Tampilkan postingan dengan label NIHR-GHRC NCDs & EC. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label NIHR-GHRC NCDs & EC. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 04 Mei 2024

Sabtu di Puskesmas Pagak, Tim Penelitian NIHR Lakukan Wawancara Dengan Dokter, Pj PTM, Apoteker Pukesmas dan Perawat Desa Gampingan

Sabtu (04/05) pagi ini, Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Evironmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC), atau yang di Indonesia dikenal dengan penelitian “Dampak Polusi Udara terhadap Risiko Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronik dan Penyakit Jantung di Kabupaten Malang, Jawa Timur”, kembali mengujungi Puskesmas Pagak untuk melakukan wawancara.

Pada saat kunjungan sebelumnya – tanggal 23 dan 24 April - Tim Penelitian NIHR menggunakan instrumen Annexure 3 untuk dokter, perawat, apoteker, dan penanggung jawab (Pj) Penyakit Tidak Menular (PTM) Puskesmas Pagak serta 2 kader kesehatan dari Desa Gampingan dan Desa Sumberejo dengan menggunakan instrumen Annexure 4.

Rombongan Tim Penelitian NIHR diterima oleh Pj Promkes Puskesmas Pagak

Sementara itu, kunjungan kali ini Tim Penelitian NIHR memakai instrumen Annexure 2 dalam melakukan wawancara dengan  dokter, apoteker, dan Pj PTM Puskesmas Pagak. Sedangkan, untuk in-depth interview dengan perawat Desa Gampingan menggunakan instrumen Annexure 4.

Rombongan Tim Penelitian NIHR kunjungan di Sabtu pagi ini terdiri dari Sujarwoto, S.IP, M.Si, MPA, Ph.D; Eko Teguh Purwito Adi, S.Si, M.Si; Meutia Fildzah Sharfina, SKM, MPH; Serius Miliyani Dwi Putri, SKM, M.Ked.Trop; Hilda Irawati, S.Stat.; saya, dan 2 enumerator – Tanjung Prameswari, S.Tr.P. dan Supyandi.

Bidan dan perawat Desa Gampingan berdiskusi dengan pimpinan rombongan Tim Penelitian NIHR terkait pelaksanaan FGD yang bakal dilaksanakan di Desa Gampingan

Sesampainya di Puskesmas Pagak, mereka diterima dengan ramah oleh Pj Promkes yang sekaligus berada di bagian Unit Kepegawaian, Riswan, SKM, pada pukul 09.27 WIB di ruang tamu lantai 2. Ia mewakili Kepala Puskesmas Pagak maupun Kepala Tata Usaha Puskesmas Pagak yang sedang ada pelatihan.

Setelah itu, Tim Penelitian NIHR berbagi peran. Sujarwoto, Eko, dan 2 enumerator melanjutkan pengamatan langsung (Indonesia NIHR Formative Assessment 2024: Direct Observations) yang belum selesai ketika nganyari di Balai Desa Sumberejo, dengan didampingi staf PTM dan Kesehatan Jiwa (Keswa) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang Imam Ghozali, S.Kep.Ners.

Wawancara Annexure 2 dengan apoteker Puskesmas Pagak

Namun sebelum berangkat ke lapangan, Sujarwoto sempat berdiskusi dengan bidan Desa Gampingan Ida Hariani, A.Md.Keb. dan perawat Desa Gampingan Tyas Pratiwi, A.Md. Kep terkait jadwal pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) yang bakal dilaksanakan di Desa Gampingan bersama perangkat desa, tokoh masyarakat, dan 2 pasien PTM.

Kemudian Tim Penelitian NIHR yang lain juga berbagi tugas di Puskesmas Pagak. Meutia Fildzah mewawancarai apoteker Puskesmas Pagak Apt. Rodo Nathania Eirene Sitorus, S.Farm; Hilda Irawati menanyai Pj PTM Puskesmas Pagak Dwi Cahya Widodo, A.Md.Kep; Serius Miliyani mewawancarai dokter fungsional Puskesmas Pagak dr. Septian Iqbal Nirzaqom; serta saya kebagian mewawancarai perawat Desa Gampingan Tyas Pratiwi, A.Md.Kep.

Wawancara Annexure 2 dengan Pj PTM Puskesmas Pagak

Yang melakukan wawancara dengan dokter fungsional, Pj PTM dan apoteker Puskesmas Pagak menggunakan instrumen Annexure 2 di Ruang Pertemuan Puskesmas Pagak Lantai 2, sedangkan saya dalam mewawancarai perawat Desa Gampingan memakai instrumen Annexure 2 dan 4 meminjam Ruang Kepala Puskesmas.

Instumen Annexure 2 menyangkut alat penilaian ketersediaan dan kesiapan layanan fasilitas kesehatan, sementara itu instrumen Annexure 4 merupakan panduan wawancara mendalam untuk petugas kesehatan masyarakat (tenaga kesehatan Ponkesdes, kader kesehatan).

Wawancara Annexure 2 dengan dokter fungsional Puskesmas Pagak

Modul dalam Annexure 2 meliputi informasi umum, aksesibilitas layanan, nutrisi dan layanan terkait, risiko kesehatan iklim, aplikasi kesehatan digital, layanan yang tersedia, dan catatan kesimpulan pewawancara.

Sedangkan, pada modul dalam Annexure 4 berisi panduan in-depth interview untuk tata kelola yang dijalankan perawat desa, perawatan kesehatan primer yang komprehensif, pelatihan, platform digital, insentif, retensi, dan lain-lainnya. 

Wawancara Annexure 2 dan in-depth interview Annexure 4 dengan perawat Desa Gampingan

Prosesi wawancara di Puskesmas Pagak berlangsung hingga pukul 12.16 WIB. Kemudian mereka menunggu Tim Penelitian NIHR yang masih melakukan observasi langsung di tiga dusun yang ada di wilayah administrasi Desa Sumberejo.

Sekitar pukul 13.30 WIB, rombongan Tim Penelitian NIHR berpamitan dengan pihak Puskesmas Pagak yang diwakili Pj PTM untuk kembali ke Kampus Universitas Brawijaya (UB), dan dalam perjalanan pulangnya diajak singgah ke tempat Wisata Mahoni Dempok hasil corporate social responsibility (CSR) Eka Fortuna. *** [040524]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Jumat, 03 Mei 2024

Empat Enumerator NIHR Wawancara Karakteristik Masyarakat di Balai Desa Sumberejo

Enumerator melakukan wawancara dengan Sekdes Sumberejo

Salah satu instrumen yang digunakan dalam penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC), atau yang di Indonesia dikenal dengan penelitian “Dampak Polusi Udara terhadap Risiko Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronik dan Penyakit Jantung di Kabupaten Malang, Jawa Timur adalah survey dengan menggunakan kuesioner Karakteristik Masyarakat (Indonesia NIHR Formative Assessment 2024: Community Characteristics).

Instrumen ini esensial karena banyak variabel penting dalam penelitian NIHR. Kuesioner ini secara umum untuk mengetahui karakteristik dari masyarakat desa yang dilihat berdasarkan kondisi sosio-demografis, kondisi lingkungan, fasilitas pengelolaan sampah, praktik pembakaran sampah plastik, dan partisipasi masyarakat di desa tersebut.

