Tampilkan postingan dengan label Limbah Sampah Plastik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Limbah Sampah Plastik. Tampilkan semua postingan

Kamis, 08 Juni 2023

Peneliti Yayasan Percik Salatiga Lakukan Observasi di TPS GPA dan TPA Randuagung Kabupaten Malang

Didampingi salah seorang Tim SMARThealth Universitas Brawijaya (UB), dua staf peneliti Yayasan Percik Salatiga (YPS) – Damar Waskitojati dan Singgih Nugroho – melakukan observasil lapangan terkait persampahan di dua lokasi, yaitu Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Perum Griya Permata Alam (GPA) dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Randuagung, pada Rabu (07/06).

TPS GPA berada di Jalan Griya Permata Alam, Dusun Perumahan RT 05 RW 05 Desa Ngijo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, dan TPA Randuagung berlokasi di Desa Randuagung, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.

Dengan berkendara mobil Mitsubishi Kuda, kedua peneliti YPS bersama Tim SMARThealth UB yang dipandu google map pemberian perawat Desa Ngijo, Della, tiba di TPA GPA pada pukul 11.14 WIB. Di lokasi TPS, kedua peneliti YPS diterima dengan ramah oleh Faisol Effendi, A.Md di halaman TPA yang berpaving block. Selang beberapa saat, perawat Della pun tiba di lokasi juga. Perawat Della ini sesungguhnya yang menjadi penghubung dengan Ketua Pengelola TPS GPA tersebut.

Peneliti Yayasan Percik Salatiga beraudiensi dengan pengelola TPS GPA Karangploso yang didampingi perawat Desa Ngijo

DI TPS GPA, kedua peneliti melakukan observasi lapangan di lokasi dan sekaligus melakukan wawancara dengan Faisol untuk memahami mengenai persoalan pengelolaan sampah di situ. Diakui Faisol, dulu sampah di TPS ini selalu menggunung setiap tiga bulan, Karena dari tiga kontainer, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) hanya mampu mengangkut satu kontainer saja. “Kalau dibiarkan seperti ini terus, maka kapasitas lahan TPS yang seluas 450 m² ini akan cepat penuh,” jelas Faisol.

Semenjak diangkat menjadi Ketua Pengelola TPS GPA sekitar bulan November 2021, Faisol berusaha berpikir untuk mengatasi permasalahan tersebut. Ia pun berusaha mencari ide untuk mengatasi ini dengan berkonsultasi kepada mereka yang kompeten dalam pengelolaa sampah, termasuk dengan salah satu staf pengajar di UB yang sering dimintai pendapat terkait persampahan oleh DLH Kabupaten Malang.

Ia pun mencoba mempekerjakan beberapa orang untuk memilah sampah yang bisa di-recycle (kertas, botol, kardus) dan mewujudkan tungku pembakaran dengan corong tinggi di di pojok barat daya mepet dengan Kali Bodo yang masih rimbun dengan pepohonan bambu.

Dua pemilah sampah yang bisa didaur ulang di TPS GPA Karangploso

“Tungku ini perlu batu bata khusus yang tahan apa,” kata Faisol. “Oleh sebab itu biayanya tak murah untuk membangun tungku pembakaran tersebut.”

“Cerobong harus panjang ke atas, pintu besi harus ditutup agar pembakarannya terus stabil. Dengan pembakaran yang stabil, keluaran asap akan berkurang sehingga polusi bisa diminimalisir,” tambah Faisol.

Kedua peneliti YPS melakukan obrolan dengan Faisol hampir dua jam lamanya. Kemudian setelah itu berpamitan untuk melanjutkan melihat TPA Randuagung Singosari yang berjarak sekitar 16 kilometer.

Namun setelah keluar dari TPS GPA, sesampainya di Jalan Kepuharjo, kedua peneliti YPS berhenti di Warung Makan Cobek Bakar ABG yang berada di Dusun Wringin Anom, Desa Kepuharjo, Kecamatan Karangploso, untuk makan siang.

Peneliti Yayasan Percik Salatiga melihat sepintas aktivitas pengelolaan sampah di TPA Randuagung Singosari

Selesai makan siang, mereka lanjut menuju ke TPA Randuagung, dan tiba di lokasi pada pukul 14.42 WIB. TPA Randuagung merupakan tempat pembuangan akhir untuk seluruh timbunan sampah yang masih menggunakan metode open dumping.

