Tampilkan postingan dengan label Puskesmas Pagak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Puskesmas Pagak. Tampilkan semua postingan

Rabu, 30 Oktober 2024

Giat Posbindu PTM dan Posyandu Lansia di Ponkesdes Pagak

Integrasi Layanan Primer (ILP) adalah konsep yang berkaitan dengan penggabungan berbagai layanan kesehatan dasar untuk meningkatkan akses, kualitas, dan efisiensi pelayanan. ILP dilaksanakan di Puskesmas, jejaring dan jaringan pelayanan kesehatan primer, seperti Posyandu dan Posbindu.

Sasaran ILP mencakup ibu hamil, persalinan, nifas, bayi dan anak prasekolah, usia sekolah dan remaja, usia dewasa, dan usia tua. Sasaran tersebut berfokus pada tiga hal, yaitu siklus hidup sebagai fokus integrasi pelayanan, perluasan layanan kesehatan melalui jejaring hingga tingkat desa/kelurahan dan perdukuhan, serta memperkuat pemantauan wilayah setempat melalui pemantauan dengan dashboard situasi kesehatan.

Namun dalam praktiknya, tidak semua siklus hidup yang menjadi sasaran dalam ILP tersebut bisa tercover semua dalam setiap giat Posyandu berbasis ILP. Kenyataan ini seperti yang dialami oleh Desa Pagak.

Kader kesehatan berpose dengan perawat Ponkesdes Pagak dan PP PTM Puskesmas Pagak

Karena tidak bisa tercover semua dalam setiap giat Posyandu ILP di awal bulan, maka perawat Desa Pagak Sri Hidayati, S.Kep. Ners berinisiatif mengadakan giat Posbindu PTM (Penyakit Tidak Menular) dan Posyandu Lansia tersendiri di akhir bulan.

Seperti giat yang dilakukannya dalam pelaksanaan Posbindu PTM dan Posyandu Lansia Edelweis di Ponkesdes Pagak yang beralamatkan di Dusun Tempur RT 06 RW 12 Desa Pagak, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang, pada Selasa (29/10).

Giat di Ponkesdes Pagak ini menyasar warga usia produktif dan lansia yang bermukim di RT 06 hingga RT 10 yang berada di RW 12, yang tidak tercover dalam giat Posyandu ILP sebelumnya. Hal ini sekaligus sebagai peningkatan dalam capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan. SPM Kesehatan sendiri merupakan hak setiap warga negara.

Penyuluhan kesehatan yang dilakukan perawat Ponkesdes Pagak

Acara giat Posbindu PTM dan Posyandu Lansia ini dimulai pada pukul 09.30 WIB. Begitu warga berdatangan, dipersilakan memasuki ruangan di Ponkesdes Pagak. Mula-mula, mereka akan melaporkan diri di meja bagian pendaftaran. Ada 2 kader kesehatan yang memberikan layanan pendaftaran, yaitu Cicik Krisdianti (Kader SMARThealth) dan Vista Pratiska (Kader Posyandu Lansia).

Selain melakukan pendaftaran, kedua kader tersebut juga melakukan pengukuran tinggi maupun berat badan.

Dari meja pendaftaran, warga akan menuju ke meja pengukuran tekanan darah. Kader SMARThealth Dyah Anggun Sasmita melakukan pengukuran tensi setiap warga yang hadir dalam giat tersebut. Kemudian warga akan bergeser ke samping atau arah selatan, untuk lanjut pengecekan kadar gula oleh kader SMARThealth Della Apyanagustin.

Cek kadar gula darah oleh kader SMARThealth

Usai diperiksa kadar gula darahnya, warga akan bergeser lagi ke selatan. Di meja itu, ada 3 orang yang terdiri dari 2 tenaga kesehatan (nakes) dan seorang kader Posyandu Lansia Nuryl Nindya Pratnia Paramita.

Kedua nakes tersebut, yakni perawat Ponkesdes Pagak Sri Hidayati, S.Kep. Ners dan Pemegang Program (PP) PTM Puskesmas Pagak Dwi Cahya Widodo, A.Md.Kep. Mereka bertugas memberikan pelayanan konsultasi kesehatan dan sekaligus pengobatan bagi warga yang terindikasi memiliki faktor risiko tinggi (highrisk). Obatnya akan diberikan oleh kader kesehatan Nuryl Nindya atas petunjuk kedua nakes tersebut.

Di sela-sela itu, perawat Ponkesdes Pagak juga memberikan penyuluhan kepada warga yang hadir dalam giat tersebut, terutama untuk para lansianya. Perawat Sri juga memperlihatkan buku panduan kesehatan lengkap bagi lansia, termasuk penyakit-penyakit umumnya dijumpai pada lansia.

Suasana skrining faktor risiko PTM dalam giat Posbindu PTM dan Posyandu Lansia di Ponkesdes Pagak

Selain itu, menurut perawat Sri, dalam giat ini juga terdapat penjaringan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS PK). PIS PK merupakan program nasional yang salah satu tujuannya adalah untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan.

Menurut perawat Sri, karena anggaran untuk home care terbatas maka nakes umumnya memanfaatkan kegiatan ini sekalian untuk pendataan keluarga dan intervensi lanjut yang belum sempat dikunjunginya.

Selesai mengikuti skrining faktor risiko PTM dan edukasi kesehatan, warga akan mendapatkan suguhan berupa jemblem dan utri. Utri itu bentuknya seperti panganan nogosari namun di dalamnya tidak ada pisangnya.

Giat Posbindu PTM dan Posyandu Lansia ini selesai pada pukul 11.08 WIB, dan berhasil melakukan skrining faktor risiko PTM sebanyak 28 orang, yang kebetulan perempuan semua. Sebelum meninggalkan tempat, nakes melakukan foto bersama dengan kader kesehatan yang bertugas serta mengajak anggota Tim SMARThealth Universitas Brawijaya (UB) yang turut menyaksikan jalannya giat Posbindu PTM dan Posyandu Lansia di Ponkesdes Pagak. Pulangnya dibawain jemblem dan utri. *** [301024]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Minggu, 27 Oktober 2024

Skrining Kesehatan di SMPN 2 Pagak

Sebelum Focus Group Discussion (FGD) Pengembangan Pengelolaan Sampah dan Peningkatan Kesehatan Masyarakat di Pendopo Kecamatan Pagak dimulai, fasilitator NIHR yang juga anggota Tim SMARThealth, menyempatkan diri untuk melihat skrining kesehatan terhadap siswa-siswi kelas 7 Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 2 Pagak yang beralamatkan di Jalan Batu Putih No. 1 Dusun Krajan RT 11 RW 03 Desa Pagak, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.

Kebetulan lokasi SMPN 2 Pagak dengan Kantor Camat Pagak tidaklah jauh. Tepatnya berada di belakang tembok Pendopo Kecamatan Pagak. Melalui pintu pagar tralis samping Pendopo tersebut, kita sudah tertuju dengan pintu gerbang SMPN 2 Pagak.

Gapura SMPN 2 Pagak, yang lokasinya berada di belakang Pendopo Kecamatan Pagak

Kegiatan ini diketahui oleh fasilitator NIHR ketika mendapat pesan singkat dari whatsapp perawat Desa Pagak yang kebetulan juga turut mengawali skrining kesehatan yang diadakan di Ruang Aula SMPN 2 Pagak.

