Tampilkan postingan dengan label University of Manchester. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label University of Manchester. Tampilkan semua postingan

Senin, 30 Januari 2023

Peneliti Manchester Metropolitan University Sambangi Ponkesdes Glanggang

Seputar Ponkesdes Wilujeng Glanggang terlihat ramai, ketika di kiri-kanannya banyak aktivitas orang, kendati mendung putih bergelayut di awan. Pemandangan hiruk-pikuk mewarnai sekeliling Ponkedes, ada imunisasi balita di Ponkesdes, gemuruh mesin penggilingan padi di belakangnya, serta panen padi di seberang jalannya.

Deretan tujuh gazebo bambu di atas saluran irigasi menambah eksotisme Dusun Krajan RT 10 RW 03 Desa Glanggang, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang, di mana peneliti Manchester Metropolitan University, Inggris, mengagendakan mengunjungi Ponkesdes Wilujeng Glanggang.

Peneliti Manchester Metropolitan University berspose dengan Kaur Kesra, perawat, bidan, dan dua kader Posyandu Lansia di depan Ponkesdes Wilujeng Desa Glanggang, Kec. Pakisaji

Dengan didampingi salah seorang Tim SMARThealth Universitas Brawijaya (UB), peneliti Manchester Metropolitan University dr. Asri Maharani, MMRS, Ph.D, tiba di Ponkesdes Wilujeng Glanggang pada pukul 10.10 WIB dan langsung disambut oleh perawat Desa Glanggang Yulia Roikha, A.Md.Kep bersama dua kader Posyandu Lansia, yaitu Diah Purwatiningrum dan Krisdiawati.

Setelah diajak masuk ke ruang kerja perawat Yulia di bagian depan dari gedung Ponkesdes Wilujeng itu, peneliti Manchester Metropolitan University memperkenalkan diri dan kemudian mengajak diskusi dengan perawat dan dua kader lansia.

Dalam situasi yang santai, Dr. Asri mendiskusikan sejumlah hal yang ada di Desa Glanggang. Diawali dengan permasalahan pembakaran sampah, lansia, dan diteruskan dengan disabilitas. Dalam membahas lansia, peneliti sangat tertarik mengenai program-progam apa saja yang telah berjalan dalam Posyandu Lansia.

Peneliti University of Manchester tampak menyimak penjelasan perawat Desa Glanggang

Karena peneliti ingin tahu gambaran mengenai demensia (pikun). Apakah sudah ada skrining kognisi terhadap lansia? Mengingat skrining kognisi satu kali dalam satu tahun itu untuk melihat tingkat penurunan kognisi.

Beda budaya, biasanya juga beda cara penanganannya. Dr. Asri yang sudah bermukim di Manchester City selama 11 tahun pun berceritera mengenai lansia di Inggris, yang umumnya banyak ditnggal di panti. Karena di Inggris, anggota keluarga yang berumur 18 tahun ke atas sudah harus keluar rumah untuk berlatih mandiri, dan panti jompo di Inggris umumnya mempunyai banyak terapis bagi lansia.

Sementara itu, di Indonesia kerentaan dianggap sebagai loro tuwo. Jadi, dianggap lumrah oleh keluarganya. Tidak seperti di Inggris, banyak lansia di sini yang tinggal dengan sanak keluarganya. Oleh karena itu, caregivernya biasanya berasal dari salah seorang anggotanya keluarganya. Hanya saja permasalahannya, terkadang caregiver belum memiliki masalah kelansiaan.

Jelang akhir, diskusi bertambah personil: Kaur Kesra dan Bidan Desa Glanggang

Dalam hal ini, Dr. Asri mengingatkan bahwa bila menjumpai lansia berumur 65 tahun ke atas sedang melakukan diet dan turun berart badannya hingga 5% dalam setahun, menurutnya, membahayakan. Karena hal itu sangat berpengaruh ke massa otot tubuh.

