Tampilkan postingan dengan label Kata Mutiara. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kata Mutiara. Tampilkan semua postingan

Senin, 18 November 2024

Refreshing Kader Kesehatan Kelurahan Kepanjen di Pantai Kondang Merak

"Di pantai - waktu yang Anda nikmati untuk disia-siakan, tidak terbuang sia-sia." -T. S. Eliot (1888 - 1965)

Kontribusi potensial kader kesehatan dalam mencapai Cakupan Kesehatan Universal (Universal Health Coverage) sangatlah penting. Peran umum kader kesehatan meliputi pendidikan kesehatan, mobilisasi masyarakat, dan layanan berbasis masyarakat, khususnya yang terkait dengan kesehatan reproduksi, ibu, neonatal, dan anak. Beberapa negara, seperti Indonesia, memanfaatkan kader kesehatan untuk penyakit tidak menular (PTM) dan masalah kesehatan baru lainnya (Shrestha et. al., 2024, The Lancet Regional Health Southeast Asia).

Dari laporan penelitian Shrestha et. al. (2024) itu, peran kader kesehatan begitu vital. Sebagai tenaga sukarelawan yang terbentuk dari masyarakat dan untuk masyarakat itu, tugas kader kesehatan cukuplah banyak.

Di berbagai negara, untuk merevitalisasi perawatan kesehatan primer (primary health care/PHC), kader kesehatan diakui sebagai hal yang penting untuk memberikan layanan kesehatan primer guna mencapai Universal Health Coverage (UHC).

Kader kesehatan berpose bersama Lurah, Ketua TP PKK, dan dua tenaga kesehatan Panji Husada Kelurahan Kepanjen di Pantai Kondang Merak

Di tengah target capaian standar pelayanan minimum yang dikerjakan oleh kader kesehatan dalam membantu tugas tenaga kesehatan yang ada di desa atau kelurahan, tentunya tak jarang kader kesehatan mengalami kepenatan.

Oleh karena itu, tak jarang pula kader kesehatan kerap mengagendakan untuk melakukan refreshing (penyegaran) dengan melakukan piknik. Seperti yang dilakukan oleh kader kesehatan dari Kelurahan Kepanjen, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang ini yang pada hari Ahad (17/11) mengadakan refreshing ke Pantai Kondang Merak.

Enam mobil IZUSU ELF GRAND Power Steering 2.8 Turbo Intercooler Softride telah berjajar di halaman Masjid Agung Baiturrahman yang berada di Jalan Sultan Agung No 34 RT 06 RW 03 Kelurahan Kepanjen.

Gemulai kader kesehatan dalam senam bersama di Pantai Kondang Merak

Mobil 1 warna biru muda akan mengangkut kader kesehatan dari Pos Anggrek 1, 2,3, dan 4. Mobil 2 warna silver dan hijau muda untuk kader kesehatan dari Pos Melati 1, 2, dan 3. Mobil 3 warna silver dan biru muda untuk mengangkut kader kesehatan Pos Mawar 1 dan 2. Mobil 4 warna biru tua untuk mengangkut kader kesehatan dari Pos Nusa Indah 1, 2, dan 3. Mobil 5 warna silver dan putih untuk mengangkut kader kesehatan dari Pos Kenangan 1 dan 2. Sedangkan, mobil 6 warna silver untuk mengangkut kader kesehatan dari Pos Melati 3 dan Kenanga 3. 

Keenam mobil IZUSU ELF tersebut akan mengangkut kader kesehatan untuk menuju ke Pantai Kondang Merak, sebuah pantai di pesisi selatan yang secara administratif berada di Desa Sumberbening, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang. Jaraknya sekitar 48 kilometer dari Masjid Agung Baiturrahman Kepanjen.

Waktu tempuh perjalanan dari Masjid Agung Baiturrahman ke Pantai Kondang Merak adalah 1 jam 39 menit. Tiba di Pantai Kondang Merak pada pukul 08.45 WIB. Keenam mobil IZUSU ELF diparkir di sebelah timur Gereja Pantekosta di Indonesia Air Hidup II Kondang Merak.