Pada waktu di lokasi TPA Randuagung, kedua peneliti melihat lingkungannya di sana. Terlihat hilir mudik truk ukuran kecil dengan kontainer yang penuh sampah. Di atas tumpukan sampah, puluhan burung kuntul sedang mengais makanan. Selain itu, tampak juga satu alat berat bego (excavator) untuk meratakan tumpukan sampah agar tidak menggunung.

Sambil menyaksikan aktivitas di TPA Randuagung, kedua peneliti YPS mengobrol untuk mendapatkan gambaran sekilas pengelolaan sampah dengan dua petugas yang berkendara motor bak sampah milik DLH yang beroperasi di situ.

Peneliti Yayasan Percik Salatiga berdiskusi pengelolaan sampah plastik dengan pegiat pengelolaan sampah plastik di Pagak

Sekitar 15 menit berada di TPA Randuagung, kedua peneliti YPS melanjutkan perjalanan menuju ke Pagak untuk berjumpa dengan seorang penggiat lingkungan utamanya dalam pengelolaan sampah plastik, dan sekaligus menginiasi bank sampah sentral di desanya, yaitu Desa Gampingan.

Sebelumnya berjumpa dengannya, kedua peneliti YPS dengan dipandu Tim SMARThealth UB berkeliling sebentar untuk melihat Dusun Bekur, Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak untuk melihat daerah pembakaran gamping dengan limbah plastik.

Setelah sempat menunggu sambil nongkrong di Warung Bubur Kacang Ijo depan Pasar Baru Gampingan. Kedua peneliti YPS akhirnya bisa berjumpa dengan pegiat lingkungan lepas Mahgrib, dan mengobrol tentang seluk beluk perjalanan pengelolaan sampah dari unsur pemberdayaan masyarakat hingga pukul 20. 33 WIB. *** [070623]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Selasa, 07 Maret 2023

Peneliti PPSP UB Ajak Koleganya dari India Lihat Pembakaran Gamping di Pagak

Di sela-sela diskusi membahas performa aplikasi eKader di Ruang Multimedia Lantai 2 Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang (Selasa, 07/03/2023), Team Leader SMARThealth Universitas Brawijaya (UB) Sujarwoto, S.IP, M.Si, MPA, Ph.D, yang sekaligus merupakan peneliti Polusi Pembakaran Sampah Plastik (PPSP) UB mengajak koleganya dari India berkunjung ke Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak untuk melihat pembakaran gamping.

Dengan mobil Fortuner warna putih, rombongan ada lima orang, yaitu peneliti PPSB UB, Sub Koordinator Substansi PTM dan Keswa Dinkes, Tim SMARThealth UB, dan dua kolega dari India, yakni Praveen Devarsetty dan Renu John. Kedua orang dari India itu juga seorang peneliti yang saat ini terlibat dalam program SMARThealth.

Peneliti PPSP bersama dua koleganya dari India lihat tumpukan batu gamping yang kemarin selesai pembakarannya.

Jaraknya sekitar 9,5 km dari Dinkes, dengan waktu tempuh 23 menit. Tiba di lokasi pada pukul 14.26 WIB. Di sana, rombongan melihat aktivitas masyarakat terkait limbah sampah plastik yang memiliki nilai ekonomis.

Mereka membeli dari limbah PT Ekamas Fortuna, unit usaha Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas yang beroperasi di Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang. Per truk ukuran kecil, harganya 300 ribu dan masih dalam kondisi sedikit basah.

Sesampainya di rumah, mereka akan berusaha mengeringkan limbah sampah plastik tersebut. Pemandangan ibu-ibu membolak-balik limbah di depan rumah, menjadi hal yang lumrah di desa itu. Yang kertas, seperti karton maupun kardus, disendirikan. Mereka memilah limbah tersebut setiap hari.

Tumpukan limbah sampah plastik dalam proses pengeringan untuk bahan membakar batu gamping

Limbah yang berbentuk kertas bisa dijual kembali ke pabrik kertas lagi, sedangkan limbah plastiknya yang sudah kering dijual kepada pelaku usaha pembakaran gamping yang ada di desa tersebut.

Praveen dan Renu terlihat bersemangat ketika mendekati sebuah rumah yang telah menyusun batu gamping (limestone). Sayangnya pada saat kunjungan ini belum mulai dibakar. Kata pemiliknya akan mulai dibakar pada pukul 06.00 WIB esok hari. Sehingga, Praveen dan Renu tak bisa menyaksikan kepulan asam hitam pekat membubung dari bawah ke atas.