Bersamaan dengan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) anggota komunitas yang diselenggarakan Tim Penelitian NIHR di Balai Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang, pada Kamis (02/05) kemarin, empat enumerator – Elmi Kamilah, S.Sos; Arief Budi Santoso, SE; Tanjung Prameswari, S.Tr.P; dan Supyandi – melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner Karakteristik Masyarakat kepada Sekretaris Desa Sumberejo Lutfi Asy’ari di ruang kerjanya di Gedung Balai Desa yang baru.

Kuesioner yang memiliki 27 halaman itu memerlukan waktu lebih dari satu jam lamanya meski wawancaranya dengan menghadirkan empat enumerator, mengingat ada beberapa substansi dari pertanyaannya yang perlu membuka data monografi desa, seperti pada bagian penggunaan lahan dan karakteristik penduduk, dan biasanya datanya tidak hanya ada di satu staf saja tapi bisa di beberapa staf.

Namun karena ada salah seorang enumerator yang pernah mengikuti Indonesian Family Life Survey (IFLS), menghadapi kuesioner semacam itu sudah tak asing lagi. Ia umumnya sudah dilatih secara intensif dalam training enumerator, sehingga ia pun mengerti alur dan karakteristik dari kuesioner tersebut, serta bisa mengantisipasi di mana letak data dari variabel yang ditanyakan tersebut.

Bagi yang belum pernah mengikuti training enumerator sebuah survey besar, kuesioner tersebut terlihat sederhana. Tinggal membacakan saja selesai, namun dalam karakteristik kuesioner pada Karakteristik Masyarakat itu tersusun atas beberapa jenis pertanyaan, seperti pertanyaan terbuka (open-ended questions) dan pertanyaan tertutup (closed questions).

Selain itu, juga terdapat jenis pertanyaan berdasarkan cara membaca pertanyaannya, seperti pertanyaan dan jawaban harus dibacakan serta pertanyaan dibacakan dan kalimat jawaban tidak dibacakan.

Pada jenis pertanyaan dan jawaban yang harus dibacakan pada kuesioner Karakteristik Mayarakat yang dibuat oleh NIHR, ditemukan dua macam item yaitu pertanyaan dan jawaban dibacakan untuk satu jawaban; serta pertanyaan dan jawaban dibacakan yang boleh lebih dari satu jawaban. Jenis pertanyaan ini disimbolkan dalam alfabet maupun angka.

Setelah selesai melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner Karakteristik Masyarakat, keempat enumerator bergabung dengan beberapa anggota Tim Penelitian NIHR untuk melakukan pengamatan langsung (Indonesia NIHR Formative Assessment 2024: Direct Observation) dengan berkeliling di setiap dusun yang ada di dalam wilayah administratif Desa Sumberejo. *** [030524]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Kamis, 02 Mei 2024

Siang Hari, FGD Photovoice di Balai Desa Sumberejo

“Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya.” Pepatah ini barangkali yang menggambarkan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) yang dilaksanakan di Balai Desa Sumberejo yang beralamatkan di Jalan Ganjaran, Dusun Bandarangin RT 17 RW 05 Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.

Hari ini, Kamis (02/05), Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC), atau yang di Indonesia dikenal dengan penelitian “Dampak Polusi Udara terhadap Risiko Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronik dan Penyakit Jantung di Kabupaten Malang, Jawa Timur” melaksanakan dua FGD di Ruang Pertemuan sementara Balai Desa Sumberejo.

Paginya, Tim Penelitian NIHR dari Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) menggelar FGD dengan anggota komunitas, yang terdiri dari 2 orang perangkat desa, 3 orang tokoh masyarakat, dan 2 orang pasien yang penyakit tidak menular (PTM), seperti hipertensi, diabetes mellitus, atau Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Kemudian, siangnya gantian Tim Penelitian NIHR dari Yayasan Percik Salatiga (YPS) mengadakan FGD Photovoice bersama 5 orang kader (Posbindu, Posyandu Balita, Posyandu Lansia, Muslimat, dan Ketua PKK Desa Sumberejo).

Suasana FGD Photovoice di Balai Desa Sumberejo

Kalau Tim Penelitian NIHR FKUB berdiskusi kelompok terkait aksesbilitas layanan kesehatan, ketersediaan layanan kesehatan secara umum, ketersediaan layanan kesehatan terkait polusi udara, teknologi digital kesehatan, pemanfaatan layanan kesehatan, kualitas layanannya, perubahan iklim dan penyakit tidak menular, serta saran-saran dari peserta FGD. Sementara itu, Tim Penelitian YPS melakukan FGD berkenaan dengan photovoice.

Dilihat dari target sasaran peserta FGD dan fokus bahasannya yang berbeda inilah yang dilustrasikan dalam pepatah tersebut. YPS (Yayasan Percik Salatiga) bekerja sama dengan Universitas Brawijaya (UB) Malang dengan dukungan National Institute for Health and Care Research (NIHR) sedang melakukan penelitian partisipatif untuk mengidentifikasi kumpulan solusi alternatif pengatasan dampak pembakaran sampah plastik terhadap kesehatan masyarakat.

Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari SMARThealth yang ingin diperluas dengan melihat dampak polusi udara terhadap penyakit tidak menular (PTM), seperti misalnya paru-paru dan jantung. Dalam proposal penelitian, hal ini merupakan pengembangan inovasi SMARThealth untuk menurunkan risiko PPOK dan penyakit jantung yang disebabkan oleh polusi udara akibat pembakaran sampah di Kabupaten Malang.

Moderator menyimak secara seksama dalam FGD

Sebagai sebuah metode atau alat, photovoice merupakan pendekatan yang tepat untuk dipratekkan guna meningkatkan partisipasi masyarakat. Photovoice adalah proses teknik fotografi yang dapat membantu individu mengidentifikasi, mengekspresikan dan meningkatkan komunitas melalui gambar/foto. 

Photovoice adalah foto yang memiliki makna yang dapat menceritakan potret fotografer, menceritakan komunitas tertentu atau menggambarkan suatu fenomena. Banyak peneliti telah menggunakan photovoice dalam penelitian yang berkaitan dengan peningkatan kesadaran dan perhatian terhadap masalah yang berkaitan erat dengan kehidupan.

Komponen utama dari photovoice adalah berbagi foto untuk memulai dialog bersama secara kritis (ada proses berbicara dan mendengarkan) yang diharapkan mampu membawa perubahan sosial di lingkungan. Photovoice memprioritaskan interpretasi foto, bukan sekadar mengambil gambar. Penekanannya dalam photovoice adalah pada isi foto dan makna yang diilustrasikan oleh fotografer, bukan kualitas foto yang diambil.

Notulis membantu mendokumentasikan prosesi FGD Photovoice

Dalam photovoice ini, ada lima tahapan dalam kegiatan yang diikuti oleh para kader tersebut. Tahap pertama adalah tahap pengenalan topik dan teknik photovoice. Tahap kedua menyangkut tahapan pengambilan gambar/foto yang dilakukan oleh para kader. Tahapan ketiga merupakan tahap sharing foto dan ceritera. Tahapan keempat adalah tahap diseminasi, dan tahapan kelima adalah tahap refleksi.

Pada pertemuan pada tahapan pertama ini, Christina Arief T. Mumpuni dari YPS yang dibantu notulensi oleh fasilitator NIHR ini mengadakan FGD Photovoice dengan memantik permasalahan dengan topik persampahan plastik dan polusi udara.