Sambutan Lurah Kepanjen dalam Refreshing Kader Kesehatan di Pantai Kondang Merak

Selesai parkir, kader kesehatan yang dikordinir Kristin Mariana dan Agustin Shintowati tersebut langsung menyiapkan segala ubarampe dalam acara refreshing kader kesehatan tersebut. Dua salon besar dikeluarkan dari mobil dan dibawa di area sebelah barat gereja untuk acara senam bersama. Kemudian tikar dipasang tempat yang ada borderline, sebagai tempat yang telah dibooking untuk kegiatan refreshing ini, yang menghadap ke Watu Kumpul, sebuah batu bersusun yang membentuk pulau, yang ada di Pantai Kondang Merak.

Mula-mula, kader kesehatan melakukan senam bersama yang dipandu oleh Kusmiati, S.Pd. Dalam senam itu, banyak wisatawan lain yang tertarik untuk melihatnya. Ada yang memfilmkan untuk konten media sosial yang mereka buat. Gemulai kader kesehatan tampak menawan mereka yang melihatnya.

Selesai senam bersama, kader kesehatan berkumpul dan duduk di tikar tepat di dekat bibir Pantai Kondang Merak. Sambil mendengarkan deburan ombak, mereka mengikuti quiz terkait kesehatan ibu anak.

Potongan tumpeng dari Ketua TP PKK Kelurahan Kepanjen untuk bidan dan perawat Panji Husada Kepanjen

Mereka dilatih sebentar dengan quiz tersebut, agar kader bisa mempersiapkan diri untuk refresning pengetahuan yang bakal digelar bulan depan. Sehingga, quiz ini dianggap sebagai pembekalan dalam mengenal istilah-istilah yang ada dalam kesehatan ibu dan anak nantinya.

Pukul 10.25 WIB, Lurah bersama Ketua Tim Penggerak PKK (TP PKK) dan dua tenaga kesehatan, yakni bidan dan perawat Panji Husada Kelurahan Kepanjen hadir dengan mengendarai mobil Suzuki warna hitam kelam.

Kader kesehatan merasa senang sekali dan menyambut kehadiran mereka. Pada kesempatan itu, Lurah Kepanjen Bobby Setya Abdi, S.STP, M.M. berkenan memberikan sambutan. Dalam sambutan itu, Lurah Bobby mengapresiasi kekompakan di antara kader kesehatan yang ada di Kelurahan Kepanjen, dan sekaligus bangga atas inisiatifnya dalam setiap programnya yang tidak harus selalu menunggu instruksi, seperti dengan refreshing kader kesehatan ini. “Mereka memprogramkan sendiri, dan kami tinggal hadir,” jelas Lurah Bobby yang muda dan ganteng itu.

Potongan tumpeng dari Lurah Kepanjen kepada salah seorang Tim SMARThealth UB yang mendampingi kegiatan kader kesehatan Kelurahan Kepanjen

Usai sambutan dari Lurah Kepanjen, acara diteruskan dengan pemotongan tumpeng yang telah disediakan oleh Lurah Kepanjen. Pemotongan tumpeng yang pertama dan kedua dilakukan oleh Ketua TP PKK Zena Alyssha, S.IP dan secara simbolis diberikan kepada bidan Mamik Makrifatin, S.ST dan perawat Nurul Masfiyah, A.Md.Kep. Kemudian pemotongan tumpeng ketiga dilakukan oleh Lurah Bobby dan diberikan kepada salah seorang anggota Tim SMARThealth Universitas Brawijaya (UB) yang dengan telaten mendampingi kader kesehatan Kelurahan Kepanjen dalam setiap kegiatannya.

Selesai seremonial dalam refreshing kader kesehatan tersebut, acara dilanjutkan dengan makan siang dan disambung dengan acara bebas untuk menikmati keindahan Pantai Kondang Merak. Mereka ada yang berjalan-jalan di tepi pantai, ada yang turun ke air alias berenang, dan ada yang berkulineran di warung-warung yang ada di dalam lokasi wisata Pantai Kondang Merak.

Salah seorang anggota Tim SMARThealth UB memilih duduk di meja kursi ala pantai di Warung Bu Warsih sambil menikmati es degan utuh dan terkadang diselingi dengan eksplorasi tanaman hutan yang masih alami yang tumbuh di lokasi Pantai Kondang Merak, seperti pohon gintungan yang batangnya sebesar bentangan empat orang secara bersamaan.

