Tampilkan postingan dengan label Desa Krebet Senggrong. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Desa Krebet Senggrong. Tampilkan semua postingan

Jumat, 20 September 2024

FGD Pengembangan Pengelolaan Sampah dan Peningkatan Kesehatan Masyarakat di Warung Pak Untung Bululawang

“Pengetahuan ada dalam kelompok — bukan individu.” - Larry Prusak

Focus Group Discussion (FGD) atau Diskusi Kelompok Terfokus sering digunakan sebagai pendekatan kualitatif untuk memperoleh pemahaman mendalam tentang isu-isu sosial. Metode ini bertujuan untuk memperoleh data dari sekelompok orang yang dipilih secara sengaja, bukan dari sampel yang mewakili populasi yang lebih luas secara statistik (Ocheng et. al., 2018).

Menurut Lehoux dan kawan-kawan (2006), FGD merupakan ruang sosial tempat para peserta bersama-sama membangun “pandangan stakeholder” dengan cara berbagi, berdebat, dan memperoleh pengetahuan.

Peserta FGD berpose bersama Camat Bululawang

Pengertian stakeholder di sini adalah semua pihak di dalam masyarakat, baik individu, komunitas atau kelompok masyarakat yang memiliki sebuah hubungan dan kepentingan terhadap organisasi atau permasalahan yang sedang dibahas.

Sehingga, pendekatan FGD ini memungkinkan untuk memperoleh wawasan mendalam tentang sikap dan pendapat peserta mengenai permasalahan yang dibahas atau dibicarakan dalam kegiatan tersebut.

Kamis (19/09) siang hingga sore, Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) Theme 3: People Empowerment and Community menggelar FGD Pengembangan Pengelolaan Sampah dan Peningkatan Kesehatan Masyarakat.

Sambutan Camat Bululawang

Bertempat di ruang pertemuan semi-outdoor Warung Pak Untung Bululawang yang beralamatkan di Jalan Mayjen Sungkono, Dusun Sidomulyo, Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, FGD yang diikuti oleh tiga desa – Bakalan, Krebet Senggrong, dan Krebet – itu berlangsung.

Pesertanya terdiri dari Kepala Desa (Kades), Ketua TP-PKK, BPD, Tenaga Kesehatan Ponkesdes, Tokoh Masyarakat (termasuk Tokoh Agama), Kader Kesehatan, Karang Taruna, Pengelola Sampah, dan lain-lain.

Kendati undangannya mulai pukul 13.00 WIB, namun tampak beberapa orang telah datang duluan. Ada 4 orang yang tiba di tempat penyelenggaran FGD ini pada pukul 12.50 WIB, yaitu Kades Krebet Senggrong Slamet Efendi, S.E., dan Arifin (LPMD Krebet Senggrong) serta Bambang dan Yayuk, sejoli pengelola sampah di Desa Bakalan.

Storyteller dari Desa Krebet Senggrong

Begitu mengisi daftar hadir, petugas yang among tamu mempersilakan mereka untuk makan siang yang telah disediakan di meja panjang yang di tata di belakang tempat duduk peserta dengan jarak satu meter.

Setelah itu, peserta yang diundang pun ndlidir berdatangan, termasuk di antaranya terlihat Nyai Hj. Lilis Masfufah, seorang pengasuh Ponpes Annur Al Hidayah Krebet Sengrong. Perlu diketahui, selain 2 orang dari Yayasan Percik Salatiga – Damar Waskitojati, S.Kom., M.Si dan Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K – yang tergabung dalam Tim Penelitian NIHR Theme 3 tersebut, juga ada fasilitator NIHR Universitas Brawijaya (UB) dengan dibantu kepanitiaannya oleh 6 orang kader kesehatan, yang terdiri dari 2 orang kader dari Desa Bakalan (Sandi Cahyadi dan Endah Susanti), 2 orang kader Desa Krebet Senggrong (Lidya Mas’udah dan Yeni Mariana) serta 2 orang kader dari Desa Krebet (Lilik Ati dan Siti Khodijah).

Acara FGD ini dimulai pada pukul 13.51 WIB dengan diawali salam pembuka dari Master of Ceremony (MC) Lidya Mas’udah, da pembacaan susunan acaranya. Setelah itu dilanjutkan dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya yang dipandu oleh dirijen Yeni Mariana, dan setelahnya langsung disambung dengan doa yang dipimpin oleh seorang tokoh agama Desa Krebet Senggrong Mis Mulyadi.

Storyteller dari Desa Bakalan

Usai doa, acara diteruskan dengan sambutan dari Camat Bululawang Sunardi, S.Sos. Dalam sambutannya, Camat Sunardi mengatakan bahwa masalah penanganan sampah di wilayah Kecamatan Bululawang, di desa-desa tertentu memang sudah menjadi permasalahan yang sering dikeluhkan oleh masyarakat, salah satunya yang paling dekat dengan lingkungan Kantor Kecamatan Bululawang, yaitu penanganan sampah di lingkungan Pasar Bululawang.

Lebih lanjut, Camat Sunardi menjelaskan bahwa ini sering menjadi keluhan, terutama ketika sampah ini tidak terambil atau terangkut seusai jadwal. Sehingga kemudian terjadi penumpukan sampah dan dampaknya, salah satunya adalah polusi udara, polusi bau.

“Di samping bau juga menyebabkan lalat berdatangan dan muncul belatung-belatung. Hal ini tentunya akan memberikan dampak bagi kesehatan masyarakat yang ada di sekitarnya,” tegas Camat Bululawang.

FGD Desa Bakalan

Selesai sambutan dari Camat Bululawang, acara berikutnya adalah sambutan dari Wakil Direktur (Wadir) YPS Damar Waskitojati. Pada kesempatan itu, Damar menerangkan bahwa isu sampah ini tidak hanya persoalan kebersihan saja, tetapi itu kemudian dihubungkan dengan kesehatan. Barangkali, hal ini yang melandasi penelitian NIHR yang diinisiasi oleh Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) Malang.