Untuk 18 ton batu gamping, perlu waktu pembakaran selama 2 hari 2 malam dengan menghabiskan 7 truk limbah plastik. Selesai dibakar, batu gamping tersebut akan djual di sebuah perusahaan pembuatan bata ringan (hebel) yang ada di Pandaan, Pasuruan. Masyarakat setempat umumnya menyebut dengan batako putih.

Mengunjungi rumah yang sudah siap melakukan pembakaran gamping untuk esok hari

Pulang dari daerah pembakaran gamping sekitar pukul 14.44 WIB. Dalam perjalanan pulang, rombongan singgah di Warung Nayamul untuk makan siang terlebih dahulu. Dari 5 orang dalam rombongan itu memiliki selera masing-masing, sehingga di warung yang self-service itu memilih kesukaan dari deretan menu lauk yang ada di meja.

Setelah 25 menit lamanya, rombongan pun kembali ke Dinkes, dan melanjutkan diskusi terakhir hingga pukul 17.10 WIB. Esok harinya, rombongan itu masih akan berjumpa lagi bersamaan dengan kunjungan Tim SMARThealth Thailand di tempat ini juga. *** [070323]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Sabtu, 04 Maret 2023

Dua TPS Dikunjungi Asisten Tim Peneliti PPSP UB

Begitu rombongan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang bersama Tim SMARThealth Universitas Brawijaya (UB) menjemput asisten Tim Peneliti Polusi Pembakaran Sampah Plastik (PPSP) UB, Azarine Aisyah Widhowati dan Maria Pramundhitya Wishnu Wardhani, di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan UB (FMIPA UB), mobil Avanza Veloz warna putih yang ditumpangi rombongan langsung menuju ke lokasi tempat penampungan sementara (TPS) sampah.

Ada dua TPS yang dikunjungi pada Sabtu (04/03/2023), yakni TPS Perum Griya Permata Alam (GPA) di Karangploso dan TPS RW 11 Lawang. Kunjungan pertama dilakukan di TPS Perum GPA yang berada di Jalan Griya Permata Alam, Dusun Perumahan RT 05 RW 05 Desa Ngijo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang. Lokasinya tepat berada di sebelah utara Kali Bodo atau depan Pondok Desa Kampung Telaga.

Kipas tungku pembakaran di TPS Perum GPA Ngjijo, Karangploso

Sedangkan kunjungan kedua adalah TPS RW 11 Lawang yang terletak RT 01 RW 11 Kelurahan Lawang, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. Jaraknya dengan TPS pertama yang dikunjungi (TPS Perum GPA) adalah sejauh 16 km.

Kunjungan lapangan asisten Tim Peneliti PPSP UB yang didampingi rombongan Dinkes dan Tim SMARThealth UB itu dalam rangka tahapan identifying & implementing solutions to reduce the impact of plastics burning on NCDs in Indonesia (mengidentifikasi dan menerapkan solusi untuk mengurangi dampak pembakaran plastic terhadap penyakit tidak menular (PTM) di Indonesia).

Kebetulan kedua TPS tersebut masuk dalam status waiting for survey setelah dilakukan pengumpulan data tahap awal yang dilakukan oleh kader bersama tenaga kesehatan di daerah tersebut.


TPS Perum GPA

TPS ini disediakan oleh pengembang perum GPA seluas antara 400 hingga 500 meter persegi di utara Kali Bodo pada 2008. Sebelumnya, TPS berada di tengah-tengah perum GPA namun setelah semakin padat hunian perum tersebut, warga merasa terganggu baunya sehingga dicarikan lahan baru di dekat jembatan Kali Bodo.

Awalnya berupa lahan kosong, dan kemudian sampah limbah rumah tangga penghuni perum GPA dibawa ke TPS itu setiap harinya. Beberapa hari kemudian, ada mobil sampah dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) yang mengambil container berisi tumpukan ke sampah menuju ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Randuagung Singosari yang berjarak sekitar 15 km.

