Tampilkan postingan dengan label FGD Fase 1 Perawat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label FGD Fase 1 Perawat. Tampilkan semua postingan

Kamis, 18 Juli 2024

FGD dan In-Depth Interview di Puskesmas Sukomulyo dan Berkunjung ke Kantor Desa Suci

Dengan adanya penambahan satu desa lagi di lingkungan kerja Puskesmas Sukomulyo, Kabupaten Gresik, dalam penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC), berimbas kepada aktivitas pelaksanaan pengumpulan data kualitatif lagi.

Hari Rabu (17/07), Tim Penelitian NIHR melakukan Focus Group Discussion (FGD) dengan tenaga kesehatan (nakes) dari Desa Suci, Kecamatan Manyar ditambah dengan nakes dari Puskesmas Sukomulyo serta in-depth interview dengan nakes dari Desa Suci.

Desa Suci merupakan salah satu desa yang ada di wilayah administratif Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, namun masuk wilayah kerja Puskesmas Sukomulyo. Perlu diketahui, bahwa di Kecamatan Manyar ini memilki 3 Puskesmas, yakni Puskesmas Manyar, Puskesmas Sukomulyo, dan Puskesmas Sembayat.

Puskesmas Sukomulyo, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik

Bertempat di Ruang Pertemuan Puskesmas Sukomulyo Lantai 2 yang beralamatkan di Jalan Kalimantan No. 104 Wonorejo, Desa Yosowilangun, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, Tim Penelitian NIHR melaksanakan FGD dan in-depth interview.

Sambil menunggu nakes yang lainnya memasuki Ruang Pertemuan Puskesmas Sukomulyo, terlebih dahulu dilakukan in-depth interview dengan salah satu nakes dari Desa Suci yang telah hadir duluan. In-depth interview (wawancara mendalam) dipandu oleh Meutia Fildzah Sharfina, SKM, MPH dari Tim Penelitiah NIHR dengan responden bidan Desa Suci Herlina, A.Md.Keb.

Dalam wawancara mendalam tersebut, juga disaksikan oleh Serius Miliyani Dwi Putri, SKM, M.Ked.Trop. (Manajer Program penelitian NIHR) dan Kepala Puskesmas Sukomulyo dr. Inna Widya Satvika.

In-depth interview dengan bidan Desa Suci

Sementara itu, berjarak sekitar 1 meter dalam Ruang Pertemuan Puskesmas Sukomulyo, saya selaku fasilitator NIHR melakukan FGD dengan perawat dan staf terkait lainnya dari Ponkesdes dan Puskesmas yang diikuti 6 orang.

Keenam orang peserta FGD tersebut terdiri dari Sri Budiarti, A.Md.Kep. (perawat Desa Suci/Ponkesdes), Siti Wulan Sari, A.Md.Kep. (Puskesmas Sukomulyo), Ummi Marhamah, S.T. (Puskesmas Sukomulyo), Agustin Nurmaya (Puskesmas Sukomulyo), Aldo Dwi Putra (Puskesmas Sukomulyo), dan Siti Shofiyah, A.Md.Kep. (Puskesmas Sukomulyo).

Dengan posisi kursi sedikit melingkar dan berjarak dekat tersebut, FGD berlangsung dari pukul 08.29 WIB hingga pukul 09.29 WIB, dan berjalan lancar dan mengalir. Dalam prosesi FGD itu, fasilitator NIHR dibantu notulis Hilda Irawati, S.Stat. dan Alifatul Nisa’, S.P. dalam dokumentasi.

FGD dengan perawat Desa Suci dan nakes dari Puskesmas Sukomulyo

Dari FGD ini, diketahui bahwa pengelolaan sampah di tempat asal peserta di Kabupaten Gresik umumnya sampah diambil oleh petugas mengingat karakteristik masyarakat di sana umumnya sudah urban dengan banyaknya sejumlah industri, baik berskala lokal, nasional hingga internasional.

Penduduknya yang padat dengan lahan yang terbatas, mereka senang dengan adanya layanan pengangkutan sampah dengan cara bayar bulanan yang beragam. Ada yang Rp 11ribu, Rp 12ribu, dan ada juga Rp 50ribu per bulan tapi sudah mencakup untuk iuran kegiatan kampung lainnya.

Di samping itu, juga terlontar ada peserta yang bercerita bahwa di daerahnya ada yang membakar sampah di lahan kosong dan tidak rutin, umumnya dedaunan kering yang ada di lahan kosong tersebut bukan sampah rumah tangga pada umumnya.

Tempat Penampungan Sampah Sementara Desa Suci

Sampah plastik umumnya dibuang bersamaan dengan sampah rumah tangga lainnya, yang memilah nanti adalah bank sampah yang ada di daerahnya masing-masing. Sisanya yang tidak mempunyai nilai jual akan dibuang ke Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) yang ada di wilayahnya.