Begitu para peserta (partisipan) mulai berdiskusi kelompok di antara mereka berdasarkan pandangan maupun pengalamannya, Christina dan fasilitator NIHR mendengarkan dengan serius apa yang didiskusikan tersebut.

FGD Photovoice yang berlangsung dari pukul 12.16 WIB dan berakhir pada pukul 13.08 WIB dan disaksikan perawat Desa Sumberejo Hari Purnomo, S.Kep.Ners itu, diakhiri dengan diskusi pemilihan waktu pertemuan berikutnya yang akan diselenggarakan bersamaan dengan peserta FGD dari Desa Gampingan nantinya dengan memasuki pada tahapan berikutnya, yaitu sharing foto dan ceritera. Oleh karena itu, sepulang dari FGD Photovoice ini, partisipan mendapat tugas memotret dari hasil apa yang didiskusikan tadi. Setiap peserta maskimal mengirim lima gambar/foto. *** [020524]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Nganyari Balai Desa Sumberejo, Tim Penelitian NIHR Adakan FGD Dengan Anggota Komunitas

Pada tanggal 23 April 2023, Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Enviromental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC), atau yang di Indonesia dikenal dengan penelitian “Dampak Polusi Udara terhadap Risiko Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronik dan Penyakit Jantung di Kabupaten Malang, Jawa Timur” pernah melakukan in-depth interview di Kantor Desa Sumberejo, yang kala itu masih berada di Jalan Pertukangan, Dusun Bandarangin.

Lalu, Kamis (02/05) pagi yang cerah dengan semilir angin sepoi-sepoi, Tim Penelitian NIHR kembali berkunjung ke Kantor Balai Desa Sumberejo untuk mengadakan Focus Group Discussion (FGD) dengan anggota komunitas. Namun, ternyata Kantor Balai Desa Sumberejo telah pindah ke tempat yang baru, yang lebih luas dan lebih megah dari sebelumnya.

Menurut Kepala Desa Sumberejo, H. Amsori, sejak Senin (29/04) perangkat desa melakukan boyongan ke gedung yang baru yang berada di sebelah barat Lapangan Rajawali yang beralamatkan di Jalan Ganjaran, Dusun Bandarangin, Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang. Jaraknya dari Kantor Desa Sumberejo yang lama sekitar 1 kilometer.

Rombongan Tim Penelitian NIHR diterima oleh Kades dan Sekdes Sumberejo di Ruang Pertemuan sementara Balai Desa

Jadi, FGD dengan anggota komunitas ini bisa dibilang kegiatan yang nganyari (memakai barang baru) Kantor Desa (Balai Desa) Sumberejo. Ada 4 anggota Tim Penelitian NIHR (Sujarwoto, S.IP, M.Si, MPA, Ph.D; Meutia Fildzah Sharfina, SKM, MPH; Serius Miliyani Dwi Putri, SKM, M.Ked.Trop; dan saya) dan 4 enumerator (Elmi Kamilah, S.Sos; Arief Budi Santoso, SE; Tanjung Prameswari, S.Tr.P.; Supyandi).

Selain itu, dalam rombongan Tim Penelitian NIHR dari Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) ini juga terlihat Tim Penelitian NIHR dari Yayasan Percik Salatiga (YPS), Christina Arief T. Mupuni, S.H., M.I.K., perawat Desa Sumberejo Hari Purnomo, S.Kep.Ners, dan 2 personil dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang, yakni Imam Ghozali, S.Kep.Ners. dan Gatot Sujono, S.ST, M.Pd.

Rombongan Tim Penelitian NIHR tersebut dibagi tugasnya. Empat anggota Tim Penelitian NIHR bertugas menyelenggarakan FGD dengan anggota komunitas, dan 4 enumerator bertugas melakukan wawancara karakteristik masyarakat (Indonesia NIHR Formative Assessment 2024: Community Characteristics) dan pengamatan langsung (Indonesia NIHR Formative Assessment 2024: Direct Observations).

Peserta dipersilakan membaca informed consent terlebih dahulu sebelum FGD dimulai

Sebelum bertugas sesuai pembagiannya, rombongan Tim Penelitian NIHR diterima langsung oleh Kepala Desa Sumberejo beserta jajarannya di Ruang Pertemuan sementara pada pukul 09.30 WIB. Kemudian diisi dengan sambutan dari perwakilan Dinkes Kabupaten Malang Imam Ghozali, dan diteruskan dengan sambutan dari Kades Sumberejo dan terakhir sambutan dari Ketua Rombongan Tim Penelitian NIHR Sujarwoto.

Setelah itu, mulailah rombongan mengerjakan tugasnya. Dalam FGD dengan anggota komunitas, bertindak sebagai moderator adalah Sujarwoto, penyimak urutan pertanyaan dilakukan oleh Serius Miliyani, perekam FGD dan dokumentasi adalah Meutia Fildzah, dan saya menjadi notulen FGD.

FGD ini diikuti oleh anggota komunitas yang terdiri dari 2 orang perangkat desa, 3 orang tokoh masyarakat, dan 2 orang pasien Penyakit Tidak Menular (PTM). Mereka berasal dari 3 dusun yang ada di Desa Sumberejo, yaitu Dusun Bendo, Bekur, dan Bandarangin.

Suasana FGD anggota komunitas di Balai Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak

FGD yang berlangsung dari pukul 09.47 WIB dan 10.55 WIB itu berdiskusi seputar aksesbilitas layanan kesehatan, ketersediaan layanan kesehatan, ketersediaan layanan terkait polusi udara, teknologi digital kesehatan, pemanfaatan layanan, kualitas layanan, perubahan iklim dan penyakit tidak menular, dan saran-saran peserta FGD.

Berbeda dengan prosesi FGD anggota komunitas yang dilangsungkan di Ruang Pertemuan sementara Balai Desa Sumberejo, enumerator mewawancarai Sekretaris Desa Lutfi Asy’ari tentang kharakteristik masyarakat di ruang sebelahnya yang digunakan untuk kantoran staf Balai Desa Sumberejo.

Begitu FGD anggota komunitas selesai, mereka ingin ikut pengamatan langsung bersama enumerator dan 2 staf Dinkes Kabupaten Malang, keliling Desa Sumberejo untuk mengisi kuesioner pengamatan langsung, sementara saya ditinggal karena akan menjadi notulen untuk FGD berikutnya, yaitu FGD Photovoice bersama Christina Arief T. Mumpuni di Ruang Pertemuan sementara. *** [020524]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Rabu, 01 Mei 2024

FGD Photovoice di Pustu Gampingan

Suasana FGD Photovoice di Pustu Gampingan, Kecamatan Pagak

Usai melakukan Focus Group Discussion (FGD) Photovoice di Balai Desa Bakalan pagi hari (Selasa, 30/04), siang harinya Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K dari Yayasan Percik Salatiga (YPS) bersama fasilitator NIHR langsung menuju ke Pustu Gampingan.

Di Pustu Gampingan, Christina dan fasilitator NIHR juga menyelenggarakan FGD Photovoice. FGD ini diikuti oleh lima orang partisipan dari kader, seperti kader PKK, Posbindu PTM, dan Muslimat. Selain itu, tampak hadir pula perawat Desa Gampingan Tyas Pratiwi, A.Md.Kep yang menyaksikan jalannya FGD Photovoice ini.