Setelah lansia, diskusi pun mengarah ke bahasan mengenai disabilitas. Namun, mengingat kasus di Desa Glanggang tidak terlihat banyak, dan belum ada skrining khusus bagi disabilitas, perawat Yulia mengatakan bahwa di setiap kecamatan diharuskan minimal memiliki satu Posyandu Disabilitas.

Posyandu Disabilitas di Kecamatan Pakisaji, tambah perawat Yuli, adanya baru di Desa Pakisaji yang penanangannya dibantu Koramil setempat. Di Koramil itu, ada sekolah khusus orang disabilitas untuk meningkatkan ketrampilan sebagai bekal kemandirian nantinya.

Deretan tujuh gazebo bambu di seberang jalan dari Ponkesdes Wilujeng Glanggang

Selang sejam berdikusi, hadirlah Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat (Kaur Kesra) Desa Glanggang, Kasiono, dan bidan Desa Glanggang, Erna Kartika P., A.Md.Keb usai merampungkan imunisasi balita. Diskusi pun semakin gayeng menjelang akhir kunjungan peneliti Manchester Metropolitan University ke Ponkesdes Wilujeng Glanggang.

Kunjungan peneliti Manchester Metropolitan University yang memakan waktu sekitar 1 jam 21 menit itu, diakhiri dengan mencicipi hidangan lemet dan risoles buatan kader Posyandu Lansia, dan diteruskan dengan foto bersama dengan latar belakang bangunan gedung Posyandu Wilujeng Glanggang yang cukup “mewah” (mepet sawah) dengan semilir angin yang segar. *** [300123]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Jumat, 27 Januari 2023

Kunjungan Peneliti University of Manchester dan Manchester Metropolitan University Ke Dinkes Kabupaten Malang

Didampingi Team Leader SMARThealth Universitas Brawijaya (UB) Sujarwoto, S.IP, M.Si, MPA, Ph.D, peneliti dari University of Manchester, Inggris, Gindo Tampubolon, M.Sc., Ph.D, dan peneliti dari Manchester Metropolitan University, dr. Asri Maharani, MMRS, Ph.D, melakukan kunjungan ke Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang, pada Jumat (27/01/2023). 

Tiba di Dinkes sekitar pukul 10.00 WIB. Sedianya kedua peneliti tersebut hendak menghadap kepada Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes), namun kebetulan Kadinkes sedang ada dinas luar meninjau vaksinasi booster kedua di lingkungan Stadion Kanjuruhan dan terus ke Malang.

Dua peneliti demensia dari University of Manchester, Inggris

Akhirnya, kedua peneliti berdiskusi dengan jajaran Substansi PTM dan Kesehatan Jiwa (Keswa) dan Substansi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat (Kesgagizi). Kedua peneliti tersebut memiliki concern kepada permasalahan kesehatan, utamanya yang menyangkut kesehatan jiwa dan lansia.

Hadir dalam diskusi itu adalah Sub Koordinator Substantif PTM dan Keswa, staf IT PTM dan Keswa, 3 orang staf Keswa, dan Pengelola Program Lansia Dinkes yang masuk Kesgagizi serta salah seorang Tim SMARThealth UB.

Mula-mula diskusi diadakan di lobby Kantor Dinkes depan resepsionis. Selang beberapa menit, kemudian pindah ke Ruang Pertemuan Kadinkes. Diawali dengan diskusi menyangkut keswa terlebih dahulu. Kedua peneliti ingin tahu program apa saya yang ada di lingkungan Dinkes terkait keswa, khususnya sebelum ke rumah sakit, apa saja yang bisa ditangani dulu di masyarakat, seperti misalnya skrining dan sebagainya.

Diskusi di Ruang Meeting Kadinkes Kabupaten Malang

Kemudian diskusi berikutnya terkait dengan lansia. Kedua peneliti tertarik kepada masalah dmensia yang kerap dihadapi oleh lansia, dan ini tidak hanya menyusahkan caregivernya saja tetapi semua anggota keluarga akan terdampak juga.