Kader kesehatan di bibir Pantai Kondang Merak dalam rangka Refreshing Kader Kesehatan

Dalam kegiatan ini, kader kesehatan Kelurahan Kepanjen merasa senang. Piknik ke Pantai Kondang Merak, seakan-akan seperti yang diceritakan dalam kutipan (quote) Thomas Stearns Eliot (1888-1965), seorang modernis penyair Inggris-Amerika, dramawan, dan kritikus sastra utama, "At the beach - time you enjoyed wasting, is not wasted" (Di pantai - waktu yang Anda nikmati untuk disia-siakan, tidak terbuang sia-sia).

Kutipan Eliot tersebut menunjukkan bahwa kenikmatan dan kepuasan tidak selalu diukur dengan produktivitas atau penggunaan waktu secara konvensional. Misalnya, saat Anda berada di pantai, kesenangan yang Anda dapatkan hanya dengan hadir - entah Anda sedang bersantai, melamun, atau melakukan sesuatu yang tampaknya tidak produktif - tetap berharga.

Dalam konteks ini, Eliot mungkin menyoroti bahwa waktu yang dihabiskan untuk bersantai atau melakukan aktivitas yang mendatangkan kegembiraan tidak "terbuang sia-sia," meskipun tidak secara langsung berkontribusi pada tujuan atau pencapaian yang nyata. Hal ini mencerminkan pemahaman yang lebih mendalam bahwa kesejahteraan, relaksasi, dan saat-saat damai penting bagi pengalaman manusia dan berkontribusi pada rasa kepuasan seseorang secara keseluruhan.

Pagi, kader kesehatan Kelurahan Kepanjen kumpul di halaman Masjid Agung Baiturrahman Kepanjen

Refreshing kader kesehatan Kelurahan Kepanjen menunjukkan hal itu semua. Mereka bisa berkumpul bersama, dan jalan-jalan di pantai. Kepenatan-kepenatan dalam melakukan skrining kesehatan bagi warga masyarakat selama ini, seakan hilang tersapu oleh rasa bahagia dalam refreshing kader kesehatan ini, karena piknik di Pantai Kondang Merak ini mampu menyeimbangkan kerja keras dan relaksasi.

Piknik menawarkan begitu banyak manfaat luar biasa bagi kesehatan fisik dan mental kita, membangun hubungan yang lebih dalam, dan menciptakan kenangan indah yang abadi. Karena piknik yang dilabeli refreshing kader kesehatan ini mampu menghubungkan mereka kembali dengan alam, memperkuat ikatan, memelihara tubuh dan jiwa, mendorong aktivitas fisik, dan sekaligus menghargai hal-hal sederhana.

Piknik lebih dari sekadar aktivitas santai di luar ruangan—itu adalah perayaan kehidupan, cinta, dan keindahan alam. Dengan menikmati kesenangan sederhana menghabiskan waktu bersama kader kesehatan lainnya di alam terbuka, dapat menyehatkan tubuh, menyegarkan pikiran, dan menciptakan kenangan berharga yang akan bertahan seumur hidup. *** [181124]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Minggu, 22 September 2024

Ahad Pagi, Kader Kesehatan Desa Tlogorejo Ikuti Photovoice Yang Pertama

 “Fotografi yang hebat adalah tentang kedalaman perasaan, bukan kedalaman bidang.” – Peter Adams

Jumat kemarin, Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) Theme 3: People Empowerment and Community atau yang kondang dengan Tim CEI (Community Engagement and Involvement) telah mengadakan photovoice yang pertama di Desa Pagak.

Dan, Ahad (22/09) pagi ini, jadwalnya Tim CEI melaksanakan photovoice di Desa Tlogorejo untuk yang pertama kalinya. Tempatnya dipusatkan di Pendopo Balai Desa Tlogorejo yang beralamatkan di Dusun Dadapan RT 16 RW 06 Desa Tlogorejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.

Senyum para peserta photovoice di Pendopo Balai Desa Tlogorejo

Pukul 09.03 WIB, 9 kader kesehatan telah berkumpul di Pendopo Balai Desa Tlogorejo. Mereka disambut oleh Tim CEI yang terdiri dari 2 orang personil Yayasan Percik Salatiga (YPS) – Damar Waskitojati, S.Kom., M.Si dan Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K. serta fasilitator NIHR Universitas Brawijaya (UB).