YPS (Yayasan Percik Salatiga) bekerja sama dengan Universitas Brawijaya (UB) Malang, melakukan penelitian partisipatif untuk mengidentifikasi kumpulan solusi alternatif pengatasan dampak pembakaran sampah plastik terhadap kesehatan masyarakat. Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari SMARThealth yang ingin diperluas dengan melihat dampak polusi udara terhadap Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti jantung dan paru-paru.

Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Enviromental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) atau yang di Indonesia dikenal dengan penelitian “Dampak Polusi Udara terhadap Risiko Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronik dan Penyakit Jantung di Kabupaten Malang, Jawa Timur ini, dilaksanakan oleh beberapa tim (termasuk YPS) di bawah koordinasi UB dengan beberapa metode, seperti antara lain survey dan studi kualitatif. 

YPS berperan untuk mengembangkan penguatan jaringan di masyarakat (CEI/Community engagement and involvement) agar penelitian ini secara partisipatif masyarakat terlibat di dalam berbagai tahapannya. Berbagai pengetahuan dan pengalaman masyarakat dalam mengelola sampah plastik terkait dengan kesehatan di mana selama ini masyarakat di sekitar lokasi pembakaran sampah plastik menjadi penting untuk mengembangkan kebijakan pengelolaan lingkungan dan kesehatan.

FGD ini dimulai pada pukul 12.54 WIB. Mula-mula, Christina memperkenalkan diri terlebih dahulu kepada partisipan. Kemudian ia pun menjelaskan latar belakang FGD Photovoice mengenai pengelolaan sampah plastik dan kesehatan masyarakat di Kabupaten Malang.

Setelah itu, Christina menerangkan apa itu photovoice. Melalui photovoice, partisipan mengidentifikasi, mendokumentasikan, serta menampilkan kekuatan dan kekhawatiran komunitas dari perspektif anggota komunitas sendiri melalui penggunaan teknologi fotografi/mengambil foto.

Photovoice menggunakan metode penelitian partisipatif dan mendorong peserta untuk mengarahkan proses penelitian. Melalui produk foto diharapkan mewakili dan menceriterakan pengalaman sehari-hari masyarakat. Komponen utama dari photovoice adalah berbagi foto untuk memulai dialog bersama secara kritis (ada proses berbicara dan mendengarkan) yang diharapkan mampu membawa perubahan sosial di lingkungan. Photovoice memprioritaskan interpretasi foto, bukan sekadar mengambil gambar saja. Penekanan dalam photovoice adalah pada isi foto dan makna yang diilustrasikan oleh fotografer, bukan kualitas foto yang diambil.

Manfaat dari photovoice adalah dapat (1) memberikan rekomendasi kepada instansi pemerintah terkait polusi udara dan dampaknya terhadap kesehatan; (2) melakukan perubahan internal di dalam komunitas yang bermanfaat bagi masyarakat; (3) mendorong penyelenggaraan acara di tingkat lokal secara bersama; dan (4) meningkatkan kesadaran tentang dampak polusi udara dari pembakaran sampah terutama sampah plastik dan mengupayakan solusi bersama berdasarkan pengalaman hidup di masyarakat.

Sehabis itu, Christina menguraikan tahapan-tahapan dalam photovoice. Tahap pertama adalah pengenalan topik dan teknik photovoice; tahap kedua pengambilan gambar; tahap ketiga sharing foto dan cerita; tahap keempat diseminasi; dan tahap kelima adalah refleksi.

Pada pertemuan pertama FGD Photovoice di Pustu Gampingan ini adalah pengenalan topik dam teknik photovoice. Setelah peserta (partisipan) FGD Photovoice Desa Gampingan mendengarkan pengenalan topik dan teknik photovoice dari Christina, kemudian dipersilakan untuk membaca informed consent dan bila bersedia dengan suka rela, mereka lanjut menandatanganinya sebagai bukti kesediaan mereka mengikuti photovoice ini.

Lalu, selepas itu, Christina berusaha memantik diskusi kelompok di antara partisipan untuk mengemukan pandangan dan pengalaman mereka dalam pengelolaan sampah plastik dan kesehatan masyarakat.

Setelah dipantik, Christina pun mendengarkan diskusi mereka. Proses FGD Photovoice ini juga dinotulensi oleh fasilitator NIHR, didokumentasikan dalam foto, dan direkam dengan tape recoreder digital sebagai bukti bahwa YPS telah melakukan FGD Photovoice di Desa Gampingan yang bertempat di Pustu Gampingan.

FGD Photovoice di Pustu Gampingan ini selesai pada pukul 13.46 WIB, dan akan bertemu lagi dalam pertemuan tahap berikutnya seminggu yang akan datang setelah partisipan mengirimkan lima foto per peserta untuk kemudian sharing dan bercerita. *** [010524]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Selasa, 30 April 2024

Dua Desa Ikuti FGD Photovoice di Balai Desa Bakalan

Sabtu (30/04) pagi, awan terlihat cerah di Desa Bakalan. Empat orang partisipan tampak sudah ada yang datang dan duduk-duduk di Pendopo Sasana Manggala Praja Balai Desa Bakalan yang terletak di Jalan Raya Bakalan Dusun Bakalan 01 RT 01 RW 02 Desa Bakalan, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang.

Sambil menunggu yang lainnya, mereka bercengkerama dengan Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K, salah seorang anggota Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Enviromental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) atau yang di Indonesia dikenal dengan penelitian “Dampak Polusi Udara terhadap Risiko Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronik dan Penyakit Jantung di Kabupaten Malang, Jawa Timur, asal Yayasan Percik Salatiga (YPS).

YPS (Yayasan Percik Salatiga) bekerja sama dengan Universitas Brawijaya (UB) Malang melakukan penelitian partisipatif untuk mengidentifikasi kumpulan solusi alternatif pengatasan dampak pembakaran sampah plastik terhadap kesehatan masyarakat. Kegiatan ini sesungguhnya merupakan kelanjutan dari SMARThealth yang ingin diperluas dengan melihat dampak polusi udara terhadap Penyakit Tidak Menular (PTM), seperti paru-paru dan jantung.

Partisipan dari Desa Bakalan dan Krebetsenggrong ikuti FGD Photovoice di Balai Desa Bakalan

Mereka hadir di Balai Desa Bakalan ini dalam rangka mengikuti Focus Group Discussion (FGD) Photovoice yang diselenggarakan oleh YPS dengan dibantu fasilitator NIHR dalam notulensinya. Sebagai sebuah metode atau alat, photovoice merupakan pendekatan yang tepat untuk dipratekkan guna meningkatkan partisipasi masyarakat. 

Photovoice adalah proses teknik fotografi yang dapat membantu individu mengidentifikasi, mengekspresikan dan meningkatkan komunitas melalui gambar/foto. Melalui produk foto diharapkan mewakili dan menceriterakan pengalaman sehari-hari masyarakat. Komponen utama dari photovoice adalah berbagi foto untuk memulai bersama secara kritis (ada proses berbicara dan mendengarkan) yang diharapkan mampu membawa perubahan sosial di lingkungan.

