Tampilkan postingan dengan label FGD. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label FGD. Tampilkan semua postingan

Jumat, 01 September 2023

FKUB Adakan FGD Pengmas Stunting Di Pendopo Balai Desa Mendalanwangi

Delapan hari setelah pemaparan agenda pengabdian masyarakat (pengmas) stunting, Tim Pelaksana Pengmas Stunting Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (UB) mengadakan Focus Group Discussion (FGD) di Pendopo Balai Desa Mendalanwangi yang berada di Jalan Raya Mendalanwangi No. 14 Dusun Sekar Putih RT 15 RW 05 Desa Mendalanwangi, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang.

FGD atau Diskusi Kelompok Terarah, sering digunakan sebagai pendekatan kualitatif untuk mendapatkan pemahaman mendalam tentang isu-isu sosial. Metode ini bertujuan untuk memperoleh data dari sekelompok individu yang dipilih secara sengaja, bukan sampel yang mewakili populasi yang lebih luas secara statistik.

Isu-isu sosial yang menjadi judul pengmas FKUB adalah Intervensi Pre-Konsepsi Sebagai Salah Satu Metode Pencegahan Stunting Melalui Pencegahan Pernikahan Dini di Desa Mendalanwangi, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang.

Kelompok FGD berpose bersama Tim Pelaksana Pengmas Stunting FKUB di Pendopo Balai Desa Mendalanwangi, Kecamatan Wagir

Terdapat tiga komponen utama dalam kegiatan FGD, yakni diskusi (bukan kegiatan wawancara atau obrolan), kelompok (bukan individual), serta terfokus (bukan dilakukan secara bebas).

Dalam FGD yang diadakan pada hari Kamis (31/08) ini hadir Tim Pelaksana Pengmas Stunting, yang terdiri dari dr. Nuretha Hevy Purwaningtyas, M.Sc., Sp.DLP, Mustika Dewi, S.ST., M.Keb., dr. Ariani, M.Kes., Sp.A., dr. Dewi Santosaningsih, Ph.D, Sp.MK, dan Fatmawati, S.ST., M.Keb.

Kemudian kelompok dalam FGD yang pertama ini ada 15 orang yang terdiri dari Ketua Tim Penggerak (TP) PKK, modin, kepala dusun, kader kesehatan, Babinsa, dan Bhabinkamtibmas. Selain itu, juga turut hadir dalam kegiatan tersebut adalah seorang anggota Tim SMARThealth Universitas Brawijaya (UB), usai menghadiri pengmas FKUB mengenai Skrining Pendengaran pada Diabetes Melitus di halaman Kantor Kelurahan Kepanjen dan Ponkesdes Panji Husada.

Acara rangkaian FGD ini dimulai pada pukul 09.51 WIB dengan diawali sambutan dari Ketua TP PKK Desa Mendalanwangi Chorina Kusbiantoro, A.Md.Kep, yang juga mantan perawat Ponkesdes Mendalanwangi.

Sambutan pengantar FGD dari Tim Pelaksana Pengmas Stunting FKUB di Desa Mendalanwangi

Dalam sambutan itu, Ketua TP PKK yang mewakili Kepala Desa Mendalanwangi mengatakan bahwa Desa Mendalanwangi sebagai desa binaan FKUB merasa senang menjadi tempat pengmas ini karena akan menambah wawasan terhadap masalah stunting maupun pernikahan dini yang ada di Mendalanwangi.

Usai dibuka kegiatan pengmas stunting, acara dilanjutkan dengan sambutan pengantar dari Tim Pelaksana Pengmas Stunting yang diwakili oleh dr. Dewi Santosaningsih, Ph.D, Sp.MK. Pada kesempatan itu, Dr. Dewi menyatakan bahwa WHO bilang salah satu penyebab stunting adalah pernikahan dini.

Mengapa? Menurut Dr. Dewi, karena psikologisnya belum siap serta kurangnya pengetahuan yang mengakibatkan pola asuh akan mempengaruhi perkembangan anak. Anak adalah aset bangsa. Oleh karena itu, perlu dilakukan identifikasi apakah pernikahan dini menjadi sebuah problem, dan bagaimana mengatasinya. Maka pada FGD ini, kita akan menggalinya.

Selesai sambutan, FGD langsung digelar. Koordinator Pengmas Stunting dr. Nuretha langsung menempatkan diri sebagai moderator untuk memandu jalannya FGD tersebut. Dengan tempat duduk yang berpola melingkar, dr. Nuretha berusaha menggali permasalahan stunting melalui persoalan pernikahan dini yang ada di Desa Mendalanwangi selama 1 jam yang berjalan cukup gayeng.

