Tampilkan postingan dengan label Desa Tlogorejo. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Desa Tlogorejo. Tampilkan semua postingan

Selasa, 10 September 2024

Kedua Kalinya, Circle Conversation Diadakan Di Balai Desa Tlogorejo

Circle conversation (dialog melingkar) diadakan untuk kedua kalinya pada Ahad (08/09) di Balai Desa Tlogorejo yang beralamatkan di Dusun Dadapan No. 4 RT 16 RW 06 Desa Tlogorejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.

Circle conversation yang pertama telah dilaksanakan pada Rabu (28/08) di tempat yang sama. Pada circle conversation yang pertama di hadiri oleh 9 orang peserta, 3 laki-laki dan 6 perempuan. Namun, dalam implementasi yang kedua ini peserta berhalangan hadir 1 orang (laki-laki). Jadi, untuk circle conversation yang kedua ini dihadiri 8 orang peserta dengan rincian 2 laki-laki dan 6 perempuan. 

Kemudian 2 orang kader kesehatan berindak sebagai organizing committee (OC), yaitu Sutarmi dan Iit Nurhanifah, yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan circle conversation, serta seorang fasilitator circle conversation (circle keeper) Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K, seorang anggota Tim Penelitian Theme 3: People empowerment and community dalam penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC).

Selain itu, tampak datang pula dalam kegiatan circle conversation ini bidan Desa Tlogorejo Sulianik, A.Md.Keb. dan fasilitator NIHR, yang usai menghadiri Jalan Sehat Kemedekaan dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis Kader SMARThealth di Kelurahan Kepanjen.

Dialog melingkar di Desa Tlogorejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang

Circle conversation yang kedua ini dimulai pada pukul 10.10 WIB. Pembukaan dilakukan oleh pembawa acara Sutarmi, seorang kader kesehatan Desa Tlogorejo, dan yang bertugas melakukan notulensi adalah Iit Nurhanifahm, juga seorang kader kesehatan Desa Tlogorejo.

Seperti sebelumnya, circle keeper akan memfasilitasi bagi jalannya circle conversation. Circle keeper akan menyiapkan struktur melingkar, yang merupakan format yang dapat diprediksi yang memungkinkan setiap orang akan mengetahui apa yang diobrolkan. Struktur yang demikian ini menawarkan tingkat kenyamanan dan kesiapan bagi para peserta.

Struktur lingkaran biasanya terdiri dari pembukaan, check-in, meninjau pedoman, memfasilitasi putaran lingkaran, check-out, dan penutupan. Circle keeper memandu para peserta melalui setiap langkah proses. Mereka juga memfasilitasi urutan bicara peserta, yang menunjukkan kepada setiap orang siapa yang mendapat giliran berbicara dan seperti apa urutannya. 

Meskipun awalnya banyak peserta lingkaran mungkin berpikir tentang apa yang akan mereka katakan sebelum giliran mereka daripada mendengarkan orang lain dengan saksama, seiring waktu, prediktabilitas dan konsistensi struktur lingkaran memungkinkan keterlibatan lebih melalui pendengaran yang lebih dalam dan respons yang lebih mendalam yang muncul dari kehadiran saat itu.

Peserta dialog melingkar bercerita satu per satu

Pada circle conversation tersebut, circle keeper mengawali dengan perkenalan diri dari para peserta dengan kalimat subjunctive, "Seandainya saya dilahirkan kembali, saya ingin menjadi …”. Peserta pun secara melingkar pun mengenalkan diri. Ada yang ingin jadi tawon, pohon, bunga, air, dan sebagianya. Pengandaian mereka semua itu bermuara kepada anggapan ingin dalam hidupnya bisa berguna bagi orang lain.

Kemudian circle keeper melanjutkan dengan materi pertanyaan sebagai pemantik untuk diobrolkan. “Bagimana menurut Bapak/Ibu mengenai pencemaran lingkungan yang terjadi?”

Di antara peserta circle conversation ada yang bilang kalau pembakaran sampah itu sesungguhnya bikin mata pedas dan sesak napas. Bahkan di Desa Tlogorejo ini ada orang terbakar gegara pembakaran daduk. Orang yang membakar sampah kalau tidak tahu arah angin, pasti akan mencelakai tetangganya dengan asap-asap yang menyesakkan dada. Hampir setiap hari di Desa Tlogorejo ini terlihat pemandangan pembakaran sampah, baik dari rumah tangga, daduk, jerami, limbah kotoran ternak, dan sebagainya.