Asisten Tim Peneliti PPSP UB berpose bersama pengurus TPS Perum GPA, perawat Desa Ngijo, dan rombongan Dinkes Kabupaten Malang

Sejak kepengurusan Faisal yang juga Ketua RW 12, sejak Januari 2022 dilakukan pavingisasi lahan TPS Perum GPA. Selang dua bulan berikutnya, Faisal mencoba membuat insenerasi berupa tungku sederhana dengan ukuran panjang 120 cm, tinggi sekitar 2 meter dan lebar 149 cm dengan bahan bata seharga 20 ribu per bijinya. Bata tersebut tahan api. Total anggaran yang dikeluarkan beserta cerobong asapnya, senilai 40 juta.

TPA yang mampu menampung volume sampah sekitar 16 meter kubik atau setara 5 ton setiap harinya itu memiliki tenaga pemilah sampah sebanyak orang dengan container standby sebanyak 3 buah.

Tujuan pembuatan insenerasi itu untuk membakar sampah yang sudah kering guna mengurangi volume sampah di TPS manakala mobil DLH telat mengambilnya, tidak terjadi penumpukan sampah yang signifikan sehingga mengurangi pencemaran bau ke masyarakat.

Pekerja sedang memilah sampah yang masih bernilai ekonomis

Setiap hari pemilah memilah sampah. Mereka akan mengumpulkan sampah plastik yang masih bernilai ekonomis, seperti botol air mineral dan lain-lain. Sementara, limbah sampah yang sudah tak punya nilai ekonomis seperti karung plastik umumnya dibakar setelah dikeringkan bersama dengan sampah lainnya.

Kata Faisal, TPS yang beraktivitas dari pukul 06.00 WIB hingga 20.00 WIB itu, pembakarannya diusahakan dengan menggunakan suhu yang tinggi agar supaya mengurangi keluaran asap ke udara, sehingga dalam pelaksanaannya digunakan kipas dengan tekanan udara yang stabil agar supaya terus mengeluarkan api, bukan asap.


TPS RW 11 Lawang

Lahan TPS ini lebih kecil daripada TPS Perum GPA. Lahannya menggunakan milik warga dekat pertemuan Kali Bendo yang berada di utara Polsek Lawang dengan dikelilingi rerimbunan tanaman buah di sebelah utaranya. Ada jambu biji, belimbing, jambu air, alpokat, dan lain-lain.

Tungku pembakaran di TPS RW 11 Lawang ini lebih kecil ketimbang yang ada di TPS Perum GPA, namun memiliki cerobong asam dua kali lebih tinggi dari TPS Perum GPA. Tungku pembakaran ini baru ada empat tahun yang lalu.

Asisten Tim Peneliti PPSP UB sedang melakukan wawancara dengan salah satu pengurus TPS RW 11 Lawang

Setiap hari, ada dua gerobak sampah dorong yang masuk ke TPS ini. Sampah ini merupakan sampah rumah tangga dari 3 RT dalam 1 RW, yang meliputi RT 01 dan 02 dari RW 11, dan RT 06 RW 08 yang lokasinya berdampingan dengan pemilah dari masyarakat setempat. 

Sebelum TPS RW 11 muncul, TPSnya berada di lokasi yang sekarang dibangung Pujasera Lawang. Sejak 2019, karena tempatnya digunakan Pujasera, maka ada yang dialihkan kemari untuk warga 3 RT dalam 1 RW tersebut.


Tungku pembakaran TPS RW 11 Lawang

Selesai dari kunjungan yang kedua ini, rombongan dalam mobil Avanza Veloz putih pun meninggalkan lokasi pada pukul 13.00 WIB dengan mengantar asisten Tim Peneliti PPSP UB terlebih dahulu. Dalam perjalanan terjebak macet arus lalu lintas.

Sebelum sampai FMIPA UB, rombongan singgah di Warung Lesehan Yogyakarta yang berada di Jalan Kendalsari Barat No. 8 Malang pada pukul 14.07 WIB, dan meninggalkan warung itu seiring kumandang suara adzan Ashar. *** [040323]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Kamis, 16 Februari 2023

Tinjauan Lapangan Tim Peneliti PPSP UB ke Desa Sumberejo

Tim Peneliti Polusi Pembakaran Sampah Plastik (PPSP) Universitas Brawijaya (UB) melakukan tinjauan lapangan ke Dusun Bekur, Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang, pada Kamis (16/02/2023).

Tinjauan lapangan ini dalam rangka melihat dari dekat aktivitas masyarakat di sana yang sudah belasan tahun memanfaatkan limbah plastik buangan pabrik kertas sebagai bahan bakar tungku mengolah batu gamping.