Pelaksanaan FGD dipandu oleh Korlit Pengmas Stunting FKUB

Kebetulan dalam rangkaian pengmas stunting di Desa Mendalanwangi ini juga diliput kegiatannya oleh UB TV. Mereka hadir di lokasi untuk mewancarai Korlit Pengmas dan Ketua TP PKK serta aktivitas FGD.

Acara ini selesai pada pukul 11.15 WIB dan diakhiri dengan melakukan foto bersama. Setelah mengisi daftar hadir, kelompok yang hadir mulai meninggalkan tempat. Kemudian disusul oleh Tim Pelaksana Pengmas Stunting berpamitan dengan staf Desa Mendalanwangi.

Tak kecuali seorang anggota Tim SMARThealth UB juga berpamitan untuk melanjutkan menghadiri Orientasi Pengembangan Model Upaya Pencegahan Masalah Kesehatan Jiwa Di Sekolah yang diselenggarakan oleh Kemenkes dan UNICEF di Hotel Grand Kanjuruhan Kepanjen. *** [310823]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Selasa, 31 Januari 2023

Peneliti UB dan MMU Ajak Diskusi 15 Penanggung Jawab Keswa di Kabupaten Malang

Ruang Multimedia Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang sekitar pukul 07.45 WIB sudah dibuka. Staf Kesehatan Jiwa (Keswa) telah mempersiapkan untuk acara Bimtek dan Monev Pelayanan Keswa oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI yang didampingi dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

Pukul 08.12 WIB, peserta bimtek mulai berdatangan. Ada 15 penanggung jawab Keswa dari 15 Puskesmas diundang oleh Dinkes Kabupaten Malang untuk mengikuti Bimtek dan Monev Pelayanan Keswa, meliputi Wonokerto, Dampit, Pamotan, Turen, Bululawang, Gondanglegi, Ketawang, Pagelaran, Kepanjen, Sumberpucung, Kromengan, Ngajum, Wonosari, Wagir, dan Pakisaji.

Peneliti UB dan MMU berdiskusi dengan penanggung jawab Keswa Puskesmas di Ruang Multimedia Dinkes Kabupaten Malang

Sambil menunggu kedatangan Tim dari Kemenkes dan Dinas Provinsi Jawa Timur, Sub Koordintator Substansi PTM dan Keswa Dinkes Kabupaten Malang mempersilakan kepada dua peneliti, yaitu dari Universitas Brawijaya (UB) dan Manchester Metropolitan University (MMU), untuk mengisinya dengan diskusi terlebih dahulu kepada 15 penanggung jawab Keswa tersebut.

Dari meja depan yang ada hiasan bunga warna biru muda dan pink itu, peneliti UB Sujarwoto, S.IP, M.Si, MPA, Ph.D dan peneliti MMU dr. Asri Maharani, MMRS, Ph.D akan mulai mengawali diskusi tentang permasalahan Keswa di Kabupaten Malang.

Namun sebelum masuk ke acara diskusi, terlebih dahulu acara diisi dengan prolog dari Sub Koordinator Substansi PTM dan Keswa Dinkes Kabupaten Malang, Paulus Gatot Kusharyanto, SKM, yang menyebut 15 peserta itu sebagai pejuang jiwa yang tak pernah mengenal lelah.

Setelah itu, peneliti UB  Sujarwoto juga dipersilakan memberikan sambutan oleh Master of Ceremony Gatot Sujono, S.S.T., M.Pd. Dalam sambutan yang singkat itu, Sujarwoto mengatakan bahwa sambil menunggu kedatangan dari Tim Kemenkes dan Dinkes Provinsi Jawa Timur, marilah waktu ini kita gunakan untuk mengobrol santai berkenaan dengan program Keswa di Kabupaten Malang.

Suasana Ruang Multimedia di awal diskusi tentang Keswa

Usai sambutan singkat, Sujarwoto pun langsung memandu diskusi dengan mempersilakan peneliti MMU Asri Maharani untuk memulainya. Diawali dengan memperkenalkan diri, Asri menjelaskan perihal diskusi ini. 

“Kita sudah mengenalkan SMARThealth di Kabupaten Malang semenjak tahun 2016. Awalnya fokus pada PTM utamanya menyangkut penyakit kardiovaskular dan pembuluh darah lainnya. Dalam pengembangan ini, saya ingin mengarah ke program jiwa,” kata Asri Maharani dihadapan 15 peserta dari 15 Puskesmas yang ada di Kabupaten Malang.

Di Inggris, tambah Asri, mental health menjadi prioritas yang utama. Mengapa? Karena angka prevalensinya cukup tinggi, di atas 30% setelah adanya pandemi COVID-19. Dengan lockdown total, masyarakat di Inggris mengalami loneliness (kesepian) dan social isolation (isolasi sosial) yang diperparah dengan kenyataan di sana budaya individual begitu menonjol.

