Tampilkan postingan dengan label Polusi Udara. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Polusi Udara. Tampilkan semua postingan

Selasa, 11 Juli 2023

Brawijaya Medical Conference 2023: “Transforming Global Health to Tackle Interdisciplinary Health Challenges”

Pagi yang cerah namun sejuk itu, halaman hotel bintang 5 Golden Tulip Holland Resort Batu terlihat penuh dengan mobil yang berjajar di tempat parkir mulai dari depan hingga belakang. Umumnya mereka akan menghadiri acara di Conference Center Ballroom yang berarsitektur futuristik dengan dominasi kaca dalam fasadnya.

Hari Senin (10/07) ini, Universitas Brawijaya (UB) melalui Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) bekerja sama dengan Imperial College London, The George Institute for Global Health India, Sri Ramachandra Institute of Higher Education and Research, International Centre for Diarrhoeal Disease Research, Bangladesh (icddr, b), University of Manchester, DIPI (Dana Ilmu Pengetahuan), dan LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) RISPRO KI (Riset Inovatif Produk Kolaborasi Internasional), menyelenggarakan The 1ˢᵗ Brawijaya Medical Conference (BMC): “Transforming Global Health to Tackle Interdisciplinary Health Challenges.”

BMC pertama ini menghadirkan empat tema yaitu Effective intervention for NCDs risk management at primary care: key findings from SMARThealth study, Addressing the impact of climate change on NCDs through NIHR Global Health Research Centre Program, Health innovation in coping with pandemic: findings from RISPRO KI study, dan Biomedical research, a tool to address the health issues that affect Asian populations.

Launching NIHR Global Health Research Centre for Non-communicable Diseases and Enviromental Change oleh Wakil Rektor Universitas Brawijaya di Conference Center Ballroom Hotel Golden Tulip Holland Resort Batu

Konferensi ini mempertemukan sekelompok pakar eksklusif di lapangan, pembuat kebijakan, dan mereka yang akan memberikan kontribusi positif dalam diskusi. Terlihat delapan pentolan SMARThealth berkumpul dalam BMC, 3 dari Australia, 3 dari Inggris, 1 dari India, dan 1 dari Indonesia. 

Dari Australia ada Prof. Dr. Anuskha Patel (Chief Executive Officer of The George Institute for Global Health), Dr. Anna Palagyi (Principal Investigator of SIMPLI Study), dan Dr. Thomas Gadsden (Senior researcher from The George Institute for Global Health Australia).

Dari Inggris tampak Prof. Dr. Gindo Tampubolon (Senior lecturer in Global Health at the Global Development Institute and Deputy Director, Rory and Elizabeth Brooks Doctoral College, University of Manchester), Prof. Dr. Delvac Oceandy (Associate Professor University of Manchester), dan dr. Asri Maharani, MMRS, Ph.D (Co-Principal Investigator of SMARThealth Extend Study).

Yang dari India terlihat Dr. Praveen Devarasetty (Program Director for Primary Healthcare Research at the George Institute for Global Health, India) serta Sujarwoto, S.IP, M.Si, MPA, Ph.D (Co-Principal Investigator of Scale Up Study) dari Universitas Brawijaya, Indonesia.

Suasana The 1ˢᵗ Brawijaya Medical Conference

Di samping pentolan SMARThealth, tampak hadir pula dari jajaran FKUB mulai dari pembantu Dekan, guru besar, dan peneliti. Lalu, ada Prof. Dr. Vivekand Jha (The Executive Director at The George Institute for Global Health, India); perwakilan dari Imperial College London; Prof. Drs. Arinto Yudi Ponco Wardoyo, M.Si, Ph.D (Professor in Environmental Physic with speciality on air pollution measurement, University of Brawijaya); Kemenkes RI; BPJS; Dinas Kesehatan Kabupaten Malang; Yayasan Percik Salatiga (YPS); dan lain-lain.

Selain diseminasi untuk akademisi maupun peneliti, dalam BMC ini juga dibarengi dengan launching NIHR Global Health Research Centre for Non-communicable Diseases and Enviromental Change: Identifying and Implementing Solutions to Reduce the Impact of Plastics Burning on NCDs in Indonesia.