Skrining kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (nakes) Puskesmas Pagak ini merupakan kegiatan rutin yang dilakukan setiap tahun, dan pada hari Kamis (24/10) ini jadwalnya untuk skrining siswa-siswi kelas 7. 

Penjaringan kesehatan siswa-siswi (skrining) tersebut adalah salah satu bentuk dari pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk mendeteksi dini siswa-siswi yang memiliki masalah kesehatan agar segera mendapatkan penanganan sedini mungkin serta tersedianya data atau informasi untuk menilai perkembangan kesehatan peserta didik.

Suasana skrining kesehatan di Ruang Aula SMPN 2 Pagak

Skrining tersebut dimulai pada pukul 08.30 WIB, dan meliputi pengukuran tinggi dan berat badan, pemeriksaan mata, pemeriksaan kulit, dan pemeriksaan telinga serta pemeriksaan mulut.

Mula-mula acara diisi dengan pengarahan dari perawat Ponkesdes Pagak Sri Hidayati, S.Kep.Ners yang kebetulan menjadi peserta FGD di Pendopo Kecamatan Pagak bersama dengan bidan Ponkesdes Pagak Anita Fitri Astuti, A.Md.Keb.

Lalu, siswa-siswi kelas 7 yang sudah berada di Ruang Aula untuk mengisi lembar skrining yang telah diberikan oleh nakes dari Puskesmas Pagak. Mereka diminta mengisi biodatanya dan disuruh memegangnya untuk diserahkan ke nakes ketika mendapatkan giliran pemeriksaan.

Skrining mata 

Alur pemeriksaannya, siswa-siswi kelas 7 akan dipanggil oleh nakes satu per satu. Mereka akan diukur tinggi maupun berat badan terlebih dahulu. Setelah mereka akan menuju ke bagian pemeriksaan mata yang berada di utara sisi timur, mepet tembok Ruang Aula yang dekat dengan pintu masuk dari sisi timur.

Tes skrining/pemeriksaan mata merupakan rangkaian pemeriksaan termasuk tes buta warna dan tajam penglihatan yang dapat membantu identifikasi masalah tajam penglihatan dan kelainan mata, termasuk di antaranya plus-minus.

Ada 3 nakes yang bertugas melakukan pemeriksaan mata, yakni Ibnu Irham Tyas Lukito, A.Md.Kep; Lilis Mustafiah, A.Md.Keb., dan Anita Fitri Astuti, A.Md.Keb. Dua nakes dari Puskesmas atau mereka bilang nakes Induk. Sedangkan, yang satunya merupakan bidan Ponkesdes Pagak.

Skrining kulit dan kuku

Usai pemeriksaan mata, mereka akan menuju ke meja yang ada di podium. Di situ, ada seorang nakes dari Puskesmas Pagak Jonathan Dwi Prasetyo, A.Md.Kep., dan 4 dokter muda (koas) dari Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang (FK Unisma) - Fakhry Setiawan, S.Ked., M.Dimas Taufandi, S.Ked., Syafira Inayah Puteri A., S.Ked., dan Isna Aulia Zamzamy, S.Ked.

Perawat Jonathan melakukan pemeriksaan kulit dengan dibantu koas Fakhry dan Isna yang melakukan pemeriksaan kuku dan kulit. Sementara itu, 2 koas lainnya, yaitu Dimas dan Syafira, bertugas melaksanakan pemeriksaan telinga dan mulut.

Skrining kulit digunakan untuk mencari tanda-tanda penyakit kulit, seperti scabies dan frambusia. Scabies atau juga dikenal dengan kudis adalah salah satu masalah kulit yang menimbulkan rasa gatal. Kudis disebabkan oleh tungau atau mite bernama Sarcoptes scabiei. Tungai tersebut nantinya akan menggigit dan bersembunyi di balik kulit penderita kudis.

Skrining telinga dan mata

Lalu, frambusia atau lebih dikenal dengan penyakit patek, puru, atau yaws, adalah penyakit menular menahun yang kambuhan disebabkan oleh bakteri Treponema pertenue dan pada umumnya menyerang kulit dan bahkan ada yang sampai menyerang tulang. Penyakit ini dapat menular melalui kontak langsung dengan kulit atau kontak melalui lalat. Umumnya menyerang anak-anak usia < 15 tahun.

Setelah itu, barulah dilanjutkan pemeriksaan kuku, telinga, dan gigi/mulut. Pemeriksaan kesehatan tersebut sangat penting dilakukan karena dapat menumbuhkan kesadaran peserta didik sejak dini untuk hidup bersih dan sehat yang dapat dimulai dari lingkungan sekolah dan dapat diterapkan di mana pun mereka berada.

Penjaringan kesehatan (skrining) anak usia sekolah, seperti siswa-siswi kelas 7 SMPN 2 Pagak ini merupakan pemeriksaan kesehatan dasar yang bertujuan untuk mengetahui status kesehatan muridnya sebagai salah satu upaya deteksi dini jika siswa-siswi memiliki masalah kesehatan. Kegiatan ini merupakan program rutin dari Puskesmas Pagak dalam pelayanan kesehatan anak sekolah di wilayah kerja Puskesmas Pagak di Kabupaten Malang. *** [271024]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Jumat, 26 Juli 2024

Jumat Ini, Dua FGD Masih Dilakukan Di Lingkungan Kerja Puskesmas Pagak

Jumat (26/07) ini, dua Focus Group Discussion (FGD) diselenggarakan di dua tempat dalam wilayah kerja Puskesmas Pagak, yaitu di Ruang Tamu Lantai 2 Puskesmas Pagak dan di Balai Desa Tlogorejo yang berjarak sekitar 9 kilometer.

FGD yang diadakan di Ruang Pertemuan Puskesmas Pagak adalah FGD Fase 1 dengan bidan Pustu Tlogorejo  Sulianik, A.Md.Keb., dan lima tenaga kesehatan (nakes) dari Puskesmas Pagak yang terdiri dari Lilis Mustafi’ah, A.Md.Kep., M. Fernanda K., A.Md.Kep., Tika Susanti, A.Md.Keb., Erra Puspyta, A.Md.Keb., dan drg. Salindri Pujiningrat.

FGD dengan bidan Pustu Tlogorejo dan nakes Puskesmas Pagak

FGD Fase 1 bidan Pustu Tlogorejo dan nakes dari Puskemas, atau yang biasa disebut dengan FGD Nakes ini, dimoderatori oleh fasilitator NIHR dengan dibantu seorang notulis bernama Tanjung Prameswari, S.Tr.P.

FGD di Puskesmas Pagak dimulai pada pukul 09.16 WIB di Ruang Tamu Lantai 2 karena ruang pertemuan yang telah digunakan sebanyak 2 kali FGD sedang dipakai untuk bimbingan teknis (bimtek).

Dalam FGD itu, diketahui bahwa pengelolaan sampah yang mengemuka adalah dengan berlangganan sebesar Rp 20 ribu sampah sudah diangkut secara periodik, dengan cara dibakar di halaman, dan ada juga yang ditimbun.