Photovoice memprioritaskan interpretasi foto, bukan sekadar ambil gambar saja. Penekanannya dalam photovoice adalah pada isi foto dan makna yang diilustrasikan oleh fotografer, bukan kualitas foto yang diambil.

Ruang Kasun Balai Desa Bakalan yang ber-AC jadi tempat melaksanakan FGD Photovoice

Photovoice ini memiliki manfaat: (1) Memberikan rekomendasi kepada instansi pemerintah terkait polusi udara dan dampaknya terhadap kesehatan; (2) Melakukan perubahan informal di dalam komunitas yang bermanfaat bagi masyarakat; (3) Mendorong penyelenggaraan acara di tingkat lokal secara bersama; dan (4) Meningkatkan kesadaran tentang dampak polusi udara dari pembakaran sampah terutama sampah plastik dan mengupayakan solusi bersama berdasarkan pengalaman hidup dari masyarakat.

FGD Photovoice ini diikuti oleh dua desa yang terdapat dalam wilayah administatif Kecamatan Bululawang, yaitu Desa Bakalan dan Desa Krebetsenggrong. Setiap desa diharapkan mengirimkan lima orang partisipan dalam FGD tersebut, yang umumnya terdiri dari para kader.

FGD yang dilaksanakan di Ruang Kasun Balai Desa Bakalan itu dimulai pada pukul 09.30 WIB, dan kebetulan ada salah seorang partisipan dari Desa Krebetsenggrong tidak bisa hadir, sehingga esok harinya akan diajak diskusi dalam waktu tersendiri di rumahnya.

Partisipan sedang membaca informed consent terkait FGD Photovoice

Dalam FGD Photovoice ini, Christina memandu jalannya pelaksanaan. Mula-mula ia memberikan daftar hadir untuk diisi oleh partisipan yang terdiri dari 9 orang, satu di antaranya adalah perangkat Desa Bakalan dan berjenis kelamin laki-laki.

Setelah mengisi daftar hadir, partisipan dipersilakan membaca informed consent sebagai syarat bahwa keikutsertaan mereka dalam FGD Photovoice ini atas kerelaannya sendiri. Kemudian Christina memberikan prolog singkat mengenai latar belakang penyelenggaraan FGD Photovoice mengenai pengelolaan sampah plastik dan kesehatan masyarakat di Kabupaten Malang, terus menjelaskan apa itu photovoice, dan terakhir adalah alur tahapan photovoice yang dilalui dalam lima kali pertemuan: tahap pengenalan topik dan teknik  photovoice, tahap pengambilan gambar, tahap sharing foto dan cerita, tahap diseminasi, dan tahap refleksi.

Pertemuan pertama ini, FGD berfokus pada diskusi terkait pengelolaan sampah plastik dan kesehatan masyarakat dan teknik photovoice. Pada kesempatan ini, Christina memantik topik tersebut dihadapan para partisipan untuk mengemukan pengalamannya dari perspektif mereka masing-masing.

Suasana FGD Photovoice di Ruang Kasun Balai Desa Bakalan

Begitu dipantik, suasana pun menjadi hidup. Mereka saling memberikan cerita, pengalaman, maupun pandangannya terhadap pengelolaan sampah plastik dan kesehatan masyarakat terutama terkait dengan masalah polusi udara yang ada di lingkungan sekitar mereka.

FGD Photovoice ini awalnya juga disaksikan oleh perawat Desa Bakalan Dian Pramono, A.Md.Kep yang turut hadir dalam diskusi kelompok tersebut, namun kemudian ia minta izin untuk meninggalkan tempat guna berkegiatan dalam Posyandu Lansia di Desa Bakalan.

Selain didokumentasikan dalam foto, kegiatan FGD Photovoice ini juga direkam dengan tape recorder digital serta notulensi guna analisa data nantinya. Proses FGD ini memakan waktu satu jam lebih.

Christina dan fasilitator NIHR berpamitan dan meninggalkan tempat penyelenggaraan FGD Photovoice di Desa Bakalan pada pukul 11.43 WIB guna melanjutkan perjalanan menuju Pustu Gampingan, di mana di sana juga dijadwalkan penyelenggaraan FGD Photovoice bagi partisipan Desa Gampingan siang hari ini. *** [300424]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Senin, 29 April 2024

Berkunjung Ke Dinkes Kabupaten Gresik untuk Koordinasi NIHR

Beraudiensi dan berdiskusi di Ruang Bidang P2P Dinkes Kabupaten Gresik

Dalam penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC), atau yang di Indonesia dikenal dengan penelitian “Dampak Polusi Udara terhadap Risiko Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronik dan Penyakit Jantung di Kabupaten Malang, Jawa Timur, wilayah pengumpulan datanya (enumeration area) tidak hanya di Kabupaten Malang tetapi juga di Kabupaten Gresik.

Jauh-jauh hari tembusan surat izin penelitian dari Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Gresik sudah dilayangkan ke Kantor Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gresik.

Hari ini, Senin (29/04), Tim Penelitian NIHR – Meutia Fildzah Sharfina, SKM, MPH dan saya – berkunjung ke Kantor Dinkes Kabupaten Gresik yang beralamatkan di Jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo No. 243 C Desa Kembangan, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik.

Kunjungan ini untuk bersilaturahmi secara tatap muka dan sekaligus berkoordinasi terkait jadwal pengumpulan data (data collecting) baik kualitatif maupun kuantitatif di Dinkes dan sejumlah Puskesmas yang ada di Kabupaten Gresik.

Dua anggota Tim Penelitian NIHR diterima dengan baik oleh Dinkes Kabupaten Gresik. Mula-mula diterima oleh Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi M. Hafidz di ruang tamu Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P). Kemudian terus dipertemukan dengan Kabid P2P dr. Puspitasasi Whardani di ruang kerjanya.

Setelah beraudiensi sebentar terkait rencana pengumpulan data, Kabid P2P mereferensi untuk berhubungan dengan Kepala Seksi Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa (PTM dan Keswa) Dinkes Kabupaten Gresik, Mariyam.

Di meja kerjanya, Tim Penelitian diterima dengan ramah oleh Kepala Seksi PTM dan Keswa, dan kemudian berdiskusi terkait rencana pelaksanaan pengumpulan data di dua Puskesmas yang setiap Puskesmas terdiri atas dua desa. Hal ini sama dengan yang dilakukan di Kabupaten Malang.

Hanya saja, setelah kita berdiskusi diketahui bahwa empat desa yang diajukan tersebut ternyata berada di empat wilayah kerja empat Puskesmas. Desa Driyorejo di Kecamatan Driyorejo masuk dalam wilayah kerja Puskesmas Driyorejo; Desa Krikilan di Kecamatan Driyorejo masuk dalam wilayah kerja Puskesmas Karangandong; Desa Peganden di Kecamatan Manyar masuk dalam wilayah kerja Puskesmas Manyar; dan Desa Yosowilangun di Kecamatan Manyar masuk dalam wilayah kerja Puskesmas Sukomulyo.

Informasi yang didapat dari Kepala Seksi PTM dan Keswa, di Kecamatan Manyar sendiri terdapat tiga Puskesmas, yaitu Puskesmas Manyar, Puskesmas Sembayat, dan Puskesmas Sukomulyo. Sedangkan, di Kecamatan Driyorejo terdapat dua Puskesmas, yakni Puskesmas Karangandong dan Puskesmas Driyorejo.