Launching ini ditandai dengan pemukulan gong oleh Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerja sama & Internasionalisasi Andi Kurniawan, S.Pi, M.Eng.D.Sc., dan dilanjutkan dengan pengalungan bunga oleh Wakil Dekan I FKUB Frof. Dr. Mohammad Saifur Rohman, Sp.JP (K)., Ph.D., FSCAI kepada Prof. Dr. Vivekand Jha selaku Principal Investigator of NIHR Global Health Research Centre on Environment Change, dan pengalungan bunga kepada Prof. Dr. Anuskha Patel selaku The Chief Executive of The George Institute for Global Health oleh Prof. Dr. dr. Sri Andarini, M.Kes (Indonesia Principal Investigator of NIHR).

Hingga pukul 12.35 WIB, usai launching NIHR secara resmi, seminar menghadirkan keynote speaker dari BPJS dan Kemenkes yang dimoderatori oleh Prof. Dr. Gindo Tampubolon, dan plenary session yang diisi oleh Prof. Dr. Vivekand Jha, Prof. Agustina Tri Endharti, S.Si, Ph.D (Department of Parasitology, Faculty of Medicine, Universitas Brawijaya), dan Dr. Praveen Devarasetty dengan moderator dr. Aulia Rahmi Pawestri, Ph.D.

Usai plenary session, acara dilanjutkan dengan lunch break selama satu jam. Selesai lunch break, BMC dibuat parallel session. Room 1 tentang Primary Health Care Interventions to Tackle NCDs in LMICs bertempat di Tulip Meeting Room, dan Room 2 mengenai Biomedical Sciences di Ballroom.

All round table in Golden Tulip Holland Resort Ballroom Batu

Dalam Room 1 menghadirkan pembicara dr. Asri Maharani, MMRS, Ph.D (“How digital health can be used as an effective intervention for NCDs prevention care: Key findings from SMART health extend study”), Dr. Anna Palagyi (“Empowering voluntary health workers for effective intervention of NCDs prevention care: Key findings of SIMPLI study”), Prof. Drs. Arinto Yudi Ponco Wardoyo, M.Si, Ph.D (“Mapping plastic burning sources in East Java using satellite”), Dr. Thomas Gadsden (“Understanding community health worker employment preferences to involve in NCD prevention program: Case of Malang district government”), dan Associate Prof. Kraichat Tantrakarnapa secara daring (“The challenges of climate change response: health-related issues”).

Kemudian di Room 2 juga ada lima pembicara, meliputi Prof. Dr. Delvac Oceandy (“Effects of environmental and metabolic stress on heart muscle cells”), Prof. Hok Bing Thio, MD, Ph.D (“Skin as Environmental Monitoring Organ”), Sujarwoto, S.IP, M.Si, MPA, Ph.D (“How to scale up NCDs prevention program: Case of SMARThealth program at Malang district”), Associate Prof. Yoshiyuki Kawamoto, Ph.D (“Analysis of the Mechanism of Cancer Cell Proliferation Inhibition by Synthetic Melanin”), dan Prof. Datin Dr. Sharida Fakurazi (“Environmental Health and Toxicology”). Kecuali Delvac Ocenady dan Sujarwoto, pembicara di Room 2 umumnya secara daring.

Baik Room 1 maupun Room 2, setelah para pembicara inti selesai. Acara diisi dengan young researcher and student presentations hingga pukul 17.36 WIB. Masing-masing ada 17 presentasi di setiap room tapi dibatasi hanya beberapa menit saja per presentasi.

Salah seorang young researcher di Room 1, Sara, dari Kebidanan UB, menuturkan bahwa yang punya penelitian dipersilakan untuk submit abstrak. Kemudian abstrak itu diseleksi oleh Tim Reviewer BMC. Yang terpilih diumumkan, dan yang namanya tercantum langsung membuat power point untuk dikumpulkan melalui email. Begitu terkirim lewat email, mereka mendapatkan undangan untuk presentasi hasil penelitiannya tersebut. *** [110723]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Selasa, 07 Maret 2023

Peneliti PPSP UB Ajak Koleganya dari India Lihat Pembakaran Gamping di Pagak

Di sela-sela diskusi membahas performa aplikasi eKader di Ruang Multimedia Lantai 2 Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang (Selasa, 07/03/2023), Team Leader SMARThealth Universitas Brawijaya (UB) Sujarwoto, S.IP, M.Si, MPA, Ph.D, yang sekaligus merupakan peneliti Polusi Pembakaran Sampah Plastik (PPSP) UB mengajak koleganya dari India berkunjung ke Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak untuk melihat pembakaran gamping.