Lebih lanjut, Damar menjelaskan bahwa Tim Penelitian NIHR sudah melakukan FGD-FGD di desa maupun tingkat masyarakat. Pada kegiatan ini masihlah dalam rangkaian hal itu. Di sini, kita juga akan melengkapi data-data sebelumnya. 

“Kita juga berharap dari kegiatan ini sama-sama mendiskusikan ide/gagasan terkait pengelolaan sampah dan peningkatan kesehatan masyarakat. Karena, desa-desa tentu punya karakteristik sendiri dan punya tantangan serta potensi sendiri-sendiri. Sehingga berpikir bahwa kekayaan ide yang dilatarbelakangi oleh konteks wilayah masing-masing yang akan memperkaya penelitian ini,” terang Damar.

FGD Desa Krebet Senggrong

Selesai sambutan dari Wadir YPS, Camat Bululawang pun berpamitan untuk melanjutkan tugas dinas ke tempat pertemuan yang digelar oleh Desa Krebet, dan acara kemudian diisi oleh Damar mengenai pengatar FGD Tantangan Pengelolaan Sampah dan Peningkatan Kesehatan Masyarakat. Di sela-sela itu, Damar pun menampilkan 2 karya storytelling terbaik dari hasil mengikuti Photovoice, yaitu “Bakar sampah rame-rame atau bakar sakit rame-rame?” (Yeni Mariana, kader Krebet Senggrong) dan “Pengelolaan Sampah yang Baik Supaya Tidak Terjadi Polusi dan PTM (Penyakit Tidak Menular)” (Sandi Cahyadi dari Desa Bakalan).

Kedua orang tersebut dipersilakan untuk mempresentasikan storytelling dihadapan peserta FGD Pengembangan Pengelolaan Sampah dan Peningkatan Kesehatan Masyarakat yang diadakan di ruang pertemuan Warung Pak Untung Bululawang.

Usai pengantar FGD, mulailah peserta dibagi tiga untuk mengikuti FGD. Pertanyaan diskusinya: “Tantangan apa saja yang Anda hadapi dalam pengelolaan sampah dan peningkatan kesehatan masyarakat di desa masing-masing”, dan “Alternatif solusi apa yang dirasa baik untuk mengatasi tantangan-tantangan yang Anda hadapi tersebut.”

FGD Desa Krebet

FGD Desa Bakalan dipandu oleh fasilitator NIHR UB dengan dibantu 2 kader dari Desa Bakalan. FGD Desa Krebet Senggrong dimoderatori oleh Christina dari YPS dengan dibantu 2 orang kader dari Desa Krebet Senggrong, dan FGD Desa Krebet dipandu oleh Damar dengan dibantu oleh 2 kader dari Desa Krebet.

Hasil FGD dari ketiga desa tersebut kemudian dituangkan dalam kertas plano dan ditempelkan di tembok depan, dan kemudian dipresentasikan dan didiskusikan. Presentasi pertama datang dari Desa Krebet yang diwakili oleh Yeni Astuti, seorang Ketua Fatayat Ranting Blambangan/Guru MA Al-Ikhsan Blambangan yang menjadi peserta FGD).

Kemudian presentasi kedua berasal dari Desa Krebet Senggrong yang diwakili oleh Arifin, Ketua LPMD yang konon berprofesi sebagai pengacara yang mengikuti FGD ini), dan presentasi yang ketiga atau yang terakhir adalah dari Desa Bakalan yang diwakili oleh Tutik Murhendari, sekretaris PKK Desa Bakalan).

Evaluasi implementasi FGD

Hasil presntasi ini kemudian dikomentari hasilnya oleh Wadir YPS Damar untuk diambil intinya dari hasil FGD dalam pleno yang kemudian dikumpulkan itu. Setelah itu, ada penanya dari Desa Krebet Senggrong mengenai RTL (Rencana Tindak Lanjut) dari kegiatan ini, dan itu kemudian dijawab oleh Wadir YPS.

Acara FGD ini selesai pada pukul 16.26 WIB, Begitu para peserta sudah meninggalkan tempat, semua panitia berkumpul untuk membahas evaluasi dari FGD ini. Mereka umumnya merasa senang, karena menurutnya, baru kali ini mereka mengikuti pertemuan membahas permasalahan yang ada di desa dan melibatkan aktif para pesertanya. Tidak ada pembedaan, semua dilibatkan mulai dari perencanaan, diskusi, dan harapan ke depan yang bisa dilaksanakan.

Proses ini seperti apa yang digambarkan oleh Laurence Prusak atau yang akrab dengan nama panggilan Larry Prusak (1944-2023), seorang Advisor in Knowledge and Learning di Columbia University, dengan ujaran yang simpel, “Knowledge is in groups — not individuals” (Pengetahuan ada dalam kelompok — bukan individu). *** [200924]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Kamis, 11 Juli 2024

Implementasi Circle Conversation di Desa Krebet Senggrong

“Tidak ada kekuatan untuk melakukan perubahan yang lebih besar daripada komunitas yang menemukan apa yang mereka pedulikan.” – Margaret J.Wheatley


Sepuluh orang warga – 6 perempuan dan 4 laki-laki – dari 3 dusun yang ada di Desa Krebet Senggrong, mengikuti circle conversation yang diadakan di gedung PKK yang berada di Jalan Dusun Krpayak Jaya No. 1 Desa Krebet Senggrong, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, pada Kamis (11/07).

Circle conversation adalah proses terstruktur yang memungkinkan peserta berbagi cerita dan pengalaman melalui komunikasi tatap muka dengan cara duduk melingkar. Circle conversation dianggap sebagai alat untuk memfasilitasi pembicaraan, mendengarkan, dan mendukung kesetaraan suara sehingga semua suara dapat didengar, dihargai, dan dihormati.

Circle conversation yang dilokalkan dengan sebutan rembug warga itu yang digelar oleh Tim CEI (Community engagement and involvement) merupakan bagian dari penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Enviromental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC).