Terus ada seorang lansia yang jadi peserta yang menceritakan pengalamannya kalau membakar sampah, ia akan langsung berlalu agar tidak terkena dampak dari asap pembakaran sampah tersebut. Supaya tidak batuk-batuk, sesak napas, atau perih di mata.

Peserta berbagi pengalaman dalam durasi yang sama

Dari beberapa cerita bisa ditangkap bahwa umumnya mereka tahu dan bahkan merasakan dari efek pembakaran sampah terhadap kesehatan. Hanya saja mereka umumnya tidak tahu harus berbuat apa dalam mengatasinya.

Setelah peserta bertutur satu persatu berdasarkan pengalaman hidup mereka masing-masing, circle keeper pun melanjutkan dengan pertanyaan pemantik berikutnya, “Adakah cerita atau refleksi yang dimiliki Bapak/Ibu untuk mengurangi efek dari pembakaran sampah tersebut?”

Namun dari pertanyaan ini, tertangkap sebuah cerita bahwa sebenarnya pencemaran lingkungan tidak hanya menyangkut pembakaran sampah saja, polusi bau yang dihadapi warga Desa Tlogorejo juga tak kalah akutnya, yakni penggunaan tetes tebu sebagai pupuk tanaman.

Memang diakui bahwa tetes tebu itu baik untuk pemupukan tanaman sebagai pengganti urea. Urea juga disinyalir memberi dampak kimiawi yang membuat lahan tebu lama-lama mengeras dan zat haranya tergerus. Akan tetapi efek bau tetes tebu memang banyak dikeluhkan mengingat bisa bikin mumet orang yang menghirup dari bau tetes tebu yang ditebar di lahan tebu. Bahkan efeknya, makan pun terasa tidak enak karena baunya yang konon mirip dengan bau kotoran manusia.

Suasana dialog melingkar dengan latar belakang Ponkesdes Tlogorejo

Sementara itu, ada peserta juga yang berkisah sebenarnya ada juga warga yang komplain tapi malah kerap salah tampa (salah paham) yang bikin hubungan sosial menjadi merenggang. Bahkan, ada juga yang setelah diprotes warga, rumah pemilik lahan tebu pindah ke desa lain.

Menurut peserta circle conversation, polusi yang ditimbulkan dari tebu sesungguhnya lebih banyak ketimbang pembakaran sampah. Karena di samping cakupannya yang luas, juga bikin bau menyengat.

Untuk membangun kesadaran akan hal-hal yang dihadapi warga terkait pencemaran lingkungan ini, mereka umumnya mengusulkan adanya sosialiasi dan edukasi mengenai pengelolaan sampah yang baik.

Acara circle conversation yang dilaksanakan di Pendopo Balai Desa Tlogorejo ini berjalan dengan lancar ini berakhir pada pukul 11.42 WIB, dan kemudian ditutup oleh pembawa acara yang tadi membukanya. *** [100924]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Kamis, 29 Agustus 2024

Pagi Itu, Circle Conversation Berlangsung di Balai Desa Tlogorejo

“Dalam dialog, individu memperoleh wawasan yang tidak mungkin diperoleh secara individu.” — Peter Senge


Circle conversation (dialog melingkar) adalah simbol yang mempromosikan berbagi ide, kesetaraan, rasa hormat terhadap ide satu sama lain, kebersamaan, dan kasih sayang dan cinta yang terus-menerus dan tak berujung satu sama lain. Circle conversation berpusat pada kesetaraan karena prosesnya didasarkan pada kesetaraan di antara para peserta (termasuk fasilitator, yang sering disebut penjaga lingkaran) dan berbagi kekuasaan satu sama lain (Rieth, 2023).

Circle conversation tersebut didasarkan pada sistem pengetahuan dan nilai-nilai setempat dan berfokus pada berbagi cerita sebagai sarana untuk mendukung nilai-nilai berbagi pengetahuan, karena setiap orang memiliki pengetahuan untuk dibagikan, saling keterhubungan, dan tanggung jawab kepada masyarakat. Sehingga, dialog melingkar merupakan syarat dasar bagi konstruksi pengetahuan dalam praktik, dari komunikasi antar individu, yang akibatnya akan menghasilkan transformasi individu dan sosial.