Dengan mobil Fortuner warna putih, rombongan ada lima orang, yaitu peneliti PPSB UB, Sub Koordinator Substansi PTM dan Keswa Dinkes, Tim SMARThealth UB, dan dua kolega dari India, yakni Praveen Devarsetty dan Renu John. Kedua orang dari India itu juga seorang peneliti yang saat ini terlibat dalam program SMARThealth.

Peneliti PPSP bersama dua koleganya dari India lihat tumpukan batu gamping yang kemarin selesai pembakarannya.

Jaraknya sekitar 9,5 km dari Dinkes, dengan waktu tempuh 23 menit. Tiba di lokasi pada pukul 14.26 WIB. Di sana, rombongan melihat aktivitas masyarakat terkait limbah sampah plastik yang memiliki nilai ekonomis.

Mereka membeli dari limbah PT Ekamas Fortuna, unit usaha Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas yang beroperasi di Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang. Per truk ukuran kecil, harganya 300 ribu dan masih dalam kondisi sedikit basah.

Sesampainya di rumah, mereka akan berusaha mengeringkan limbah sampah plastik tersebut. Pemandangan ibu-ibu membolak-balik limbah di depan rumah, menjadi hal yang lumrah di desa itu. Yang kertas, seperti karton maupun kardus, disendirikan. Mereka memilah limbah tersebut setiap hari.

Tumpukan limbah sampah plastik dalam proses pengeringan untuk bahan membakar batu gamping

Limbah yang berbentuk kertas bisa dijual kembali ke pabrik kertas lagi, sedangkan limbah plastiknya yang sudah kering dijual kepada pelaku usaha pembakaran gamping yang ada di desa tersebut.

Praveen dan Renu terlihat bersemangat ketika mendekati sebuah rumah yang telah menyusun batu gamping (limestone). Sayangnya pada saat kunjungan ini belum mulai dibakar. Kata pemiliknya akan mulai dibakar pada pukul 06.00 WIB esok hari. Sehingga, Praveen dan Renu tak bisa menyaksikan kepulan asam hitam pekat membubung dari bawah ke atas.

Untuk 18 ton batu gamping, perlu waktu pembakaran selama 2 hari 2 malam dengan menghabiskan 7 truk limbah plastik. Selesai dibakar, batu gamping tersebut akan djual di sebuah perusahaan pembuatan bata ringan (hebel) yang ada di Pandaan, Pasuruan. Masyarakat setempat umumnya menyebut dengan batako putih.

Mengunjungi rumah yang sudah siap melakukan pembakaran gamping untuk esok hari

Pulang dari daerah pembakaran gamping sekitar pukul 14.44 WIB. Dalam perjalanan pulang, rombongan singgah di Warung Nayamul untuk makan siang terlebih dahulu. Dari 5 orang dalam rombongan itu memiliki selera masing-masing, sehingga di warung yang self-service itu memilih kesukaan dari deretan menu lauk yang ada di meja.

Setelah 25 menit lamanya, rombongan pun kembali ke Dinkes, dan melanjutkan diskusi terakhir hingga pukul 17.10 WIB. Esok harinya, rombongan itu masih akan berjumpa lagi bersamaan dengan kunjungan Tim SMARThealth Thailand di tempat ini juga. *** [070323]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Sabtu, 04 Maret 2023

Dua TPS Dikunjungi Asisten Tim Peneliti PPSP UB

Begitu rombongan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang bersama Tim SMARThealth Universitas Brawijaya (UB) menjemput asisten Tim Peneliti Polusi Pembakaran Sampah Plastik (PPSP) UB, Azarine Aisyah Widhowati dan Maria Pramundhitya Wishnu Wardhani, di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan UB (FMIPA UB), mobil Avanza Veloz warna putih yang ditumpangi rombongan langsung menuju ke lokasi tempat penampungan sementara (TPS) sampah.