Oleh karena itu di Inggris, perawatan terkait mental health cukup berkembang dan maju. Dari situ, kita tertarik untuk melihat kasus-kasus di Indonesia agar bisa mengembangkan pelayanan Keswa dari yang sudah ada menjadi semakin terlembaga dengan baik.

Salah seorang peserta perempuan menceritakan pengalamannya dan juga bertanya kepada peneliti

Pada kesempatan itu, peneliti UB dan MMU ingin sekali mendengar pengalaman-pengalaman penanggung jawab Keswa agar berkenan menceriterakan suka dukanya dalam melaksanakan program Keswa tersebut.

Kemudian ada 4 penanggung jawab Keswa mulai berkisah, dan sesekali juga bertanya kepada peneliti tersebut. Ceritera diawali dari penanggung jawab Keswa Puskesmas Pakisaji, Nur Asih Yuli Purwanti, A.Md.Kep yang punya pengalaman bekerja di RSJ Menur Surabaya.

Pengalaman kedua dituturkan oleh penanggung jawab Keswa Puskesmas Bululawang, Siti Aisa, A.Md.Keb., dan diteruskan dengan penanggung jawab Keswa Puskesmas Turen, Dwi Cahyono, A.Md.Kep, dan diakhiri dengan kisah dari penanggung jawab Keswa Puskesmas Gondanglegi, Rindang Kurniawan, A.Md. Kep.

Dari cerita pengalaman-pengalaman itu, peneliti akan menanyakan sejumlah pertanyaan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai bagaimana kendala yang dihadapi selama ini, yang pada umumnya keempat penanggung jawab itu mengatakan bahwa dengan keterbatasan dana dan waktu, Puskesmas tidak bisa melakukan skrining seluruhnya. Dengan tidak adanya skrining yang menyeluruh tentunya berimplikasi pada kesulitan memprediksi masyarakat yang mengalami gangguan jiwa atau mental lainnya.

Salah seorang peserta laki-laki menceritakan pengalaman di Puskesmasnya dan kemudian bertanya kepada peneliti

Pengalaman itu tidak hanya datang dari penanggung jawa Keswa Puskesmas saja. Staf Keswa Dinkes Kabupaten Malang juga urun rembug dalam mengisahkan pengalaman suka duka dalam menangani masalah ODGJ di Kabupaten Malang.

Dari diskusi ini, setidaknya peneliti UB dan MMU sudah mendapat gambaran awal pelaksanaan program Keswa di Kabupaten Malang dengan segala suka dukanya di lapangan yang penuh dengan tantangan.

Diskusi yang memakan waktu sekitar 1 jam 7 menit ini berakhir setelah Tim Kemenkes dan Dinkes Provinsi Jawa Timur tiba di Kantor Dinkes Kabupaten Malang, karena acara akan dilanjutkan dengan Bimtek dan Monev Pelayanan Keswa di Kabupaten Malang. *** [310123]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Sabtu, 19 November 2022

Bupati Malang Buka Sosialisasi Pengembangan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Berbasis Aplikasi di Kabupaten Malang

Bupati Malang Drs. H.M. Sanusi, M.M membuka Sosialisasi Pengembangan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Berbasis Aplikasi di Pendopo Agung Kabupaten Malang yang beralamatkan di Jalan K.H. Agus Salim No. 7 Kelurahan Kiduldalem, Kecamatan Klojen, Kota Malang, Provinsi Jawa Timur, pada Sabtu (19/11/2022).

Kegiatan yang terkait dengan Kick Off Pengembangan Layanan Jantung di Kabupaten Malang ini, dihadiri anggota DPRD Jawa Timur, Dr. Sri Untari Bisowarno, MAP, Ketua PERKI Cabang Malang, Prof. dr. M. Saifur Rohman, SpJP(K), Ph.D, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) Dr. dr. Wisnu Barlianto, M.Si.Med., Sp.A(K), Ketua Yayasan Jantung Indonesia (YJI) Cabang Malang Raya Hj. Hanik Dwi Martya P, S.Farm, MAP, dan Ketua Malang Community of Cardiovascular Care (MC3) Dharmawan Boedi Rachmanto.

Bupati Malang serahkan ambulance Wuling kepada YJI Cabang Malang Raya di Pringgitan

Sesuai daftar rekapitulasi undangan peserta dalam kegiatan ini, totalnya ada 481 orang. Dari total itu, meliputi DPRD Kabupaten Malang, sejumlah OPD, RSUD Kanjuruhan dan Lawang beserta PSC, BUMD, BPJS Malang, 5 Puskesmas (Wagir, Pakisaji, Kepanjen, Gondanglegi, Dampit), Paramedis dan driver 32 PSC (Public Safety Center) di Kabupaten Malang, 5 Camat dari daerah pilot project SMARThealth (Wagir, Pakisaji, Kepanjen, Gondanglegi, Dampit), dan 8 Kepala Desa/Lurah, 8 perawat desa serta kader kesehatan dari 8 desa/kelurahan pilot project SMARThealth (Sidorahayu, Mendalanwangi, Karangduren, Kendalpayak, Kepanjen, Cepokomulyo, Sepanjang, Majangtengah).

