Tampilkan postingan dengan label Hotel Grand Kanjuruhan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hotel Grand Kanjuruhan. Tampilkan semua postingan

Selasa, 12 Agustus 2025

Simulasi Akan Dipraktikkan, Kader Kepanjen Disiapkan Jadi Responden Health Coaching

Suasana ruang meeting tampak hidup sejak pagi hari, ketika Pelatihan Health Coaching untuk Dokter dan Tenaga Promosi Keehatan dari empat puskesmas di Kabupaten Malang dimulai. Pelatihan ini merupakan bagian dari penelitian disertasi dr. Arief Alamsyah, MARS, Sp.KKLP, staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) yang kini tengah merampungkan studi doktoralnya di FKKMK Universitas Gadjah Mada (UGM). Penelitian ini mengusung topik "Pengembangan Model Health Coaching untuk Pengendalian Hipertensi di Layanan Primer".

Kegiatan hari pertama ini terbagi dalam tiga sesi pelatihan yang dilangsungkan dalam satu ruang meeting. Setelah sesi pagi hingga siang diisi pelatihan intensif untuk dokter dan tenaga promosi kesehatan (promkes), serta dilanjutkan pelatihan enumerator, agenda ketiga di sore hari adalah briefing khusus untuk kader kesehatan dari Kelurahan Kepanjen. 

Keempat kader - Harti, Indri Astutik, Nanik Triyudhani, dan Wiwik Setyo Anggraeni - dipersiapkan untuk memegang peran penting dalam simulasi health coaching yang akan dilaksanakan keesokan harinya.

Briefing kader untuk responden simulasi dalam Pelatihan Health Coaching untuk Dokter dan Tenaga Promkes Puskesmas di Hotel Grand Kajuruhan Kepanjen

Briefing dimulai pada pukul 14.40 WIB dan dipandu langsung oleh dr. Arief sebagai peneliti utama. Suasana cair namun penuh konsentrasi tercipta ketika keempat kader mulai mengenali peran barunya sebagai responden simulasi, yaitu individu yang berpartisipasi aktif dalam sebuah simulasi dan bertindak layaknya pasien hipertensi yang akan menerima sesi health coaching dari para dokter dan tenaga promkes peserta pelatihan.

“Peran Ibu-ibu besok sangat penting. Kami butuh responden yang bisa menjalankan simulasi dengan natural, agar proses pelatihan benar-benar terasa seperti situasi nyata,” ujar dr. Arief dalam arahannya.

Briefing ini bukan sekadar memberikan instruksi teknis, namun juga bertujuan membangun kenyamanan dan kepercayaan diri kader. Mereka dikenalkan dengan alur simulasi dan diperlihatkan bagaimana proses coaching berlangsung. Bahkan sebelum briefing dimulai, para kader telah lebih dulu dipertemukan dengan para dokter dan tenaga promkes yang akan menjadi coach mereka esok hari. Hal ini dimaksudkan agar tercipta kedekatan awal dan mengurangi rasa gugup saat sesi simulasi berlangsung.

Kader melihat video untuk mengerti alur dalam responden simulasi keesokan harinya

Turut hadir dalam briefing ini personil Tim SMARThealth UB, yang akan membantu dalam pengumpulan data di lapangan selama penelitian berlangsung. Mereka juga ikut mengamati proses briefing guna memastikan standar pelaksanaan simulasi berjalan optimal.

Sebagai peran kunci dalam skenario pelatihan, para kader tidak hanya menjadi ‘pasien’ dalam simulasi, tetapi juga menjadi cermin nyata bagaimana health coaching dapat diterapkan dalam konteks layanan primer. Diharapkan, simulasi ini mampu memberikan gambaran realistis serta memperkuat kapasitas coaching para tenaga kesehatan yang terlibat.

Dengan semangat kolaboratif dan suasana kekeluargaan yang terasa, hari pertama pelatihan ini pun ditutup dengan penuh optimisme. Keesokan harinya, simulasi akan menjadi ajang penerapan nyata dari apa yang telah dipelajari - dan para kader Kepanjen sudah siap memainkan peran mereka dengan sepenuh hati. *** [120825]



Share:

Minggu, 10 Agustus 2025

Pelatihan Enumerator dalam Rangkaian Health Coaching Hipertensi di Layanan Primer

Suasana pagi di Meeting Room Gajayana, Hotel Grand Kanjuruhan Kepanjen, terasa penuh semangat pada Kamis (07/08). Di balik kesibukan rutinnya sebagai dosen Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) dan motivator nasional, dr. Arief Alamsyah, MARS, Sp.KKLP, kembali turun tangan langsung memimpin pelatihan yang menjadi bagian penting dari disertasinya, “Pengembangan Model Health Coaching Untuk Pengendalian Hipertensi di Layanan Primer.”