Balai Desa Tlogorejo di pagi yang cerah

Circle conversation adalah pertemuan yang ditandai dengan persiapan yang matang, topik pertanyaan, dan struktur yang egaliter. Pagi itu, Rabu (28/08), 9 anggota masyarakat, organizing committee (2 orang kader), bidan desa, circle keeper, dan fasilitator NIHR duduk dengan nyaman dalam sebuah lingkaran di Pendopo Balai Desa Tlogorejo yang beralamatkan di Dusun Dadapan RT 16 RW 06 Desa Tlogorejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.

Mereka diundang untuk berpartisipasi dalam circle conversation (dialog melingkar) yang difasilitatori oleh salah Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K., seorang anggota Tim Penelitian Theme 3: People empowerment and community dalam penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) Universitas Brawijaya (UB).

Struktur pertemuan ini sederhana, dengan awal (pembukaan, perkenalan, check-in), tengah (berbicara tentang topik), dan akhir (penutupan dan check-out). Percakapan terstruktur di sekitar serangkaian pertanyaan. Setiap peserta akan memiliki kesempatan untuk berbicara pada setiap pertanyaan tanpa gangguan. Lingkaran (circle) menggunakan alat bicara yang diberikan dari orang ke orang, untuk menunjuk siapa yang dapat berbicara pada saat itu—dan siapa yang mendengarkan (semua orang).

Circle keeper menjelaskan aturan main dalam circle conversation

Pembukaan dilakukan oleh pembawa acara Sutarmi, seorang kader kesehatan Desa Tlogorejo. Meski sempat terjatuh karen tersandung benjolan, Sutarmi tetap semangat dalam mengelola pertemuan circle conversation ini dari awal hingga akhir.

Setelah pembukaan, terlebih dahulu dilakukan doa yang dipandu oleh kader kesehatan Desa Tlogorejo Iit Nurhanifah, yang selanjutnya bertindak sebagai notulis yang bertanggung jawab dalam pencatatan hasil circle conversation nantinya.

Sebelum memasuki pembicaraan terkait persampahan yang ada di Desa Tlogorejo, pembawa acara mempersilakan bidan Desa Tlogorejo, Sulianik, A.Md.Keb. untuk memberikan pengantar dalam pelaksanaan circle conversation.

Implementasi circle conversation di Balai Desa Tlogorejo (Dipotret dari selatan)

Setelah itu, semua yang hadir dalam circle conversation dipersilakan untuk untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu satu persatu. Perkenalan ini sekaligus menjadi sarana kehadiran diri dalam circle conversation tersebut.

Usai perkenalan diri, circle kepper Christina menjelaskan tujuan dan circle conversation dalam penelitian ini. Kemudian, formulir informed consent dibacakan dan untuk ditandatangani oleh partisipan.

Setelah itu, barulah Christina memulai tema percakapan/dialog berdasarkan panduan untuk memulai percakapan, yang terefleksi dalam 3 pertanyaan:  Apa yang Anda ketahui dari praktik pengelolaan sampah di rumah Anda?;  Apa yang kita ketahui dari dampak pembakaran sampah terhadap kesehatan khususnya penyakit tidak menular?; dan Apakah menurut Anda membakar sampah menjadi solusi permasalahan sampah yang ada?

Implementasi circle conversation di Balai Desa Tlogorejo (Dipotret dari sisi timur)

Setiap partisipan dipersilahakn untuk bercerita atau berbagi pengalaman maupun pengetahuannya dengan dibatasi 3 menit per partisipan dalam setiap pertanyaan reflektif tersebut. Semua partisipan pun kemudian berbagi cerita dalam lingkaran tersebut.

Dari hasil circle conversation tersebut diketahui bahwa kebiasaan partisipan umumnya mengumpulkan sampah di pekarangan atau di sekitarnya. Mereka biasanya membuat lobang atau tempat bak sampah dari semen. Bila sampahnya sudah kering akan dibakar. 

Tapi ada juga sebagian partisipan yang membuatnya menjadi kompos, dan memilahnya terlebih dahulu. Botol-botol plastik yang punya nilai jual akan diloakkan ke pengepul atau diberikan ke pemulung. Kebetulan ada salah partisipan terdapat seorang “sarjana pemulung”, yang setiap harinya berkeliling.