Kades Krebet Senggrong berpose dengan peserta circle conversation

Penyelenggaraan ini dibantu oleh para kader peserta photovoice (Lydia Mas'udah, Nadzirotun Khasanah, Yeni, Mariana, Nur Rohma, Sanik) sebagai organizing committee (OC) dalam implementasi rembug warga atau circle conversation. Mereka berbagi peran sendiri, ada yang menjadi master of ceremony (MC), notulis, dan lain-lain.

Tak hanya itu, terlihat pula salah seorang anggota Tim CEI Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K. yang membantu notulensi dengan laptop. Selain itu, juga terdapat fasilitator NIHR yang membantu dalam mendokumentasikan kegiatan ini.

Kegiatan yang dimulai pukul 09.27 WIB dipandu langsung oleh Koordinator Tim CEI Haryani Saptaningtyas, S.P., M.Sc., Ph.D. Selain sebagai Koordinator Tim CEI, ia juga merupakan Direktur Yayasan Percik Salatiga (YPS), staf pengajar di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), dan penulis buku "This is our belief around here": Purification in Islamic Thought and Pollution of Citarum River in West Java” (LIT Verlag Münster, 2021).

Perpaduan antara pengalamannya yang malang melintang di lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan mengajar di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) memperlihatkan kepiawaiannya dalam memandu circle conversation dengan tema utama pada pengelolaan sampah dan kesehatan masyarakat.

Sambutan Kades dalam circle conversation

Sebelum circle conversation dimulai terlebih dahulu diisi dengan sambutan dari Kepala Desa (Kades) Krebet Senggrong Slamet Efendi, S.E. Dalam sambutannya, Kades Krebet Senggrong mengapresiasi kegiatan yang terkait masalah persampahan, dan harapannya nanti juga ada pendampingan dalam hal pengelolaan sampah.

Setelah sambutan dari Kades Krebet Senggrong, dilanjutkan dengan sambutan dari Koordinator Tim CEI yang diisi dengan perkenalan dan menjelaskan kegiatan circle conversation dalam kerangka penelitian NIHR. Setelah itu, langsung disambung dengan implementasi circle conversation.

Mula-mula, Haryani menjelaskan informed consent sebagai bentuk persetujuan atas kerelaan peserta mengikuti kegiatan circle conversation secara suka rela. Kemudian, ia pun menjelaskan tema pengelolaan sampah dalam circle conversation.

Kemudian mempersilakan peserta circle conversation untuk memperkenalkan diri dan bercerita tentang penanganan sampah yang dilakukan dalam kesehariannya. Waktunya dibatasi hingga 2 menit, tidak boleh lebih. Jadi, dalam circle conversation ini, semua perserta harus berbicara.

Peserta circle conversation dilihat dari pintu masuk gedung PKK Desa Krebet Senggrong

Dari cerita-cerita itu mengemuka bahwa penanganan sampah di Desa Krebet Senggrong dalam pengelolaannya terlihat beragam. Ada yang berlangganan untuk diambil petugas pengangkut sampah, ada yang dibuang di lahan belakang rumah terus dibakar, dan ada yang dibuang di lahan kosong dekat musholla.

Terkait pembakaran sampah, umumnya dilakukan mereka yang memiliki lahan luas dan rumah tidak berdempetan. Mereka juga sebagian ada yang mengetahui bahwa pembakaran sampah itu berpengaruh pada kesehatan, terutama masalah pernapasan.

Setelah mereka selesai berbicara masing-masing dulu terus mendengarkan yang lainnya, Haryani pun berusaha mencatat segala pengelolaan sampah dari perspektif mereka, dan kemudian pada kesempatan itu, ia juga memberikan wawasan dalam bahayanya pembakaran sampah.

Mengutip dari data yang dibacanya, Haryani berusaha menjelaskan bahwa asap dari pembakaran sampah mengandung hidrokarbon benzopirena. Gas tersebut 350 kali lebih berbahaya dari pada asap rokok.

Peserta circle conversation dari dalam

Kemudian pembakaran sampah plastik bisa membuat lapisan ozon menipis. Saat lapisan ozon menipis, suhu bumi akan semakin panas. Membakar sampah plastik sama saja menambah racun ke udara. Karena zat kimia beracun yang dibakar keluar sehingga bercampur dengan udara. Sampah plastik yang dibakar akan menghasilkan zat-zat berbahaya seperti dioksin. Zat tersebut bisa meningkatkan risiko munculnya kanker.

Memang sebuah dilemma. Mengutip dari Laporan Indeks Perilaku Ketidakpedulian Lingkungan Hidup Indonesia, Haryani menyebutkan bahwa 53% masyarakat Indonesia masih membakar sampah dengan alasan praktis dan cepat bersih. Namun dibalik itu, membakar sampah dapat memberikan dampak berbahaya baik bagi kesehatan maupun lingkungan.

Oleh karena itu, circle conversation dapat berguna untuk menangkap perspektif dari warga masyarakat, dan perspektif tersebut terkadang bisa menjadi perspektif dalam memberikan solusi penanganannya, yang pada akhirnya melahirkan sebuah kepedulian.

Kata Margaret J. Wheatley, seorang penulis, guru, pembicara, dan konsultan manajemen Amerika yang bekerja untuk menciptakan organisasi dan komunitas yang layak huni manusia, "There is no power for change greater than a community discovering what it cares about" (Tidak ada kekuatan untuk melakukan perubahan yang lebih besar daripada komunitas yang menemukan apa yang mereka pedulikan). *** [110724]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Kamis, 04 Juli 2024

Kepedulian Kades Krebet Senggrong dalam Kebersihan Lingkungan

“Anda dapat mulai mengubah dunia menjadi lebih baik setiap hari – tidak peduli seberapa kecil tindakannya.” –Neslon Mandela

Topi flatcap warna krem yang dikenakannya memiliki keunikan tersendiri, terkesan santai, dewasa dan sangat bergaya. Bagi yang belum mengenalnya, pria paruh baya berkaca mata itu terlihat ala pelukis. Namun kalau sudah mengobrol dengan pemilik nama lengkap Slamet Efendi, S.E., begitu luas wawasannya.