Sejak pagi hingga siang, pelatihan intensif ditujukan bagi para dokter fungsional dan penanggung jawab promosi kesehatan (Promkes) dari empat Puskesmas di Kabupaten Malang, yaitu Wagir, Pakisaji, Gondanglegi, dan Ngajum. Para peserta dibekali pendekatan pembinaan kesehatan sebagai strategi penguatan pengendalian hipertensi yang lebih personal dan berkelanjutan di layanan primer.

Namun, sesi tak berhenti sampai di situ. Menggunakan pelatihan utama, suasana ruangan berubah arah. dr. Arief memanggil tiga nama - Anis Khurniawati, S.Sos., Arief Budi Santoso, S.E., dan Elmi Kamilah, S.Sos. - lalu memperkenalkannya dihadapan para peserta. Mereka adalah enumerator, yang akan menjadi perpanjangan tangan penelitian di lapangan.

Tiga enumerator diundang ke depan untuk diperkenalkan kepada dokter fungsional dan Pj Promkes Puskesmas


Enumerator: Pengumpul Data di Lapangan

Dalam dunia penelitian, enumerator kerap luput dari sorotan, padahal peran mereka krusial. Mereka adalah garda depan - wawancara, pengisian kuesioner, observasi, hingga pengukuran kesehatan menjadi tanggung jawab mereka. Kualitas dan validitas data yang akan menjadi dasar analisis penelitian, bergantung pada ketelitian dan integritas para enumerator.

Empat enumerator yang dilibatkan dalam penelitian ini memiliki jam terbang yang tinggi. Berpengalaman dalam berbagai survei besar seperti IFLS (Indonesian Family Life Survey) dan SMARThealth, NIHR-GHG STAND, mereka telah berpengalaman dalam menghadapi dinamika lapangan yang kompleks.

Pelatihan Khusus untuk Enumerators: Detail, Etis, dan Praktis

dr. Arief tak ingin mengambil risiko dalam fase penting ini. Oleh karena itu, ia memberikan pelatihan langsung dan khusus setelah sesi health coaching. Ada 6 jenis kuesioner yang harus dipahami secara mendalam, yaitu Health Coaching Questionnaire untuk Hipertensi, Hypertension Self-Care Behaviours Questionnaire, Hypertension Knowledge-Level Scale (HK-LS), Knowledge, Attitude, Practice (KAP), Skala Efikasi Diri Hipertensi, dan Perceived Stress Scale 10 (PSS-10).

Setiap kuesioner dibedah secara konsep maupun teknis: bagaimana menyampaikan pertanyaan, membaca bahasa tubuh responden, menjaga netralitas, serta menghormati kerahasiaan data. Enumerator juga akan dilatih untuk mengukur tekanan darah, tinggi dan berat badan dengan standar yang sama pada berikutnya.

Satu hal penting yang disampaikan dr. Arief, responden adalah subjek yang harus diperlakukan dengan hormat dan empati, bukan sekadar pengisi kuesioner.

Pelatihan enumerator Health Coaching


Alur Pelaksanaan dan Jadwal Lapangan

Mulai 12 hingga 15 Agustus 2025, para enumerator akan bertugas ke Puskesmas-Puskesmas yang menjadi enumeration area (EA). Total responden yang ditargetkan adalah 26 pasien hipertensi, yang terbagi menjadi: 13 pasien intervensi (mengikuti sesi health coaching) dan 13 pasien kontrol (mendapat edukasi standar).

Pada pasien intervensi, alur kerja dimulai dari pemeriksaan tekanan darah, penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, hingga wawancara kuesioner. Setelah itu, pasien diarahkan untuk mengikuti sesi coaching bersama dokter. Selanjutnya, penanggung jawab Promkes akan memfasilitasi edukasi lanjutan melalui grup WhatsApp dan komunikasi telepon.

Lebih dari Sekadar Pengumpulan Data

Di balik setiap angka dalam kuesioner, ada cerita hidup pasien. Di balik setiap sesi wawancara, ada potensi perubahan. Enumerator bukan hanya mengisi lembar jawaban, tetapi juga menjadi saksi dari upaya peningkatan kualitas layanan primer bagi penderita hipertensi.

Pelatihan enumerator ini menjadi bukti bahwa sebuah penelitian yang solid bukan hanya dibangun di ruang teori, tetapi juga di lapangan - melalui kerja tim, akurasi, dan dedikasi. *** [100825]



Share:

Jumat, 08 Agustus 2025

Pelatihan Health Coaching untuk Dokter dan Tenaga Promkes Puskesmas di Kabupaten Malang: Tingkatkan Keterampilan Pengendalian Hipertensi dengan Pendekatan SEHAT Coaching Model

Dalam upaya meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan di layanan primer, dr. Arief Alamsyah, MARS, Sp.KKLP - dosen Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) sekaligus Motivator Nasional - menyelenggarakan Pelatihan Health Coaching untuk Dokter dan Tenaga Promosi Kesehatan (Promkes) Puskesmas di Kabupaten Malang. 