Pada kesempatan ini, Gindo mengilustrasikan hasil penelitian untuk orang Amerika dan Eropa. “Bila ada lansia punya daya dengar kurang, dan dibiarkan saja, maka 10 tahun ke depan ingatannya akan berkurang,” jelas Gindo dalam diskusi itu.

Oleh karena itu, kedua peneliti itu juga ingin melihat hal itu di Indonesia, karena hal ini menyangkut embrio demensia atau pikun. Kedua peneliti juga menanyakan kepada Pengelola Program Lansia tentang skrining yang telah dilakukan, dan menurutnya, skrining demensia berdasarkan juknis dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Diskusi di lobby Kantor Dinkes Kabupaten Malang

Diskusi pun kemudian meluas. Dari topik kesehatan jiwa, lansia, dan selanjutnya adalah penyandang disabilitas. Gindo, yang dalam kesehariannya mengajar kesehatan global di Global Development Institute, University of Manchester, juga mencermati masalah disabilitas.

Dia mengisahkan tentang  Ivan Cameron, yang menderita epilepsi parah dan kelumpuhan otak yang meninggal di rumah sakit. Ivan Cameron adalah anak laki-laki Perdana Menteri (PM) Inggris, David Cameron, yang meninggal pada usia 6 tahun karena disabilitas.

Dari kejadian itu, PM Inggris kala itu, terus menaruh perhatian kepada penyandang disabilitas dan lansia yang mengalami kerentaan. Lalu, lahirlah The Prime Minister’s Challenge on Dementia yang berisi lebih dari 50 komitmen yang bersama-sama bercita-cita menjadikan Inggris terbaik di dunia untuk perawatan dan dukungan demensia, bagi penderita demensia untuk hidup; dan untuk melakukan penelitian demensia.

Peneliti University of Manchester, peneliti Manchester Metropolitan University, dan seorang peneliti Universitas Brawijaya di depan Kantor Dinkes Kabupaten Malang

Diskusi yang berakhir pada pukul 11.37 WIB, menjelang Jumatan itu, memberikan wawasan kepada semua yang hadir. Peneliti bisa tahu mengenai program-program apa saja yang telah dilakukan oleh Dinkes Kabupaten Malang, dan apa-apa saja yang belum menurut kacamata penelitian.

Dalam closing statement, Sub Koordinator Substansi PTM dan Keswa Paulus Gatot Kusharyanto, SKM mengatakan bahwa tahun ini semua Puskesmas yang ada di Kabupaten Malang diharapkan sudah memiliki Posyandu Jiwa. Saat ini baru 14 Puskesmas, sehingga tinggal 25 Puskesmas lagi. *** [270123]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Selasa, 28 Juni 2022

Dosen Senior Global Health The University of Manchester Jumpai Kader SMARThealth Kepanjen

Hari ini, Senin (28/06/2022, ada dua kegiatan yang harus didampingi Tim SMARThealth Universitas Brawijaya (UB) terkait kedatangan tamu dari India dan Inggris. Team Leader SMARThealth UB, Sujarwoto, S.IP, M.Si, MPA, Ph.D, mengawal tamu dari India, yang tak lain adalah Devarsetty Praveen, MBBS, MD, Ph.D (Kepala Penelitian Perawatan Kesehatan Primer di George Institute for Global Health India) dan Sridevi Gara (Technical Lead The George Institute for Global Health India), lihat penggunaan aplikasi eKader di Desa Sukodono, Kecamatan Dampit.

Sementara itu, salah seorang Tim SMARThealth UB yang menjadi fasilitator, mendampingi Dosen Senior Global Health di Global Development Institute, the University of Manchester, Ir. Gindo Tampubolon, M.M., M.Sc, Ph.D, menjumpai sejumlah kader SMARThealth di Balai RW 01 yang berada di Jalan Banurejo RT 05 RW 01 Kelurahan Kepanjen, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.