Dalam sambutannya, Bupati Malang Sanusi mengatakan bahwa saat ini semua dihadapkan pada tantangan masalah kesehatan, yaitu beban ganda masalah penyakit di mana penyakit menular yang selama ini masih menjadi ancaman kehidupan manusia yang belum selesai teratasi, sudah ada peningkatan kasus kesakitan dan kematian penyakit tidak menular (PTM).

Sehingga perlu adanya upaya pengendalian dan pencegahan yang terstruktur dan terintegrasi antar instansi untuk melindungi masyarakat akan kesejahteraan dan kesehatan dapat dipenuhi dengan optimal.

Bupati Malang perlihatkan fasilitas dalam ambulance yang didampingi Kadinkes

“Peningkatan kasus kesakitan dan kematian pada penyakit tidak menular sudah melebihi penyakit menular. Penyakit tidak menular bukan disebabkan oleh bakteri, kuman atau virus tetapi disebabkan oleh adanya lifestyle/gaya hidup yang tidak sehat, seperti kurang aktivitas fisik, pola makan tidak sehat, pola tidur yang kurang, kebiasaan merokok, pola stress tak terkendali serta tidak periksa kesehatan secara berkala,” ujar Bupati Sanusi.

Dari data laporan surveilans kesakitan PTM, Bupati Malang menjelaskan bahwa hingga Oktober 2022 tercatat sebanyak 165.993 kasus PTM. Dari banyaknya kasus itu, persentase tertinggi ditempati oleh penyakit Hipertensi ada 86.455 kasus (48,6%), kemudian Diabetes Mellitus (DM) dengan total 40.613 kasus (21,5%), dan disusul dengan penyakit jantung sebanyak 10.464 kasus (5,7%). Sementara itu, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) terlapor sebanyak 6.609 kasus (3,6%), asma 5.298 kasus (3%), dan kanker payudara tercatat ada 1.534 kasus (1%) dari total laporan PTM.

Berdasarkan Survey Kematian Kabupaten Malang tahun 2020, disebutkan bahwa data penyebab kematian akibat PTM memperlihatkan ada 18.130 kasus kematian, yang terdiri dari penyakit jantung sebanyak 3.460 kasus (19,1%), stroke 3.142 kasus (17,3%), Diabetes Mellitus (DM) 1.593 kasus (8,8%), dan PPOK 800 kasus (4,4%).

Foto bersama usai seremonial pembukaan Sosialisasi Pengembangan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Berbasis Aplikasi

Lebih lanjut, Bupati Sanusi menerangkan bahwa tingginya angka kesakitan dan kematian ini, salah satunya disebabkan karena rendahnya angka skrining/deteksi dini faktor risiko PTM serta pelayanan terpadu PTM (Pandu PTM) di pelayanan kesehatan.

Terobosan yang perlu dilakukan adalah dengan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan, inovasi pelayanan kesehatan berbasis aplikasi dan memperkuat pemberdayaan masyarakat melalui Posbindu SMARThealth sebagaimana pilar utama arah pembangunan adalah kemandirian dengan basis utama adalah pemberdayaan masyarakat.

Pada kesempatan ini, Bupati Sanusi memberikan apresiasi atas inovasi SMARThealth dari FKUB, Manchester University, dan The George Institute for Global Health bersama Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang yang telah menginisiasi bagi lahirnya terobosan kesehatan dalam skrining faktor risiko PTM berbasis aplikasi, yang sekarang memasuki tahap replikasi di Kabupaten Malang.

Bupati Malang berpose dengan Kepala Desa usai inspeksi ambulance desa dan ambulance PSC

Dengan mengumpulkan seluruh komponen masyarakat, khususnya pemerhati penyakit kardiovaskular seperti FKUB, PERKI, YJI, MC3 dan dinas terkait untuk mengembangkan pelayanan kesehatan masyarakat dalam kegiatan Sosialisasi Pengembangan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Berbasis Aplikasi tahun 2022 ini, Bupati Sanusi berharap untuk dimanfaatkan sebagai upaya pencegahan dan pengendalian penyakit, baik menular dan tidak menular dalam membangun masyarakat Kabupaten Malang yang sehat dan produktif.

Usai dibuka secara resmi, Bupati Malang menyerahkan ambulance Wuling dari Dinkes Kabupaten Malang kepada YJI Cabang Malang Raya dan diteruskan dengan berkeliling di halaman Pendopo untuk melihat ambulance desa dan fasilitas yang ada di dalam mobil PSC.