Ada dua TPS yang dikunjungi pada Sabtu (04/03/2023), yakni TPS Perum Griya Permata Alam (GPA) di Karangploso dan TPS RW 11 Lawang. Kunjungan pertama dilakukan di TPS Perum GPA yang berada di Jalan Griya Permata Alam, Dusun Perumahan RT 05 RW 05 Desa Ngijo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang. Lokasinya tepat berada di sebelah utara Kali Bodo atau depan Pondok Desa Kampung Telaga.

Kipas tungku pembakaran di TPS Perum GPA Ngjijo, Karangploso

Sedangkan kunjungan kedua adalah TPS RW 11 Lawang yang terletak RT 01 RW 11 Kelurahan Lawang, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. Jaraknya dengan TPS pertama yang dikunjungi (TPS Perum GPA) adalah sejauh 16 km.

Kunjungan lapangan asisten Tim Peneliti PPSP UB yang didampingi rombongan Dinkes dan Tim SMARThealth UB itu dalam rangka tahapan identifying & implementing solutions to reduce the impact of plastics burning on NCDs in Indonesia (mengidentifikasi dan menerapkan solusi untuk mengurangi dampak pembakaran plastic terhadap penyakit tidak menular (PTM) di Indonesia).

Kebetulan kedua TPS tersebut masuk dalam status waiting for survey setelah dilakukan pengumpulan data tahap awal yang dilakukan oleh kader bersama tenaga kesehatan di daerah tersebut.


TPS Perum GPA

TPS ini disediakan oleh pengembang perum GPA seluas antara 400 hingga 500 meter persegi di utara Kali Bodo pada 2008. Sebelumnya, TPS berada di tengah-tengah perum GPA namun setelah semakin padat hunian perum tersebut, warga merasa terganggu baunya sehingga dicarikan lahan baru di dekat jembatan Kali Bodo.

Awalnya berupa lahan kosong, dan kemudian sampah limbah rumah tangga penghuni perum GPA dibawa ke TPS itu setiap harinya. Beberapa hari kemudian, ada mobil sampah dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) yang mengambil container berisi tumpukan ke sampah menuju ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Randuagung Singosari yang berjarak sekitar 15 km.

Asisten Tim Peneliti PPSP UB berpose bersama pengurus TPS Perum GPA, perawat Desa Ngijo, dan rombongan Dinkes Kabupaten Malang

Sejak kepengurusan Faisal yang juga Ketua RW 12, sejak Januari 2022 dilakukan pavingisasi lahan TPS Perum GPA. Selang dua bulan berikutnya, Faisal mencoba membuat insenerasi berupa tungku sederhana dengan ukuran panjang 120 cm, tinggi sekitar 2 meter dan lebar 149 cm dengan bahan bata seharga 20 ribu per bijinya. Bata tersebut tahan api. Total anggaran yang dikeluarkan beserta cerobong asapnya, senilai 40 juta.

TPA yang mampu menampung volume sampah sekitar 16 meter kubik atau setara 5 ton setiap harinya itu memiliki tenaga pemilah sampah sebanyak orang dengan container standby sebanyak 3 buah.

Tujuan pembuatan insenerasi itu untuk membakar sampah yang sudah kering guna mengurangi volume sampah di TPS manakala mobil DLH telat mengambilnya, tidak terjadi penumpukan sampah yang signifikan sehingga mengurangi pencemaran bau ke masyarakat.

Pekerja sedang memilah sampah yang masih bernilai ekonomis

Setiap hari pemilah memilah sampah. Mereka akan mengumpulkan sampah plastik yang masih bernilai ekonomis, seperti botol air mineral dan lain-lain. Sementara, limbah sampah yang sudah tak punya nilai ekonomis seperti karung plastik umumnya dibakar setelah dikeringkan bersama dengan sampah lainnya.

