Tampilkan postingan dengan label FGD. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label FGD. Tampilkan semua postingan

Senin, 05 Agustus 2024

Senin Ini Ada Acara FGD NIHR, In-depth Interview dan Wawancara di Puskesmas Bululawang

Senin (05/08) pagi ini, Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) kembali berkunjung ke Puskesmas Bululawang.

Sebelumnya, Tim Penelitian NIHR telah melakukan in-depth interwiew dengan sejumlah tenaga kesehatan (nakes) yang ada di Puskesmas Bululawang maupun perawat desa dari Bakalan dan Krebet Senggrong beserta kader kesehatannya. Selain itu, juga telah melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) di Puskesmas Bululawang.

Suasana depan Puskesmas Bululawang di pagi hari

Hari ini merupakan kenjungan yang kelima kalinya karena ada tambahan desa yang menjadi enumeration area (EA) baru dalam penelitian NIHR, yaitu Desa Krebet. Mengingat pada waktu perluasan EA tersebut, Kepala Desa (Kades) Krebet sedang berangkat menunaikan ibadah haji maka pelaksanaannya baru bisa dimulai sekarang setelah turun surat izin penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politi (Bakesbangpol) Kabupaten Malang.

Hari ini ada tiga kegiatan yang dilakukan di Ruang Pertemuan Lantai 2 Puskesmas Bululawang yang beralamatkan di Jalan Stasiun No. 11-13 Desa Bululawang, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, yang lokasinya berada di pojok timur utara Pasar Bululawang, yakni FGD dengan perawat Desa Krebet dan lima nakes dari Puskesmas Bululawang, in-depth interview dengan bidan Desa Krebet, dan wawancara dengan seorang kader kesehatan Desa Krebet.

Sambutan dari drg. Halida mewakili Kepala Puskesmas Bululawang

Sebelum kegiatan, terlebih dahulu drg. Halida yang mewakili Kepala Puskesmas Bululawang memberikan sambutan sebentar dalam kegiatan ini. Kemudian terus dilanjutkan dengan sambutan balasan dari Manajer Program Serius Miliyani Dwi Putri, SKM, M.Ked.Trop.

Usai sambutan, ketiga acara tersebut langsung dijalankan. FGD dengan perawat Desa Krebet Eka Ilham Adi Waluyo, A.Md.Kep., dan lima nakes/staf dari Puskesmas Bululawang (drg. Halida, Ririn Restaliningrum, S.ST., M.AP, Atik Tri Rahayoe, S.ST, Eny Purwaningsih, AMKL, Lintang Hanum Pertiwi, SKM), dimoderatori oleh fasilitator NIHR dengan notulis Hilda Irawati, S.Stat.

FGD dengan perawat Desa Krebet dan lima nakes dari Puskesmas Bululawang

Kemudian untuk in-depth interview dengan bidan Desa Krebet Avanti Roslina, A.Md.Keb. dilakukan oleh Serius Miliyani Dwi Putri, dan wawancara dengan kader kesehatan Desa Krebet Lilik Ati dilaksanakan oleh Meutia Fildzah Sharfina, SKM, MPH. Kegiatan ini juga dihadiri salah seorang anggota Tim CEI (Community engagement and involvement) Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K.

FGD dilakukan mulai pukul 08.41 WIB dan berakhir pada pukul 10.12 WIB. Dalam diskusi kelompok terfokus itu, hasilnya diketahui bahwa nakes peserta FGD pada umumnya membuang sampah di tempat sampah yang ada di depan rumah. Sampah itu kemudian diangkut oleh petugas secara berlangganan. Besarannya ada yang Rp 15ribu dan ada juga Rp 25rb. Besaran ini muncul setelah ada rembug di antara warga.

In-depth interview dengan bidan Desa Krebet

Kendati, peserta FGD umumnya tidak membakar sampah, kalau pun ada karena kasus insidental saja seperti popok kucing yang besar tidak bisa masuk keranjang atau rerimbunan daun di depan rumahnya.

Meski jarang, namun peserta FGD mengamini bahwa pembakaran sampah utamannya plastik memberikan dampak bagi kesehatan masyarakat, seperti menimbulkan polusi udara, dan menyebabkan sesak pernapasan, yang jika terus-menerus terpapar akan mengakibatkan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

Umumnya yang tergolong riskan adalah balita dan lansia. Balita karena baru mengalami pertumbuhan organ-organ penting, dan yang lansia telah terjadi penurunan fungsi organ-organnya ketika memasuki lansia.

Wawancara dengan kader kesehatan Desa Krebet

Menariknya, pada saat fasilitator NIHR mendiskusikan terkait solusi apa yang sekiranya dapat mengurangi pembakaran sampah plastik, ada 7 isu yang muncul 1). Mengganti plastik dengan bahan lain yang mudah di daur ulang; 2). Bank sampah diperbanyak tiap RT; 3). Penyuluhan masyarakat tentang bahaya polusi udara bagi kesehatan; 4). Pemilahan sampah (organik dan anorganik); 5). Masyarakat, pabrik dan Pemdes bekerja sama menaggulangi limbah sampah; 6). Pelatihan pengelolaan limbah; dan 7). Memperbanyak pengepul plastik.

Dari ketujuh isu tersebut, fasilitator NIHR memantiknya dengan membahas solusi yang telah dituliskan dalam kertas plano. Mereka umumnya memiliki urutan-urutan tersendiri berdasarkan asumsi yang mereka miliki, dan kemudian mereka juga memunculkan bahwa perlu adanya regulasi dalam mengatasi atau mengurangi limbah sampah di Kabupaten Malang agar masyarakat paham betul, termasuk di dalamnya ada larangan pembakaran sampah. *** [050824]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Jumat, 26 Juli 2024

Jumat Ini, Dua FGD Masih Dilakukan Di Lingkungan Kerja Puskesmas Pagak

Jumat (26/07) ini, dua Focus Group Discussion (FGD) diselenggarakan di dua tempat dalam wilayah kerja Puskesmas Pagak, yaitu di Ruang Tamu Lantai 2 Puskesmas Pagak dan di Balai Desa Tlogorejo yang berjarak sekitar 9 kilometer.

FGD yang diadakan di Ruang Pertemuan Puskesmas Pagak adalah FGD Fase 1 dengan bidan Pustu Tlogorejo  Sulianik, A.Md.Keb., dan lima tenaga kesehatan (nakes) dari Puskesmas Pagak yang terdiri dari Lilis Mustafi’ah, A.Md.Kep., M. Fernanda K., A.Md.Kep., Tika Susanti, A.Md.Keb., Erra Puspyta, A.Md.Keb., dan drg. Salindri Pujiningrat.

FGD dengan bidan Pustu Tlogorejo dan nakes Puskesmas Pagak

FGD Fase 1 bidan Pustu Tlogorejo dan nakes dari Puskemas, atau yang biasa disebut dengan FGD Nakes ini, dimoderatori oleh fasilitator NIHR dengan dibantu seorang notulis bernama Tanjung Prameswari, S.Tr.P.