Perlu diketahui, bahwa di Kabupaten Malang ini ada 68 desa yang sudah melakukan pengadaan mobil ambulance desa. Dari 69 unit yang ada, 63 melalui APBDesa dan 6 hibah dari pihak ketiga atau perorangan.

ToT bagi kader SMARThealth, dokter fungsional Puskesmas, dan perawat desa oleh PERKI mengenai Early Detection, Awareness dan Sosialisasi Aplikasi Detak 

Setelah inspeksi ambulance, Bupati Malang meninggalkan tempat dan acara kemudian dibagi dua, yaitu Training of Trainer (ToT) dan Focus Group Discussion (FGD). ToT  yang diikuti oleh kader SMARThealth dan dokter umum Puskesmas dan perawat desa mengenai Early Detection, Awareness dan Sosialisasi Aplikasi Detak diadakan di Pendopo, sedangkan FGD perihal permasalahan kesehatan di desa diikuti oleh Lurah maupun Kepala Desa di Ruang Anusapati Lt. 2 (FGD A) dan Ruang Kertanegara Lt. 4 (FGD B).

Mengatisipasi dua kegiatan itu, Sub Koordinator Substantif PTM dan Kesehatan Jiwa (Keswa) Paulus Gatot Kusharyanto, SKM membagi personilnya untuk memback up. Kristina Dewi, A.Md.Keb dan Candra Hernawan, S.Kom mendampingi kegiatan ToT, sedangkan Nur Ani Sahara, S.Kep,Ners dan Bastamil Anwar Aziz, S.Kep.Ners mendampingi kegiatan FGD.

Pada FGD A yang dimoderatori oleh dr. Nuretha Hevy Purwaningtyas, M.Sc, Sp.DLP ini diikuti oleh perwakilan dari Desa Karangduren, Desa Kendalpayak, Kelurahan Kepanjen, dan Kelurahan Cepokomulyo, staf PTM Dinkes Nur Ani Sahara, S.Kep.Ners serta dokter dari berbagai bidang spesialisasi dan apoteker.

FGD permasalahan kesehatan desa di Ruang Anusapati Lt. 2 Pemkab Malang

Sementara itu, pada FGD B yang dimoderatori dr. Devita dihadiri oleh perwakilan desa dari Majangtengah, Mendalanwangi, Sidorahayu, dan Sepanjang, staf PTM Dinkes Bastamil Anwar Aziz, S.Kep.Ners serta dokter dari berbagai bidang spesialisasi dan apoteker.

Usai FGD, peserta kembali gabung di Pendopo lagi untuk menyaksikan Penyematan Pemenang Duta Jantung dan Pembuluh Darah Periode 2022-2023, pemutaran video HUT PRKI dan pembagian doorprize.

Dalam pembagian doorprize, hadiah terbanyak diterima oleh kader SMARThealth Desa Kendalpayak dan hadiah utama berupa kompor gas diperoleh kader SMARThealth Istinah asal Desa Sepanjang, Kecamatan Gondanglegi. *** [191122]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Rabu, 03 Agustus 2022

Sinergisitas Penyelenggaraan Pemerintahan Bersama DPRD Kabupaten Malang Di Pendopo Kecamatan Poncokusumo

Kecamatan Poncokusumo bekerja sama dengan DPRD Kabupaten Malang menggelar audiensi Sinergisitas Penyelenggaraan  Pemerintahan bersama DPRD Kabupaten Malang dengan tema “Pemberdayaan Penyandang Disabilitas Dan Pemenuhan Hak ODGJ Dalam Mendukung Kabupaten Malang Bebas Pasung” di Pendopo Kecamatan Poncokusumo yang terletak di Jalan Raya Wonorejo No. 4 Desa Wonorejo, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, pada Rabu (03/08/2022).

Acara ini dihadiri oleh Muspika Kecamatan Poncokusumo yag terdiri dari Aparatur Perangkat Kecamatan, Polsek dan Koramil, Perangkat/Pamong  Desa, dan Sekretariat Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan (PKH).

Dalam FGD ini dimoderatori secara langsung oleh Camat Poncokusumo Didik Agus Mulyono, S.P., MAP dengan narasumber empat anggota DPRD dan tiga OPD di Kabupaten Malang yang berurusan dengan masalah penyandang disabilitas maupun orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), seperti Dinas Sosial (Dinsos), Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil), dan Dinas Kesehatan (Dinkes).

Camat Poncokusumo menjadi moderator dalam audiensi dengan 4 anggota DPRD yang menjadi narasumber 

Mengawali acara, Camat Poncokusumo memberikan prolog dalam FGD bahwa fokusnya mengenai penyandang disabilitas dan ODGJ. Keprihatinan Bupati terhadap ODGJ agar supaya tidak terlantar. Jumlah kasus ODGJ di Kabupaten Malang ada 4.970 orang atau hampir 5.000 orang. Di Kecamatan Poncokusumo ada sekitar 189 orang, dan yang terlaporkan baru 130 orang.