Slamet Efendi dikenal sebagai Kepala Desa (Kades) Krebet Senggrong, salah satu desa yang berada di wilayah administratif Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang. Ia berpembawaan halus, sopan,  dan semanak.

Berbincang-bincang dengan Kades Krebet Senggrong

Kamis (04/07) pagi, fasilitator NIHR dan Tim CEI (Community engagement and involvement) dalam penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) berbincang-bincang dengan Kades Krebet Senggrong terkait pengelolaan sampah selama ini.

Kehidupan manusia tidak terlepas dari produksi sampah terutama dalam kehidupan sekarang ini. Setiap hari, kita menghasilkan berbagai jenis sampah, mulai dari sampah organik seperti sisa makanan, hingga sampah anorganik atau non-organik seperti plastik, kertas, logam, dan lain-lain. Sampah-sampah ini berasal dari aktivitas sehari-hari dari sisa makanan yang dikonsumsi masyarakat dan barang, pengemasan produk, serta proses industri.

Produksi sampah yang tinggi menimbulkan berbagai masalah lingkungan dan sosial. Sampah dapat mencemari air dan udara, merusak ekosistem alami, serta membahayakan kesehatan manusia dan hewan.

TPS Krapyak Jaya, Desa Krebet Senggrong, Kecamatan Bululawang

Fenomena ini dimengerti betul oleh Kades Krebet Senggrong Slamet Efendi. Oleh karena itu, di awal masa jabatannya (tahun 2019), kebersihan lingkungan menjadi visi utama sang kades. Ia pun berusaha menganggarkan untuk kebersihan lingkungan utamanya yang berkaitan dengan pengelolaan sampah, seperti pengadaan bak sampah yang terbuat dari ban yang diambilkan dari Alokasi Dana Desa (ADD), dan gerobak sampah.

“Meski porsinya tidak besar,” kata Kades Krebet Senggrong, “Namun hal itu untuk mewujudkan visinya dalam menjalankan kebersihan lingkungan secara berkelanjutan.”

Setahun menjabat sebagai Kades, Slamet Efendi menginisiasi pembangunan Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) yang berlokasi di Dusun Krapyak Jaya RT 14 RW 03 Desa Krebet Senggrong, berada di dekat Saluran Irigasi Kedungkandang, yang oleh masyarakat setempat dikenal dengan Kali Anyar.

TPS Krapyak Jaya dilihat dari jembatan lori yang melintang di atas Kali Anyar

Bangunan berukuran 10 x 10 meter itu didirikan di atas tanah irisan tanah bengkok, dan pembiayaan pembangunannya mendapat bantuan corporate social responsibility (CSR) dari Pabrik Gula (PG) Krebet Baru.

Kemudian setelah bangunan TPS berdiri, Kades Slamet Efendi berusahan membangun insinerator. Insinerator merupakan alat yang digunakan untuk membakar limbah padat dan dioperasikan dengan memanfaatkan teknologi pembakaran pada suhu tertentu.

Insinerator yang didirikan dari Dana Desa (DD) tersebut sebenarnya digadang-gadang sebagai salah satu alternatif untuk mengurangi timbunan limbah. Namun baru sekali dipakai, mendapat larangan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) karena dikawatirkan menimbulkan pencemaran udara. Sejak itu, insinerator tidak dioperasikan lagi.

Cerobong insinerator di TPS Krapyak Jaya yang sudah tidak dioperasikan lagi

Setelah prasarana dan sarana TPS ada, pengelolaan sampah diserahkan kepada BUMDes (Badan Usaha Milik Desa). BUMDes sendiri merupakan usaha desa yang dikelola oleh Pemerintah Desa, dan berbadan hukum.

Pengelolaan sampah di TPS Krapyak Jaya tersebut tidak selamanya berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Terkadang menemui sejumlah kendala dan pasang surut. Persoalannya bisa internal maupun eksternal.

Masalah internalnya biasanya terjadi pada komunikasi di antara sumber daya manusia yang ada dalam tata kelola sampah. Sedangkan persoalan eksternal bisa terjadi bila ada keterlambatan pengangkutan sampah dari TPS Krapyak Jaya menuju Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Wisata Edukasi Talangagung, Kepanjen, seperti keterlambatan pengambilan sampah karena sesuatu hal, seperti container mengalami kerusakan, dan lain-lain. Hal ini akan menyebabkan masyarakat kembali ke cara tradisional, yaitu dengan membakar sampah yang menimbulkan polusi udara dan berdampak bagi kesehatan masyarakat.

Tumpukan sampah dan gerobak sampah
 
Permasalahan yang dijumpai itu, diakui oleh Kades Slamet Efendi masih perlu pembenahan di sana-sini, seperti perlunya pendampingan dalam pengelolaan sampah yang baik, pemilahan sampah, pengurangan penggunaan plastik sekali pakai, dan edukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan dan dampak negatif sampah bila tidak dikelola dengan baik.

Kendati demikian, kepedulian Kades Krebet Senggrong terhadap kebersihan lingkungannya patut diapresiasi. Seperti ujaran (quote) Nelson Rolihlahla Mandela (1918-2013) yang pernah menjabat sebagai Presiden Afrika Selatan sejak 1994 sampai 1999, “You can start changing the world for the better daily - no matter how small the action" (Anda dapat mulai mengubah dunia menjadi lebih baik setiap hari – tidak peduli seberapa kecil tindakannya). *** [040724]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Lima Kader Adakan Posyandu Balita Mawar II di Desa Krebet Senggrong

Usai mendampingi Tim CEI (Community engagement and involvement) dalam penelitian  NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) sowan menghadap Kepala Desa (Kades) Krebet Senggrong Slamet Efendi, S.E., fasilitator NIHR menyempatkan diri melihat kegiatan Posyandu Balita Mawar II di ruang Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) yang berada di samping Kantor Desa/Balai Desa Krebet Senggrong yang beralamatkan di Jalan Krebet Senggrong No. 1 Dusun Krapyak Jaya RT 17 TW 04 Desa Krebet Senggrong, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang.