FGD di Puskesmas Pagak dimulai pada pukul 09.16 WIB di Ruang Tamu Lantai 2 karena ruang pertemuan yang telah digunakan sebanyak 2 kali FGD sedang dipakai untuk bimbingan teknis (bimtek).

Dalam FGD itu, diketahui bahwa pengelolaan sampah yang mengemuka adalah dengan berlangganan sebesar Rp 20 ribu sampah sudah diangkut secara periodik, dengan cara dibakar di halaman, dan ada juga yang ditimbun.

In-depth interview dengan bidan Pustu Tlogorejo

Diakui oleh peserta FGD, pembakaran sampah termasuk sampah plastik sesungguhnya berbahaya, yaitu bisa bikin sesak napas maupun perih di mata. Peserta dari Pagak yang agak masuk ke dalam juga mengatakan bahwa dirinya pernah mengalami sesak napas yang berkepanjangan ketika orangtuanya masih berprofesi dalam pembakaran gamping (limestone burning).

Diriwayatkan olehnya, pembakaran gamping yang ditekuni selama 20 tahun berdampak kepada kedua anaknya yang menjadikan mengalami sesak napas, dan sampai sekarang bila menjumpai asap akan merasa sesak napas. Namun, sejak 7 tahun ini, pembakaran gamping sudah berhenti, dan lahannya didirikan bangunan untuk usaha yang lain oleh orangtuanya.

Sementara itu, bidan Pustu Tlogorejo yang kebetulan menjadi Koordinator ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) Puskesmas Pagak bercerita bahwa kasus pasien ISPA di empat desa yang menjadi wilayah kerja Puskesmas Pagak ada sekitar 50 orang, dan itu merata di empat desa, yaitu Gampingan, Sumberejo, Pagak, dan Tlogorejo.

Wawancara dengan kader kesehatan Desa Tlogorejo

Peserta FGD juga meyakini bahwa kelompok umur yang rentan dari dampak pembakaran sampah itu adalah balita/anak dan lansia. Untuk balita/anak dikatakan rentan karena sesungguhnya perkembangan organ tubuhnya belum sempurna betul, dan yang lansia begitu rentan karena fungsi organ-organ tubuhnya sudah menurun.

Puskesmas Pagak, menurut peserta FGD Nakes ini, sebenarnya sudah menyosialisasikan tentang bahaya dan dampak dari pembakaran sampah melalui Seksi Kesling (Kesehatan Lingkungan) Puskesmas Pagak, baik di masing-masing balai desa maupun melalui pertemuan Posyandu. Namun terkadang, usai sosialisasi menguap begitu saja karena peserta sosialisasi tidak menularkannya.

Lalu, moderator dalam memantik terkait pendapat tentang solusi pembakaran sampah plastik, muncul tiga isu solusi dari peserta, yang disadur dari tulisan peserta dalam kertas plano yang dibagikan. Ada tiga solusi yang mengemuka, yakni 1. Membawa kantong belanja; 2. Daur ulang (pengepul, bank sampah); dan 3. Kerja sama dengan Pemerintah.

FGD dengan tokoh masyarakat di Balai Desa Tlogorejo

Ketiga pendapat itu oleh moderator, didiskusikan lagi secara bersama-sama dalam FGD, dan hasilnya 5 orang peserta menerangkan, dan bila diurutkan dari nomornya menjadi 3,1,2. Hanya 1 orang yang berbeda, yakni 2,3,1. Seorang dokter gigi yang bermukim di Sumberpucung sedikit berbeda, karena berdasakan kebiasaannya di daerahnya yang telah melakukan daur ulang melalui bank sampah yang bekerja sama dengan pengepul sudah terasa dalam pengurangan pembakaran sampah plastik. Sedangkan, bagi yang menempatkan kerja sama dengan Pemerintah tersebut, pengertiannya lebih kepada pengoptimalan koordinasi lintas sektornya saja.

Selain Diskusi Kelompok Terfokus dengan nakes, di Puskesmas Pagak juga dilakukan in-depth interview dengan bidan Pustu Tlogorejo dan wawancara dengan kader kesehatan dari Posyandu Nusa Indah 5 Tlogorejo. In-depth interview dilakukan oleh Tanjung Prameswari, dan wawancara dengan kader dihandle oleh fasilitator NIHR.

Kemudian di Balai Desa Tlogorejo, ada empat FGD: kader kesehatan; wakil masyarakat terdampak polusi udara (laki-laki); wakil masyarakat terdampak polusi udara (perempuan); dan tokoh masyarakat terdampak polusi udara.

FGD dengan kader kesehatan di Balai Desa Tlogorejo

FGD kader kesehatan dilakukan oleh Hilda Irawati, S.Stat., dan Alfiatul Nisa’, S.P. FGD wakil masyarakat terdampak polusi udara (laki-laki) dilaksanakan oleh Arief Budi Santoso, S.E., dan Elmi Kamilah, S.Sos.

Lalu, FGD wakil masyarakat terdampak polusi udara (perempuan) dilakukan oleh Desta Prasanthi Anggraini, S.P., M.P., dan FGD tokoh masyarakat terdampak polusi udara dilakukan oleh Dr. Rizka Amalia, S.K.Pm., M.Si., dan Dea Aginta Karina Br Tarigan, S.AP.

Kedua Tim Penelitian NIHR yang bertugas di Puskesmas Pagak dan Balai Desa Tlogorejo berjumpa lagi di Puskesmas Pagak ba’da Jumatan, dan kemudian balik ke Kampus Universitas Brawijaya (UB) di Malang, dan fasilitator NIHR kembali ke Sekretariat SMARThealth di Dilem, Kepanjen. *** [260724]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Kamis, 25 Juli 2024

FGD Fase 1 Nakes di Puskesmas Pagak dan FGD Anggota Komunitas di Balai Desa Tlogorejo

Beberapa kegiatan dalam penelitian NIHR Global Health Research for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) berlangsung serempak di dua tempat pada Kamis (25/07). 

Focus Group Discussion (FGD) dengan perawat Desa Pagak dan lima tenaga kesehatan (nakes) dari Puskesmas Pagak serta in-depth interview dengan bidan Ponkesdes Pagak maupun wawancara dengan kader kesehatan yang bertugas di Ponkesdes Pagak dilangsungkan di Ruang Pertemuan Lantai 2 Puskesmas Pagak.

FGD dengan perawat Desa Pagak dan lima nakes Puskesmas Pagak

Sedangkan, FGD dengan anggota komunitas dan survey karakteristik komunitas serta pengamatan langsung di lapangan dilakukan di Balai Desa Tlogorejo yang beralamatkan di Dusun Dadapan RT 16 RW 06 Desa Tlogorejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.

Implementasi FGD dengan perawat Desa Pagak dan lima nakes dikomandoi fasilitator NIHR dengan dibantu oleh Hilda Irawati, S.Stat selaku notulis dan Gatot Sujono, S.ST, M.Pd dalam dokumentasi serta memberikan pengantar dalam pelaksanaan FGD. 

FGD nakes ini dihadiri oleh perawat Ponkesdes Pagak Sri Hidayati, S.Kep.Ners dan lima nakes Puskesmas Pagak yang terdiri dari dr. Intan Putri Hadiyanti, Esawati Frendita Pratama, A.Md.Keb., Dodik Tri Agung Setiawan, A.Md.Kep., Suprapti, S.Tr.Keb., dan Anita Christiyanti, A.Md.Keb.