Usai dialog, kader SMARThealth berpose dengan Dr. Gindo Tampubolon, Ketua RW 01 dan Tim SMARThealth UB

Dipilihnya kader SMARThealth Kepanjen, karena menurut Gindo Tampubolon telah dianggap mampu mengelola giat Posbindu SMARThealth secara mandiri, yang ditandai dengan adanya motivasi dan prakarsa sehingga kadernya mampu melakukan komunikasi dengan Ponkesdes, Puskesmas, Ketua RT, RW, Lurah maupun warga untuk mengimplementasikan giat Posbindu secara berkesinambungan.

Dalam kunjungannya itu, Gindo mengajak dialog dengan tiga kader SMARThealth (Agustin Shintowati, Nanik Triyudhani, Indri Astutik) dan Ketua RW 01 Luluk Tamawati, dengan santai tapi fokus pada kiprah kader SMARThealth di Kelurahan Kepanjen. Sebagai dosen dan peneliti, Gindo memiliki parameter pertanyaan untuk mengukur apakah kader tersebut mampu mandiri atau hanya masih tunggu perintah saja.

Dr. Gindo mencatat hal-hal penting yang ditemui dari hasil dialog dengan kader SMARThealth

Setiap pertanyaan yang diajukan, kader SMARThealth mampu menjelaskannya dan memperlihatkan bukti-buktinya yang telah menjadi inventaris giat Posbindu SMARThealth di Kelurahan Kepanjen. Mulai dari buku riwayat kesehatan warga, buku daftar hadir, foto kegiatan, pakaian alat pelindung diri (APD) yang digunakan ketika masa lockdown dan inisiatif-inisiatif lainnya seperti mengoptimalkan grup WhatsApp (WA) mulai dari PKK maupun RT untuk menyosialisasikan SMARThealth.

Pada kesempatan itu, Gindo juga berkenan mencoba APD bikinan kader pada awal pandemi. Kader bergotong-royong, swakarsa dan swakarya agar supaya program SMARThealth yang sudah dirintisnya bisa memberi manfaat bagi warganya, terlebih diketahui bahwa kasus meninggal pasien COVID-19 lantaran banyak yang punya komorbid, maka ditangkap oleh kader SMARThealth sebagai peluang untuk memopulerkan program SMARThealth.

Dr. Gindo mencoba APD bikinan kader semasa lockdown untuk mengunjungi pasien komorbid

Dalam dialog itu, Gindo juga ingin tahu perihal lansia dalam giat Posbindu SMARThealth, dan bagaimana memperlakukan lansia yang sudah mulai lupa. Menurut Agustin Shintowati, salah seorang kader SMARThealth Kepanjen, lansia itu harus diajak ngobrol dan didengar omongannya. Selain itu, kader harus pandai-pandai merangkul anggota keluarganya agar supaya mau mengantarnya ke giat Posbindu dan selalu mengingatkan untuk minum obatnya.

Dialog yang memakan waktu hampir 2,5 jam itu berakhir pada pukul 16.55 WIB. Sebelum mengakhiri dialog, Gindo sempat bertanya kepada kader, “Apa kira-kira yang menjadi motivasi Anda menjadi kader?”

Dr. Gindo beri penjelasan kepada kader SMARThealth

“Selain bermanfaat bagi orang lain, menjadi kader bermanfaat bagi dirinya karena pengetahuan akan kesehatan meningkat,” tegas Agustin Shintowati yang diamini oleh kader lainnya dan Ketua RW 01.

Lebih lanjut, Agustin mengatakan bahwa menjadi kader itu hati harus senang. Kalau hatinya senang, pekerjaannya akan ringan. Kader sebagai mitra tenaga kesehatan berusaha membuat warga di lingkungannya menjadi sehat. *** [280622]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo


Share:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Risk Checker

Risk Checker

Indeks Massa Tubuh

Supplied by BMI Calculator Canada

Statistik Blog

Sahabat eKader

Label

Arsip Blog