ODGJ ada di mana-mana dan berkeliaran di sekitar kita. Oleh sebab itu, sudah saatnya kita memperhatikan ODGJ. Di Kecamatan Poncokusumo sendiri ada 4 ODGJ yang keadaannya seperti dipenjara kendati tidak dipasung.

Kita menghadirkan DPRD Kabupaten Malang dalam acara ini karena DPRD mempunyai kekuatan regulasi yang bisa mengangkat harkat penyandang disabilitas maupun ODGJ. Ada empat anggota DPRD yang akan memberikan materi.

Suasana audiensi dengan DPRD Kabupaten Malang di Pendopo Kecamatan Poncokusumo

Materi pertama disampaikan oleh Hj. Masfufah, S.Pd., anggota Komisi IV dari Gondanglegi Dapil 1, dengan judul “Upaya Penanganan Penyandang Disabilitas Dan ODGJ Dalam Perspektif Sosial Ekonomi.”

Dalam materinya, Masfufah mengatakan bahwa pada saat ini penyandang disabilitas masih menghadapi persoalan yang berkenaan dengan penghidupan dan kesejahteraan mereka. Pihak-pihak yang telah melakukan pemberdayaan ekonomi bagi penyandang disambilitas serta konsep pemberdayaan ekonomi bagi penyandang disabilitas hendaknya dapat diimplementasikan.

Tak terkecuali bagi ODGJ. Selama belum tersembuhkan, ODGJ akan memberikan masalah. “Itulah mengapa perlu adanya penanganan yang sesuai dengan program yang pas,” kata Masfufah.

Setelah itu materi yang kedua dipaparkan oleh Yulis Farida, S.H., anggota Komisi IV asal Pakis, dengan titel “Pemberdayaan Penyandang Disabilitas Melalui Kewirausahaan Dan Usaha Ekonomi Produktif.”

Pemandangan peserta audiensi dengan DPRD dari barat daya

Pada kesempatan itu, Yulis menjelaskan bahwa pemberdayaan merupakan salah satu strategi pembangunan untuk meningkatkan kreativitas, khususnya bagi penyandang disabilitas yang diberikan pengetahuan dan pelatihan keterampilan untuk hidup mandiri.

Penyandang disabilitas merupakan bagian atau salah satu dari keberadaan masyarakat Indonesia dalam aktivitas sehari-hari. Mereka dianggap oleh sebagian kalangan masyarakat sebagai golongan yang lemah sehingga menyebabkan kaum difabel menjadi terisolir, minder dan kurang percaya diri.

Selesai materi kedua, acara berikutnya dilanjutkan dengan pemaparan materi ketiga oleh Fathurrohman, S.Pd.I, anggota Komisi III asal Tajinan, dengan mengambil judul “Upaya Penanganan Penyandang Disabilitas Dan ODGJ Dalam Perspektif Hukum Dan Perundang-Undangan.”

Peserta audiensi dengan DPRD Kabupaten Malang dilihat dari timur laut

Menurut Fathurrohman, ODGJ merupakan bagian dari penyandang disabilitas mental yang menurut Undang-Undang Nomo 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, yaitu mereka yang terganggu dalam fungsi pikir, emosi, dan perilaku antara lain meliputi gangguan psikososial seperti skizofrenia, bipolar, depresi, anxietas, dan gangguan kepribadian serta perkembangan disabilitas yang berpengaruh pada kemampuan interaksi sosial di antaranya autis dan hiperaktif.

Masalah ODGJ harus berangkat dari keluarganya dulu agar mau terbuka dalam permasalahannya. Kalau sudah terbuka, maka baru anggota keluarga yang lain maupun masyarakat bisa membantu menangani masalah karena tergugah hatinya. Membangun kesadaran membantu orang lain juga perlu digerakkan.

Materi keempat dengan judul “Peran Pemerintah Dalam Mewujudkan Pembangunan Inklusif Bagi Penyandang Disabilitas Dan ODGJ” diberikan oleh H. Abdullah Satar, S.E., Wakil Ketua Komisi III Kabupaten Malang.

Peserta audiensi dengan DPRD Kabupaten Malang bagian depan tengah

Dalam kesempatan itu, Abdullah Satar menerangkan bahwa kebijakan Pemerintah dalam mewujudkan pembangunan inklusif penyandang disabilitas dan ODGJ merliputi regulasi, pendidikan, kesehatan, akses keuangan dan sosial, kependudukan dan pencatatan sipil, aksesibilitas dan infrastruktur maupun layanan publik.