In-depth interview dengan bidan Desa Pagak

Sedangkan, wawancara mendalam dengan bidan Ponkesdes Pagak Lilis Mustafiah, A.Md.Keb dilakukan oleh Sekar Aqila Salsabila, S.AP, M.AP, dan wawancara dengan kader Ponkesdes Prastika dilaksanakan oleh Hilda Irawati usai FGD nakes kelar.

Hasil dari Diskus Kelompok Terfokus itu, diketahui bahwa pengelolaan sampah yang ada berupa langganan sampah yang diambil secara periodik, membakar sampah, dan ada pula yang menimbunnya.

Baik nakes maupun masyarakat di wilayah kerja atau mukimnya umumnya sudah mengetahui mengenai bahaya dari hasil pembakaran sampah termasuk di dalamnya sampah plastik. 

FGD Anggota Komunitas di Pendopo Balai Desa Tlogorejo

Namun di beberapa permukiman peserta, dikatakan bahwa pembakarannya tidak setiap hari, kecuali bagi nakes peserta FGD yang bermukim di sebuah desa yang kebanyakan masyarakatnya berkutat dengan pekerjaan memilah limbah sampah untuk dipilah sampah berbahan kardus atau kertas karena memiliki nilai jual yang lumayan. Bisa untuk penghidupan keluarganya. Pembakaran sampah plastik sisa dari limbah sampah yang tercampur bahan kertas tersebut, musti dibakar agar supaya tempatnya bisa cepat digunakan untuk memilah lagi.

Diakui oleh nakes tersebut, bahwa dari pekerjaan memilah itu tentunya akan menghasilkan pembakaran sampah plastik yang terus menerus, dan di kala musim hujan tak jarang menyebabkan pencemaran ke dalam tanah yang mempengaruhi sumur sehingga tak jarang menyebabkan warga yang terkena diare atau disentri.

Lalu, pada saat berdiskusi terkait pendapat peserta FGD dalam mengurangi pembakaran sampah plastik muncul enam pendapat solutif dari hasil rangkuman yang ditulis oleh peserta dalam kertas plano. Keenam pendapat itu: 1. Mengganti kantong belanja yang ramah lingkungan; 2. Mengurangi konsumsi minuman dari botol plastik; 3. Pemilahan sampah; 4. Ada bank sampah dan TPST; 5. Edukasi bahaya pembakaran sampah plastik; 6. Sampah yang bisa dijual ke rombeng/pengepul.

Survei Karakteristik Masyarakat bersama Sekdes Tlogorejo

Setelah dituliskan di kertas besar di white board, moderator FGD nakes, yakni fasilitator NIHR, mengajak peserta untuk mendiskusikan ulang dari enam pendapat yang mengemuka, mana saja yang kira-kira bisa diaplikasikan di wilayah.

Dari sini muncul perbedaan. Peserta nakes dari Pagak memilih 3 dan 6; yang dari Gampingan 1,4,5,6; yang dari Donomulyo 3 dan 4 serta yang satunya lagi dari Donomulyo memilih 1,2,5,6. Sedangkan, yang dari Wajak memilih 3 dan 4. Kesemua pendapat ini berdasarkan kondisi di wilayahnya masing-masing yang kira-kira pas sebagai solusi mengurangi pembakaran sampah plastik dan bisa dijalankan secara individual juga.

Beralih ke Balai Desa Tlogorejo. FGD dengan anggota komunitas dimoderatori oleh Meutia Fildzah Sharfina, SKM, MPH, dan Survei Karakteristik Masyarakat dilakukan oleh Supyandi, dan pengamatan langsung serta pengukuran kualitas udara dilakukan oleh Eko Teguh Purwito, S.Si., M.Si., dan Azarine Aisyah Widhowati, S.Si.

Pengukuran kualitas udara di Desa Tlogorejo

Pengukuran kualitas udara dilakukan di sekitar pabrik pembuatan tiwul yang berada di RT 16 RW 06 dan satunya lagi di pabrik tahu. Personil yang mengukur kualitas udara juga diajak oleh pamong desa, singgah di tepi Waduk Karangkates yang pernah menjadi lokasi kegiatan bersih sampah plastik 24 hari yang lalu.

Selesai kegiatan di Balai Desa Tlogorejo, Tim Penelitian NIHR kembali ke Puskesmas Pagak untuk menjembut teman yang melakukan in-depth interview dengan bidan Ponkesdes Pagak dan wawancara dengan kader Ponkesdes Pagak.

Sementara itu, fasilitator NIHR berpisah karena akan menghadiri acara pertemuan kader Posyandu dan PKK Desa Tlogorejo yang diadakan di rumah salah seorang kader Posyandu Balita, yang lokasinya tak jauh dari Balai Desa Tlogorejo. *** [250724]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Rabu, 24 Juli 2024

FGD Fase 1 Dengan Perawat Desa Sumberejo dan Nakes Puskesmas Pagak

Dalam tiga hari ini bakal ada Focus Group Discussion (FGD) Fase 1 dengan perawat dan staf terkait lainnya dari Ponkesdes dan Puskesmas, dari tanggal 24 hingga 26 Juli 2024 bertempat di Puskesmas Pagak yang beralamatkan di Jalan Hamid Rusdi No. 84 Dusun Sumbernongko, Desa Pagak, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.

Hari pertama ini, Rabu (24/07), FGD dilaksanakan bersama dengan perawat Desa Sumberejo Hari Purnomo, S.Kep.Ners dan lima tenaga kesehatan (nakes) dari Puskesmas Pagak yang terdiri dari dr. Septian Iqbal Mirzaqom, Ibnu Irham, Jonathan Dwi Prasetyo, A.Md.Kep., Wahono, dan Dika Arum.

Suasana perkenalan peserta FGD

Bertindak sebagai moderator adalah fasilitator NIHR dengan dibantu Hilda Irawati, S.Stat. sebagai notulis dan Alifatul Nisa’, S.P. dalam dokumentasi. Selain itu juga dihadiri oleh Gatot Sujono, S.ST, M.Pd., seorang pensiunan Substansi PTM dan Keswa Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang yang terlibat dalam penelitian NIHR Global Health Research for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC).

Sebelum memulai FGD, moderator mempersilakan Alifatul Nisa’ untuk membagikan Lembar Penjelasan Penelitian kepada peserta FGD untuk dibaca dan kemudian menandatangani sebagai bukti partisipasinya mereka secara sukarela dalam kegiatan FGD ini.

Usai mereka menandatangani lembar tersebut, moderator mempersilakan kepada pensiunan Substansi PTM dan Keswa untuk memberikan pengantar dalam FGD yang akan dilaksanakan ini. Dalam pengantarnya, Gatot Sujono membeberkan arti pentingnya informasi yang dikumpulkan dalam FGD ini dalam memetakan permasalahan yang ada dalam pengelolaan sampah selama ini.