In-depth interview dengan bidan Pustu Tlogorejo

Diakui oleh peserta FGD, pembakaran sampah termasuk sampah plastik sesungguhnya berbahaya, yaitu bisa bikin sesak napas maupun perih di mata. Peserta dari Pagak yang agak masuk ke dalam juga mengatakan bahwa dirinya pernah mengalami sesak napas yang berkepanjangan ketika orangtuanya masih berprofesi dalam pembakaran gamping (limestone burning).

Diriwayatkan olehnya, pembakaran gamping yang ditekuni selama 20 tahun berdampak kepada kedua anaknya yang menjadikan mengalami sesak napas, dan sampai sekarang bila menjumpai asap akan merasa sesak napas. Namun, sejak 7 tahun ini, pembakaran gamping sudah berhenti, dan lahannya didirikan bangunan untuk usaha yang lain oleh orangtuanya.

Sementara itu, bidan Pustu Tlogorejo yang kebetulan menjadi Koordinator ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) Puskesmas Pagak bercerita bahwa kasus pasien ISPA di empat desa yang menjadi wilayah kerja Puskesmas Pagak ada sekitar 50 orang, dan itu merata di empat desa, yaitu Gampingan, Sumberejo, Pagak, dan Tlogorejo.

Wawancara dengan kader kesehatan Desa Tlogorejo

Peserta FGD juga meyakini bahwa kelompok umur yang rentan dari dampak pembakaran sampah itu adalah balita/anak dan lansia. Untuk balita/anak dikatakan rentan karena sesungguhnya perkembangan organ tubuhnya belum sempurna betul, dan yang lansia begitu rentan karena fungsi organ-organ tubuhnya sudah menurun.

Puskesmas Pagak, menurut peserta FGD Nakes ini, sebenarnya sudah menyosialisasikan tentang bahaya dan dampak dari pembakaran sampah melalui Seksi Kesling (Kesehatan Lingkungan) Puskesmas Pagak, baik di masing-masing balai desa maupun melalui pertemuan Posyandu. Namun terkadang, usai sosialisasi menguap begitu saja karena peserta sosialisasi tidak menularkannya.

Lalu, moderator dalam memantik terkait pendapat tentang solusi pembakaran sampah plastik, muncul tiga isu solusi dari peserta, yang disadur dari tulisan peserta dalam kertas plano yang dibagikan. Ada tiga solusi yang mengemuka, yakni 1. Membawa kantong belanja; 2. Daur ulang (pengepul, bank sampah); dan 3. Kerja sama dengan Pemerintah.

FGD dengan tokoh masyarakat di Balai Desa Tlogorejo

Ketiga pendapat itu oleh moderator, didiskusikan lagi secara bersama-sama dalam FGD, dan hasilnya 5 orang peserta menerangkan, dan bila diurutkan dari nomornya menjadi 3,1,2. Hanya 1 orang yang berbeda, yakni 2,3,1. Seorang dokter gigi yang bermukim di Sumberpucung sedikit berbeda, karena berdasakan kebiasaannya di daerahnya yang telah melakukan daur ulang melalui bank sampah yang bekerja sama dengan pengepul sudah terasa dalam pengurangan pembakaran sampah plastik. Sedangkan, bagi yang menempatkan kerja sama dengan Pemerintah tersebut, pengertiannya lebih kepada pengoptimalan koordinasi lintas sektornya saja.

Selain Diskusi Kelompok Terfokus dengan nakes, di Puskesmas Pagak juga dilakukan in-depth interview dengan bidan Pustu Tlogorejo dan wawancara dengan kader kesehatan dari Posyandu Nusa Indah 5 Tlogorejo. In-depth interview dilakukan oleh Tanjung Prameswari, dan wawancara dengan kader dihandle oleh fasilitator NIHR.

Kemudian di Balai Desa Tlogorejo, ada empat FGD: kader kesehatan; wakil masyarakat terdampak polusi udara (laki-laki); wakil masyarakat terdampak polusi udara (perempuan); dan tokoh masyarakat terdampak polusi udara.

FGD dengan kader kesehatan di Balai Desa Tlogorejo

FGD kader kesehatan dilakukan oleh Hilda Irawati, S.Stat., dan Alfiatul Nisa’, S.P. FGD wakil masyarakat terdampak polusi udara (laki-laki) dilaksanakan oleh Arief Budi Santoso, S.E., dan Elmi Kamilah, S.Sos.

Lalu, FGD wakil masyarakat terdampak polusi udara (perempuan) dilakukan oleh Desta Prasanthi Anggraini, S.P., M.P., dan FGD tokoh masyarakat terdampak polusi udara dilakukan oleh Dr. Rizka Amalia, S.K.Pm., M.Si., dan Dea Aginta Karina Br Tarigan, S.AP.

Kedua Tim Penelitian NIHR yang bertugas di Puskesmas Pagak dan Balai Desa Tlogorejo berjumpa lagi di Puskesmas Pagak ba’da Jumatan, dan kemudian balik ke Kampus Universitas Brawijaya (UB) di Malang, dan fasilitator NIHR kembali ke Sekretariat SMARThealth di Dilem, Kepanjen. *** [260724]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Kamis, 25 Juli 2024

FGD Fase 1 Nakes di Puskesmas Pagak dan FGD Anggota Komunitas di Balai Desa Tlogorejo

Beberapa kegiatan dalam penelitian NIHR Global Health Research for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) berlangsung serempak di dua tempat pada Kamis (25/07). 

Focus Group Discussion (FGD) dengan perawat Desa Pagak dan lima tenaga kesehatan (nakes) dari Puskesmas Pagak serta in-depth interview dengan bidan Ponkesdes Pagak maupun wawancara dengan kader kesehatan yang bertugas di Ponkesdes Pagak dilangsungkan di Ruang Pertemuan Lantai 2 Puskesmas Pagak.

FGD dengan perawat Desa Pagak dan lima nakes Puskesmas Pagak

Sedangkan, FGD dengan anggota komunitas dan survey karakteristik komunitas serta pengamatan langsung di lapangan dilakukan di Balai Desa Tlogorejo yang beralamatkan di Dusun Dadapan RT 16 RW 06 Desa Tlogorejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.

Implementasi FGD dengan perawat Desa Pagak dan lima nakes dikomandoi fasilitator NIHR dengan dibantu oleh Hilda Irawati, S.Stat selaku notulis dan Gatot Sujono, S.ST, M.Pd dalam dokumentasi serta memberikan pengantar dalam pelaksanaan FGD. 

FGD nakes ini dihadiri oleh perawat Ponkesdes Pagak Sri Hidayati, S.Kep.Ners dan lima nakes Puskesmas Pagak yang terdiri dari dr. Intan Putri Hadiyanti, Esawati Frendita Pratama, A.Md.Keb., Dodik Tri Agung Setiawan, A.Md.Kep., Suprapti, S.Tr.Keb., dan Anita Christiyanti, A.Md.Keb.

In-depth interview dengan bidan Desa Pagak

Sedangkan, wawancara mendalam dengan bidan Ponkesdes Pagak Lilis Mustafiah, A.Md.Keb dilakukan oleh Sekar Aqila Salsabila, S.AP, M.AP, dan wawancara dengan kader Ponkesdes Prastika dilaksanakan oleh Hilda Irawati usai FGD nakes kelar.