Implementasi circle conversation di Balai Desa Tlogorejo (Dipotret dari sisi barat)

Partisipan juga merasakan gemasnya, jika ada orang yang membuang sampah di selokan dekat rumahnya atau dipinggir Waduk Karangkates. Bikin bau dan mampet selokan. Selain itu, mereka juga menyadari bahwa pengelolaan sampah yang tidak baik akan menimbulkan masalah, terutama bagi kesehatan, seperti menjadi sarang nyamuk, lalat, dan kalau dibakar akan menimbulkan sesak napas, batuk, maupun pusing.

Mereka umumnya membakar sampah karena belum ada pengelolaan sampah dengan cara diangkut setiap harinya, sehingga mereka mengadalkan pekarangannya untuk membakarnya agar cepat bersih, dan tidak ada tumpukan sampah yang bau.

Berbeda dengan partispan lainnya, “sarjana pemulung” memiliki pendapat tersendiri agar pembakaran sampah tidak berdampak bagi kesehatan masyarakat. “Tiap rumah harus punya bak sampah. Tujuannya agar mereka berkesadaran untuk tidak membuang sampah di selokan atau got,” terangnya.

Fasilitator NIHR selalu mencatat guna laporan kegiatan

Ia pun merasa perlu adanya pendampingan dalam pengelolaan sampah. Tujuannya agar masyarakat bisa paham dalam memperlakukan sampah dengan baik. “Sampah basi bisa jadi penyakit, tapi kalau diurai malah bermafaat,” pungkas “sarjana pemulung” tersebut.

Circle conversation yang dimulai pada pukul 09.20 WIB ini berakhir pada pukul 10.36 WIB. Setelah penutupan, dan semua partisipan berpamitan. Fasilitator NIHR dan circle keeper bergegas pamitan juga karena akan mengantar surat izin pemasangan alat pengukur kualitas udara di Kantor Camat Pagak, Kantor Desa Sumberejo, dan Kepala Dusun Bekur. *** [290824]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Kamis, 25 Juli 2024

Pertemuan Rutin Kader Posyandu dan PKK Desa Tlogorejo

Usai dari Focus Group Discussion (FGD) dengan perawat Desa Pagak dan lima tenaga kesehatan (nakes) Puskesmas di Puskesmas Pagak, fasilitator NIHR langsung menuju ke Balai Desa Tlogorojo untuk bergabung dengan Tim Penelitian NIHR Global Health Research for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC).

Namun begitu sampai di sana, Tim Peneltian NIHR yang bertugas di Desa Tlogorejo telah selesai melakukan FGD dengan anggota komunitas, dan menunggu personil yang melakukan pengukuran kualitas udara kembali ke Balai Desa.

Begitu mereka berkumpul, mereka akan lanjut menjemput teman-temannya yang sedang melakukan in-depth interview dengan bidan Desa Pagak dan kader kesehatan yang bertugas di Ponkesdes Pagak.

Pertemuan Kader Posyandu dan PKK Desa Tlogorejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang

Pada saat itu pula, fasilitator NIHR juga melanjutkan langkah untuk menghadiri pertemuan rutin kader Posyandu dan PKK yang diadakan di rumah kader Posyandu Balita Yuliati yang beralamatkan di Dusun Judeg RT 09 RW 03 Desa Tlogorejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.

Acara pertemuan ini, menurut bidan Puskesmas Pembantu (Pustu) Tlogorejo Sulianik, A.Md.Keb atau yang akrab disapa Bidan Anik, dimulai pada pukul 09.30 WIB. Acara dmulai dengan pembukaan oleh pembawa acara Suryani, seorang kader Posyandu Nusa Indah 2.

Setelah itu, dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Mars PKK dan GERMAS yang dipimpin oleh dirijen Suryati (kader Posyandu Nusa Indah 2), setelahnya diteruskan dengan pemaparan sejumlah materi dihadapan kader Posyandu dan PKK.

Kader yang hadir dan duduk di teras depan

Materi pertama disampaikan Rodo Nathania Eirene Sitorus dari Puskesmas Pagak dengan judul “Mengenal DAGUSIBU dan PENGGUNAAN ANTIBIOTIK BIJAK”. Melalui paparan materinya, Nathania mengatakan bahwa DAGUSIBU merupakan sebuah singkatan. DA merupakan DApatkan Obat yang Benar; GU berasal dari GUnakan Obat dngan Benar; SI merupakan SImpan Obat yang Benar; dan BU berarti BUang Obat dengan Benar.