Kepala Seksi PTM dan Keswa terlihat welcome dan siap membantu untuk mengabarkan kepada Puskesmas yang nantinya akan terpilih untuk pengumpulan data NIHR tersebut.

Selesai mematangkan agenda data collecting NIHR di Kabupaten Gresik yang diperkirakan akan dilaksanakan pada pertengahan bulan Mei ini, Tim Penelitian NIHR Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) pun kemudian berpamitan pada pukul 10.07 WIB untuk kembali ke Malang dan segera akan memfollow up agenda tersebut lewat handphone nantinya. *** [290424]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Minggu, 28 April 2024

Jadwal Terbaik adalah Jadwal yang Beradaptasi dengan Perubahan

The best schedule is one that is adapting to change.” Ujaran (quote) Tamerlan Kuzgov, seorang penulis The Mixed Martial Art Combines Ineffective Techniques (2021) asal Rusia ini terlihat sederhana, “Jadwal terbaik adalah jadwal yang beradaptasi dengan perubahan.”

Namun dibalik kesederhanaannya, ujaran tersebut memiliki implementasi yang kompleks. Kompleks adalah suatu kesatuan yang terdiri dari sejumlah bagian, khususnya yang memiliki bagian yang saling berhubungan dan saling tergantung.

Berdiskusi dengan perawat Desa Bakalan di Puskesmas Bululawang

Fasilitator dan salah seorang Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC), atau yang dikenal dengan penelitian “Dampak Polusi Udara terhadap Risiko Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronik dan Penyakit Jantung di Kabupaten Malang, Jawa Timur, asal Yayasan Percik Salatiga (YPS) – Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K – pun menyadari implisit ujaran Kuzgov tersebut.

Di tengah padatnya jadwal turun lapangan dari Tim Penelitian NIHR yang terdiri dari beberapa institusi (2 dari Fakultas di Universitas Brawijaya (Kedokteran dan Pertanian) dan juga ada 2 civil society yang salah satunya adalah YPS), fasilitator dan YPS berusaha mematangkan jadwal dalam rangka menyelenggarakan FGD (Focus Group Discussion) Photovoice terkait persampahan dan polusi udara.

Menurut Dawson, Manderson & Tallo dalam A Manual for the Use of Focus Groups (Boston: INFDC, 1993), salah satu perencanaan penyelenggaraan operasional untuk FGD adalah merencanakan waktu dan tempat penyelenggaraannya serta mengatur tempat yang memungkinkan terjadinya interaksi yang santai, aman dan nyaman.

Berdiskusi dengan perawat Desa Krebetsenggrong di Puskesmas Bululawang

Ini merupakan hal krusial dan tidak gampang. Mengingat hal ini diikuti oleh beberapa orang dengan berbagai karakteristiknya, dan sekaligus bersinggungan dengan pihak-pihak lainnya. Oleh karena itu, fasilitator dan anggota Tim Penelitian NIHR YPS berusaha berkomunikasi dengan perawat desa masing-masing yang nota bene termasuk individu yang mengenal karakteristik partisipan dan sekaligus geografisnya.

Dua hari fasilitator NIHR melakukan in-depth interview bersama Tim Penelitian NIHR dari Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) di Puskesmas Bululawang, mengajak anggota Tim Penelitian NIHR YPS agar segera terhubung dengan perawat Desa Bakalan dan Krebetsenggrong.

Hari pertama in-depth interview di Puskesmas Bululawang pada Kamis (25/04), anggota Tim Penelitian NIHR YPS bisa berkomunikasi dengan perawat Desa Bakalan Dian Pramono, A.Md.Kep saat mengantar kader kesehatan Desa Bakalan yang mengikuti in-depth interview di Puskesmas Bululawang.

Berdiskusi dengan perawat Desa Gampingan di Pustu Gampingan

Hari kedua in-depth interview Tim Penelitian NIHR FKUB di Puskesmas Bululawang pada Jumat (26/04), anggota Tim Penelitian NIHR YPS bersua dengan perawat Desa Krebetsenggrong Citra Sulistyo Wardini, A.Md.Kep yang kebetulan mengikuti in-depth interview di Puskesmas Bululawang.

Lalu, pada hari Sabtu (27/04), fasilitator NIHR mengajak anggota Tim Penelitian NIHR YPS untuk bertemu dengan perawat Desa Gampingan dan Sumberejo. Kedua desa tersebut berada di wilayah administratif Kecamatan Pagak dan sekaligus masuk dalam wilayah kerja Puskesmas Pagak.

Pukul 08.25 WIB, fasilitator dan anggota Tim Penelitian NIHR YPS berjumpa dengan perawat Desa Gampingan Tyas Pratiwi, A.Md.Kep di Pustu Gampingan yang beralamatkan di Jalan Raya Gampingan Dusun Krajan RT 04 RW 01 Desa Gampingan, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.

Berdiskusi dengan perawat Desa Sumberejo di Puskesmas Pagak

Di Pustu Gampingan, kita mediskusikan penyelenggaran FGD Photovoice di Desa Gampingan di tengah jadwal pengumpulan data yang padat merayap dari FKUB. Begitu pula, ketika bersua dengan perawat Desa Sumberejo Hari Purnomo, S.Kep. Ners di Puskesmas Pagak pada pukul 09.03 WIB, juga membahas seperti apa yang dilakukan bersama perawat Desa Gampingan.

Dari empat pertemuan dengan keempat perawat desa tersebut, akhirnya bisa mengagendakan pelaksanaan FGD Photovoice terkait persampahan dan polusi udara setelah melalui diskusi yang intens. Pernah mengalami sejumlah perubahan, entah itu waktunya, entah itu harinya. Namun akhirnya terjadi titik temu dalam jadwal secara sambung-menyambung. Paginya di desa ini, siang/sorenya di desa lainnya.

Setelah disepakati, masalah tidak berhenti di situ saja. Fasilitator segera menghubungi admin penelitian NIHR Hilda Irawati untuk membantu menyiapkan surat pinjam pakai salah satu ruangan di balai desa tempat diselenggarakannya FGD Photovoice kepada Pemerintah Desa setempat, dan sekaligus mengundang kader yang telah terpilih dari desanya masing-masing, mengingat kader sesungguhnya adalah milik desa. *** [280424]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Sabtu, 27 April 2024

Gegap Gempita Senam Bersama di Ruang Pertemuan Puskesmas Bululawang

Setiap Jumat pagi secara rutin, Puskesmas Bululawang yang berada di Jalan Stasiun No. 11-13 Desa Bululawang, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, menggelar kegiatan senam bersama di antara staf dan karyawannya.

Jumat ini, (26/04), Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC), atau yang dikenal dengan penelitian “Dampak Polusi Udara terhadap Risiko Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronik dan Penyakit Jantung di Kabupaten Malang, Jawa Timur, sempat menyaksikan gegap gempita senam bersama tersebut.

Alunan musik dengan tempo cepat yang diikuti dengan gerakan senam yang lincah. Hentakan demi hentakan kakinya di setiap ganti posisi gerakan memberikan suasana gegap gempita dalam ruangan tersebut yang sesekali disertai oleh teriakan peserta senam.