Selang 7 menit, kader kesehatan peserta photovoice terakhir tiba di Pendopo Balai Desa Tlogorejo, dan acara pun segera dimulai. Mula-mula, pembawa acara kader kesehatan Sutarmi atau yang beken dipanggil Bu Yut itu mengawali dengan ucapan selamat datang kepada seluruh peserta photovoice, dan kemudian memandu dengan doa demi kelancaran kegiatan ini.

Setelah itu, dilanjutkan dengan sambutan dari bidan Desa Tlogorejo Sulianik, A.Md.Keb. Dalam sambutannya, bidan Anik mengucapkan terima kasih atas kedatangannya di Pendopo Balai Desa Tlogorejo untuk mengikuti photovoice, dan sekaligus memberi tahu kepada peserta bahwa kegiatan ini nanti akan dipandu oleh Damar Waskitojati dan Christina.

Namun sebelum itu, Wakil Direktur (Wadir) YPS Damar Waskitojati memberikan pengantar terlebih dahulu kepada peserta. Pada kesempatan itu, Damar menjelaskan bahwa yang ingin dilakukan pagi ini sedikit berbeda dengan Focus Group Discussion (FGD) atau Diskusi Kelompok Terfokus pada umumnya.

Fasilitator photovoice dari Tim CEI

“Metode photovoice bercerita melalui gambar dalam hubungannya dengan pengelolaan sampah dan kesehatan masyarakat,” tegas Damar dihadapan kader kesehatan yang duduk mengelilingi meja panjang tersebut.

Untuk mengawali photovoice ini, Damar ingin mengajak ngobrol santai dulu mengenai pengelolaan sampah yang biasanya dilakukan di Desa Tlogorejo atau di rumah tangganya sendiri seperti apa? Namun demikian sebelum ngobrol santai itu, peserta dipersilakan untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu agar supaya dikenal oleh peserta yang lainnya.

Perkenalan dimulai dari peserta yang duduk di dekat bidan Anik depan Wadir YPS, yakni Iit Nurhaifah. Kemudian perkenalannya diurutkan di sebelahnya yang duduk di sebelah utaranya. Mulai dari Nia Ernawati, Suriyani, Sutarmi, Suli’ami, Arlik, Yunita, Mufida, Sukarni, dan Sri Widiyowati.

Usai perkenalan, Damar pun kemudian memantik dengan pertanyaan tentang pengelolaan sampah yang dilakukan oleh peserta. Kalau pada perkenalan dimulai dari Iit, dan untuk bercerita terkait pengelolaan sampah diawal dari Sri Widiyowati dan terus urut melingkar hingga sampai ke Iit.

Suasana photovoice diambil dari sisi barat

Dari pertanyaan pemantik tersebut diketahui bahwa di Desa Tlogorejo umumnya warga sudah melakukan pemilahan sampah rumah tangganya. Botol dan kardus yang memiliki nilai jual akan disendirikan untuk dijual ke pengepul. Namun demikian, ada juga yang dikasihkan kepada tetangganya begitu saja.

Sedangkan, sampah sayur akan dicacah bagi warga yang memiliki ternak seperti ayam, bebek maupun kambing. Sementara, sisa sampah lainnya akan dibakar, seperti sachet-sachet kecap, royco atau masako, dan sampah plastik lainnya yang tidak laku dijual.

Mereka akan membakar sisa sampah tersebut di juglangan (lubang sampah) yang ada di pekarangan belakang rumah. Sedangkan, yang tidak mempunyai pekarangan rumah, akan dibawa ke ladang untuk dibakar di sana.

Mereka umumnya melakukan cara tradisional dengan membakar sampah karena di Desa Tlogorejo tidak ada penampungan sampah sementara maupun jasa pemungutan sampah dari rumah ke rumah. Sehingga, warga biasanya memilih dibakar agar supaya tempatnya lekas bersih dari tumpukan sampah.

Suasana photovoice diambil dari sisi timur

Diakui oleh peserta, bahwa kebiasan ini belum ada keluhan yang dirasakan. Karena menurutnya, setiap hari bakarnya sedikit-sedikit. Tetapi kalau pembakaran daduk (daun tebu hasil panen yang kering) memang bikin rumah yang ada di sekitar lahan tebu kerap kotor karena langesnya dan bikin sesak napas.