Di ruang PKK itu, terlihat lima kader Posyandu Balita sedang mengadakan giat Posyandu Balita Mawar II. Kelima kader tersebut, yakni Andarini Dyah Rahayu, Anik Sukisti, Nur Rohmatul Hidayah, Rohana, dan Sanik, memberikan layanan dalam giat tersebut. 

Giat Posyandu Balita Mawar II Desa Krebet Senggrong, Kecamatan Bululawang

Layanan giat Posyandu Balita Mawar II menyasar balita di 2 RW yaitu RW 03 dan RW 04, yang terdiri dari RT 11 hingga RT 18, dan giat layanannya meliputi penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, pencatatan hasilnya ke dalam buku KMS (Kartu Menuju Sehat), dan PMT (Pemberian Makanan Tambahan) untuk balita.

Kelima kader tersebut berbagi peran dalam memberikan layan tersebut. Ada yang bertindak menimbang balita, mengukur tinggi badan, mencatat dan memberikan PMT. Mereka umumnya fleksibel. Kalau merasa jenuh, mereka akan bergantian tugas agar tak merasa bosan.

Dalam giat Posyandu Balita Mawar yang dilaksanakan pada Kamis (04/07) ini, Kades Slamet Efendi juga menyempatkan diri melihat giat yang dilakukan oleh lima kader tersebut. Begitu juga dua anggota Tim CEI, turut juga menyaksikan sebentar jalannya giat Posyandu Balita Mawar II Desa Krebet Senggrong.

Kades Krebet Senggrong meninjau giat Posyandu Balita Mawar II

Menurut salah seorang kader, sasaran balita dalam giat Posyandu Balita Mawar II ada sekitar 65 anak. Namun pada umumnya yang hadir dalam giat yang dmulai pada pukul 08.00 WIB dan berakhir sekitar pukul 11.00 WIB tersebut ada sebanyak 40 orang.

Usai melihat giat Posyandu Balita Mawar II, fasilitator NIHR dan Tim CEI diajak berkeliling Dusun Krapyak Jaya sambil melihat Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) di Dusun Krapyak Jaya RT 14 RW 03 Desa Krebet Senggrong. *** [040724]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Selasa, 11 Juni 2024

FGD Fase 1 Terkait Sampah Plastik Di Desa Krebet Senggrong

Focus Group Discussion (FGD) telah dilakukan beberapa kali di Desa Krebet Senggrong, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, dalam rangka NIHR Global Health Research Centre for Non Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHR NCDs & EC).

Yayasan Percik Salatiga (YPS) mengawali dengan FGD Photovoice bersama dengan 5 orang kader. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya mengadakan FGD Anggota Komunitas dengan 6 peserta yang terdiri dari perangkat desa, tokoh masyarakat, dan pasien yang memiliki riwayat penyakit tidak menular (PTM).

Senin (10/06), gantian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (FP UB) menggelar FGD Fase 1 terkait Sampah Plastik dan kebijakan pembakaran sampah di Krebet Senggrong sebanyak 4 kali secara bergantian.

FGD bersama wakil masyarakat yang terdampak polusi udara untuk laki-laki

Tim Penelitian NIHR yang hadir dalam FGD Fase 1 ini multidisiplin. Ada 5 orang yang diinisiasi oleh Dr. Rizka Amalia, S.K.Pm., M.Si, yang terdiri dari 5 orang anggota Tim lainnya: Sujarwoto, S.IP, M.Si, MPA, Ph.D (FIA UB), Hilda Irawati, S.Stat. (administrasi NIHR), Tanjung Prameswari, S.Tr. P (mahasiswi S2 FP UB), Supyandi (mahasiswa FIA UB), dan fasilitator NIHR.

Bertempat di ruang kerja Kepala Desa (Kades) Krebet Senggrong, Slamet Efendi, S.E., acara FGD ini dimulai pada pukul 09.14 WIB. Di awali dengan FGD bersama wakil masyarakat yang terdampak polusi udara untuk laki-laki ( 6 orang), lanjut ke FGD dengan wakil masyarakat yang terdampak polusi udara untuk perempuan (6 orang), terus FGD bersama kader (tenaga kesehatan masyarakat), dan sesi terakhir FGD bareng tokoh masyarakat yang berisiko tinggi terpapar polusi udara.

Pada waktu FGD dengan kader kesehatan, 6 orang peserta berseragam kompak dengan kaos warna biru muda lengan panjang dan jilbab warna abu-abu, serta bawahan warna gelap.

FGD dengan wakil masyarakat yang terdampak polusi udara untuk perempuan

Sebelum memasuki sesi terakhir, Tim Penelitian NIHR break sesaat karena Sekretaris Desa Krebet Senggrong M. Darussalam yang membantu mempersiapkan peserta FGD itu, memintanya untuk mencicipi hidangan makan siang yang telah disiapkan oleh pihak desa di Gedung PKK yang berada di sebelah utara ruang kerja Kepala Desa.

Kemudian Tim Penelitian NIHR bersama Kades mengecap (merasai) hidangan yang telah disiapkan. Nasinya yang putih pulen dengan aneka lauk, seperti kotokan belut, gulai ayam, oseng-oseng pare, dan balado teri, terasa nikmat.

Usai menikmati santap makan siang bersama Kades Krebet Senggrong, acara pun kemudian dilanjutkan dengan FGD bareng tokoh masyarakat yang berisiko tinggi terpapar polusi udara. 

FGD bersama kader (tenaga kesehatan masyarakat)

Dari FGD itu teringkas hasilnya bahwa pengelolaan sampah di Desa Krebet Senggrong sebenarnya sudah berjalan. Hanya saja terkadang menjumpai beberapa kendala, seperti misalnya ketika petugas pengangkut sampah tidak mengambil sampah dari rumah ke rumah warga karena keterbatasan armada gerobak dan petugasnya, maka akan menimbulkan penumpukan sampah yang menyebabkan masyarakat kembali ke cara tradisional dengan membakarnya di halaman belakang rumah. 