Tak kalah lincahnya, gemulai Kepala Puskesmas Bululawang drg. Lely Kumalasari yang mengimbangi kelenturan olah fisik yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (nakes) di lingkungan Puskesmas Bululawang tersebut. Putar ke kiri, putar ke kanan menghasilkan gerakan yang indah, dan membikin berkeringat.

Usai senam, Kapus Bululawang berpose dengan peserta senam lainnya

Senam bersama itu sudah menyerupai senam aerobik. Senam aerobik adalah senam dengan rangkaian gerakan yang terpola maupun tidak terpola disertai dengan irama musik yang memiliki ketentuan ritmis, kesinambungan, dan durasi tertentu.

Berdasarkan luas tempat senam dan jenis musik pengiringnya, senam aeorobik bersama yang dimainkan oleh para nakes itu dilakukan dengan menggunakan aliran gerakan yang ringan (low impact aerobics).

Senam bersama ini bermanfaat bagi kebugaran fisik atau jasmani. Kata John Fitzgerald Kennedy (1917-1963), presiden Amerika Serikat ke-35, “Physical fitness is not only one of the most important keys to a healthy body, it is the basis of dynamic and creative intellectual activity” (Kebugaran jasmani bukan hanya salah satu kunci terpenting dari kesehatan tubuh, tetapi merupakan dasar dari aktivitas intelektual yang dinamis dan kreatif).

Latihan senam secara kontinyu konon tidak hanya mengubah tubuh Anda, tetapi juga mengubah pikiran, sikap, dan suasana hati Anda. Menurut Sander Oorschot et. al. (Annals of Physical and Rehabilitation Medicime 66 (1), 2023) dilaporkan bahwa kapasitas aerobik yang memadai, yang dinyatakan sebagai puncak serapan oksigen, berdampak positif terhadap kesehatan fisik, kesehatan mental, dan kualitas hidup serta dapat mencegah penyakit kronis.

Senam bersama di Jumat pagi (26/04) di Ruang Pertemuan Puskesmas Bululawang, Kabupaten Malang

Lebih lanjut, Oorschot et. al. (2023), menjelaskan bahwa latihan aerobik untuk meningkatkan kapasitas aerobik merupakan aspek penting dari manajemen rehabilitasi pada neuromuscular diseases (neuromuskular progresif lambat). Latihan aerobik berfokus pada peningkatan kapasitas dan efisiensi sistem penghasil energi aerobik dan didefinisikan sebagai “latihan terstruktur yang melibatkan penggunaan kelompok otot besar untuk jangka waktu lama dalam aktivitas yang bersifat ritmis, seperti senam."

Dalam The Effect of Aerobic Exercise in Neuroplasticity, Learning, and Cognition: A Systematic Review, Revelo Herrera & Leon-Rojas (2024) mengungkapkan bahwa latihan aerobik dengan berbagai intensitas dapat mempengaruhi rangsangan kortikal dan menghasilkan peningkatan kognitif. Latihan aerobik telah menunjukkan kemanjuran pada individu dari berbagai kelompok umur, serta pada orang dengan dan tanpa penyakit otak.

Jadi, gerakan senam aerobik secara berkesinambungan itu tidak hanya mampu menurunkan berat badan, meningkatkan fungsi jantung dan pernapasan, melatih kesehatan paru-paru, akan tetapi juga dapat menjernihkan pikiran.

Oleh karena itu, ketika nakes Puskesmas Bululawang selesai melakukan senam aerobik dan kemudian melakukan foto bersama terlihat full senyum dan sumringah dalam jepretan hasil gambar fotonya. *** [270424]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Jumat, 26 April 2024

Jumat Berkah, Wawancara Mendalam Di Puskesmas Bululawang Jadi Mudah

Jumat pagi ini (26/04) membawa berkah bagi Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC), atau yang dikenal dengan penelitian “Dampak Polusi Udara terhadap Risiko Penaykit Paru-Paru Obstruktif Kronik dan Penyakit Jantung di Kabupaten Malang, Jawa Timur” di hari kedua bertugas di Puskesmas Bululawang.

Betapa tidak? Begitu tiba pukul 07.45 WIB, Tim Penelitian NIHR bisa menyaksikan gemulainya olah fisik yang dilakukan Kepala Puskesmas (Kapus) Bululawang drg. Lely Kumulasari beserta jajaran tenaga kesehatan (nakes) yang ada di Puskesmas Bululawang.

Sebelum memulai in-depth interview, Tim Penelitian NIHR beraudiensi dengan Kapus Bululawang dan responden

Jumat pagi itu, di Ruang Pertemuan Lantai 2 Puskesmas Bululawang sedang ada senam pagi yang menyerupai aerobik di mana serangkaian gerakan yang dilakukan oleh nakes Puskesmas Bululawang beriringan dengan irama musik dalam durasi waktu tertentu.

Tidak hanya itu, ternyata dengan adanya senam di Jumat pagi di Puskesmas Bululawang banyak nakes yang berkumpul, dan ini juga memberi berkah berupa kemudahan mendapatkan responden untuk diajak wawancara mendalam (in-depth interview) pada hari kedua ini.

In-depth interview dengan perawat Desa Bakalan

In-depth interview (wawancara mendalam) yang biasanya mencakup tiga responden per hari, Jumat ini dapat mewawancarai mendalam empat responden. Keempat responden tersebut meliputi apoteker Puskesmas Bululawang, perawat Desa Krebetsenggrong, perawat Desa Bakalan, dan kader kesehatan dari Desa Krebetsenggrong.

Begitu diterima dengan ramah oleh Kapus drg. Lely yang didampingi langsung oleh empat responden, Kapus pun langsung mempersilakan untuk melakukan wawancara mendalam dengan keempat reponden tersebut.

Kapus drg. Lely membantu mengeset lokasi untuk wawancara mendalam untuk setiap responden. Namun, karena jumlah yang akan mewawancarai ada tiga orang Tim Penelitian NIHR dari Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) maka untuk apoteker nanti wawancaranya pada kloter kedua setelah dari salah satu yang wawancara dari ketiga responden tersebut rampung dulu.

In-depth interview dengan perawat Desa Krebetsenggrong

Sebenarnya ada satu orang lagi Tim Penelitian NIHR dari Yayasan Percik Salatiga (YPS) – Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K. - yang datangnya paling duluan, tapi karena materinya menyangkut masalah kesehatan maka akhirnya ada satu responden yang diwawancarai belakangan.

Kehadiran Tim Penelitian NIHR dari YPS itu dalam rangka mematangkan agenda CEI (Community engagement and involvement) yang bakal digelar di kedua desa yang ada di lingkungan kerja Puskesmas Bululawang, yaitu Krebetsenggrong dan Bakalan, dan kedua perawatnya kebetulan di hari Jumat ini menjadi responden dalam wawancara mendalam (in-depth interview).

Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah teknik penelitian kualitatif yang melibatkan pelaksanaan wawancara individu secara intensif dengan sejumlah kecil responden untuk mengeksplorasi perspektif mereka mengenai ide, program, atau situasi tertentu. Sebagai contoh, kita mungkin bertanya kepada responden yang terkait dengan suatu program tentang pengalaman dan harapan mereka terkait dengan program tersebut, pemikiran mereka mengenai operasional program, proses, dan hasil, dan tentang perubahan apa pun yang mereka rasakan sebagai dampaknya maupun keterlibatan mereka dalam program tersebut (Boyce & Neale, 2006: 3).

