dari Puskesmas Bululawang

Kemudian untuk in-depth interview dengan bidan Desa Krebet Avanti Roslina, A.Md.Keb. dilakukan oleh Serius Miliyani Dwi Putri, dan wawancara dengan kader kesehatan Desa Krebet Lilik Ati dilaksanakan oleh Meutia Fildzah Sharfina, SKM, MPH. Kegiatan ini juga dihadiri salah seorang anggota Tim CEI (Community engagement and involvement) Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K.

FGD dilakukan mulai pukul 08.41 WIB dan berakhir pada pukul 10.12 WIB. Dalam diskusi kelompok terfokus itu, hasilnya diketahui bahwa nakes peserta FGD pada umumnya membuang sampah di tempat sampah yang ada di depan rumah. Sampah itu kemudian diangkut oleh petugas secara berlangganan. Besarannya ada yang Rp 15ribu dan ada juga Rp 25rb. Besaran ini muncul setelah ada rembug di antara warga.

In-depth interview dengan bidan Desa Krebet

Kendati, peserta FGD umumnya tidak membakar sampah, kalau pun ada karena kasus insidental saja seperti popok kucing yang besar tidak bisa masuk keranjang atau rerimbunan daun di depan rumahnya.

Meski jarang, namun peserta FGD mengamini bahwa pembakaran sampah utamannya plastik memberikan dampak bagi kesehatan masyarakat, seperti menimbulkan polusi udara, dan menyebabkan sesak pernapasan, yang jika terus-menerus terpapar akan mengakibatkan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

Umumnya yang tergolong riskan adalah balita dan lansia. Balita karena baru mengalami pertumbuhan organ-organ penting, dan yang lansia telah terjadi penurunan fungsi organ-organnya ketika memasuki lansia.

Wawancara dengan kader kesehatan Desa Krebet

Menariknya, pada saat fasilitator NIHR mendiskusikan terkait solusi apa yang sekiranya dapat mengurangi pembakaran sampah plastik, ada 7 isu yang muncul 1). Mengganti plastik dengan bahan lain yang mudah di daur ulang; 2). Bank sampah diperbanyak tiap RT; 3). Penyuluhan masyarakat tentang bahaya polusi udara bagi kesehatan; 4). Pemilahan sampah (organik dan anorganik); 5). Masyarakat, pabrik dan Pemdes bekerja sama menaggulangi limbah sampah; 6). Pelatihan pengelolaan limbah; dan 7). Memperbanyak pengepul plastik.

Dari ketujuh isu tersebut, fasilitator NIHR memantiknya dengan membahas solusi yang telah dituliskan dalam kertas plano. Mereka umumnya memiliki urutan-urutan tersendiri berdasarkan asumsi yang mereka miliki, dan kemudian mereka juga memunculkan bahwa perlu adanya regulasi dalam mengatasi atau mengurangi limbah sampah di Kabupaten Malang agar masyarakat paham betul, termasuk di dalamnya ada larangan pembakaran sampah. *** [050824]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Risk Checker

Risk Checker

Indeks Massa Tubuh

Supplied by BMI Calculator Canada

Statistik Blog

Sahabat eKader

Label

Arsip Blog