Diskusi sesaat dengan perawat Desa Sumberejo di rumah mertua staf Keswa Dinkes yang lokasinya tak jauh dari tobong gamping

Dalam mobil warna putih, Tim Peneliti yang terdiri dari Sujarwoto, S.IP, M.Si, MPA, Ph.D bersama Eko, seorang mahasiswa S3 Fisika UB, didampingi oleh 3 orang dari Seksi PTM dan Keswa Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang (Paulus Gatot Kusrhayanto, SKM; Imam Ghozali, S.Kep.Ners; dan Candra Hernawan, S.Kom), dan seorang Tim SMARThealth UB.

Tinjauan lapangan ini merupakan bagian dari tahapan identifying & implementing solutions to reduce the impact of plastics burning on NCDs in Indonesia (mengidentifikasi dan menerapkan solusi untuk mengurangi dampak pembakaran plastik terhadap penyakit tidak menular (PTM) di Indonesia).

Penelitian ini merupakan kerjasama UB dengan National Health Institute for Health and Care Research (NIHR) Global Health Research Centre on Non-Communicable Diseases (NCDs) and Enviromental Change, UK.

Suasana Dusun Beruk, Desa Sumberejo. Kiri kanan jalan terlihat tumpukan limbah plastik sebagai penopang ekonomi masyarakat

Rombongan peneliti PPSP UB tiba di Kantor Dinkes sekitar pukul 12.20 WIB dan terus berangkat bersama. Dalam perjalanan menuju Desa Sumberejo, rombongan singgah sebentar ke Warung Nayamul yang berada di Jalan Trunojoyo No. 4 Dusun Ngadiluwih, Desa Kedungpedaringan, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang.

Usai singgah langsung berangkat menuju ke lokasi. Ketika menyusuri Jalan Kampung Baru yang berada di Dusun Bendo, Desa Sumberejo, terlihat pemandangan khas berupa tumpukan sampah plastik di kiri kanan jalan.

Sekelompok masyarakat di wilayah tersebut memilih mengais rupiah dengan cara bekerja sebagai pemilah sampah buangan pabrik kertas. Mereka memilah serpihan plastik dan kertas. Seluruh limbah itu bukan didapat dari rumah tangga atau industri biasa. Tetapi sampah impor sisa produksi perusahaan.

Asap mengepul hitam pekat dari tobong gamping dekat Lapangan Bekur

Setelah mereka pilah, limbah kardus/karton dan kertasnya mereka jual kembali ke pabrik kertas yang berjarak sekitar 2 km itu. Sedangkan limbah sisanya yang umumnya terdiri dari plastik, biasanya dibeli oleh usaha pembuatan gamping di desanya maupun desa tetangga seharga Rp 25 ribu, untuk bahan bakar pembuatan gamping.

Kata masyarakat di sekitar pembakaran gamping, menceritakan bahwa dahulu bahan bakar gamping biasa menggunakan kayu maupun ban karet bekas. Tapi kedua bahan baku itu lebih sulit didapat. Sedangkan sampah plastik lebih mudah dan harganya lebih terjangkau.

“Butuh 2 malam 3 hari untuk bakar gamping. Itu bisa memproduksi 12 ton batu gamping,” ucap salah seorang pekerja yang sedang membakar gamping di dekat Lapangan Bekur. “Lamanya pembakaran itu setara dengan delapan truk sampah plastik kering.”

Seorang pekerja sedang memasukkan limbah plastik ke dalam tungku pembakaran gamping secara bergantian selama 2 malam 3 hari

Setelah beberapa saat berdialog dengan warga Dusun Beruk itu, rombongan peneliti PPSP singgah sebentar di rumah mertua salah seorang staf Keswa, Imam Ghozali, S.Kep.Ners, yang jaraknya sekitar 300 meter dari pembakaran gamping tersebut.

Setelah diskusi sesaat, rombongan peneliti PPSP berpamitan dan langsung meluncur menuju ke Kantor Dinkes untuk menurunkan 3 orang dari Seksi PTM dan Keswa serta seorang Tim SMARThealth UB yang kebetulan pagi tadi berdiskusi tentang karakteristik desa yang nantinya akan digunakan untuk penelitian perihal kesehatan jiwa, khususnya menyangkut depresi dan kecemasan. *** [160223]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Risk Checker

Risk Checker

Indeks Massa Tubuh

Supplied by BMI Calculator Canada

Statistik Blog

Sahabat eKader

Label

Arsip Blog