Di sini, Nathania mengajak kepada kader Posyandu dan PKK agar bijak dalam penggunaan obat, seperti memastikan beli di tempat yang benar, pemakaian dosis yang benar, menyimpan obat yang benar, dan memperhatikan obat yang kadaluarsa serta sekaligus bijak dalam penggunaan antibiotik.

Antibiotik adalah obat yang cara kerjanya untuk membunuh pertumbuhan bakteri. Demam, batuk, pilek, sakit gigi TIDAK PERLU ANTIBIOTIK. Cukup istirahat dan makan bergizi, apabila tidak membaik dalam 3 hari, konsultasi ke dokter.

Fasilitator NIHR turut hadir dalam pertemuan kader Posyandu

Kemudian materi kedua yang berjudul “Sosialisasi Pelaksanaan ILP” disampaikan oleh Bidan Anik. Bidan Anik menyampaikan hal ini, karena bulan depan Desa Tlogorejo akan melaksanakan Posyandu ILP kepanjangan dari Pos Pelayanan Terpadu Integrasi Pelayanan Primer yang bertujuan untuk mendapatkan layanan keehatan berkualitas kepada masyarakat, melalui integrasi pelayanan kesehatan primer. Di situ, juga dibahas persiapan bulan timbang dan pemberian vitamin A di bulan Agustus.

Materi berikutnya, atau yang ketiga, diisi dengan penjelasan terkait pemberian makanan tambahan berbasis pangan lokal untuk ibu hamil kurang energi kronis (KEK) dan balita gizi kurang yang disampaikan oleh Ketua Tim Penggerak PKK (TP PKK) Sulis Nurhayati Eko Wahyudi atau yang akrab dipanggil Lis Eko Wahyudi.

Pada kesempatan itu, Ketua TP PKK Desa Tlogorejo juga memaparkan mengenai program DASHAT (Dapur Sehat Atasi Stunting) melalui giat Pos Gizi yang akan dilaksanakan dalam rangka percepatan penurunan stunting yang ada di Desa Tlogorejo.

Semangkuk bakso di pertemuan kader Posyandu Desa Tlogorejo

Usai pemaparan ketiga materi, acara diteruskan dengan laporan-laporan kegiatan Posyandu di bulan Juli kemarin. Di Desa Tlogorejo ini, terdapat 6 Posyandu yang tersebar di berbagai wilayah yang ada di Desa Tlogorejo.

Selesai laporan-laporan berakhir pula acara pertemuan rutin bulanan kader Posyandu dan PKK Desa Tlogorejo. Pukul 12,01 WIB, acara ditutup oleh Bidan Anik dan diakhiri oleh doa yang dipimpin oleh kader PKK Yesi Nurdianti.

Barulah keluar bakso yang makyus. Fasilitator NIHR yang turut menghadiri acara tersebut dan mengobrol dengan sejumlah kader di teras depan juga turut menyantap bakso yang telah dihidangkan secara bersama-sama. *** [250724]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Senin, 01 Juli 2024

Peduli Lingkungan, Ketua TP PKK Tlogorejo Ajak Kader Kesehatan Bersihkan Sampah Plastik di Waduk Karangkates

Plastic pollution is a global issue: killing wildlife, contaminating our oceans and waters, and lasting far longer than it is used.”

– Leonardo DiCaprio, actor and environmental activist.

Sampah plastik adalah persoalan yang membutuhkan perhatian dan tindakan bersama dari seluruh masyarakat. Peduli terhadap lingkungan terkait sampah plastik sangat penting untuk menjaga keberlanjutan bumi kita.

Inisiatif yang sangat baik untuk peduli lingkungan muncul di Desa Tlogorejo. Desa Tlogorejo terletak di wilayah Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang dengan posisi dibatasi oleh wilayah desa-desa tetangga: di sebelah utara berbatasan dengan Sungai Brantas (Waduk Karangkates) dan Desa Senggreng, Kecamatan Sumberpucung; di sebelah barat berbatasan dengan Desa Sumberpetung, Kecamatan Kalipare; di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pagak dan Desa Sempol, Kecamatan Pagak; dan di sebelah timur berbatasan dengan Desa Gampingan, Kecamatan Pagak.