Kata Faisal, TPS yang beraktivitas dari pukul 06.00 WIB hingga 20.00 WIB itu, pembakarannya diusahakan dengan menggunakan suhu yang tinggi agar supaya mengurangi keluaran asap ke udara, sehingga dalam pelaksanaannya digunakan kipas dengan tekanan udara yang stabil agar supaya terus mengeluarkan api, bukan asap.


TPS RW 11 Lawang

Lahan TPS ini lebih kecil daripada TPS Perum GPA. Lahannya menggunakan milik warga dekat pertemuan Kali Bendo yang berada di utara Polsek Lawang dengan dikelilingi rerimbunan tanaman buah di sebelah utaranya. Ada jambu biji, belimbing, jambu air, alpokat, dan lain-lain.

Tungku pembakaran di TPS RW 11 Lawang ini lebih kecil ketimbang yang ada di TPS Perum GPA, namun memiliki cerobong asam dua kali lebih tinggi dari TPS Perum GPA. Tungku pembakaran ini baru ada empat tahun yang lalu.

Asisten Tim Peneliti PPSP UB sedang melakukan wawancara dengan salah satu pengurus TPS RW 11 Lawang

Setiap hari, ada dua gerobak sampah dorong yang masuk ke TPS ini. Sampah ini merupakan sampah rumah tangga dari 3 RT dalam 1 RW, yang meliputi RT 01 dan 02 dari RW 11, dan RT 06 RW 08 yang lokasinya berdampingan dengan pemilah dari masyarakat setempat. 

Sebelum TPS RW 11 muncul, TPSnya berada di lokasi yang sekarang dibangung Pujasera Lawang. Sejak 2019, karena tempatnya digunakan Pujasera, maka ada yang dialihkan kemari untuk warga 3 RT dalam 1 RW tersebut.


Tungku pembakaran TPS RW 11 Lawang

Selesai dari kunjungan yang kedua ini, rombongan dalam mobil Avanza Veloz putih pun meninggalkan lokasi pada pukul 13.00 WIB dengan mengantar asisten Tim Peneliti PPSP UB terlebih dahulu. Dalam perjalanan terjebak macet arus lalu lintas.

Sebelum sampai FMIPA UB, rombongan singgah di Warung Lesehan Yogyakarta yang berada di Jalan Kendalsari Barat No. 8 Malang pada pukul 14.07 WIB, dan meninggalkan warung itu seiring kumandang suara adzan Ashar. *** [040323]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Kamis, 16 Februari 2023

Tinjauan Lapangan Tim Peneliti PPSP UB ke Desa Sumberejo

Tim Peneliti Polusi Pembakaran Sampah Plastik (PPSP) Universitas Brawijaya (UB) melakukan tinjauan lapangan ke Dusun Bekur, Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang, pada Kamis (16/02/2023).

Tinjauan lapangan ini dalam rangka melihat dari dekat aktivitas masyarakat di sana yang sudah belasan tahun memanfaatkan limbah plastik buangan pabrik kertas sebagai bahan bakar tungku mengolah batu gamping.

Diskusi sesaat dengan perawat Desa Sumberejo di rumah mertua staf Keswa Dinkes yang lokasinya tak jauh dari tobong gamping

Dalam mobil warna putih, Tim Peneliti yang terdiri dari Sujarwoto, S.IP, M.Si, MPA, Ph.D bersama Eko, seorang mahasiswa S3 Fisika UB, didampingi oleh 3 orang dari Seksi PTM dan Keswa Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang (Paulus Gatot Kusrhayanto, SKM; Imam Ghozali, S.Kep.Ners; dan Candra Hernawan, S.Kom), dan seorang Tim SMARThealth UB.

Tinjauan lapangan ini merupakan bagian dari tahapan identifying & implementing solutions to reduce the impact of plastics burning on NCDs in Indonesia (mengidentifikasi dan menerapkan solusi untuk mengurangi dampak pembakaran plastik terhadap penyakit tidak menular (PTM) di Indonesia).

Penelitian ini merupakan kerjasama UB dengan National Health Institute for Health and Care Research (NIHR) Global Health Research Centre on Non-Communicable Diseases (NCDs) and Enviromental Change, UK.