In-depth interview dengan kader kesehatan Desa Krebetsenggrong

Tiga Tim Penelitian NIHR FKUB yang bertugas melakukan wawancara mendalam terdiri dari dr. Harun Al Rasyid, MPH; Meutian Fildzah Sharfina, SKM, MPH; dan saya. Ketiga Tim Penelitian NIHR berbagi peran.

Dr. Harun Al Rasyid melakukan in-depth interview dengan perawat Desa Bakalan Dian Pramono, A.Md.Kep dengan menempati ruang kerja Kapus Bululawang; Meutia Fildzah Sharfina bersama dengan perawat Desa Krebetsenggorng Citra Sulistyo Wardini, A.Md.Kep; dan saya melakukan wawancara mendalam dengan kader kesehatan Desa Krebetsenggrong Yeni Mariana.

In-depth interview dengan apoteker Puskesmas Bululawang

Kemudian, setelah selesai, saya pun melanjutkan in-depth interview dengan apoteker Puskesmas Bululawang Aqsanur, S.Farm. Apt. di Ruang Pertemuan Lantai 2 Puskesmas Bululawang, tempat yang sama saat melakukan wawancara dengan kader kesehatan Desa Krebetsenggrong.

Prosesi wawancara mendalam terhadap empat responden ini selesai pada pukul 10.23 WIB bertepatan dengan terdengarnya lantunan pembacaan ayat-ayat suci sebelum berkumandangnya adzan Jumat. Jumat berkah, wawancara mendalam di Puskesmas Bululawang di hari kedua jadi mudah. *** [260424]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Kamis, 25 April 2024

Sowan Ke Kapus, Tim Penelitian NIHR Adakan Wawancara Mendalam di Puskesmas Bululawang

Setelah dua hari berkunjung ke Puskesmas Pagak, giliran hari ini, Kamis (25/04), Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Enviromental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC), atau yang di Indonesia dikenal dengan penelitian “Dampak Polusi Udara terhadap Risiko Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronik dan Penyakit Jantung di Kabupaten Malang, Jawa Timur”, sowan ke Kepala Puskesmas (Kapus) Bululawang.

Tiga Tim Penelitian NIHR – dr. Harun Al Rasyid, MPH; Meutia Fildzah Sharfina, SKM, MPH dan saya - sowan ke Kapus Bululawang dalam rangka ingin melakukan wawancara mendalam (in-depth interview) dengan sejumlah tenaga kesehatan (nakes) di lingkungan Puskesmas Bululawang dan seorang kader kesehatan.

Tim Penelitian NIHR beraudiensi dengan Kepala Puskesmas Bululawang

Selain Tim Penelitian NIHR dari Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB), juga tampak hadir salah seorang Tim Penelitian NIHR dari Yayasan Percik Salatiga (YPS) – Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K – yang ingin berjumpa dengan perawat desa Bakalan dan Krebetsenggrong untuk mematangkan agenda CEI (Community engagement and involvement).

Rombongan Tim Penelitian NIHR tiba pada pukul 08.42 WIB, dan diterima langsung oleh Kapus Bululawang drg. Lely Kumalasari di Ruang Pertemuan Lantai 2 Puskesmas Bululawang yang beralamatkan di Jalan Stasiun No. 11 – 13 Desa Bululawang, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang.

In-depth interview bersama Penanggung jawab PTM Puskesmas Bululawang

Kemudian Tim Penelitian NIHR beraudiensi dengan Kapus Bululawang. Dalam audiensi itu, dr. Harun Al Rasyid mengemukan tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui kebijakan dan pelayanan kesehatan yang ditujukan dan mengidentifikasi berbagai faktor yang mendukung dan menghambat implementasi kebijakan dan pelayanan promotif preventif untuk mengurangi dampak polusi udara pada risiko penyakit paru-paru obstruktif kronik (PPOK) dan penyakit jantung pada masyarakat.

Setelah itu, Kapus Bululawang mempersilakan kepada Tim Penelitian NIHR untuk melakukan wawancara mendalam di Puskesmas Bululawang. Hanya saja di hari pertama ini terjadi perubahan responden. Yang sedianya dijadwalkan untuk dokter fungsional Puskesmas Bululawang, tidak bisa lantaran dokternya sedang mengikuti pelatihan “NIHR Global Health Research Group on Sustainable Care for Depression & Anxiety in Indonesia” atau NIHR-GHRC tentang Perawatan Berkelanjutan untuk Depresi dan Gangguan Kecemasan di Indonesia”, kolaborasi riset antara Universitas Indonesia (UI) dengan University of Manchester dan Manchester Metropolitas University di Golden Tulip Holland Resort Batu selama seminggu.

Jadi, akhirnya, reponden hari pertama sedikit berubah. Untuk dokternya dipending dulu, dan akhirnya Tim Penelitian NIHR melakukan wawancara mendalam dengan Penanggung jawab Penyakit Tidak Menular (Pj PTM) dan perawat Puskesmas Bululawang serta kader kesehatan dari Desa Bakalan.

In-depth interview (wawancara mendalam) telah menjadi metode pengumpulan data yang populer dalam penelitian kualitatif dalam pendidikan profesi kesehatan. Wawancara mendalam bisa tidak terstruktur, sangat terstruktur, atau semi-terstruktur, yang terakhir adalah yang paling umum. Panduan wawancara semi-terstruktur yang disusun dengan baik mencakup pertanyaan-pertanyaan yang telah ditentukan sebelumnya sekaligus memberikan fleksibilitas untuk mengeksplorasi topik-topik yang muncul berdasarkan pertanyaan penelitian. Untuk mengumpulkan data wawancara yang kaya, peneliti harus memperhatikan elemen-elemen kunci sebelum, selama, dan setelah wawancara (Eppich et. al., 2019: 85).

In-depth interview dengan perawat Puskesmas Bululawang

Dr. Harun Al Rasyid melakukan wawancara mendalam dengan Pj PTM Intati, A.Md.Keb; Meutia Fildzah Sharfina bersama dengan perawat Puskesmas Bululawang Adalea Aprilla, A.Md.Kep; dan saya melakukan in-depth interview dengan kader kesehatan Desa Bakalan Indah Astutik.

Letak wawancaranya pun harus dipisah. Dr. Harun Al Rasyid menempati ruangan di samping Ruang Kapus, Meutia Fildzah Sharfina memilih di kursi tamu dengan tangga, dan saya kebagian di Ruang Pertemuan Puskesmas Bululawang.

In-depth interview dengan kader kesehatan Desa Bakalan

Proses wawancara mendalam ini memakan durasi yang bervariasi, antara 40 menit hingga 1 jam. Yang terlama dilakukan oleh dr. Harun karena materinya yang lebih banyak ketimbang pertanyaan yang diajukan ke perawat maupun kader kesehatan.

Selain wawancara mendalam, Tim Penelitian NIHR dari YPS pun juga bertemu dengan perawat Desa Bakalan, dan langsung membahasnya terkait agenda CEI yang meliputi photovoice dan circle conversation yang bakal digelar di Desa Bakalan dan Desa Krebetsenggrong nantinya. *** [250424]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Risk Checker

Risk Checker

Indeks Massa Tubuh

Supplied by BMI Calculator Canada

Statistik Blog

Sahabat eKader

Label

Arsip Blog