Tepat pukul 09.33 WIB dimulailah FGD. FGD berjalan mengalir, mulai dari pendapat umum tentang sampah dan pembakaran sampah plastik; sumber pengelolaan sampah plastik; pengetahuan, sikap, dan praktik terkait pembakaran sampah plastik; peran dalam pengelolaan sampah plastik; dan pendapat tentang solusi dari pengurangan pembakaran sampah plastik.

Suasana FGD terkait pandangan umum dalam pengelolaan sampah

Dari FGD ini, diketahui bahwa pengelolaan sampah di wilayah para nakes tersebut ada yang berlangganan dengan cara diangkut secara periodik oleh petugas, dan ada juga yang masih melakukan pembakaran sampah.

Dari beberapa peserta, mengatakan bahwa pembakaran sampah termasuk di dalamnya ada plastik itu biasanya terjadi pada warga yang masih memilki lahan yang cukup luas. Yang dibakar pun umumnya sampah plastik yang mendominasi yakni berupa kresek maupun sachet. Sedangkan, untuk botol plastik seperti wadah air minum, ada sejumlah warga yang memilahnya untuk dijual ke pengepul atau diambil bank sampah.

Bagi warga yang sudah berlangganan sampah, juga terlihat ada yang ikut memilah untuk dijual pengepul. Uangnya bisa digunakan untuk membayar bulanan pengambilan sampah di rumah-rumah warga yang berlangganan.

Diakui oleh beberapa peserta, sampah memang dijumpai dalam keseharian. Puskesmas Pagak dan Ponkesdes yang ada di lingkungan kerjanya, umumnya juga telah memiliki program dalam memberikan edukasi berupa bahayanya asap dari pembakaran sampah melalui Seksi Promkes, namun hal ini tidak gampang di suatu daerah yang penghidupannya memang berkecimpung dengan sampah plastik. Ini menyangkut soal hajat hidup orang.

Mengurangi ketegangan dalam diskusi, moderator menyisipi dengan suasana tertawa dalam berdiskusi terkait bahaya dan dampak pembakaran sampah plastik

Yang menarik lagi, dalam diskusi itu juga dijumpai adanya dua warga yang terindikasi terdampak asap pembakaran sampah plastik berupa chronic obstructive pulmonary disease (COPD). Dua warga tersebut periksa secara rutin ke Puskesmas Pagak dan ditangani secara berkesinambungan oleh dokter fungsional Puskesmas. Kedua warga tersebut berumur 40 tahun ke atas, dan berjender perempuan.

Selain itu, juga muncul dari peserta nakes mengenai pendapat dalam solusi pengurangan dampak pembakaran sampah plastik. Dari kertas plano warna biru, yang ditulis oleh masing-masing peserta terkait pandangannya dalam solusi tersebut, muncul beragam pandangan.

Namun setelah dirangkum dalam kertas putih besar yang dipasang di white board milik Puskesmas Pagak, ada empat pandangan yang mengemuka, yaitu lebih ditingkatkan realisasi fungsi petugas kebersihan, petugas survey, penyuluhan, dan alur pembuangan; pemilahan sampah; penempatan lokasi pembakaran yang jauh dari pemukiman warga; dan keterlibatan pemerintah sekitar melalui kebijakan program, seperti misalnya gratis biaya pengangkutan sampahnya.

Dari isu yang mengemuka itu, moderator berusaha memantiknya. Ternyata dari beberapa peserta muncul pandangan yang berbeda dalam urutannya, sesuai dengan kondisi yang dihadapi di wilayahnya masing-masing. Namun begitu, yang menempati skala prioritas utama adalah perlu ada koordinasi lintas sektor dalam penanganan pengelolaan sampah, seperti yang dibahasakan oleh peserta sebagai keterlibatan pemerintah.

Suasana FGD terkait pandangan solutif, moderator mengambil posisi berdiri di kertas yang dari rangkuman dari tulisan peserta di kertas plano untuk didiskusikan lebih lanjut

Acara FGD hari pertama ini selesai pada pukul 10.50 WIB, dan esok harinya akan dilanjutkan dengan FGD dengan perawat Desa Pagak dan lima orang nakes dari Puskesmas Pagak yang orangnya berbeda dengan hari pertama. Selain itu, juga ada in-depth interview dengan bidan desa Pagak serta 1 orang kader kesehatan di Ponkesdes Desa Pagak.

Sementara itu, di hari kedua ini juga terdapat FGD dengan anggota komunitas yang diselenggarakan di Balai Desa Tlogorejo, yang diikuti dengan survey karakteristik masyarakat dan direct observation. Jadi, ada dua tempat kegiatan untuk hari kedua.

Terkait kegiatan di Tologorejo, sepulang dari Puskesmas Pagak, fasilitator NIHR bersilaturahmi dengan Kepala Desa (Kades) Tlogorejo Eko Wahyudi di Balai Desa Tlogorejo. Sambil mengantar surat tembusan dari Kesbangpol, juga membahas untuk kegiatan esok hari yang akan dilaksanakan di Balai Desa, dan Kades pun menyambutnya dengan senang. *** [240724]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Sabtu, 20 Juli 2024

FGD NIHR dan Pengukuran Kualitas Udara di Desa Sukomulyo

Desa Sukomulyo merupakan salah satu desa dari lima desa yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Sukomulyo, dan menjadi enumeration area dalam penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC).

Bersamaan dengan jadwal pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) di Desa Roomo, juga diadakan FGD Fase 1 di Desa Sukomulyo. FGD Fase 1 mencakup FGD dengan kader kesehatan, FGD dengan wakil masyarakat terdampak polusi udara (laki-laki), FGD dengan wakil masyarakat terdampak polusi udara (perempuan), dan FGD dengan tokoh masyarakat terdampak polusi udara.

Sambutan Kades Sukomulyo

FGD di Desa Sukomulyo yang digawangi fasilitator  NIHR berlangsung di Ruang Pertemuan Lantai 2 Kantor Desa Sukomulyo yang beralamatkan di Jalan K.H. A, Bisri II No. 26 RT 10 RW 03 Desa Sukomulyo, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik.

Sebelum prosesi implementasi FGD, terlebih dahulu acara diisi dengan sambutan dari Kepala Desa (Kades) Sukomulyo H. Subiyanto. Dalam sambutannya, Kades Sukomulyo menyambut Tim Penelitian NIHR dan sekaligus warganya yang diundang untuk berpartisipasi dalam FGD yang akan dilangsungkan.

Kemudian fasilitator NIHR juga diberikan kesempatan oleh Kades untuk menjelaskan perihal penelitian NIHR. Pada kesempatan itu, fasilitator NIHR berusaha menjelaskan secara ringkas perihal penelitian NIHR, dan sekaligus mengutarakan maksud dan tujuannya kedatangannya pada Jumat (19/07) yang ingin melakukan FGD bersama warga sesuai kaidah dalam pengumpulan data kualitatif.

FGD dengan kader kesehatan 

Setelah itu, langsung diadakan FGD. Para pemandu atau moderator berusaha mengatur tempat duduknya masing-masing. FGD dengan kader kesehatan yang dipandu oleh Sekar Aqila Salsabila, S.AP, M.AP dengan notulis Alifatul Nisa’, S.P., berada di sisi timur dekat pintu masuk ruang pertemuan. Pesertanya ada 4 orang.