“Praktis, ekonomis, cepet entek,” kata salah seorang kader kesehatan asal Dusun Trunajaya, Desa Krebet Senggrong. “Dan, bisa untuk mengusir nyamuk.”

Selain itu, muncul juga keterbatasan container tempat penampungan sampah di TPS (Tempat Pembuangan Sampah) di Dusun Krapyak Jaya, Desa Krebet Senggrong. Lalu, polusi udara akan muncul secara masif ketika Pabrik Gula (PG) Krebet mulai melakukan proses giling.

FGD bareng tokoh masyarakat yang berisiko tinggi terpapar polusi udara

Dusun Demang Jaya yang letaknya berada di sebelah utara PG Krebet kerap mendapatkan kiriman langes (jelaga dari hasil proses pembuatan gula) menempel di dinding-dinding yang bikin mata terasa pedih.

Bank sampah sebenarnya juga sudah pernah beraktivitas di RT 07, namun sekarang sepertinya telah mati suri. Hal ini, menurut sejumlah peserta FGD dari berbagai sesi diketahui, disebabkan oleh pihak pengepul yang mengambil hasil pengumpulan dari warga tidak rutin. Ini menyebabkan keengganan pengelola bank sampah mengingat keterbatasan lahan pengumpulan sampah anorganik dari warga.

Acara FGD Fase 1 4 sesi ini berakhir pada pukul 13.11 WIB. Kemudian Tim Penelitian NIHR berpamitan dengan perangkat desa. Lima orang dengan berkendara mobil kembali ke Kampus UB, dan fasilitator NIHR yang berkendara motor kembali ke Sekretariat SMARThealth untuk bersua dengan Tim Peneliti NIHR dari YPS guna mendiskusikan persiapan agenda untuk menggelar circle communication tingkat Kabupaten. *** [110624]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Senin, 03 Juni 2024

Ada Giat Pos Gizi DASHAT di Desa Krebet Senggrong

Bersamaan dengan Focus Group Discussion (FGD) Anggota Komunitas dari FKUB di ruang kerja Kepala Desa, di sebelah ruangan juga ada giat pos gizi DASHAT yang diadakan di Gedung PKK yang beralamatkan di Jalan Krebet Senggrong No. 1 Dusun Krapyak Jaya RT 17 RW 04 Desa Krebet Senggrong, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang.

Pos gizi DASHAT digadang-gadang sebagai upaya menekan angka stunting. Perlu diketahui, stunting adalah salah satu masalah kesehatan yang menjadi sorotan. Kabupaten yang menunjukkan prevalensi stunting yang lebih tinggi daripada rata-rata nasional, menggambarkan kondisi yang membutuhkan perhatian serius, kolaborasi lintas sektor, dan inovasi dalam upaya menangani masalah stunting.

Relawan berpose dengan Ketua TP-PKK Desa Krebet Senggrong, Kecamatan Bululawang

Salah satunya melalui giat Pos Gizi DASHAT yang diluncurkan oleh BKKBN. Pos Gizi merupakan metode intensifikasi pemberian makanan bergizi yang bertujuan untuk mengembalikan anak dari status gizi kurang menjadi normal kembali. Sedangkan, Pos Gizi DASHAT merupakan kombinasi antara Pos Gizi dengan konsep Positive Deviance (PD) diintegrasikan dengan Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT).

Pos Gizi untuk sasaran anak yang tidak naik 2 kali berturut-turut (2T), dan DASHAT untuk anak yang tidak naik 1 kali (1T).

Lembar monitor Pos Gizi DASHAT

Giat Pos Gizi DASHAT di Desa Krebet Senggrong diselenggarakan dari tanggal 29 Mei 2024 hingga 5 Juni 2024. Terlihat 12 relawan dari TPK (Tim Pendamping Keluarga) dan KPM (Kader Pembangunan Manusia) dengan penuh semangat menyelenggarakannya di Gedung PKK Desa Krebet Senggrong dengan didampingi Ketua TP PKK Desa Krebet Senggrong Ratna Wulan.

Ke-12 relawan tersebut terdiri dari Sanik, Lidya Ma’udah, Anik Sukisti, Maslika Erri Retno R, Yeni Mariana, Lusi Dwi Agustin, Endang Setyowati, Mustatik, Nur Rohmatul Hidayah, Andarini Dyah Rahayu, Nadzirotun Khasanah, dan Elly Setyowati.

Ornamen tembok berisikan edukasi

Mereka melakukan acara masak-memasak bersama para ibu balita. Menu masakannya sesuai yang telah ditentukan oleh ahli gizi sebanyak 4 menu dalam 10 hari berturut-turut. Pelaksanaan masak bersama itu 1 minggu sekali selama 12 minggu.

Pada giat hari ini, Senin (03/06), mereka mempraktikkan menu masakan. Mereka memasak kromyamsi (kroket, ayam, isi), bola-bola tahu mie, sup ikan nila, dan bubur ayam fantasi. Cluenya daun singkong.

Menu makanan untuk balita

Selain itu, juga ada penimbangan dalam giat tersebut. Karena di H-90 akan ada penimbangan dan evaluasi untuk mengetahui anak 2T yang tidak lulus setelah ditimbang dan 1T yang tidak naik 1 kali ada berapa.

Giat Pos Gizi DASHAT ini dimulai pada pukul 09.00 WIB dan berakhir pada pukul 11.00 WIB. Salah seorang anggota Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) atau yang di Indonesia dikenal dengan penelitian “Dampak Polusi Udara terhadap Risiko Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronis dan Penyakit Jantung di Kabupaten Malang, Jawa Timur” berkesempatan diajak makan bersama relawan dan Ketua TP-PKK Desa Krebet Senggrong dan sejumlah perangkat desa.