Beberapa peserta mengatakan bahwa bank sampah di sini berjalan dengan baik dalam pengelolaan sampah, khususnya terkait sampah plastik. Di sisi lain, ada juga peserta yang menjelaskan bahwa di desanya telah ada pemilahan sampah karena sudah mendapatkan sosialiasi. Sehingga, sampah plastik ditaruh dalam plastik kresek tersendiri.

Berhubung minimnya pembakaran sampah yang ada di daerahnya peserta, fasilitator NIHR yang memoderatori FGD ini berusaha memantik dari pemetaan wilayah bermukimya peserta dengan berdirinya sejumlah indsutri yang ada di wilayahnya. Hampir semua peserta bisa bercerita terkait industri yang ada di wilayahnya masing-masing. 

Bersilaturahmi dengan Sekdes Suci 

Peserta umumnya sudah terbiasa berdamai dengan asap-asap cerobong industri yang ada. Peserta juga mengakui terkadang ada program dari industri yang ada dalam melakukan pengecekan kesehatan di beberapa daerah peserta.

Kemudian ketika fasilitator NIHR memantiknya dengan pertanyaan apakah menurut Bapak/Ibu nakes ada dampaknya bagi kesehatan masyarakat. Salah seorang peserta FGD mengatakan bahwa di daerah tempat tinggalnya begitu terasa pengaruh asap pabrik yang ada. Contohnya, ayahnya yang bersinggungan dengan asap pabrik di lingkungan kerja maupun lingkungan rumah, kini ia mengalami sakit pernapasan. Keluarga tidak memiliki riwayat penyakit terkait paru-parunya sebelumnya.

Selesai FGD dan in-depth interview di Puskesmas Sukomulyo, Tim Penelitian NIHR mengajak perawat Desa Suci yang ikut FGD mengantarkan menjumpai Kepala Desa atau Sekretaris Desa Suci untuk bersilaturahmi dan membicarakan kegiatan dari Tim Penelitian NIHR di Desa Suci.

Warung Apung Rahmawati di Kebomas, Gresik

Dalam satu mobil, Tim Penelitian NIHR pun berangkat menuju ke Desa Suci. Di perjalanan, perawat Desa Suci pun menunjukkan TPS yang ada di desanya. Terlihat ada 2 kontainer besar bercat kuning dan sedang ada aktivitas bongkar muat dengan truk dari DLH.

Setibanya di Kantor Kepala Desa Suci, Tim Penelitian NIHR dan perawat Desa Suci diterima dengan baik oleh Sekretaris Desa (Sekdes) Suci Mohammad Miftach di ruang kerja Kepala Desa. Fasilitator NIHR mengawali dengan mengutarakan maksud kedatangan Tim Penelitian NIHR sowan di Desa Suci ini, dan Sekdes Miftach pun merasa senang. Kebingungan kegiatan yang bakal digelar di Desa Suci itu pun akhirnya bisa dimengerti dan Pemerintah Desa Suci bersama perawat Sri Budiarti siap memfasilitasi dan menyiapkan personilnya pada Selasa (23/07) atau Rabu (24/07).

Usai bersilaturahmi dengan Sekdes Suci, Tim Penelitian NIHR mengantar dulu perawat Desa Suci yang motornya tadi diparkir di Puskesmas Sukomulyo sebelum balik ke basecamp. Mengingat dalam perjalanan pulang itu telah memasuki jam makan siang, maka Tim Penelitian NIHR mengajak perawat Desa Suci yang telah mengantarkan berjumpa dengan Sekdes Suci singgah dulu di Warung Aprung Rahmawati yang berada di Jalan Dr. Wahidin Sudiro Husodo No. 109 Kebomas.

Dengan alunan musik Sunda, Tim Penelitian NIHR memesan makan siang di meja panjang bagian belakang yang dikelilingi aneka tanaman dan dua kolam ikan. Terasa benar-benar berada di saung dalam pedesaan di tlatah Sunda. *** [180724]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Jumat, 28 Juni 2024

14 Nakes Puskesmas Bululawang Ikut FGD Fase 1 NIHR

Setelah dilakukan Focus Group Discussion (FGD) Fase 1 terkait sampah plastik di Desa Krebet Senggrong dan Desa Bakalan bagi kader kesehatan, wakil masyarakat terdampak polusi (pria), wakil masyarakat terdampak polusi (wanita), dan tokoh masyarakat terdampak polusi, hari ini (Jumat, 28/06) giliran Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) mengadakan FGD Fase 1 dengan perawat dan staf terkait lainnya dari Ponkesdes dan Puskesmas.

FGD yang mengambil tempat di Ruang Akreditasi Puskesmas Bululawang tersebut, diikuti oleh 14 tenaga kesehatan (nakes) yang bekerja di lingkungan Puskesmas Bululawang, yang terbagi dalam 2 sesi FGD Fase 1.