FGD dengan wakil masyarakat terdampak polusi udara (perempuan) dimoderatori oleh Tanjung Prameswari, S.Tr.P., dengan mengambil tempat di bagian tengah sisi selatan. Pesertanya sebanyak 6 orang.

Kemudian FGD dengan tokoh masyarakat terdampak polusi udara yang sedianya dilakukan oleh fasilitator NIHR akhirnya diserahkan ke sejoli anggota Tim Penelitian NIHR, yaitu Arief Budi Santoso, S.E., dan Elmi Kamilah, S.Sos., dengan jumlah peserta sebanyak 5 orang.

FGD dengan wakil masyarakat terdampak polusi udara (perempuan) disaksikan oleh Kades Sukomulyo

Sementara itu, fasilitator NIHR terus berkoordinasi dengan staf Desa Sukomulyo Lilik dan juga Kades H. Subiyanto terkait belum hadirnya wakil masyarakat terdampak polusi udara (laki-laki). Berkat koordinasi tersebut, akhirnya berdatanganlah 5 orang.

Diakui oleh Kades maupun staf Desa Sukomulyo, mengumpulkan orang di sini tergolong gampang-gampang susah. Karena coraknya yang urban dengan dikelilingi berbagai industri, banyak masyarakatnya mencari nafkah pada pagi hari.

“Luas Desa Sukomulyo adalah 360 hektar,” kata Kades H. Subiyanto, “Dari luas itu, 100 hektarnya telah digunakan untuk industri.”

FGD dengan tokoh masyarakat

Setelah kelima warga masyarakat terdampak polusi udara (laki-laki) berkumpul di bagian tengah sisi utara, fasilitator NIHR pun kemudian berusaha memoderatorinya dengan notulis Hilda Irawati, S.Stat.

Mula-mula, fasilitator NIHR menjelaskan kepada peserta terkait pelaksanaan FGD ini. Lalu, notulis Hilda membagikan lembar penjelasan penelitian dan fasilitator NIHR pun berusaha menerangkannya.

FGD dengan wakil masyarakat terdampak polusi udara (laki-laki) ini berlangsung dari pukul 09.31 hingga pukul 10.19 WIB. Pelaksanaannya hanya 48 menit, mengingat pengelolaan sampah di Desa Sukomulyo sudah berjalan teratur. 

Setiap sampah rumah tangga diangkut oleh petugas sampah seminggu dua kali untuk dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Ngipik yang berada di Kelurahan Ngipik, Kecamatan Gresik, yang sudah beroperasi pada tahun 2002 dengan luas lahan 6 hektar.

FGD dengan wakil masyarakat terdampak polusi udara (pria)

Tidak ada pembakaran sampah di Desa Sukomulyo. Karena di samping permukiman yang padat dan bercorak urban, mereka umumnya berlangganan dalam pengangkutan sampah. Tidak repot dan cukup iuran Rp 25ribu sebulan.

Selesai FGD, Tim Penelitian NIHR di Desa Sukomulyo menanti personil yang akan melakukan pengukuran kualitas udara di lingkungan Desa Sukomulyo, yakni personil yang sama dalam pengukuran kualitas udara di Desa Roomo, yakni Eko Teguh Purwito Adi, S.Si, M.Si. dan Azarine Aisyah Widhowati, S.Si.

Pengukuran kualitas udara ini dilaksanakan usai Jumatan, dan langsung dipandu oleh Kades Sukomulyo yang sedari awal memang care terhadap pelaksanaan kegiatan ini di desanya. Pengukurannya pertama dilakukan di selatan PT Karunia Alam Segar (KAS) yang dibelah sungai sekunder, tepatnya didekat rumah nomor 25 RT 13 RW 03 Desa Sukomulyo.

Pengukuran kualitas udara di RT 13 RW 03

PT KAS adalah salah satu anak perusahaan PT Wings Food yang bergerak di bidang pendistribusian produknya dan juga merupakan salah satu distributor utama PT Wings Food di samping sebagai pendistribusi PT KAS juga memproses produk-produk PT Wings Food, seperti mie Sedap. PT KAS mendirikan unit usaha pada tanggal 19 April 2012 di wilayah Desa Sukomulyo ini.

Dari RT 13 RW 03, Tim Penelitian NIHR yang terdiri dari Eko Teguh Purwito Adi, Azarine Aisyah Widhowati, Tanjung Prameswari, Desta Prasanthi Anggraini, Supyandi, dan fasilitator NIHR ini, berpindah ke sebelah barat mengikuti alur sungai, tepatnya di timur Jembatan Tenger.

Di lokasi ini, menurut Kades Sukomulyo berjarak sekitar 450 meter dari PT Liku Telaga (Produsen asam sulfat, aluminium sulfat dan natrium silikat) dan PT Solvay Manyar (surfactant industry). Surfactant industry (industri surfaktan) menghasilkan senyawa penting dalam industri dengan berbagai fungsi.

Pengukuran kualitas udara di RT 01 RW 01

Terakhir, Kades Sukomulyo memandu pengukuran kualitas udara di jalur masuk menuju PT Dunia Kimia Jaya (DKJ). PT DKJ adalah perusahaan manufaktur dengan fasilitas untuk memproduksi berbagai bahan kimia khusus untuk berbagai industry, mulai dari industri tekstil, kertas, karet, pengolahan air, makanan, pertanian, pertambangan minyak, kosmetik, dan industri lainnya.

Pengukuran kualitas udara yang dimulai pada pukul 13.33 WIB itu selesai pada pukul 14.12 WIB. Setiba kembali di Kantor Desa Sukomulyo, Tim Penelitian NIHR langsung berpamitan karena Kades akan langsung takziah ke rumah salah satu warga yang meninggal dunia saat FGD berlangsung. *** [200724]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Empat FGD NIHR di Kantor Desa Roomo

Jumat (19/07) pagi, ada dua implementasi Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan oleh Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) secara bersamaan.

Oleh karena itu, Tim Penelitian NIHR displit menjadi dua. Yang satu menghandle Desa Roomo, dan yang satunya menangani Desa Sukomulyo. Kedua desa tersebut berada di wilayah administratif Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, namun masuk ke dalam wilayah kerja Puskesmas Sukomulyo.

Sambutan Kepala Desa Roomo, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik

Tim Penelitian NIHR yang mengadakan FGD di Desa Roomo dipimpin oleh manajer program Serius Miliyani Dwi Putri, SKM, M.Ked.Trop, sedangkan yang di Desa Sukumulyo dikomandoi oleh fasilitator NIHR.

Di Desa Roomo, FGD berlangsung di Ruang Pertemuan Desa Roomo yang beralamatkan di Jalan Sumur Giwang No. 44 RT 05 RW 01 Desa Roomo. Ada empat FGD yang diselenggarakan di Desa Roomo, yaitu FGD dengan kader kesehatan, FGD dengan wakil warga yang terdampak pembakaran sampah (laki-laki), FGD dengan wakil warga yang terdampak pembakaran sampah (perempuan), dan FGD dengan tokoh masyarakat yang terdampak pembakaran sampah.

