Tampilkan postingan dengan label Theme 3: People empowerment and community. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Theme 3: People empowerment and community. Tampilkan semua postingan

Rabu, 04 September 2024

Rakor NIHR di Bulan September 2024: CEI

Setiap Rabu di Minggu pertama setiap bulannya, Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) menggelar rapat koordinasi (rakor).

Tujuannya untuk berkomunikasi dan bersinergi sehingga progress kegiatan penelitian ini bisa termonitoring dan terupdate dengan baik. Tiap bulannya, mereka harus berkumpul dalam rakor tersebut, walaupun tidak menampik bahwa sebenarnya ada beberapa personilnya yang selalu berkomunikasi secara intensif juga.

Peserta rakor NIHR secara luring memyimak paparan materi dari heme 3: People empowerment and community

Bulan September di hari Rabu (04/09) ini, rakor NIHR kembali diadakan secara hybrid. Hybrid meeting atau rapat hibrida adalah kombinasi rapat tatap muka tradisional, dan rapat jarak jauh, yang dilakukan melalui plarform panggilan konferensi, seperti Zoom.

Yang hadir tatap muka ditempatkan di Ruang Kuliah 2 PSDIK Lantai 6 GPP Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB), dan dihadiri sebanyak 12 orang, sedangkan peserta yang hadir melalui platform Zoom ada 15 orang dari berbagai lokasi mereka masing-masing. Ada yang dari Kantor Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang, lingkungan UB, Yayasan Percik Salatiga (YPS) maupun Sekretariat SMARThealth di Kepanjen.

Agenda rakor NIHR di bulan September ini adalah giliran Theme 3: People empowerment and community yang digawangi Haryani Saptaningtyas, S.P., M.Sc., Ph.D (Koordinator Peneliti dalam Bidang Community Engagement and Involvement/CEI).

Pemaparan materi CEI oleh Koordinator Peneliti dalam Bidang CEI secara daring

Acara yang dimulai pada pukul 09.17 WIB itu diawali dengan ucapan salam pembuka dari pembawa acara Serius Miliyani Dwi Putri, SKM, M.Ked. Trop (Project Manager). Kemudian membacakan seluruh rundown dalam rakor ini.

Setelah itu, acara dilanjutkan dengan sambutan dari Principal Investigator yang sekaligus menjadi Centre Head NIHR Prof. Dr. dr. Sri Andarini, M.Kes., Sp.KKLP. Dalam sambutannya, Prof Andarini mengatakan bahwa kita selalu update tiap bulan dari penelitian NIHR-GHRC NCDs & EC ini sebagai wujud komunikasi dan sinergi.

Usai sambutan, langsung diisi dengan penyampaian materi Theme 3: CEI Principle and Approach oleh Haryani Saptaningtyas. Sosok Haryani adalah Koordinator Peneliti dalam Bidang CEI dalam penelitian NIHR-GHRC NCDs & EC. Ia juga merupakan staf pengajar di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta (FP UNS) dan sekaligus Direktur Yayasan Percik Salatiga (YPS) serta penulis buku ‘This is our belief around here”: Purification in Islamic Thought and Pollution of Citarum River in West Java (LIT Verlag Münster, 2021).

Pemaparan materi photovoice oleh staf peneliti Theme 3: People empowerment and community secara daring

Pada kesempatan itu, Haryani menguraikan dengan gamblang mengenai background of CEI, setting context, CEI vision on global health, empowering people and communities, NIHR design in involving community, annual cycle of learning, innovative methods to engage community in Indonesia context, stakeholder engagement, community advisory group/board in the villages-Krebet Senggrong and Bakalan, process of CEI, challenges, dan CEI principles and strategies.

Lalu dilanjutkan dengan pemaparan materi Photovoice Pengelolaa Sampah Plastik dan Kesehatan Masyarakat Kabupaten Malang, yang disampaikan oleh Wakil Direktur 2 YPS Damar Waskitojati, S.Kom, M.Si. Dalam paparannya, Damar menjelaskan definisi dari photovoice, persiapan, pelaksanaan, hasil kegiatan photovoice, temuan pengelolaan sampah dan kesehatan (substantif), dan refleksi atas proses.

Selesai presentasi Damar, acara disambung dengan pemaparan materi Conversation Circle Progress August 2024 oleh staf peneliti dan advokasi YPS Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K. Pada kesempatan itu, Christina menguraikan conversation circle (CC), preparation of CC, implementation at Bululawang, dan findings (substantive).