Hasil dari Diskus Kelompok Terfokus itu, diketahui bahwa pengelolaan sampah yang ada berupa langganan sampah yang diambil secara periodik, membakar sampah, dan ada pula yang menimbunnya.

Baik nakes maupun masyarakat di wilayah kerja atau mukimnya umumnya sudah mengetahui mengenai bahaya dari hasil pembakaran sampah termasuk di dalamnya sampah plastik. 

FGD Anggota Komunitas di Pendopo Balai Desa Tlogorejo

Namun di beberapa permukiman peserta, dikatakan bahwa pembakarannya tidak setiap hari, kecuali bagi nakes peserta FGD yang bermukim di sebuah desa yang kebanyakan masyarakatnya berkutat dengan pekerjaan memilah limbah sampah untuk dipilah sampah berbahan kardus atau kertas karena memiliki nilai jual yang lumayan. Bisa untuk penghidupan keluarganya. Pembakaran sampah plastik sisa dari limbah sampah yang tercampur bahan kertas tersebut, musti dibakar agar supaya tempatnya bisa cepat digunakan untuk memilah lagi.

Diakui oleh nakes tersebut, bahwa dari pekerjaan memilah itu tentunya akan menghasilkan pembakaran sampah plastik yang terus menerus, dan di kala musim hujan tak jarang menyebabkan pencemaran ke dalam tanah yang mempengaruhi sumur sehingga tak jarang menyebabkan warga yang terkena diare atau disentri.

Lalu, pada saat berdiskusi terkait pendapat peserta FGD dalam mengurangi pembakaran sampah plastik muncul enam pendapat solutif dari hasil rangkuman yang ditulis oleh peserta dalam kertas plano. Keenam pendapat itu: 1. Mengganti kantong belanja yang ramah lingkungan; 2. Mengurangi konsumsi minuman dari botol plastik; 3. Pemilahan sampah; 4. Ada bank sampah dan TPST; 5. Edukasi bahaya pembakaran sampah plastik; 6. Sampah yang bisa dijual ke rombeng/pengepul.

Survei Karakteristik Masyarakat bersama Sekdes Tlogorejo

Setelah dituliskan di kertas besar di white board, moderator FGD nakes, yakni fasilitator NIHR, mengajak peserta untuk mendiskusikan ulang dari enam pendapat yang mengemuka, mana saja yang kira-kira bisa diaplikasikan di wilayah.

Dari sini muncul perbedaan. Peserta nakes dari Pagak memilih 3 dan 6; yang dari Gampingan 1,4,5,6; yang dari Donomulyo 3 dan 4 serta yang satunya lagi dari Donomulyo memilih 1,2,5,6. Sedangkan, yang dari Wajak memilih 3 dan 4. Kesemua pendapat ini berdasarkan kondisi di wilayahnya masing-masing yang kira-kira pas sebagai solusi mengurangi pembakaran sampah plastik dan bisa dijalankan secara individual juga.

Beralih ke Balai Desa Tlogorejo. FGD dengan anggota komunitas dimoderatori oleh Meutia Fildzah Sharfina, SKM, MPH, dan Survei Karakteristik Masyarakat dilakukan oleh Supyandi, dan pengamatan langsung serta pengukuran kualitas udara dilakukan oleh Eko Teguh Purwito, S.Si., M.Si., dan Azarine Aisyah Widhowati, S.Si.

Pengukuran kualitas udara di Desa Tlogorejo

Pengukuran kualitas udara dilakukan di sekitar pabrik pembuatan tiwul yang berada di RT 16 RW 06 dan satunya lagi di pabrik tahu. Personil yang mengukur kualitas udara juga diajak oleh pamong desa, singgah di tepi Waduk Karangkates yang pernah menjadi lokasi kegiatan bersih sampah plastik 24 hari yang lalu.

Selesai kegiatan di Balai Desa Tlogorejo, Tim Penelitian NIHR kembali ke Puskesmas Pagak untuk menjembut teman yang melakukan in-depth interview dengan bidan Ponkesdes Pagak dan wawancara dengan kader Ponkesdes Pagak.

Sementara itu, fasilitator NIHR berpisah karena akan menghadiri acara pertemuan kader Posyandu dan PKK Desa Tlogorejo yang diadakan di rumah salah seorang kader Posyandu Balita, yang lokasinya tak jauh dari Balai Desa Tlogorejo. *** [250724]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Rabu, 24 Juli 2024

FGD Fase 1 Dengan Perawat Desa Sumberejo dan Nakes Puskesmas Pagak

Dalam tiga hari ini bakal ada Focus Group Discussion (FGD) Fase 1 dengan perawat dan staf terkait lainnya dari Ponkesdes dan Puskesmas, dari tanggal 24 hingga 26 Juli 2024 bertempat di Puskesmas Pagak yang beralamatkan di Jalan Hamid Rusdi No. 84 Dusun Sumbernongko, Desa Pagak, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.

Hari pertama ini, Rabu (24/07), FGD dilaksanakan bersama dengan perawat Desa Sumberejo Hari Purnomo, S.Kep.Ners dan lima tenaga kesehatan (nakes) dari Puskesmas Pagak yang terdiri dari dr. Septian Iqbal Mirzaqom, Ibnu Irham, Jonathan Dwi Prasetyo, A.Md.Kep., Wahono, dan Dika Arum.

Suasana perkenalan peserta FGD

Bertindak sebagai moderator adalah fasilitator NIHR dengan dibantu Hilda Irawati, S.Stat. sebagai notulis dan Alifatul Nisa’, S.P. dalam dokumentasi. Selain itu juga dihadiri oleh Gatot Sujono, S.ST, M.Pd., seorang pensiunan Substansi PTM dan Keswa Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang yang terlibat dalam penelitian NIHR Global Health Research for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC).

Sebelum memulai FGD, moderator mempersilakan Alifatul Nisa’ untuk membagikan Lembar Penjelasan Penelitian kepada peserta FGD untuk dibaca dan kemudian menandatangani sebagai bukti partisipasinya mereka secara sukarela dalam kegiatan FGD ini.

Usai mereka menandatangani lembar tersebut, moderator mempersilakan kepada pensiunan Substansi PTM dan Keswa untuk memberikan pengantar dalam FGD yang akan dilaksanakan ini. Dalam pengantarnya, Gatot Sujono membeberkan arti pentingnya informasi yang dikumpulkan dalam FGD ini dalam memetakan permasalahan yang ada dalam pengelolaan sampah selama ini.

Tepat pukul 09.33 WIB dimulailah FGD. FGD berjalan mengalir, mulai dari pendapat umum tentang sampah dan pembakaran sampah plastik; sumber pengelolaan sampah plastik; pengetahuan, sikap, dan praktik terkait pembakaran sampah plastik; peran dalam pengelolaan sampah plastik; dan pendapat tentang solusi dari pengurangan pembakaran sampah plastik.

Suasana FGD terkait pandangan umum dalam pengelolaan sampah

Dari FGD ini, diketahui bahwa pengelolaan sampah di wilayah para nakes tersebut ada yang berlangganan dengan cara diangkut secara periodik oleh petugas, dan ada juga yang masih melakukan pembakaran sampah.