Fasilitator NIHR berkunjung ke Pos Gizi DASHAT

Soal makan bersama ini, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam pernah bersabda seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah: “Eat together and do not eat separately, for the blessing is in being together” (Makanlah bersama-sama dan jangan makan terpisah-pisah, karena keberkahannya ada pada kebersamaan).

Apa yang dikerjakan relawan dalam giat Pos Gizi DASHAT ini cukup menarik, mengingat dalam praktiknya mereka menyiapkan perlengkapan alat memasak yang komplet beserta aneka bahan-bahan untuk memasaknya. Sebuah ujaran (quote) yang tidak diketahui pencetusnya (unknown) seakan-akan menggambarkan apa yang telah didemokan dalam memasak, "Eating is a necessity, but cooking is an art" (Makan adalah sebuah kebutuhan, tapi memasak adalah sebuah seni). *** [030624]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Sempat Tertunda, Akhirnya FGD Anggota Komunitas di Desa Krebet Senggrong Bisa Terlaksana

Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) atau yang di Indonesia dikenal dengan penelitian “Dampak Polusi Udara terhadap Risiko Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronis dan Penyakit Jantung di Kabupaten Malang, Jawa Timur” mengagendakan Focus Group Discussion (FGD) dengan anggota komunitas di empat desa yang menjadi pilot project.

Pelaksanaan FGD Anggota Komunitas di Desa Krebet Senggrong sempat tertunda dikarenakan pada tanggal 14 Mei 2024 ada orangtua kader kesehatan yang meninggal. Kebetulan peserta FGD tersebut harus membantu dalam penguburan jenazahnya, sehingga pelaksanaan FGD harus dipending dulu.

Kemudian implementasinya direschedule, dan pada hari Senin (03/06) ini akhirnya pelaksanaan FGD Anggota Komunitas di Desa Krebet Senggrong bisa terlaksana di ruang kerja Kepala Desa (Kades) Krebet Senggrong yang beralamatkan di Jalan Krebet Senggrong No. 1 Dusun Krapyak Jaya RT 17 RW 04 Desa Krebet Senggrong, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang.

FGD Anggota Komunitas Desa Krebet Senggrong, Kecamatan Bululawang

Terlihat ada lima Tim Penelitian NIHR, yakni Meutia Fildzah Sharfina, SKM, MPH;, Hilda Irawati, S.Stat., Serius Miliyani Dwi Putri, SKM, M.Ked.Trop., Eko Teguh Purwito Adi, S.Si., M.Si., dan saya serta Supyandi (enumerator). Mereka berbagi peran dalam kegiatan data collecting di Desa Krebet Senggrong yang belum selesai atau pun tertunda.

Dalam FGD Anggota Komunitas, saya menjadi moderator dalam jalannya pelaksanaan FGD yang didampingi oleh Meutia Fildzah Sharfina (administrator), Hilda Irawati (rekaman/dokumentasi), dan Serius Miliyani (notulis). Sedangkan, Eko Teguh Purwito dan Supyandi merampungkan pengamatan langsung (direct observation) yang didampingi dua perangkat desa yaitu Sueb dan Supriyadi.

Acara ini dimulai pada pukul 09.42 WIB, dan diikuti oleh enam orang yang terdiri dari Kades, Kepala Dusun (Kasun), Ketua BPD dan anggota BPD serta dua orang kader Posyandu Lansia. Sebelum dimulai, moderator memperkenalkan diri dan anggota Tim Penelitian NIHR terlebih dahulu kepada peserta FGD. Setelah itu, barulah dimulai dengan proses FGD Anggota Komunitas dan meminta izin kepada peserta untuk direkam.

Kader Lansia juga bercerita pengalaman dalam FGD Anggota Komunitas

FGD Anggota Komunitas ini mendiskusikan persoalan terkait aksesibilitas layanan kesehatan, ketersediaan layanan kesehatan, ketersediaan layanan terkait polusi udara, teknologi layanan terkait polusi udara, pemanfaatan layanan kesehatan, kualitas layanan kesehatan, perubahan iklim dan penyakit tidak menular, dan saran-saran dari peserta terkait layanan kesehatan yang ada selama ini.

Pada kesempatan itu, moderator berusaha memantik peserta agar bercerita mengenai layanan dan kondisi kesehatan masyarakat secara umum yang ada di Desa Krebet Senggrong. FGD ini berlangsung sekitar satu jam lebih, dan umumnya mereka tidak asing dengan layanan kesehatan yang ada di desanya maupun sekitarnya, mengingat dua dari enam peserta secara rutin melakukan kontrol layanan kesehatan karena komorbit yang dimilikinya.

Prosesi FGD Anggota Komunitas selesai pada pukul 10.50 WIB. Kemudian Tim Penelitian NIHR yang lain sambil merampungkan administrasi peserta, saya pun keluar dari ruang kerja Kades Krebet Senggrong dan ingin berjumpa dengan Sekretaris Desa (Sekdes) Krebet Senggrong M. Darussalam di ruang kerjanya untu membahas agenda FGD yang akan dijalankan peneliti NIHR dari Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (FP UB) namun ternyata Sekdes baru sebentar sebentar.

Pengukuran kualitas udara dengan alat portable di Dusun Krapyak Jaya yang didampingi oleh perangkat desa

Akhirnya, saya pun menuju ke Gedung PKK Desa Krebet Senggrong yang berada di sebelah utara Kantor Desa Krebet Senggrong untuk menyapa para kader yang sedang melaksanakan giat Pos Gizi DASHAT (Dapur Sehat Atasi Stunting).

Selesai diajak makan bersama 12 kader yang bertugas dalam Pos Gizi Dashat bersama Ketua Tim Penggerak PKK Desa Krebet Senggrong Ratna Wulan, yang tak lain juga istri Kades Krebet Senggrong, saya pun bisa bertemu dengan Sekdes dan mendiskusikan gelaran FGD berikutnya.