Pemaparan materi conversation circle oleh staf peneliti Theme 3: People empowerment and community secara daring

Presentasi dari insan Percik (YPS) yang tergabung dalam Tim Penelitian NIHR Theme 3 ini berakhir pada pukul 10.29 WIB, dan oleh pembawa acara diteruskan dengan seksi diskusi atau tanya jawab. Setiap peserta hybrid meeting dipersilakan.

Dalam rakor NIHR tersebut ada dua pertanyaan yang datang dari Centre Head NIHR Prof. Andarini dan Research Program Manager yang sekaligus menjadi Koordinator Theme 2: Air Pollution and Plastic Combustion, Sujarwoto, S.IP, M.Sc., MPA, Ph.D.

Prof. Andarini menanyakan perihal bagaimana membangun keberlanjutan sesuai dengan CEI, dan Sujarwoto, Ph.D bertanya mengenai kira-kira approach apa yang tepat untuk memformulasikan multisectoral intervention nantinya.

Suasana tanya jawab atu diskusi dalam rakor NIHR di bulan September 2024

Kedua pertanyaan ini, mula-mula di dijawab oleh Wakil Direktur YPS Damar, dan kemudian ditambahi dan diperjelas oleh Direktur YPS Haryani Saptamingtyas. Banyak alternatif yang muncul mengingat CEI ini adalah proses, termasuk di antaranya peluang yang besar melalui jalur agama. “Tujuan akhirnya adalah mendekatkan gap pengetahuan antara ekonomi dan kesehatan,” tegas Haryani.

Rakor NIHR di bulan September 2024 ini selesai pada pukul 10.51 WIB. Yang hadir secara fisik di FKUB masih terdapat obrolan informal usai acara ditutup, namun bagi peserta yang hadir secara daring langsung leave. *** [040924]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Kamis, 29 Agustus 2024

Sore Hari, Circle Conversation Diadakan di Desa Pagak

Setelah pagi menggelar circle conversation di Desa Tlogorejo, bakda Ashar circle keeper dan fasilitator NIHR bergerak menuju ke Desa Pagak untuk melangsungkan kegiatan yang sama yang telah dilakukan di Desa Tlogorejo.

Rabu (28/08) kala sore hari yang dingin, beberapa berkumpul di rumah Riatin yang beralamatkan di Dusun Tempur RT 09 RW 13 Desa Pagak, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang. Ternyata lokasi yang akan menjadi tempat berlangsungnya circle conversation itu tepat berada di depan rumah perawat Desa Pagak Sri Hidayati, S.Kep.Ners.

Pembukaan circle onversaton dilakukan kader kesehata selaku organizing committee

Seperti di Desa Tlogorejo, struktur pertemuan ini sederhana, dengan awal (pembukaan, perkenalan, check-in), tengah (berbicara tentang topik), dan akhir (penutupan dan check-out). Pembukaan dilakukan kader kesehatan Vista Pratiska dan notulis dipegang oleh kader kesehatan Purwiantiwi.

Begitu selesai pembukaan, acara dilanjutkan dengan prakata dari perawat Desa Pagak. Pada kesempatan itu, perawat Sri Hidayati yang juga dkenal sebagai ahli kecantikan itu menjelaskan kegiatan ini untuk mengetahui pengelolaan sampah yang sudah berlangsung di Desa Pagak, maka dalam diskusi nanti silakan sharing saja.

Usai prakata dari perawat Sri Hidayati, acara diserahkan kepada circle keeper Christina Arief T. Mumpuni, seorang anggota Tim Penelitian Theme 3: People empowerment and community dalam penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC).

Perawat, kader kesehatan, dan partisipan perempuan

Pada kesempatan itu, Christina mengawali circle conversation (dialog melingkar) dengan memokuskan pada percakapan yang terefleksi dalam 3 pertanyaan: Apa yang Anda ketahui dari praktik pengelolaan sampah di rumah Anda?; Apa yang Anda ketahui dari dampak pembakaran sampah terhadap kesehatan khususnya penyakit tidak menular?; dan Apakah menurut Anda membakar sampah menjadi solusi permasalahan sampah yang ada?

Kegiatan yang dihadiri 8 partisipan (3 laki-laki; 5 perempuan) itu, diberi waktu 3 menit per orang dalam setiap sesi pertanyaan reflektif. Mereka punya kesetaraan dalam berbagi pengalaman mereka masing-masing.

Dari hasil circle conversation itu, dapat dimengerti bahwa berdasarkan kondisi geografis yang ada di Dusun Tempur, Desa Pagak, umumnya berbukit-bukit sehingga banyak jurang. Jurang inilah yang kerap dijadikan tempat pembuangan sampah.