Dari beberapa peserta, mengatakan bahwa pembakaran sampah termasuk di dalamnya ada plastik itu biasanya terjadi pada warga yang masih memilki lahan yang cukup luas. Yang dibakar pun umumnya sampah plastik yang mendominasi yakni berupa kresek maupun sachet. Sedangkan, untuk botol plastik seperti wadah air minum, ada sejumlah warga yang memilahnya untuk dijual ke pengepul atau diambil bank sampah.

Bagi warga yang sudah berlangganan sampah, juga terlihat ada yang ikut memilah untuk dijual pengepul. Uangnya bisa digunakan untuk membayar bulanan pengambilan sampah di rumah-rumah warga yang berlangganan.

Diakui oleh beberapa peserta, sampah memang dijumpai dalam keseharian. Puskesmas Pagak dan Ponkesdes yang ada di lingkungan kerjanya, umumnya juga telah memiliki program dalam memberikan edukasi berupa bahayanya asap dari pembakaran sampah melalui Seksi Promkes, namun hal ini tidak gampang di suatu daerah yang penghidupannya memang berkecimpung dengan sampah plastik. Ini menyangkut soal hajat hidup orang.

Mengurangi ketegangan dalam diskusi, moderator menyisipi dengan suasana tertawa dalam berdiskusi terkait bahaya dan dampak pembakaran sampah plastik

Yang menarik lagi, dalam diskusi itu juga dijumpai adanya dua warga yang terindikasi terdampak asap pembakaran sampah plastik berupa chronic obstructive pulmonary disease (COPD). Dua warga tersebut periksa secara rutin ke Puskesmas Pagak dan ditangani secara berkesinambungan oleh dokter fungsional Puskesmas. Kedua warga tersebut berumur 40 tahun ke atas, dan berjender perempuan.

Selain itu, juga muncul dari peserta nakes mengenai pendapat dalam solusi pengurangan dampak pembakaran sampah plastik. Dari kertas plano warna biru, yang ditulis oleh masing-masing peserta terkait pandangannya dalam solusi tersebut, muncul beragam pandangan.

Namun setelah dirangkum dalam kertas putih besar yang dipasang di white board milik Puskesmas Pagak, ada empat pandangan yang mengemuka, yaitu lebih ditingkatkan realisasi fungsi petugas kebersihan, petugas survey, penyuluhan, dan alur pembuangan; pemilahan sampah; penempatan lokasi pembakaran yang jauh dari pemukiman warga; dan keterlibatan pemerintah sekitar melalui kebijakan program, seperti misalnya gratis biaya pengangkutan sampahnya.

Dari isu yang mengemuka itu, moderator berusaha memantiknya. Ternyata dari beberapa peserta muncul pandangan yang berbeda dalam urutannya, sesuai dengan kondisi yang dihadapi di wilayahnya masing-masing. Namun begitu, yang menempati skala prioritas utama adalah perlu ada koordinasi lintas sektor dalam penanganan pengelolaan sampah, seperti yang dibahasakan oleh peserta sebagai keterlibatan pemerintah.

Suasana FGD terkait pandangan solutif, moderator mengambil posisi berdiri di kertas yang dari rangkuman dari tulisan peserta di kertas plano untuk didiskusikan lebih lanjut

Acara FGD hari pertama ini selesai pada pukul 10.50 WIB, dan esok harinya akan dilanjutkan dengan FGD dengan perawat Desa Pagak dan lima orang nakes dari Puskesmas Pagak yang orangnya berbeda dengan hari pertama. Selain itu, juga ada in-depth interview dengan bidan desa Pagak serta 1 orang kader kesehatan di Ponkesdes Desa Pagak.

Sementara itu, di hari kedua ini juga terdapat FGD dengan anggota komunitas yang diselenggarakan di Balai Desa Tlogorejo, yang diikuti dengan survey karakteristik masyarakat dan direct observation. Jadi, ada dua tempat kegiatan untuk hari kedua.

Terkait kegiatan di Tologorejo, sepulang dari Puskesmas Pagak, fasilitator NIHR bersilaturahmi dengan Kepala Desa (Kades) Tlogorejo Eko Wahyudi di Balai Desa Tlogorejo. Sambil mengantar surat tembusan dari Kesbangpol, juga membahas untuk kegiatan esok hari yang akan dilaksanakan di Balai Desa, dan Kades pun menyambutnya dengan senang. *** [240724]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Sabtu, 04 Mei 2024

Sabtu di Puskesmas Pagak, Tim Penelitian NIHR Lakukan Wawancara Dengan Dokter, Pj PTM, Apoteker Pukesmas dan Perawat Desa Gampingan

Sabtu (04/05) pagi ini, Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC), atau yang di Indonesia dikenal dengan penelitian “Dampak Polusi Udara terhadap Risiko Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronik dan Penyakit Jantung di Kabupaten Malang, Jawa Timur”, kembali mengujungi Puskesmas Pagak untuk melakukan wawancara.

Pada saat kunjungan sebelumnya – tanggal 23 dan 24 April - Tim Penelitian NIHR menggunakan instrumen Annexure 3 untuk dokter, perawat, apoteker, dan penanggung jawab (Pj) Penyakit Tidak Menular (PTM) Puskesmas Pagak serta 2 kader kesehatan dari Desa Gampingan dan Desa Sumberejo dengan menggunakan instrumen Annexure 4.

Rombongan Tim Penelitian NIHR diterima oleh Pj Promkes Puskesmas Pagak

Sementara itu, kunjungan kali ini Tim Penelitian NIHR memakai instrumen Annexure 2 dalam melakukan wawancara dengan  dokter, apoteker, dan Pj PTM Puskesmas Pagak. Sedangkan, untuk in-depth interview dengan perawat Desa Gampingan menggunakan instrumen Annexure 4.

Rombongan Tim Penelitian NIHR kunjungan di Sabtu pagi ini terdiri dari Sujarwoto, S.IP, M.Si, MPA, Ph.D; Eko Teguh Purwito Adi, S.Si, M.Si; Meutia Fildzah Sharfina, SKM, MPH; Serius Miliyani Dwi Putri, SKM, M.Ked.Trop; Hilda Irawati, S.Stat.; saya, dan 2 enumerator – Tanjung Prameswari, S.Tr.P. dan Supyandi.

Bidan dan perawat Desa Gampingan berdiskusi dengan pimpinan rombongan Tim Penelitian NIHR terkait pelaksanaan FGD yang bakal dilaksanakan di Desa Gampingan

Sesampainya di Puskesmas Pagak, mereka diterima dengan ramah oleh Pj Promkes yang sekaligus berada di bagian Unit Kepegawaian, Riswan, SKM, pada pukul 09.27 WIB di ruang tamu lantai 2. Ia mewakili Kepala Puskesmas Pagak maupun Kepala Tata Usaha Puskesmas Pagak yang sedang ada pelatihan.

Setelah itu, Tim Penelitian NIHR berbagi peran. Sujarwoto, Eko, dan 2 enumerator melanjutkan pengamatan langsung (Indonesia NIHR Formative Assessment 2024: Direct Observations) yang belum selesai ketika nganyari di Balai Desa Sumberejo, dengan didampingi staf PTM dan Kesehatan Jiwa (Keswa) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang Imam Ghozali, S.Kep.Ners.