Selesai dari Balai Desa Krebet Senggrong, saya lanjut menuju Balai Desa Bakalan untuk bertemu dengan Sekdes guna mendiskusikan gelaran FGD yang sama untuk dijadwalkan di Desa Bakalan, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang. *** [030624]  

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Kamis, 09 Mei 2024

Kader Desa Bakalan dan Krebet Senggrong Ikuti FGD Photovoice Tahap 2 di Balai Desa Krebet Senggrong

Delapan hari yang lalu, dua desa – Bakalan dan Krebet Senggrong – telah mengikuti FGD Photovoice Tahap Pengenalan Topik da Teknik Photovoice (Tahap 1) di Ruang Kasun Balai Desa Bakalan. Rabu (08/05), kader dari dua desa tersebut kembali mengikuti FGD Photovoice Tahap Pengambilan Gambar/Foto dan Menceriterakannya (Tahap 2) di Ruang Kerja Kepala Desa Krebet Senggrong yang beralamatkan di Jalan Raya Krebet Senggrong No. 1 Dusun Krapyak Jaya RT 17 RW 04 Desa Krebet Senggrong, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang.

Kalau pada Tahap 1, Tim Penelitian NIHR dari Yayasan Percik Salatiga (YPS) Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K didampingi oleh fasilitator NIHR sebagai notulis maupun dokumentasi, kali ini pada penyelenggaraan Tahap 2 juga dihadiri oleh Wakil Direktur (Wadir)YPS Damar Waskitojati, S.Kom, M.Si, dan pelaksanaannya disaksikan pula oleh staf PTM dan Kesehatan Jiwa (Keswa) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang Wildan Adi Yatma, S.Psi.

Formasi dan suasana FGD Photovoice Tahap 2 di Ruang Kerja Kades Krebet Senggrong

Pada tahap 2 ini, peserta Photovoice yang berjumlah 10 orang tersebut – 5 orang dari Desa Bakalan (Sandi Cahyadi, Lilik Nur Aini, Mahmudah, Ana Sholicha, Indah Astutik) dan 5 orang dari Desa Krebet Senggrong (Nur Rohma, Lidya Mas'udah, Yeni Mariana, Sanik, Nadzirotun Khasanah) – diberikan kesempatan oleh Christina Arief T. Mumpuni untuk menampilkan gambar/foto yang telah dikirimkan dan disorotkan dengan LCD Epson ke tembok untuk diceriterakan lokasi pengambilan gambar, menceriterakan apa dari gambar tersebut, dan alasan apa yang memikat peserta untuk memotretnya.

Setelah setiap peserta berceritera tentang gambar/fotonya tersebut, peserta lain boleh bertanya kepada pemotret atau pun mengomentarinya dengan dipandu oleh Christina Arief T. Mumpuni. Sesekali Wadir YPS Damar pun turut memantik dalam diskusi berkelompok tersebut.

Dua peneliti dari YPS brperan memantik dalam FGD Photovoice Tahap 2

Diskusi berkelompok dengan topik terkait persampahan plastik, polusi udara, dan penyakit tidak menular (PTM) ini berjalan interaktif yang terkadang memunculkan istilah lokal yang khas dan kata-kata yang membikin ketawa para peserta lainnya.

Pada pelaksanaan tahap 2 Photovoice ini sudah mulai terlihat fokus diskusi kelompok yang cukup menarik. Pada tahan 1, peserta masih meraba-raba dalam pengenalan topik dan pada tahap 2 sudah mulai fokus dalam diskusinya.

Peserta dari Desa Krebet Senggrong selaku tuan rumah mengawali berceritera mengenai gambar/foto yang telah dikumpulkan

Kemudian dari sisi pemantik maupun notulis juga sedikit banyak sudah menangkap fenomena-fenomena dalam topik tersebut. Dalam diskusi berkelompok tersebut juga memperlihatkan bahwa pembakaran sampah plastik dalam lingkungan rumah tangga masih masif dengan berbagai alasan, seperti warga masih memiliki lahan yang luas dan terkadang petugas pengambil sampah tidak on time dalam jadwalnya.

YPS bekerja sama dengan Universitas Brawijaya (UB) Malang dengan dukungan National Institute for Health and Care Research (NIHR) sedang melakukan penelitian partisipatif untuk mengidentifikasi kumpulan solusi alternatif pengatasan dampak sampak plastik terhadap kesehatan masyarakat.

Wakil Direktur YPS juga turut memantik dalam FGD Photovoice Tahap 2

Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari program SMARThealth yang ingin diperluas dengan melihat dampak polusi udara terhadap PTM, seperti misalnya paru-paru dan jantung. Dalam hal ini YPS yang di bawah koordinasi UB berperan untuk mengembangkan penguatan jaringan di masyarakat, atau yang dikenal dengan CEI (Community engagement and involvement) agar penelitian ini secara partisipatif masyarakat terlibat dalam berbagai tahapannya.

Berbagai pengetahuan dan pengalaman masyarakat dalam mengelola sampah platik terkait dengan kesehatan di mana selama ini masyarakat hidup di sekitar lokasi pembakaran sampah plastik menjadi penting untuk upaya mengembangkan kebijakan pengelolaan lingkungan dan kesehatan.

Wakil Direktur YPS dan penelitinya beraudiensi dan berdiskusi dengan Kades Krebet Senggrong

FGD Photovoice Tahap 2 yang dimulai pada pukul 08.08 WIB yang dibantu LCD Epson dalam menampilkan gambar/foto hasil jepretan peserta itu, berakhir pada pukul 10.50 WIB. Setelah itu, Tim Penelitian NIHR berjumpa dan berdiskusi dengan Kepala Desa Krebet Senggrong Slamet Efendi, S.E.

Selesai itu, Tim Penelitian NIHR YPS dan fasilitator NIHR bergegas menuju ke Balai Desa Sumberejo untuk melakukan FGD Photovoice yang sama (Tahap 2) yang akan diadakan pada siang hari hingga sore hari yang diikuti oleh kader dari Desa Gampingan dan Desa Sumberejo. *** [0900524]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Risk Checker

Risk Checker

Indeks Massa Tubuh

Supplied by BMI Calculator Canada

Statistik Blog

Sahabat eKader

Label

Arsip Blog