Selesai FGD pengantar dari Damar, acara berikutnya dilanjutkan dengan penjelasan photovoice dari Christina kepada peserta yang akan dijalankan pada pertemuan berikutnya. Sebelum panjang lebar, Christina memantik dengan pertanyaan, “Yang ngurusi sampah-sampah itu, Bapak-bapak atau Ibu-ibu?”

Mereka serentak mengatakan bahwa biasanya ibu-ibu yang mengurusi sampah, namun yang menghadiri sosialisasi itu kebanyakan bapak-bapak. “Berarti ibu-ibu umumnya tidak punya kesempatan untuk bersuara,” kata Christina. “Metode yang diikuti ibu-ibu ini mudah untuk menyuarakannnya melalui photovoice.

Kemudian, Christina masuk kepada rule of game dari photovoice terlebih bila pengambilan gambarnya ada orang lain. Foto-foto yang akan diambil nantinya berkenaan dengan pengelolaan sampah dan pengaruh ke kesehatan.

Fasilitator NIHR menyimak dan mencatat

Dengan tujuan untuk mendorong perubahan sosial, photovoice dapat meningkatkan keterlibatan masyarakat, meningkatkan kesadaran akan sumber daya masyarakat, dan menumbuhkan kemandirian. Caroline Wang dan Mary Ann Burris (1997) mengembangkan photovoice, dengan tujuan akhir 1). untuk memungkinkan orang merekam dan mencerminkan kekuatan dan perhatian komunitas mereka, 2). untuk mempromosikan dialog kritis dan pengetahuan tentang isu-isu penting melalui diskusi kelompok kecil tentang foto-foto, dan 3). untuk menjangkau para pembuat kebijakan. Ini adalah elemen-elemen utama pemberdayaan, sebuah konsep yang terkait erat dengan metodologi photovoice dari dasar konseptual aslinya hingga implementasinya (Kirsten Budig et. al., 2018).

Dari tujuan yang dikemukan pencetusnya itu, dapat dimengerti bahwa yang utama bukan fotonya belaka akan tetapi apa yang terkandung pemaknaan dibalik pemotretan tersebut. Kutipan Peter Adams memperjelas hakikatnya, “Great photography is about depth of feeling, not depth of field” (Fotografi yang hebat adalah tentang kedalaman perasaan, bukan kedalaman bidang).

Kutipan (quote) dari Peter Adams, seorang fotografer dan penulis A Few Of The Legends, sekaligus menepis ketidakpedean akan kamera handphone yang akan digunakan dalam tugas photovoice untuk pertemuan berikutnya kelak. *** [220924]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Sabtu, 13 Juli 2024

Dari Café, Jadi Paham CEI

“Dan gagasan untuk berjalan-jalan ke kafe dengan buku catatan dan menulis dan melihat ke mana hal itu membawa saya untuk sementara adalah suatu kebahagiaan.” – J.K. Rowling


Café adalah tempat bersantai dan berbincang-bincang sambil menikmati minuman dan makanan ringan dalam suasana rileks dan nyaman yang diiringi alunan musik. Café berbeda dari restoran karena lebih menitikberatkan pada kenyamanan pengunjung daripada menu makanan utama. Sejarah kafe berasal dari tradisi berkumpul untuk minum kopi di Perancis, yang istilahnya berasal dari bahasa Turki kahwe, yang berarti kopi.

Seiring perkembangan zaman, café terus berkembang menjadi lembaga sosial yang penting di berbagai belahan dunia. Fenomena café mempunyai banyak segi, mempengaruhi dinamika sosial, tren ekonomi, dan ekspresi budaya. Sebagai ruang untuk koneksi, kreativitas, dan komunitas, keduanya terus berkembang dan berdampak pada kehidupan kita sehari-hari. Sehingga, café lebih dari sekedar tempat untuk menikmati minuman, ia juga menjadi tempat penting untuk koneksi dan percakapan.