Partisipan laki-laki dalam circle conversation di  Desa Pagak

Sebagian besar partisipan memiliki tanah pekarangan berkontur bukit kapur. Kata mereka, kita buang sampah di situ tidak mungkin bakal rata tanahnya karena curamnya. Hanya saja, sampah yang udah kering biasanya dibakar agar tidak berserakan.

Kebetulan di Dusun Tempur ini memiliki 2 pengepul yang menjadi partsipan, sehingga dalam circle conversation tersebut memang terlihat adanya pemilahan oleh sejumlah warga dalam pengelolaan sampah. Botol-botol yang masih punya nilai jual akan loakkan kepada pengepul tersebut.

Diakui oleh partisipan, memang masih terdapat pembakaran sampah mengingat lahan yang masih luas, berkontur perbukitan yang jauh dari perumahan, dan juga belum ada sistem pengangkutan sampah secara regular.

Suasana circle conversation di sore hari

Mereka juga paham jika pembakaran sampah berefek pada kesehatannya, seperti batuk, pusing, sakit mata. Selama ini, mereka menyiasati dengan menghindari asapnya saat pembakaran sampah yang dilakukan.

Solusi yang tertangkap dari partisipan adalah sampah sebaiknya dipilah. Yang bisa dipilah, dipilah dulu. Yang tidak memiliki nilai ekonomis, dibakar!

Implementasi circle conversation yang dimulai pada pukul 16.15 WIB ini berakhir pada pukul 17,23 WIB di tengah suhu yang semakin dingin. Namun sebelum meninggalkan tempat, pemilik rumah Riantin mempersilakan untuk mencicipi hidangan yang telah disediakan ada pecel, kare ayam, dan tempe goreng. *** [290824]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Pagi Itu, Circle Conversation Berlangsung di Balai Desa Tlogorejo

“Dalam dialog, individu memperoleh wawasan yang tidak mungkin diperoleh secara individu.” — Peter Senge


Circle conversation (dialog melingkar) adalah simbol yang mempromosikan berbagi ide, kesetaraan, rasa hormat terhadap ide satu sama lain, kebersamaan, dan kasih sayang dan cinta yang terus-menerus dan tak berujung satu sama lain. Circle conversation berpusat pada kesetaraan karena prosesnya didasarkan pada kesetaraan di antara para peserta (termasuk fasilitator, yang sering disebut penjaga lingkaran) dan berbagi kekuasaan satu sama lain (Rieth, 2023).

Circle conversation tersebut didasarkan pada sistem pengetahuan dan nilai-nilai setempat dan berfokus pada berbagi cerita sebagai sarana untuk mendukung nilai-nilai berbagi pengetahuan, karena setiap orang memiliki pengetahuan untuk dibagikan, saling keterhubungan, dan tanggung jawab kepada masyarakat. Sehingga, dialog melingkar merupakan syarat dasar bagi konstruksi pengetahuan dalam praktik, dari komunikasi antar individu, yang akibatnya akan menghasilkan transformasi individu dan sosial.

Balai Desa Tlogorejo di pagi yang cerah

Circle conversation adalah pertemuan yang ditandai dengan persiapan yang matang, topik pertanyaan, dan struktur yang egaliter. Pagi itu, Rabu (28/08), 9 anggota masyarakat, organizing committee (2 orang kader), bidan desa, circle keeper, dan fasilitator NIHR duduk dengan nyaman dalam sebuah lingkaran di Pendopo Balai Desa Tlogorejo yang beralamatkan di Dusun Dadapan RT 16 RW 06 Desa Tlogorejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.

Mereka diundang untuk berpartisipasi dalam circle conversation (dialog melingkar) yang difasilitatori oleh salah Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K., seorang anggota Tim Penelitian Theme 3: People empowerment and community dalam penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) Universitas Brawijaya (UB).

Struktur pertemuan ini sederhana, dengan awal (pembukaan, perkenalan, check-in), tengah (berbicara tentang topik), dan akhir (penutupan dan check-out). Percakapan terstruktur di sekitar serangkaian pertanyaan. Setiap peserta akan memiliki kesempatan untuk berbicara pada setiap pertanyaan tanpa gangguan. Lingkaran (circle) menggunakan alat bicara yang diberikan dari orang ke orang, untuk menunjuk siapa yang dapat berbicara pada saat itu—dan siapa yang mendengarkan (semua orang).

Circle keeper menjelaskan aturan main dalam circle conversation

Pembukaan dilakukan oleh pembawa acara Sutarmi, seorang kader kesehatan Desa Tlogorejo. Meski sempat terjatuh karen tersandung benjolan, Sutarmi tetap semangat dalam mengelola pertemuan circle conversation ini dari awal hingga akhir.