Sesi 1 diikuti oleh 7 perawat, yaitu Dian Pramono (perawat Desa Bakalan), Nur Hasanah (perawat Desa Kasembon), Rahmad Teguh P. (perawat Desa Pringu), Ristyawati (perawat Desa Kuwolu), Anis Indah S. (perawat Desa Kasri), Dwi Putri (perawat Desa Sudimoro), dan Eka Ilham Adi W. ( perawat Desa Krebet).

Penjelasan informed consent sebelum FGD dimulai

Sedangkan, sesi 2 diikuti oleh 7 nakes, yakni Khilmi Ainun N. (perawat Desa Sukonolo), Nur Azizah (perawat Desa Bululawang), Cici Kusuma Pratiwi (perawat Desa Wandanpuro), Yudi N.R. (perawat induk Puskesmas Bululawang), Intati (bidan Desa Kuwolu dan Penanggung jawan PTM Puskesmas Bululawang), Lia Febriati (perawat Desa Gading), dan Citra Sulistyo W. (perawat Desa Krebet Senggrong).

Sementara itu, Tim Penelitian NIHR terlihat hadir dalam FGD Fase 1 adalah Meutia Fildzah Sharfina, SKM, MPH (informed consent); Hilda Irawati, S.Stat. (notulis); Serius Miliyani Dwi Putri, SKM, M.Ked.Trop. (notulis); Damar Waskitojati, S.Kom., M.Si (CEI), dan saya (moderator). Selain itu, hadir juga staf PTM dan Keswa Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, Wildan Adi Yatma, S.Psi.

FGD Fase 1 dengan perawat dan staf terkait lainnya dari Ponkesdes dan Puskesmas dimulai pada pukul 08.15 WIB untuk sesi 1. Sebelum moderator memulai prosesi FGD Fase 1, terlebih dahulu mempersilakan petugas informed consent untuk menjelaskan kepada partisipan.

FGD Fase 1 bersama nakes sessi 1

Setelah informed consent ditandatangani, barulah moderator memulai melakukan FGD Fase 1 dengan perawat dan staf terkait lainnya dari Ponkesdes dan Puskesmas. Ada 16 panduan FGD yang berjumlah 16 pertanyaan, namun dalam prosesinya bisa berkembang manakala moderator menemukan hal-hal yang khas dari paparan sejumlah partisipan.

Usai implementasi sesi 1, terus dilanjutkan dengan pelaksanaan FGD Fase 1 sesi 2. Prosesinya sama dengan pelaksanaan sesi 1. Yang membedakannya hanya pesertanya dan waktu pelaksanaannya saja.

Dari 2 sesi FGD tersebut terangkum hasil bahwa perlakuan sampah plastik dan yang lainnya umumnya ada yang diangkut petugas namun ada juga yang dibakar. Pembakaran sampah plastik itu dilakukan bagi yang masih memiliki lahan yang luas atau alasan tertentu seperti terkadang petugas pengangkut sampah terlambat mengambil. Umumnya masyarakat beralasan dengan kepraktisan saja dan agar cepat bersih.

Sampah plastik dari rumah tangga, dari tangkapan FGD cukup mendominasi di 14 desa yang ada di dalam wilayah kerja Puskesmas Bululawang, seperti sampah dari dapur rumah tangga. Hambatan utamanya dalam mengatasi pembakaran sampah adalah masalah kesadaran dari para individunya dan kurangnya sosialisasi dari pemerintah desa terkait bahayanya bagi kesehatan masyarakat.

FGD Fase 1 bersama nakes di sesi 2

Menurut salah seorang nakes di Puskesmas Bululawang, sebenarnya regulasi tentang larangan pembakaran sampah itu sudah ada. Hanya saja kemungkinan masih kurangnya sosialisasi terhadap masyarakat secara luas.

Selain itu, peran nakes dalam pembakaran sampah plastik sebenarnya juga sudah dilakukan lewat pertemuan-pertemuan yang ada di desa. Namun seiring waktu sering berlalu begitu saja, dan nakes juga belum melihat dampak kesehatan yang ada di masyarakat karena selama ini belum ada yang melaporkan sakit di Ponkesdes.

FGD Fase 1 dengan perawat dan staf terkait lainnya dari Ponkesdes dan Puskesmas ini berakhir pada  pukul 10.41 WIB seiring tahrim keluar melalui speaker horn dari Masjid Besar Sabilit Taqwa yang berada di selatan Pasar Bululawang atau samping Kantor Camat Bululawang. *** [280624]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Risk Checker

Risk Checker

Indeks Massa Tubuh

Supplied by BMI Calculator Canada

Statistik Blog

Sahabat eKader

Label

Arsip Blog