Wawancara Annexure 2 dengan apoteker Puskesmas Pagak

Namun sebelum berangkat ke lapangan, Sujarwoto sempat berdiskusi dengan bidan Desa Gampingan Ida Hariani, A.Md.Keb. dan perawat Desa Gampingan Tyas Pratiwi, A.Md. Kep terkait jadwal pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) yang bakal dilaksanakan di Desa Gampingan bersama perangkat desa, tokoh masyarakat, dan 2 pasien PTM.

Kemudian Tim Penelitian NIHR yang lain juga berbagi tugas di Puskesmas Pagak. Meutia Fildzah mewawancarai apoteker Puskesmas Pagak Apt. Rodo Nathania Eirene Sitorus, S.Farm; Hilda Irawati menanyai Pj PTM Puskesmas Pagak Dwi Cahya Widodo, A.Md.Kep; Serius Miliyani mewawancarai dokter fungsional Puskesmas Pagak dr. Septian Iqbal Nirzaqom; serta saya kebagian mewawancarai perawat Desa Gampingan Tyas Pratiwi, A.Md.Kep.

Wawancara Annexure 2 dengan Pj PTM Puskesmas Pagak

Yang melakukan wawancara dengan dokter fungsional, Pj PTM dan apoteker Puskesmas Pagak menggunakan instrumen Annexure 2 di Ruang Pertemuan Puskesmas Pagak Lantai 2, sedangkan saya dalam mewawancarai perawat Desa Gampingan memakai instrumen Annexure 2 dan 4 meminjam Ruang Kepala Puskesmas.

Instumen Annexure 2 menyangkut alat penilaian ketersediaan dan kesiapan layanan fasilitas kesehatan, sementara itu instrumen Annexure 4 merupakan panduan wawancara mendalam untuk petugas kesehatan masyarakat (tenaga kesehatan Ponkesdes, kader kesehatan).

Wawancara Annexure 2 dengan dokter fungsional Puskesmas Pagak

Modul dalam Annexure 2 meliputi informasi umum, aksesibilitas layanan, nutrisi dan layanan terkait, risiko kesehatan iklim, aplikasi kesehatan digital, layanan yang tersedia, dan catatan kesimpulan pewawancara.

Sedangkan, pada modul dalam Annexure 4 berisi panduan in-depth interview untuk tata kelola yang dijalankan perawat desa, perawatan kesehatan primer yang komprehensif, pelatihan, platform digital, insentif, retensi, dan lain-lainnya. 

Wawancara Annexure 2 dan in-depth interview Annexure 4 dengan perawat Desa Gampingan

Prosesi wawancara di Puskesmas Pagak berlangsung hingga pukul 12.16 WIB. Kemudian mereka menunggu Tim Penelitian NIHR yang masih melakukan observasi langsung di tiga dusun yang ada di wilayah administrasi Desa Sumberejo.

Sekitar pukul 13.30 WIB, rombongan Tim Penelitian NIHR berpamitan dengan pihak Puskesmas Pagak yang diwakili Pj PTM untuk kembali ke Kampus Universitas Brawijaya (UB), dan dalam perjalanan pulangnya diajak singgah ke tempat Wisata Mahoni Dempok hasil corporate social responsibility (CSR) Eka Fortuna. *** [040524]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Rabu, 24 April 2024

In-depth Interview NIHR dengan Apoteker dan Pj PTM Puskesmas Pagak serta Kader Kesehatan Desa Gampingan

Hari ini, Rabu (24/04), merupakan hari kedua anggota Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC), atau yang di Indonesia dikenal dengan penelitian “Dampak Polusi Udara terhadap Risiko Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronik dan Penyakit Jantung di Kabupaten Malang, Jawa Timur.”

Sehari sebelumnya, tiga Tim Penelitian telah melakukan wawancara mendalam (in-depth interview) dengan dokter fungsional dan perawat Puskesmas Pagar serta kader kesehatan Desa Sumberejo, dan sekarang giliran melakukan in-depth interview dengan apoteker dan penanggung jawab Penyakit Tidak Menular (Pj PTM) Puskesmas Pagak serta kader kesehatan Desa Gampingan.

Tim Penelitian NIHR beraudiensi dengan Kepala Puskesmas Pagak sebelum melakukan in-depth interview

In-depth interview (wawancara mendalam) adalah adalah teknik penelitian kualitatif yang digunakan untuk melakukan wawancara mendetail dengan sejumlah kecil partisipan. Berbeda dengan bentuk penelitian kualitatif lainnya, peneliti yang menggunakan pendekatan wawancara mendalam menginvestasikan banyak waktu dengan setiap partisipan menggunakan format percakapan. Pertanyaan wawancara pada dasarnya bersifat terbuka dan mengarah pada pendekatan berorientasi penemuan (Rutledge & Hogg, 2020).

Tujuan dari wawancara mendalam adalah untuk mendapatkan informasi rinci yang menyoroti sudut pandang, pengalaman, perasaan, dan makna yang diperoleh individu tentang suatu topik atau isu tertentu. Kebetulan topik atau isunya terkait polusi udara dan PTM.

In-depth interview dengan Pj PTM Puskesmas Pagak

Polusi udara merupakan ancaman kesehatan global yang utama. Semakin banyak bukti mengenai dampak negatif polusi udara terhadap kesehatan dan kesejahteraan. Hubungan antara polusi udara dan kesehatan dimediasi oleh persepsi risiko kesehatan dan memainkan peran penting dalam respons masyarakat terhadap hal tersebut. Polusi udara dalam pikiran masyarakat seringkali berbeda dengan polusi udara yang didefinisikan oleh komunitas ilmiah. Oleh karena itu, untuk mengembangkan strategi pencegahan dan pengentasan yang berhasil, pemahaman terhadap persepsi risiko masyarakat adalah kuncinya (Noël et. al., 2022). Dari sinilah, kita akan melihat pemahaman tersebut dari sudut pandang responden yang mungkin berdampak terhadap kesehatan.

Tiga anggota Tim Penelitian NIHR yang terdiri dari dr. Harun Al Rasyid, MPH; Meutia Fildzah Sharfina, SKM, MPH dan saya, tiba di Puskesmas Pagak pada pukul 09.08 WIB. Ketiga anggota Tim Penelitian diterima oleh Kepala Puskesmas (Kapus) Pagak dr. Cynthia Aristi P.R. di Ruang Tamu Lantai 2 Puskesmas Pagak.

In-depth interview dengan apoteker Puskesmas Pagak

Kemudian dr. Harun Al Rasyid pun mengemukan maksud dan tujuan kehadirannya di Puskesmas Pagak kepada Kapus dr. Cynthia. Kebetulan dr. Cynthia adalah adik kelas sewaktu kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB).

Setelah itu, tanpa berpanjang lebar, Kapus dr. Cynthia pun mempersilahkan untuk bertugas dalam in-depth interview dengan responden yang telah dihadirkan di Ruang Pertemuan Lantai 2 Puskesmas Pagak.