Suasana FGD di Ruang Pertemuan Kantor Desa Roomo

FGD ini dimulai pada pukul 09.10 WIB, dengan diawali sambutan dari Kepala Desa Roomo Taqwa Zainuddin dan sekaligus membuka pelaksanaan FGD ini. Kemudian setelah itu, langsung digelar FGD dalam empat kategori secara paralel.

FGD dengan kader kesehatan dipandu oleh Meutia Fildzah Sharfina, SKM, MPH dan diikuti oleh enam orang kader kesehatan. FGD dengan wakil masyarakat terdampak polusi udara sampah (laki-laki) dimoderatori oleh Supyandi dengan notulis Azarine Aisyah Widhowati, S.Si.

FGD dengan Wakil Masyarakat terdampak polusi (perempuan)

Lalu, FGD dengan wakil masyarakat terdampak polusi udara sampah (perempuan) yang dipandu oleh Dea Aginta Tarigan, S.AP dengan notulis Desta Prasanthi Anggraini, S.P., M.P. Sedangkan, FGD dengan tokoh masyarakat terdampak polusi udara sampah dimoderatori oleh manajer program Serius Miliyani Dwi Putri.

Dalam FGD tersebut, diketahui bahwa pengelolaan sampah di Desa Roomo telah berjalan sebagaimana mestinya. Sampah rumah warga diangkut secara periodik oleh tukang pengangkut sampah dari masing-masing rumah warga dan langsung dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Ngipik yang berada di Kelurahan Ngipik, Kecamatan Gresik, yang sudah beroperasi pada tahun 2002 dengan luas lahan 6 hektar.

Pengukuran kualitas udara pada kegiatan FGD di Desa Roomo

Selain FGD, juga dilakukan pengukuran kualitas udara di sejumlah titik yang ada di lingkungan Desa Roomo. Pengukuran dilakukan oleh Eko Teguh Purwito Adi, S.Si., M.Si., Azarine Aisyah Widhowati, Serius Miliyani Dwi Putri, dan Supyandi, dengan didampingi oleh dua perangkat Desa Roomo, yakni Rudi dan Silvi.

FGD dan pengukuran kualitas udara di Desa Roomo selesai pada pukul 11.40 WIB. Sedianya, Tim Penelitian NIHR yang bertugas di Desa Roomo akan langsung bergabung dengan Tim Penelitian NIHR yang ada di Desa Sukomulyo, namun mengingat sudah masuk waktu salat Jumat maka yang laki-laki bergegas menuju ke masjid terdekat dengan Kantor Kepala Desa Roomo untuk menunaikan salat Jumat terlebih dahulu.

Setelah selesai, barulah mereka bergerak menuju ke Desa Sukomulyo untuk bergabung dengan Tim Penelitian NIHR di Desa Sukomulyo dan turut membantu dalam pengukuran kualitas udara di sejumlah titik yang ada di lingkungan Desa Sukomulyo. *** [200724]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Rabu, 26 Juni 2024

FGD Fase 1 Terkait Sampah Plastik di Desa Bakalan

Tim Penelitian NIHR Theme 2: Air Pollution and Plastic Combustion kembali melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) terkait sampah plastik. Kalau sebelumnya diadakan di Balai Desa Krebet Senggrong, kali ini pada Kamis (13/06) Tim Penelitian NIHR melakukan FGD di Balai Desa Bakalan.

Tim Penelitian NIHR Theme 2 ini terdiri dari personil multidisplin, yaitu Sujarwoto, S.IP, M.Si, MPA Ph.D, Dr. Rizka Amalia, S.K.Pm., M.Si, Hilda Irawati, S.Stat., Serius Miliyani Dwi Putri, SKM, M.Ked. Trop., Tanjung Prameswari, S.Tr.P., Supyandi, dan saya.

FGD Fase 1 terkait sampah plastik dilaksanakan secara paralel di Desa Bakalan dan dimulai pada pukul 09.21 WIB. Paralel adalah sesuatu yang berjalan atau berlangsung bersamaan. Jadi, pada pelaksanaan FGD di Desa Bakalan itu ada dua tempat untuk mengadakan FGD yang berjalan dalam waktu yang sama.

FGD dengan kader kesehatan (laki-laki atau perempuan) di ruang Kasun, Balai Desa Bakalan

Untuk sesi pertama ada dua FGD. Di ruang  ruang Kepala Dusun (Kasun) yang ada di Balai Desa Bakalan digelar FGD dengan kader kesehatan (laki-laki atau perempuan) sebanyak 6 orang yang dimoderatori oleh Dr. Rizka Amalia dan dibantu oleh Tanjung Prameswari dan Supyandi.

Kemudian yang bertempat di Pendopo Sasana Manggala Praja Balai Desa Bakalan dilaksanakan FGD bersama wakil masyarakat terdampak polusi udara (pria) dan saya menjadi moderatornya, yang dibantu oleh Hilda Irawati dan Serius Miliyani.

Lalu, pada sesi kedua juga ada dua FGD. Di ruang Kasun, Dr. Rizka Amalia mengadakan FGD dengan wakil masyarakat terdampak polusi (wanita) sebanyak 6 orang dengan dibantu oleh Tanjung Prameswari dan Supyandi.

Terus yang bertempat di Pendopo Sasana Manggala Praja, Dr. Sujarwoto menggelar FGD bersama tokoh masyarakat terdampak polusi sebanyak 6 orang, yang dibantu oleh Hilda Irawati dan Serius Miliyani.

FGD bersama wakil masyarakat terdampak polusi udara (pria) di Pendopo Sasana Manggala Praja Balai Desa Bakalan

Dari 4 FGD tersebut terangkum gambaran pengelolaan sampah yang telah berjalan di Desa Bakalan, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang. Secara umum, pengelolaan sampah di Desa Bakalan sudah berjalan.

Pengelolaan sampah di sana termanifestasikan dalam 3 bentuk: membayar iuran, ditimbun/dibakar di halaman belakang rumah, dan di buang ke tempat lain. Yang membayar iuran umumnya yang berada di kawasan padat penduduk dengan lahan pekarangan yang terbatas, akan tetapi ada juga yang memiliki lahan masih luas ikut membayar iuran.

Kemudian bagi yang masih memiliki pekarangan yang luas, umumnya mereka menimbun sampah sayuran dan dedaunan dengan ditimbun dan limbah plastik rumah tangga dengan cara dibakar di halaman belakang tersebut.

Sedangkan, bagi warga yang kurang mampu dengan lahan sempit dan tak mampu iuran, umumnya memilih membuang di tempat lain, seperti di ladang tebu maupun sungai. Tapi ini jumlahnya tidak banyak, hanya beberapa orang saja.

FGD dengan wakil masyarakat terdampak polusi (wanita) di ruang Kasun, Balai Desa Bakalan

Pada FGD tersebut juga terdengar bahwa Bank Sampah yang dikelola oleh warga sejoli yang bermukim di Desa Bakalan. Mereka umumnya mengumpulkan sampah anorganik yang masih mempunyai nilai jual untuk didaur ulang di pabrik.