Dibutuhkan pemahaman berbagai pemangku kepentingan, mulai dari keluarga hingga pemerintah, merupakan akar persoalan eksklusi penyandang disabilitas dan ODGJ. Selain itu, juga diperlukan komitmen dan dukungan dari semua pihak untuk membangun inklusivitas dan kepedulian terhadap penyandang disabilitas dan ODGJ karena bagaimanapun inklusivitas fisik dapat tercapai jika persepsi atau cara pandang masyarakat terhadap ODGJ telah meningkat.

Penting untuk terus memupuk nilai bahwa masyarakat juga berkepentingan untuk menghormati, melindungi dan memenuhi penyandang disabilitas dan ODGJ di lingkungan terdekat.

Setelah para anggota DPRD memberikan materi, acara disambung dengan penyampaian dari ketiga OPD. Penyampaian pertama diberikan kepada Dinsos oleh moderator. Dinsos, yang diwakili Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial (Kabid Rehsos) Dinsos, Dra. Retno Tri Damayanti, M.M.

Kabid Rehsos Dinsos dalam penyampaian program terkait penanganan penyandang disabilitas dan ODGJ 

Pada kesempatan itu, Retno menjelaskan bahwa bantuan-bantuan yang dikeluarkan Dinsos harus melalui masuknya data pengajuan terlebih dahulu. Tentunya, juga harus punya NIK. Dinsos juga mempersilakan pengajuan bantuan untuk alat bantu lansia maupun penyandang disabilitas.

Selain itu, Dinsos sebenarnya juga menyediakan bimbingan maupun pelatihan. Hanya saja karena keterbatasan dana, hanya mampu mewujudkan tiga pelatihan, seperti pendampingan keluarga ODG.

Masyarakat perlu diedukasi, karena masyarakat cenderung diskriminatif terhadap penyandang disabilitas maupun ODGJ. ODGJ itu yang sakit jiwanya, jadi perlu suasana yang kondusif. Setelah balik dari RSJ, perlu adanya pelatihan edukan kepada keluarganya agar ODGJ tidak kambuh lagi.

Penyampaian program yang berhubungan dengan penanganan masalah penyandang disabilitas dan ODGJ

Usai Dinsos, moderator memberikan kesempatan kepada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) diwakili oleh Kepala Bidang Pelayanan Pendaftaran Penduduk (Dafduk) Disdukcapil, Siti Istova Agustina, S.E.,M.M.

Dalam penyampaiannya, Istova mengatakan bahwa kita dituntut untuk pendataan ODGJ sebagai data base terkait ODGJ. Untuk pelaksanaan programnya, kita sudah melakukan perekaman atau pengambilan foto di RSJ.

Bagi masyarakat yang kurang mampu, bisa melaporkan ke desa setempat agar Dukcapil bisa jemput bola. Dukcapil mendorong kepada keluarganya, agar segera membuatkan NIK untuk ODGJ. Hal ini agar bisa diajukan untuk mendapatkan BPJS atau Jamkesda.

Kasi PTM Keswa Dinkes sampaikan program dalam penanganan penyandang disabilitas dan ODGJ

OPD terakhir yang diberikan waktu menyampaikan pandangannya adalah Dinkes, yang diwakili oleh Kepala Seksi PTM dan Kesehatan Jiwa (Kasi PTM Keswa) Paulus Gatot Kusharyanto, SKM. Dalam penyampaiannya, Paulus menjelaskan tentang situasi ODGJ di Kabupaten Malang hingga Juni 2022. Di Kabupaten Malang ini, ada 4.970 ODGJ dengan riwayat pasung sebanyak 697 ODGJ. 

Capaian pelayanan ODGJ bisa menjangkau semuanya, dan penderita ODGJ yang dipasung sebanyak 43 orang telah dibebaskan pasungnya bertepatan dengan Pencanangan Kabupaten Malang Bebas Pasung yang digelar di Gedung Semeru, RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat pada 25 Juli 2022. Sementara itu, ODGJ yang mengalami kekambuhan ada 145 orang.

Dalam acara tersebut, ada lima penanya yang pertanyaannnya ditujukan kepada narasumber dari DPRD Kabupaten Malang maupun OPD. Semua pertanyaan tersebut dijawab oleh narasumber dan OPD dengan baik. Ketiga OPD mampu menjawab pertanyaan dengan penjelasan teknis. Sehingga, para perangkat desa merasa jadi mengerti apa yang seharusnya dilakukan dalam menangani ODGJ yang ada di wilayahnya masing-masing. *** [030822]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo


Share:

Selasa, 28 Juni 2022

Dosen Senior Global Health The University of Manchester Jumpai Kader SMARThealth Kepanjen

Hari ini, Senin (28/06/2022, ada dua kegiatan yang harus didampingi Tim SMARThealth Universitas Brawijaya (UB) terkait kedatangan tamu dari India dan Inggris. Team Leader SMARThealth UB, Sujarwoto, S.IP, M.Si, MPA, Ph.D, mengawal tamu dari India, yang tak lain adalah Devarsetty Praveen, MBBS, MD, Ph.D (Kepala Penelitian Perawatan Kesehatan Primer di George Institute for Global Health India) dan Sridevi Gara (Technical Lead The George Institute for Global Health India), lihat penggunaan aplikasi eKader di Desa Sukodono, Kecamatan Dampit.