Berhubung ketiga responden telah hadir dan siap diajak wawancara mendalam, maka ketiga Tim Penelitian pun juga berbagi peran dalam melakukan in-depth interview kepada responden tersebut. Dr. Harun Al Rasyid melakukan wawancara mendalam dengan Pj PTM Puskesmas Pagak Dwi Cahya Widodo, A.Md.Kep; Meutia Fildzah Sharfina bersama apoteker dan sekaligus Koordinator Risiko Puskesmas Pagak Apt. Rodo Nathania Eirene Sitorus, S.Farm; dan saya melakukan in-depth interview dengan kader kesehatan Desa Gampingan Dianawati.

In-depth interview dengan kader kesehatan Desa Gampingan

Proses wawancara mendalam kali ini bervariasi. In-depth interview dengan apoteker dan kader kesehatan selesainya hampir bersamaan, memakan waktu sekitar 40 menit lebih sedikit. Sedangkan, wawancara mendalam dengan Pj PTM menyita waktu 1 jam lebih, atau berakhir pada pukul 10.02 WIB.

Setelah itu, tiga anggota Tim Penelitian dipersilakan untuk mencicipi hidangan yang telah disediakan di meja tamu yang berada di depan pintu masuk Ruang Pertemuan Puskesmas Pagak. Ada putu ayu, lumpia, pisang goreng, kue lapis, dan lain-lain.

Usai rehat sejenak dan mencicipi hidangan tersebut, tiga anggota Tim Penelitian pun berpamitan kepada Kapus dr. Cynthia untuk kembali ke Kampus FKUB. *** [240424]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Selasa, 23 April 2024

Wawancara Mendalam NIHR Bersama Dokter dan Perawat Puskesmas Pagak dan Kader Kesehatan Desa Sumberejo

Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah metode terbuka dan berorientasi pada penemuan untuk memperoleh informasi rinci tentang suatu topik dari pemangku kepentingan. Wawancara mendalam merupakan metode penelitian kualitatif; tujuannya adalah untuk mengeksplorasi secara mendalam sudut pandang, pengalaman, perasaan, dan perspektif responden. Wawancara jenis ini, dalam Workbook E: In-Depth Interview (Wallace Foundation Website, 2009), sering kali dilakukan pada awal proyek penelitian.

Satu bulan yang lalu (23/03), anggota Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseseas and Enviromental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC), atau yang di Indonesia dikenal dengan penelitian “Dampak Polusi Udara terhadap Risiko Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronik dan Penyakit Jantung di Kabupaten Malang, Jawa Timur” telah melakukan uji coba instrumen survey di Puskesmas Bantur.

Dan, hari ini, Selasa (23/04), tiga anggota Tim Penelitian – dr. Harun Al Rasyid, MPH; Meutia Fildzah Sharfina, SKM, MPH dan saya - mencoba mengimplementasikan dalam main survey di Puskesmas Pagak yang beralamatkan di Jalan Hamid Rusdi No. 84 Dusun Sumbernongko, Desa Pagak, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.

Anggota Tim Penelitian tiba di Puskesmas Pagak pada pukul 09.00 WIB lebih sedikit, dan diterima langsung dengan ramah oleh Kepala Tata Usaha Puskesmas Pagak Sulih Mintarum, ST yang mewakili Kepala Puskesmas yang sedang mengikuti acara Lokmin (Lokakarya Mini) di tempat lain.

In-depth interview bersama dokter fungsional Puskesmas Pagak

Setelah anggota Tim Penelitian memperkenalkan diri, dr. Harun Al Rasyid mengungkapkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kebijakan dan pelayanan kesehatan yang ditujukan dan mengidentifikasi berbagai faktor yang mendukung dan menghambat implementasi kebijakan dan pelayanan promotif preventif untuk mengurangi dampak polusi udara pada risiki penyakit paru-paru obstruktif kronis (PPOK) dan penyakit jantung pada masyarakat.

Begitu mendengar maksud dan tujuan kehadiran dari tiga anggota Tim Penelitian ini, Kepala Tata Usaha Puskesmas Pagak berusaha memfasilitasi untuk menghubungi responden yang diperlukan dalam in-depth interview (wawancara mendalam) pada hari ini.

Sesuai schedule yang telah dilayangkan kepada Puskesmas Pagak, hari ini tiga Tim Penelitian ingin melakukan in-depth interview dengan dokter fungsional dan perawat yang bertugas di Puskesmas Pagak serta seorang kader kesehatan dari Desa Sumberejo.

Kebetulan responden yang sudah siap adalah dokter fungsional dan perawat di lingkungan Puskesmas Pagak, sementara kader kesehatannya menurut informasi dari perawat Desa Sumberejo, tidak bisa hadir di Puskesmas lantaran sedang ada pertemuan. Ia akan menunggu di Balai Desa Sumberejo untuk in-depth interview.

In-depth interview dengan perawat Puskesmas Pagak

Akhirnya, dua responden dilakukan wawancara mendalam di Ruang Pertemuan Lantai 2 Puskesmas Pagak. Dr. Harun Al Rasyid melakukan wawancara mendalam dengan dr. Septian Iqbal Mirzaqom, seorang dokter fungsional dan sekaligus penanggung jawab UKP, Kefarmasian dan Laboratorium Puskesmas Pagak.

Kemudian Meutia Fildzah Sharfina mewawancarai mendalam bersama Hidayana, A.Md.Kep, seorang perawat UGD dan sekaligus penanggung jawab TB Puskesmas Pagak. Sementara itu, berhubung kader kesehatan tidak bisa hadir di Puskesmas Pagak, saya pun berperan untuk mendokumentasikan jalannya in-depth interview yang umumnya berkisar 1 jam lamanya.

Selesai in-depth interview dengan dokter dan perawat Puskesmas Pagak, tiga Tim Penelitian berpamitan dengan Kepala Tata Usaha Puskesmas Pagak untuk melanjutkan langkah menuju ke Balai Desa Sumberejo yang berjarak sekitar 2 kilometer dari Puskesmas Pagak, namun arahnya sejalur pulang menuju Malang nantinya.

Pada waktu hendak meninggalkan Lantai 2 Puskesmas Pagak, Kepala Tata Usaha telah menyiapkan hidangan dalam kardus untuk dicicipi. Namun karena sudah ditunggu kader kesehatan di Balai Desa Sumberejo, ketiga kardus hidangannya dibawa pulang.

In-depth interview bersama kader kesehatan Desa Sumberejo

Rombongan Tim Penelitian tiba di Balai Desa Sumberejo sekitar pukul 11.18 WIB. Di Balai Desa itu, tiga anggota Tim Penelitian berjumpa juga dengan Sekretaris Desa (Sekdes) Sumberejo, perawat Desa Sumberejo Hari Purnomo, S.Kep.Ners., Babinsa, dan kader kesehatan serta perangkat desa lainnya.

Begitu diterima oleh Sekdes di salah satu ruangan, dr. Harun Rasyid dan Meutia mengobrol dengan Sekdes dan perawat desa, sementara saya gantian bertugas melakukan in-depth interview dengan kader Posyandu Balita bernama Wiwik Zumawati.

Mula-mula, diterangkan dulu tujuan dari in-depth interview ini kemudian saya pun menyodorkan informed consent untuk dibaca sejenak agar supaya dalam berpartisipasi sebagai responden menerimanya dengan tangan terbuka.