Kemudian Pemerintah Desa (Pemdes) Bakalan sebenarnya juga sudah memiliki road map untuk mendirikan TPS (Tempat Pembuangan Sampah Sementara). Pemdes telah menyiapkan lahan namun masih belum terdukung infrastruktur lainnya, seperti container, gerobak dan mobil pengangkut sampah yang memadai.

Dari FGD itu juga mengemuka masalah pembakaran daduk (daun tebu yang kering) di Desa Bakalan. Setiap antara bulan Juni hingga November adalah musim panen tebu. Panen tebu ini menggembirakan bagi pemilik lahan karena komoditas tebunya akan dijual dan mendatangkan uang, akan tetapi di sisi lain, daduknya akan dibakar agar supaya lahan tebu kembali bersih dan dicangkul kembali terus ditanami tebu lagi.

FGD bersama tokoh masyarakat terdampak polusi di Pendopo Sasana Manggala Praja Balai Desa Bakalan

Pembakaran daduk ini umumnya dilakukan sore maupun malam hari. Perlu diketahui, bahwa di Desa Bakalan ini, 60% lahannya berupa ladang tebu, 30% lahan sawah dan sisanya untuk palawija maupun yang lainnya.

“Dulu, waktu di Desa Bakalan masih ada pabrik pakan ternak, hampir tak ada pembakaran daduk,” kata sejumlah peserta FGD dengan wakil masyarakat terdampak polusi udara (pria). “Karena begitu panen, daun tebu yang belum mengering akan dikirim ke pabrik tersebut.”

FGD Fase 1 terkait sampah plastik di Desa Bakalan berakhir menjelang kumandang suara adzan bergema dari menara menjulang milik Masjid Jami’ Al Muhajirin yang berjarak sekitar 130 meter dari Balai Desa Bakalan tersebut. *** [140624]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Jumat, 01 September 2023

FKUB Adakan FGD Pengmas Stunting Di Pendopo Balai Desa Mendalanwangi

Delapan hari setelah pemaparan agenda pengabdian masyarakat (pengmas) stunting, Tim Pelaksana Pengmas Stunting Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (UB) mengadakan Focus Group Discussion (FGD) di Pendopo Balai Desa Mendalanwangi yang berada di Jalan Raya Mendalanwangi No. 14 Dusun Sekar Putih RT 15 RW 05 Desa Mendalanwangi, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang.

FGD atau Diskusi Kelompok Terarah, sering digunakan sebagai pendekatan kualitatif untuk mendapatkan pemahaman mendalam tentang isu-isu sosial. Metode ini bertujuan untuk memperoleh data dari sekelompok individu yang dipilih secara sengaja, bukan sampel yang mewakili populasi yang lebih luas secara statistik.

Isu-isu sosial yang menjadi judul pengmas FKUB adalah Intervensi Pre-Konsepsi Sebagai Salah Satu Metode Pencegahan Stunting Melalui Pencegahan Pernikahan Dini di Desa Mendalanwangi, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang.

Kelompok FGD berpose bersama Tim Pelaksana Pengmas Stunting FKUB di Pendopo Balai Desa Mendalanwangi, Kecamatan Wagir

Terdapat tiga komponen utama dalam kegiatan FGD, yakni diskusi (bukan kegiatan wawancara atau obrolan), kelompok (bukan individual), serta terfokus (bukan dilakukan secara bebas).

Dalam FGD yang diadakan pada hari Kamis (31/08) ini hadir Tim Pelaksana Pengmas Stunting, yang terdiri dari dr. Nuretha Hevy Purwaningtyas, M.Sc., Sp.DLP, Mustika Dewi, S.ST., M.Keb., dr. Ariani, M.Kes., Sp.A., dr. Dewi Santosaningsih, Ph.D, Sp.MK, dan Fatmawati, S.ST., M.Keb.

Kemudian kelompok dalam FGD yang pertama ini ada 15 orang yang terdiri dari Ketua Tim Penggerak (TP) PKK, modin, kepala dusun, kader kesehatan, Babinsa, dan Bhabinkamtibmas. Selain itu, juga turut hadir dalam kegiatan tersebut adalah seorang anggota Tim SMARThealth Universitas Brawijaya (UB), usai menghadiri pengmas FKUB mengenai Skrining Pendengaran pada Diabetes Melitus di halaman Kantor Kelurahan Kepanjen dan Ponkesdes Panji Husada.

Acara rangkaian FGD ini dimulai pada pukul 09.51 WIB dengan diawali sambutan dari Ketua TP PKK Desa Mendalanwangi Chorina Kusbiantoro, A.Md.Kep, yang juga mantan perawat Ponkesdes Mendalanwangi.

Sambutan pengantar FGD dari Tim Pelaksana Pengmas Stunting FKUB di Desa Mendalanwangi

Dalam sambutan itu, Ketua TP PKK yang mewakili Kepala Desa Mendalanwangi mengatakan bahwa Desa Mendalanwangi sebagai desa binaan FKUB merasa senang menjadi tempat pengmas ini karena akan menambah wawasan terhadap masalah stunting maupun pernikahan dini yang ada di Mendalanwangi.

Usai dibuka kegiatan pengmas stunting, acara dilanjutkan dengan sambutan pengantar dari Tim Pelaksana Pengmas Stunting yang diwakili oleh dr. Dewi Santosaningsih, Ph.D, Sp.MK. Pada kesempatan itu, Dr. Dewi menyatakan bahwa WHO bilang salah satu penyebab stunting adalah pernikahan dini.

Mengapa? Menurut Dr. Dewi, karena psikologisnya belum siap serta kurangnya pengetahuan yang mengakibatkan pola asuh akan mempengaruhi perkembangan anak. Anak adalah aset bangsa. Oleh karena itu, perlu dilakukan identifikasi apakah pernikahan dini menjadi sebuah problem, dan bagaimana mengatasinya. Maka pada FGD ini, kita akan menggalinya.

Selesai sambutan, FGD langsung digelar. Koordinator Pengmas Stunting dr. Nuretha langsung menempatkan diri sebagai moderator untuk memandu jalannya FGD tersebut. Dengan tempat duduk yang berpola melingkar, dr. Nuretha berusaha menggali permasalahan stunting melalui persoalan pernikahan dini yang ada di Desa Mendalanwangi selama 1 jam yang berjalan cukup gayeng.

Pelaksanaan FGD dipandu oleh Korlit Pengmas Stunting FKUB

Kebetulan dalam rangkaian pengmas stunting di Desa Mendalanwangi ini juga diliput kegiatannya oleh UB TV. Mereka hadir di lokasi untuk mewancarai Korlit Pengmas dan Ketua TP PKK serta aktivitas FGD.

Acara ini selesai pada pukul 11.15 WIB dan diakhiri dengan melakukan foto bersama. Setelah mengisi daftar hadir, kelompok yang hadir mulai meninggalkan tempat. Kemudian disusul oleh Tim Pelaksana Pengmas Stunting berpamitan dengan staf Desa Mendalanwangi.