Sharing kegiatan penelitian kualitatif CEI bersama Koordinator Penelitian di Bidang CEI

Banyak orang menggunakan café untuk pertemuan atau diskusi informal, memberikan suasana santai dibandingkan kantor pada umumnya atau kampus. Suasananya sering kali mendorong kreativitas dan bertukar pikiran, menjadikannya tempat populer bagi penulis, seniman, dan pemikir, termasuk enam orang dari Tim Penelitian NIHR ini.

Enam orang dari pelbagai peran dalam penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) bertemu di Amstirdam Coffee Kepanjen yang beralamatkan di Jalan Ahmad Yani No. 4 Ruko Business B8-B9, Kelurahan Ardirejo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, pada Jumat (12/07).

Keenam orang itu adalah Serius Miliyani Dwi Putri, SKM, M.Ked.Trop (manajer program); Meutia Fildzah Sharfina, SKM, MPH (asisten peneliti); Hilda Irawati, S.Stat (administrasi); Supyandi (enumerator); dan saya (fasilitator NIHR).

Mereka berkumpul di Amstirdam Coffee Kepanjen, dalam rangka ikut kegiatan sharing pengetahuan penelitian kualitatif CEI (Community engagement and involvement) yang disampaikan oleh Koordinator Penelitian dalam Bidang CEI, Haryani Saptaningtyas, S.P., M.Sc., Ph.D.

Suasana diskusi di cafe (Diambil dari sisi selatan)

Kebetulan ia sedang bertugas di Kabupaten Malang untuk memimpin implementasi circle conversation di Desa Krebet Senggrong dan Desa Bakalan, yang kedua desa tersebut berada di wilayah administratif Kecamatan Bululawang.

Di sela-sela kesibukannya, Haryani masih berkesempatan untuk memberikan pengalaman dan keilmuannya kepada enam orang anggota Tim Penelitian NIHR berkenaan dengan CEI. Menurut Haryani, CEI merupakan instrumen penting dalam penelitian NIHR ini. Dengan NIHR, peneliti dapat melihat bagaimana CEI dapat membangun hubungan dengan masyarakat dan memasukkan pandangan mereka yang paling terkena dampak.

Lebih lanjut, Haryani menerangkan bahwa CEI dapat membangun hubungan. Berinteraksi dengan masyarakat membantu untuk lebih memahami budaya, norma masyarakat, dan persepsi mereka tentang kesehatan dan penelitian ini.

Haryani yang juga seorang Direktur Yayasan Percik Salatiga (YPS), staf pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS) serta penulis buku “This is our belief around here”: Purification in Islamic Thought and Pollution of Citarum River in West Java (LIT Verlag Münster, 2021) itu juga menjelaskan background CEI dalam penelitian NIHR, principles and enables of the WHO Framework, CEI ethic, impact of CEI, implementation hingga evaluation.

Suasana diskusi di cafe (Diambil dari sisi utara)

Meski sharing ilmu ini masih dalam tingkat dasar (basic), namun dari penguasaan keilmuannya, Haryani yang juga mumpuni dalam critical discourse analysis ini mampu meletakkan filosofis dari CEI kepada enam orang anggota Tim Penelitian NIHR dengan gamblangnya.

“CEI,” kata Haryani, “Dapat mendorong perubahan paradigma, dengan meletakkan paradigma beragam ke dalam satu wadah.”

Sehingga, CEI berperan penting dalam mengembangkan kolaborasi. Pengertian sederhananya kolaborasi, menurut Haryani, adalah terlibat dan paham!

Fasilitator NIHR yang diikutkan dalam sharing keilmuan bersama Koordinator Penelitian di Bidang CEI ini merasa senang sekali. Sebuah kesempatan langka yang diterima selama ini, benar-benar dicatat oleh fasilitator NIHR karena dapat memberikan wawasan keilmuan.

Diajak ke café, ditraktir, dan diajak berdiskusi keilmuan benar-benar: dari café, jadi paham CEI. Amstirdam Coffee Kepanjen memainkan peran penting dalam mendorong partisipasi dan keterlibatan enam orang anggota Tim Penelitian NIHR dengan menciptakan ruang yang nyaman untuk terhubung, berdikusi, dan berkolaborasi! *** [130724]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Risk Checker

Risk Checker

Indeks Massa Tubuh

Supplied by BMI Calculator Canada

Statistik Blog

Sahabat eKader

Label

Arsip Blog