In-depth interview dilakukan di meja panjang yang berada di Pendopo Balai Desa Sumberejo. In-depth interview ini memakan waktu sekitar 51 menit, dan berakhir pada pukul 12.17 WIB dan direkam. Tujuannya direkam ini agar memudahkan peneliti untuk mengulang kembali hasil dari in-depth interview.

Selesai wawancara mendalam dengan kader kesehatan ini, Tim Penelitian pun berpamitan mengingat dr. Harun Al Rasyid masih ada jadwal menguji mahasiswanya di Kampus Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB). *** [230424]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Rabu, 18 Oktober 2023

Puskesmas Pagak Adakan Sosialisasi PPN dan Pelatihan Kader SMARThealth

Hari ini, Rabu (18/10), Puskesmas Pagak mengadakan pertemuan kader yang diisi dengan sosialisasi program prioritas nasional (PPN) dan pelatihan kader SMARThealth di Ruang Pertemuan Lantai 2 Puskesmas Pagak yang beralamatkan di Jalan Hamid Rusdi No. 84 Dusun Krajan RT 05 RW 02 Desa Pagak, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.

Pertemuan kader ini diikuti oleh kader kesehatan dari empat desa yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pagak, yakni Gampingan, Sumberejo, Pagak, dan Tlogorejo. Setiap desa mengirimkan 5 kader kesehatan, ditambah dengan tenaga kesehatan (nakes) dari desanya masing-masing.

Peserta pertemuan dan pelatihan kader SMARThealth berpose bersama Kepala Puskesmas Pagak

Dalam pertemuan kader ini, Puskesmas Pagak menghadirkan personil Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang untuk memberikan pelatihan SMARThealth bagi kader dari empat desa tersebut. Personil Dinkes Kabupaten Malang, terdiri dari Nur Ani Sahara, S.Kep. Ners, Candra Hernawan, S.Kom, Ulinati, S.IP, dan seorang perwakilan Tim SMARThealth Universitas Brawijaya (UB).

Acara pertemuan kader ini dimulai pada pukul 08.46 WIB dengan diawali menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Mars GERMAS yang dipandu oleh dirigen Sri Hidayati, A.Md.Kep, seorang perawat Ponkesdes Gampingan.

Peserta menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars GERMAS dipandu oleh dirigen

Setelah itu, Master of Ceremony (MC) Findi Dwi Hartika, A.Md. Ak dari Sistem Informasi Puskesmas Pagak, mengucapkan selamat datang dan membacakan susunan acara dalam pertemuan kader ini dan diteruskan dengan memandu doa menurut keyakinannya masing-masing.

Pukul 08.51 WIB, acara diisi dengan pemaparan materi dari dr. Septian Iqbal Mirzawom, seorang dokter fungsional dan sekaligus penanggung jawab UKP, Kefarmasian, dan Laboratorium Puskesmas Pagak.

Dokter fungsional Puskesmas Pagak berikan materi Program Prioritas Nasional (PPN)

Dalam materinya yang berjudul Program Prioritas Nasional, dr. Iqbal menjelaskan bahwa ada sepuluh penyebab kematian utama (semua umur) sample registration system (SRS) Indonesia, yakni stroke, penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, tuberculosis paru, hipertensi dengan komplikasi, PPOK, penyalit hati, kecelakaan lalu lintas, pneumonia, dan diare maupun penyakit infeksi saluran penceranaan lain.

Penyebab kematian seperti stroke, penyakit jantung koroner, dan diabetes mellitus yang mewakili PTM dengan risiko kematian terbanyak ini menyebabkan Dinkes Kabupaten Malang mengalokasikan alat-alat kesehatan yang tidak sedikit anggaran untuk melakukan skrining faktor risiko PTM bagi warga yang berumur 15 tahun ke atas, dan sekaligus memberikan pelatihan kepada kader kesehatan agar bisa membantu nakes untuk melakukan skrining tersebut.

Staf PTM dan Keswa Dinkes Kabupaten Malang berikan materi Posbindu SMARThealth

Usai materi dari dr. Iqbal, acara berikutnya adalah pemaparan materi Posbindu SMARThealth yang disampaikan oleh Nur Ani Sahara, S.Kep. Ners, staf PTM dan Keswa Dinkes Kabupaten Malang yang bertanggung jawab terhadap program SMARThealth.

Pada kesempatan itu, Nur Ani menguraikan perihal program SMARThealth di Kabupaten Malang. Dalam transisi epidemiologi, Indonesia seperti negara lainnya mengalami peningkatan PTM di tengah belum teratasinya penyakit menular, sehingga beban ganda pemerintah sering menguras keuangan negara.

Salah seorang perawat desa berikan contoh cara melakukan pengecekan kadar gula darah

Oleh karena itu, seiring semakin meningkatnya kasus-kasus PTM maka pemerintah berupaya membuat PPN yang umumnya menyangkut masalah PTM. “Kalau PPN dibebankan kepada perawat desa, tentu tidak akan tercapai. Oleh karena itu, perlu ada pemberdayaan masyarakat, seperti pelatihan kader kesehatan dalam program SMARThealth,” jelas Nur Ani dihadapan para kader.

Setelah pemaparan materi dan memompa semangat kader dari Nur Ani, acara langsung dilanjutkan dengan praktek pengukuran kesehatan. Dalam praktek ini, perawat desanya masing-masing diberi tugas untuk mendampingi kadernya dalam melakukan pengukuran antropometri (tinggi badan, berat badan, dan lingkar perut), pengukuran tekanan darah, dan pengecekan kadar gula darah.

Staf IT PTM dan Keswa Dinkes Kabupaten Malang berikan materi penggunaan aplikasi eKader

Pada praktek ini, rombongan dari Dinkes Kabupaten Malang akan berkeliling setiap meja untuk memastikan yang diajarkan oleh perawat itu bisa dimengerti oleh kader, dan pengukuran maupun pengecekannya dilakukan dengan benar.

Selesai praktek, acara dilanjutkan dengan pemaparan materi mengenai aplikasi eKader yang dipandu oleh Candra Hernawan, S.Kom, seorang staf IT PTM dan Keswa Dinkes Kabupaten Malang. Pada kesempatan itu, Candra mengajarkan bagaimana melakukan instal hingga input data dengan benar dengan menggunakan handphone milik kader masing-masing yang telah diinstal dengan aplikasi eKader.

Kader berlatih input data dengan aplikasi eKader

Pukul 11.52 WIB, Nur Ani memandu untuk rencana tindak lanjut (RTL) setelah pelatihan kader hari ini. Umumnya mereka akan segera berkoordinasi dengan kader kesehatan yang lainnya, dan awal depan sudah mulai action dalam melakukan skrining faktor risiko PTM dengan menggunakan aplikasi eKader.

Acara pertemuan kader yang diselenggarakan oleh Puskesmas Pagak ini berakhir pada pukul 12.05 WIB, dan kemudian seluruh peserta pertemuan kader melakukan foto bareng-bareng bersama Kepala Puskesmas Pagak dr. Cynthia Aristi P.R. *** [181023]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Risk Checker

Risk Checker

Indeks Massa Tubuh

Supplied by BMI Calculator Canada

Statistik Blog

Sahabat eKader

Label

Arsip Blog