Setelah pembukaan, terlebih dahulu dilakukan doa yang dipandu oleh kader kesehatan Desa Tlogorejo Iit Nurhanifah, yang selanjutnya bertindak sebagai notulis yang bertanggung jawab dalam pencatatan hasil circle conversation nantinya.

Sebelum memasuki pembicaraan terkait persampahan yang ada di Desa Tlogorejo, pembawa acara mempersilakan bidan Desa Tlogorejo, Sulianik, A.Md.Keb. untuk memberikan pengantar dalam pelaksanaan circle conversation.

Implementasi circle conversation di Balai Desa Tlogorejo (Dipotret dari selatan)

Setelah itu, semua yang hadir dalam circle conversation dipersilakan untuk untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu satu persatu. Perkenalan ini sekaligus menjadi sarana kehadiran diri dalam circle conversation tersebut.

Usai perkenalan diri, circle kepper Christina menjelaskan tujuan dan circle conversation dalam penelitian ini. Kemudian, formulir informed consent dibacakan dan untuk ditandatangani oleh partisipan.

Setelah itu, barulah Christina memulai tema percakapan/dialog berdasarkan panduan untuk memulai percakapan, yang terefleksi dalam 3 pertanyaan:  Apa yang Anda ketahui dari praktik pengelolaan sampah di rumah Anda?;  Apa yang kita ketahui dari dampak pembakaran sampah terhadap kesehatan khususnya penyakit tidak menular?; dan Apakah menurut Anda membakar sampah menjadi solusi permasalahan sampah yang ada?

Implementasi circle conversation di Balai Desa Tlogorejo (Dipotret dari sisi timur)

Setiap partisipan dipersilahakn untuk bercerita atau berbagi pengalaman maupun pengetahuannya dengan dibatasi 3 menit per partisipan dalam setiap pertanyaan reflektif tersebut. Semua partisipan pun kemudian berbagi cerita dalam lingkaran tersebut.

Dari hasil circle conversation tersebut diketahui bahwa kebiasaan partisipan umumnya mengumpulkan sampah di pekarangan atau di sekitarnya. Mereka biasanya membuat lobang atau tempat bak sampah dari semen. Bila sampahnya sudah kering akan dibakar. 

Tapi ada juga sebagian partisipan yang membuatnya menjadi kompos, dan memilahnya terlebih dahulu. Botol-botol plastik yang punya nilai jual akan diloakkan ke pengepul atau diberikan ke pemulung. Kebetulan ada salah partisipan terdapat seorang “sarjana pemulung”, yang setiap harinya berkeliling.

Implementasi circle conversation di Balai Desa Tlogorejo (Dipotret dari sisi barat)

Partisipan juga merasakan gemasnya, jika ada orang yang membuang sampah di selokan dekat rumahnya atau dipinggir Waduk Karangkates. Bikin bau dan mampet selokan. Selain itu, mereka juga menyadari bahwa pengelolaan sampah yang tidak baik akan menimbulkan masalah, terutama bagi kesehatan, seperti menjadi sarang nyamuk, lalat, dan kalau dibakar akan menimbulkan sesak napas, batuk, maupun pusing.

Mereka umumnya membakar sampah karena belum ada pengelolaan sampah dengan cara diangkut setiap harinya, sehingga mereka mengadalkan pekarangannya untuk membakarnya agar cepat bersih, dan tidak ada tumpukan sampah yang bau.

Berbeda dengan partispan lainnya, “sarjana pemulung” memiliki pendapat tersendiri agar pembakaran sampah tidak berdampak bagi kesehatan masyarakat. “Tiap rumah harus punya bak sampah. Tujuannya agar mereka berkesadaran untuk tidak membuang sampah di selokan atau got,” terangnya.

Fasilitator NIHR selalu mencatat guna laporan kegiatan

Ia pun merasa perlu adanya pendampingan dalam pengelolaan sampah. Tujuannya agar masyarakat bisa paham dalam memperlakukan sampah dengan baik. “Sampah basi bisa jadi penyakit, tapi kalau diurai malah bermafaat,” pungkas “sarjana pemulung” tersebut.

Circle conversation yang dimulai pada pukul 09.20 WIB ini berakhir pada pukul 10.36 WIB. Setelah penutupan, dan semua partisipan berpamitan. Fasilitator NIHR dan circle keeper bergegas pamitan juga karena akan mengantar surat izin pemasangan alat pengukur kualitas udara di Kantor Camat Pagak, Kantor Desa Sumberejo, dan Kepala Dusun Bekur. *** [290824]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Risk Checker

Risk Checker

Indeks Massa Tubuh

Supplied by BMI Calculator Canada

Statistik Blog

Sahabat eKader

Label

Arsip Blog