Ketua TP PKK, bidan Pustu Tlogorejo, dan kader kesehatan yang mengajak fasilitator NIHR berpose bersama usai bersih-bersih sampah plastik di pinggiran Waduk Karangkates

Di penghujung bulan Juni 2024, Ahad (30/06) pagi yang cerah, Ketua Tim Penggerak PKK (TP PKK) Sulis Nurhayati Eko Wahyudi atau yang akrab disapa Lis Eko Wahyudi mengajak kader kesehatan membersihkan sampah di pinggiran Waduk Karangkates, tepatnya di Kali Pang yang berada di perbatasan antara Dusun Dadapan (RT 25 RW 06) dan Dusun Druju (RT 26 RW 07).

Pukul 07.00 WIB Ketua TP PKK Desa Tlogorejo dan bidan Desa Sulianil bersama 18 kader kesehatan dengan dibantu Ketua RT 25, Ketua RT 14, dan Ketua RW 06 serta lima orang bapak-bapak bergotong-royong membersihkan sampah yang mengapung di pinggiran Waduk Karangkates. Totalnya ada 28 orang, dan dihadiri oleh fasilitator NIHR yang sekaligus anggota Tim SMARThealth Universitas Brawijaya (UB) serta anggota Tim Penelitian NIHR (Tim CEI).

Ketua TP PKK Desa Tlogorejo berbincang dengan Tim CEI di tengah-tengah bersih-bersih sampah plastik

Membersihkan sampah yang umumnya didominasi sampah plastik di Waduk Karangkates bisa sangat bermanfaat untuk menjaga lingkungan air tetap sehat dan aman bagi satwa dan manusia. “Lingkungan jadi bersih, sehat, dan sedap dipandang,” seloroh Ketua TP PKK, yang juga istri Kepala Desa (Kades) Tlogorejo Eko Wahyudi.

Sampah plastik yang diangkat ke permukaan tanah oleh Ketua TP PKK, kader kesehatan dan masyarakat, umumnya terdiri dari diaspers, kantung plastik, dan sejumlah botol aqua. Diaspers merupakan alat yang berupa popok sekali pakai berdaya serap tinggi yang terbuat dari plastik dan campuran bahan kimia untuk menampung sisa-sia metabolisme seperti air seni, feses maupun darah haid.

Kader kesehatan sedang mengangkat sampah plastik

Dikutip dari situs berita depok, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok, Zakiah mengatakan, bahan dasar popok sekali pakai 55 persen terbuat dari material plastik yang butuh waktu hingga ratusan tahun untuk terurai alami. Bahan popok juga mengandung 42 persen senyawa kimia Super Absorbent Polimer (SAP). 

Zat-zat tersebut menyumbang dalam pencemaran bila dibuang secara sembarangan, dan tentunya akan berpengaruh bagi kesehatan masyarakat Desa Tlogorejo. Dalam jangka panjangnya, seperti apa yang dikatakan oleh seorang antropolog budaya Amerika Margaret Mead (1901-1978), “We won’t have a society if we destroy the environment” (Kita tidak akan memiliki masyarakat jika kita merusak lingkungan).

Fasilitator NIHR bersama bapak-bapak berpartisipasi bersih-bersih sampah plastik dari atas perahu

Oleh karena itu, gerakan aksi dari Ketua TP PKK dan bidan Desa Tlogorejo bersama dengan kader kesehatan berseragam oranye dan masyarakat umum patut diacungi jempol! Partisipasi mereka dalam membersihkan sampah plastik di pinggiran Waduk Karangkates adalah contoh nyata dari kepedulian warga terhadap lingkungan mereka.

Hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak hanya memahami pentingnya menjaga kebersihan lingkungan secara umum, tetapi juga aktif berkontribusi dalam upaya nyata untuk meningkatkan kondisi lingkungan di sekitar mereka.

Aksi Ketua RT yang nyemplung ke Waduk Karangkates untuk membantu membabat tanaman yang tumbuh agar aliran air lancar

Partisipasi mereka tentunya berguna dalam memberikan contoh sikap dan perilaku positif; mendorong kesadaran dan pendidikan; meningkatkan kebersihan dan kualitas hidup; peningkatan hubungan sosial dan solidaritas; dan berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan.

Partisipasi mereka dalam kegiatan lingkungan seperti ini tidak hanya memberikan manfaat praktis langsung, tetapi juga mempromosikan sikap dan tindakan yang positif dalam menjaga keberlanjutan lingkungan di tingkat lokal maupun global. *** [010724]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Risk Checker

Risk Checker

Indeks Massa Tubuh

Supplied by BMI Calculator Canada

Statistik Blog

Sahabat eKader

Label

Arsip Blog