Tak kecuali seorang anggota Tim SMARThealth UB juga berpamitan untuk melanjutkan menghadiri Orientasi Pengembangan Model Upaya Pencegahan Masalah Kesehatan Jiwa Di Sekolah yang diselenggarakan oleh Kemenkes dan UNICEF di Hotel Grand Kanjuruhan Kepanjen. *** [310823]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Selasa, 31 Januari 2023

Peneliti UB dan MMU Ajak Diskusi 15 Penanggung Jawab Keswa di Kabupaten Malang

Ruang Multimedia Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang sekitar pukul 07.45 WIB sudah dibuka. Staf Kesehatan Jiwa (Keswa) telah mempersiapkan untuk acara Bimtek dan Monev Pelayanan Keswa oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI yang didampingi dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

Pukul 08.12 WIB, peserta bimtek mulai berdatangan. Ada 15 penanggung jawab Keswa dari 15 Puskesmas diundang oleh Dinkes Kabupaten Malang untuk mengikuti Bimtek dan Monev Pelayanan Keswa, meliputi Wonokerto, Dampit, Pamotan, Turen, Bululawang, Gondanglegi, Ketawang, Pagelaran, Kepanjen, Sumberpucung, Kromengan, Ngajum, Wonosari, Wagir, dan Pakisaji.

Peneliti UB dan MMU berdiskusi dengan penanggung jawab Keswa Puskesmas di Ruang Multimedia Dinkes Kabupaten Malang

Sambil menunggu kedatangan Tim dari Kemenkes dan Dinas Provinsi Jawa Timur, Sub Koordintator Substansi PTM dan Keswa Dinkes Kabupaten Malang mempersilakan kepada dua peneliti, yaitu dari Universitas Brawijaya (UB) dan Manchester Metropolitan University (MMU), untuk mengisinya dengan diskusi terlebih dahulu kepada 15 penanggung jawab Keswa tersebut.

Dari meja depan yang ada hiasan bunga warna biru muda dan pink itu, peneliti UB Sujarwoto, S.IP, M.Si, MPA, Ph.D dan peneliti MMU dr. Asri Maharani, MMRS, Ph.D akan mulai mengawali diskusi tentang permasalahan Keswa di Kabupaten Malang.

Namun sebelum masuk ke acara diskusi, terlebih dahulu acara diisi dengan prolog dari Sub Koordinator Substansi PTM dan Keswa Dinkes Kabupaten Malang, Paulus Gatot Kusharyanto, SKM, yang menyebut 15 peserta itu sebagai pejuang jiwa yang tak pernah mengenal lelah.

Setelah itu, peneliti UB  Sujarwoto juga dipersilakan memberikan sambutan oleh Master of Ceremony Gatot Sujono, S.S.T., M.Pd. Dalam sambutan yang singkat itu, Sujarwoto mengatakan bahwa sambil menunggu kedatangan dari Tim Kemenkes dan Dinkes Provinsi Jawa Timur, marilah waktu ini kita gunakan untuk mengobrol santai berkenaan dengan program Keswa di Kabupaten Malang.

Suasana Ruang Multimedia di awal diskusi tentang Keswa

Usai sambutan singkat, Sujarwoto pun langsung memandu diskusi dengan mempersilakan peneliti MMU Asri Maharani untuk memulainya. Diawali dengan memperkenalkan diri, Asri menjelaskan perihal diskusi ini. 

“Kita sudah mengenalkan SMARThealth di Kabupaten Malang semenjak tahun 2016. Awalnya fokus pada PTM utamanya menyangkut penyakit kardiovaskular dan pembuluh darah lainnya. Dalam pengembangan ini, saya ingin mengarah ke program jiwa,” kata Asri Maharani dihadapan 15 peserta dari 15 Puskesmas yang ada di Kabupaten Malang.

Di Inggris, tambah Asri, mental health menjadi prioritas yang utama. Mengapa? Karena angka prevalensinya cukup tinggi, di atas 30% setelah adanya pandemi COVID-19. Dengan lockdown total, masyarakat di Inggris mengalami loneliness (kesepian) dan social isolation (isolasi sosial) yang diperparah dengan kenyataan di sana budaya individual begitu menonjol.

Oleh karena itu di Inggris, perawatan terkait mental health cukup berkembang dan maju. Dari situ, kita tertarik untuk melihat kasus-kasus di Indonesia agar bisa mengembangkan pelayanan Keswa dari yang sudah ada menjadi semakin terlembaga dengan baik.

Salah seorang peserta perempuan menceritakan pengalamannya dan juga bertanya kepada peneliti

Pada kesempatan itu, peneliti UB dan MMU ingin sekali mendengar pengalaman-pengalaman penanggung jawab Keswa agar berkenan menceriterakan suka dukanya dalam melaksanakan program Keswa tersebut.

Kemudian ada 4 penanggung jawab Keswa mulai berkisah, dan sesekali juga bertanya kepada peneliti tersebut. Ceritera diawali dari penanggung jawab Keswa Puskesmas Pakisaji, Nur Asih Yuli Purwanti, A.Md.Kep yang punya pengalaman bekerja di RSJ Menur Surabaya.

Pengalaman kedua dituturkan oleh penanggung jawab Keswa Puskesmas Bululawang, Siti Aisa, A.Md.Keb., dan diteruskan dengan penanggung jawab Keswa Puskesmas Turen, Dwi Cahyono, A.Md.Kep, dan diakhiri dengan kisah dari penanggung jawab Keswa Puskesmas Gondanglegi, Rindang Kurniawan, A.Md. Kep.

Dari cerita pengalaman-pengalaman itu, peneliti akan menanyakan sejumlah pertanyaan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai bagaimana kendala yang dihadapi selama ini, yang pada umumnya keempat penanggung jawab itu mengatakan bahwa dengan keterbatasan dana dan waktu, Puskesmas tidak bisa melakukan skrining seluruhnya. Dengan tidak adanya skrining yang menyeluruh tentunya berimplikasi pada kesulitan memprediksi masyarakat yang mengalami gangguan jiwa atau mental lainnya.

Salah seorang peserta laki-laki menceritakan pengalaman di Puskesmasnya dan kemudian bertanya kepada peneliti

Pengalaman itu tidak hanya datang dari penanggung jawa Keswa Puskesmas saja. Staf Keswa Dinkes Kabupaten Malang juga urun rembug dalam mengisahkan pengalaman suka duka dalam menangani masalah ODGJ di Kabupaten Malang.

Dari diskusi ini, setidaknya peneliti UB dan MMU sudah mendapat gambaran awal pelaksanaan program Keswa di Kabupaten Malang dengan segala suka dukanya di lapangan yang penuh dengan tantangan.

Diskusi yang memakan waktu sekitar 1 jam 7 menit ini berakhir setelah Tim Kemenkes dan Dinkes Provinsi Jawa Timur tiba di Kantor Dinkes Kabupaten Malang, karena acara akan dilanjutkan dengan Bimtek dan Monev Pelayanan Keswa di Kabupaten Malang. *** [310123]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Risk Checker

Risk Checker

Indeks Massa Tubuh

Supplied by BMI Calculator Canada

Statistik Blog

Sahabat eKader

Label

Arsip Blog