Sementara itu, salah seorang Tim SMARThealth UB yang menjadi fasilitator, mendampingi Dosen Senior Global Health di Global Development Institute, the University of Manchester, Ir. Gindo Tampubolon, M.M., M.Sc, Ph.D, menjumpai sejumlah kader SMARThealth di Balai RW 01 yang berada di Jalan Banurejo RT 05 RW 01 Kelurahan Kepanjen, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.

Usai dialog, kader SMARThealth berpose dengan Dr. Gindo Tampubolon, Ketua RW 01 dan Tim SMARThealth UB

Dipilihnya kader SMARThealth Kepanjen, karena menurut Gindo Tampubolon telah dianggap mampu mengelola giat Posbindu SMARThealth secara mandiri, yang ditandai dengan adanya motivasi dan prakarsa sehingga kadernya mampu melakukan komunikasi dengan Ponkesdes, Puskesmas, Ketua RT, RW, Lurah maupun warga untuk mengimplementasikan giat Posbindu secara berkesinambungan.

Dalam kunjungannya itu, Gindo mengajak dialog dengan tiga kader SMARThealth (Agustin Shintowati, Nanik Triyudhani, Indri Astutik) dan Ketua RW 01 Luluk Tamawati, dengan santai tapi fokus pada kiprah kader SMARThealth di Kelurahan Kepanjen. Sebagai dosen dan peneliti, Gindo memiliki parameter pertanyaan untuk mengukur apakah kader tersebut mampu mandiri atau hanya masih tunggu perintah saja.

Dr. Gindo mencatat hal-hal penting yang ditemui dari hasil dialog dengan kader SMARThealth

Setiap pertanyaan yang diajukan, kader SMARThealth mampu menjelaskannya dan memperlihatkan bukti-buktinya yang telah menjadi inventaris giat Posbindu SMARThealth di Kelurahan Kepanjen. Mulai dari buku riwayat kesehatan warga, buku daftar hadir, foto kegiatan, pakaian alat pelindung diri (APD) yang digunakan ketika masa lockdown dan inisiatif-inisiatif lainnya seperti mengoptimalkan grup WhatsApp (WA) mulai dari PKK maupun RT untuk menyosialisasikan SMARThealth.

Pada kesempatan itu, Gindo juga berkenan mencoba APD bikinan kader pada awal pandemi. Kader bergotong-royong, swakarsa dan swakarya agar supaya program SMARThealth yang sudah dirintisnya bisa memberi manfaat bagi warganya, terlebih diketahui bahwa kasus meninggal pasien COVID-19 lantaran banyak yang punya komorbid, maka ditangkap oleh kader SMARThealth sebagai peluang untuk memopulerkan program SMARThealth.

Dr. Gindo mencoba APD bikinan kader semasa lockdown untuk mengunjungi pasien komorbid

Dalam dialog itu, Gindo juga ingin tahu perihal lansia dalam giat Posbindu SMARThealth, dan bagaimana memperlakukan lansia yang sudah mulai lupa. Menurut Agustin Shintowati, salah seorang kader SMARThealth Kepanjen, lansia itu harus diajak ngobrol dan didengar omongannya. Selain itu, kader harus pandai-pandai merangkul anggota keluarganya agar supaya mau mengantarnya ke giat Posbindu dan selalu mengingatkan untuk minum obatnya.

Dialog yang memakan waktu hampir 2,5 jam itu berakhir pada pukul 16.55 WIB. Sebelum mengakhiri dialog, Gindo sempat bertanya kepada kader, “Apa kira-kira yang menjadi motivasi Anda menjadi kader?”

Dr. Gindo beri penjelasan kepada kader SMARThealth

“Selain bermanfaat bagi orang lain, menjadi kader bermanfaat bagi dirinya karena pengetahuan akan kesehatan meningkat,” tegas Agustin Shintowati yang diamini oleh kader lainnya dan Ketua RW 01.

Lebih lanjut, Agustin mengatakan bahwa menjadi kader itu hati harus senang. Kalau hatinya senang, pekerjaannya akan ringan. Kader sebagai mitra tenaga kesehatan berusaha membuat warga di lingkungannya menjadi sehat. *** [280622]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo


Share:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Risk Checker

Risk Checker

Indeks Massa Tubuh

Supplied by BMI Calculator Canada

Statistik Blog

Sahabat eKader

Label

Arsip Blog