Suasana Dusun Beruk, Desa Sumberejo. Kiri kanan jalan terlihat tumpukan limbah plastik sebagai penopang ekonomi masyarakat

Rombongan peneliti PPSP UB tiba di Kantor Dinkes sekitar pukul 12.20 WIB dan terus berangkat bersama. Dalam perjalanan menuju Desa Sumberejo, rombongan singgah sebentar ke Warung Nayamul yang berada di Jalan Trunojoyo No. 4 Dusun Ngadiluwih, Desa Kedungpedaringan, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang.

Usai singgah langsung berangkat menuju ke lokasi. Ketika menyusuri Jalan Kampung Baru yang berada di Dusun Bendo, Desa Sumberejo, terlihat pemandangan khas berupa tumpukan sampah plastik di kiri kanan jalan.

Sekelompok masyarakat di wilayah tersebut memilih mengais rupiah dengan cara bekerja sebagai pemilah sampah buangan pabrik kertas. Mereka memilah serpihan plastik dan kertas. Seluruh limbah itu bukan didapat dari rumah tangga atau industri biasa. Tetapi sampah impor sisa produksi perusahaan.

Asap mengepul hitam pekat dari tobong gamping dekat Lapangan Bekur

Setelah mereka pilah, limbah kardus/karton dan kertasnya mereka jual kembali ke pabrik kertas yang berjarak sekitar 2 km itu. Sedangkan limbah sisanya yang umumnya terdiri dari plastik, biasanya dibeli oleh usaha pembuatan gamping di desanya maupun desa tetangga seharga Rp 25 ribu, untuk bahan bakar pembuatan gamping.

Kata masyarakat di sekitar pembakaran gamping, menceritakan bahwa dahulu bahan bakar gamping biasa menggunakan kayu maupun ban karet bekas. Tapi kedua bahan baku itu lebih sulit didapat. Sedangkan sampah plastik lebih mudah dan harganya lebih terjangkau.

“Butuh 2 malam 3 hari untuk bakar gamping. Itu bisa memproduksi 12 ton batu gamping,” ucap salah seorang pekerja yang sedang membakar gamping di dekat Lapangan Bekur. “Lamanya pembakaran itu setara dengan delapan truk sampah plastik kering.”

Seorang pekerja sedang memasukkan limbah plastik ke dalam tungku pembakaran gamping secara bergantian selama 2 malam 3 hari

Setelah beberapa saat berdialog dengan warga Dusun Beruk itu, rombongan peneliti PPSP singgah sebentar di rumah mertua salah seorang staf Keswa, Imam Ghozali, S.Kep.Ners, yang jaraknya sekitar 300 meter dari pembakaran gamping tersebut.

Setelah diskusi sesaat, rombongan peneliti PPSP berpamitan dan langsung meluncur menuju ke Kantor Dinkes untuk menurunkan 3 orang dari Seksi PTM dan Keswa serta seorang Tim SMARThealth UB yang kebetulan pagi tadi berdiskusi tentang karakteristik desa yang nantinya akan digunakan untuk penelitian perihal kesehatan jiwa, khususnya menyangkut depresi dan kecemasan. *** [160223]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Jumat, 03 Februari 2023

Diskusi Tentang Dampak Pembakaran Plastik Terhadap PTM di GPB FKUB Lantai 9

Di lantai 9 Gedung Pendidikan Baru Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (GPB FKUB) yang berada di pojok barat daya, tampak berkumpul sejumlah akademisi, peneliti, dan organisasi masyarakat sipil (civil society organization) pada Kamis siang (02/02/2023).

Ada 17 orang hadir dalam meeting room tersebut, yaitu  dr. Holipah, Ph.D (FKUB), Prof. Dr. dr. Sri Andarini, M,Kes (FKUB), dr. Happy Kurnia Permatasari (FKUB), Ph.D, dr. Harun Al Rasyud, MPH (FKUB), dr. Asri Maharani, MMRS, Ph.D (Manchester Metropolitan University), Prof. Drs. Arinto Yudi Ponco Wardoyo, M.Sc., Ph.D (Bidang Fisika Lingkungan (udara) & Instumentasi UB), dan Sujarwoto, S.IP, M.Si, MPA, Ph.D (FIA UB).

Sementara dari civil society, ada 5 orang dari Ecological Observation and Wetlands Conservation (ECOTON) Gresik yang dikomandani Prigi Arisandi, dan 3 orang dari Yayasan Persemaian Cinta Kemanusiaan (Percik) Salatiga, yang terdiri dari Haryani Saptaningtyas, S.P., M.Sc., Ph.D (Direktur), Hery Wibowo Trisaksono, S.H., M.H. (Wakil Direktur) dan Dammar Waskitojati (Advokasi).

Serta  2 orang lagi. Yang satunya merupakan staf khusus project dari FKUB yang duduk di samping kanan dr. Holipah, Ph.D, dan satu lagi, salah seorang Tim SMARThealth UB, yang duduk menyendiri di sudut ruangan sisi timur, mepet tembok sebelah tenggara.

Suasana diskusi di meeting room lantai 9 GPB FKUB dari sudut barat daya

Sebagian dari mereka yang hadir sebenarnya sudah melakukan pertemuan secara berkala lewat Zoom meeting setahun yang lalu, dan kali ini berkesempatan mengadakan meeting langsung secara tatap muka.

Dalam meeting ini, mereka membahas Theme 2C - Identifying & implenting solutions to reduce the impact o plastics burning on NCDs in Indonesia (Tema 2C - Mengidentifikasi dan menerapkan solusi untuk mengurangi dampak pembakaran plastik terhadap PTM di Indonesia).

Tema itu merupakan salah kegiatan dalam National Institute for Health and Care Research (NIHR) Global Health Research Centre on Non-Communicable Diseases (NCDs) and Environmental Change. Dikutip dari laman www.georgeinstitute.org.in, NIHR Global Health Research Centre for NCDs & Environmental Change merupakan bagian dari NIHR dan diselenggarakan oleh Imperial College London dan The George Institute for Global Health, India, akan bekerja sama dengan Universitas Brawijaya (Indonesia), International Centre for Diarrheal Research (Bangladesh) dan Sri Ramachandra Institute of Higher Education & Research (India) untuk mengatasi tantangan ganda dari beban penyakit tidak menular (NCD) yang berkembang pesat dan ancaman perubahan lingkungan global di Bangladesh, Indonesia dan India.

Ini akan menyatukan para peneliti, perwakilan masyarakat, praktisi kesehatan masyarakat, pembuat kebijakan, dan pemimpin pemikiran untuk mengembangkan program penelitian, pelatihan, dan saran kebijakan terkemuka dunia untuk kesetaraan kesehatan.

Suasana diskusi di meeting room lantai 9 GPB FKUB dari sudut tenggara

Acara yang dimulai pada pukul 13.15 WIB. Usai setiap peserta memperkenalkan diri, acara langsung diisi dengan pemaparan dari Asri Maharani yang membahas research question, aims and objectives, centre overview, methods, dan apa yang harus dikerjakan dalam 18 bulan pertama ini.

Setelah itu, Holipah menjelaskan mengenai Implementation science: Implementing and evaluating SMARThealth in air pollution and NCDs interventions, dan terus disambung dengan presentasi Haryani Saptaningtyas perihal CEI consideration in research planning - how will community participate in all stages of research – research planning, data collection, implementation, data analysis, policy development, advocacy.

Terakhir, kesempatan diberikan kepada Prigi Arisandi untuk menceriterakan pengalamannya dalam telusur sampah botol plastik selama ini, dan kemudian dibuka diskusi bagi seluruh yang hadir dalam meeting tersebut.

Dalam diskusi ini menghasilkan sejumlah pandangan dari peserta untuk pelaksanaan agenda berikutnya yang segera harus dijalankan. Diskusi yang memakan waktu sekitar dua jam ini berakhir pada pukul 15.05 WIB. *** [030223]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Risk Checker

Risk Checker

Indeks Massa Tubuh

Supplied by BMI Calculator Canada

Statistik Blog

Sahabat eKader

Label

Arsip Blog