Kegiatan ini digelar di Meeting Room Gajayana Hotel Grand Kanjuruhan Kepanjen sebagai bagian dari penelitian disertasinya di Program S3 Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) yang berjudul “Pengembangan Model Health Coaching untuk Pengendalian Hipertensi di Layanan Primer”.

Pelatihan ini diikuti oleh 4 dokter (dr. Faradina Puspita, dr. Herdiana Ayu S.P., dr. Ririn Widyastuti, dr. Aulia Nur Ahmad Humsen) dan 4 penanggung jawab (Pj) Promkes (Indah Nur Putri Pratiwi, SKM, Mochamad Faizin, SKM, Denok Pitra Rhena, SKM, Muhammad Amiril Mu’minin, SKM) dari 4 Puskesmas yang menjadi lokasi penelitian, yaitu Wagir, Pakisaji, Gondanglegi, dan Ngajum. Fokus pelatihan adalah pembekalan SEHAT Coaching Model, sebuah pendekatan inovatif berbasis pemberdayaan pasien untuk pengendalian hipertensi.

Meja presensi untuk peserta pelatihan health coaching di Meeting Room Gajayana Hotel Grand Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang

Hari Pertama: Menyelami Filosofi dan Teknik Coaching

Tepat pukul 08.31 WIB pada Kamis (07/08), acara dibuka secara hangat oleh Ivanka Harits Darwisy, M.Pd sebagai Master of Ceremony (MC). Usai doa bersama dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, peserta langsung mengikuti pre-test untuk mengukur pemahaman awal.

Tak lama setelah itu, dr. Arief sendiri memandu sesi utama pada hari pertama ini, dengan memperkenalkan SEHAT Coaching Model - sebuah pendekatan khas yang dirancang berdasarkan pengalaman dan teori yang ia dalami. SEHAT sendiri merupakan akronim dari Sasaran dan Target, Evaluasi Tahapan Perubahan, Hambatan Perubahan, Aksi dan Dukungan, Tindak Lanjut.

Sebagai staf pengajar FKUB dan juga motivator nasional, gaya penyampaian dr. Arief begitu energik dan menggugah. Ia menjelaskan bahwa coaching berbeda dari counseling. “Coaching adalah hubungan kemitraan yang berlandaskan pemberdayaan dan kreativitas,” ujarnya sembari memperlihatkan slide presentasi yang penuh warna dan modul berkelas.

dr. Arief Alamsyah, MARS, Sp.KKLP, peneliti dan sekaligus motovator nasional, berikan materi

Peserta juga dikenalkan dengan konsep inner game, filosofi coaching, hingga keterampilan dasar seperti rapport building, mendengar aktif, dan powerful questioning. Tak hanya teori, peserta juga diajak langsung ke praktik nyata melalui mock interview

Salah satu yang berkesan adalah saat dr. Arief mempraktikkan sesi coaching dengan Indah Nur Putri Pratiwi, SKM (Pj Promkes Puskesmas Wagir). Dalam sesi ini, peserta benar-benar dibawa ke situasi lapangan yang sesungguhnya. Nur Putri bertindak sebagai coach, dan dr. Arief menjadi coachee dalam mock interview tersebut.

Pukul 12.00 WIB, pelatihan jeda untuk ishoma (istirahat, sholat, makan). Hotel Grand Kanjuruhan memanjakan peserta dengan menu makan siang tradisional yang menggugah selera: ayam laos, tuna balado, gule nangka kacang, bakmi goreng, bakwan jagung, hingga es Manado yang menyegarkan.

Pre-test

Sesi Pascaishoma: Strategi Komunikasi Berbasis Teknologi

Usai ishoma, sesi dilanjutkan dengan materi penting mengenai peran strategis Pj Promkes dalam mendampingi pasien hipertensi. Jika dokter sibuk di awal proses coaching, maka Pj Promkes menjadi aktor utama dalam follow-up via WhatsApp dan telepon.

"Coaching bukan hanya di ruang konsultasi. Ini adalah proses berkelanjutan yang harus dibangun dalam relasi dan komunikasi yang aktif," jelas dr. Arief. “Orang Indonesia suka dengan interaski yang intens.”

Materi diperkaya dengan pemutaran video simulasi aktivitas dokter dan Pj Promkes setelah pelatihan. Visual ini memudahkan peserta membayangkan alur kegiatan di lapangan yang akan mereka lakukan nantinya.

Tepat pukul 14.03 WIB, pelatihan hari pertama resmi ditutup. Wajah para peserta tampak antusias dan terinspirasi.

Mock interview: peserta jadi coach dan pemateri jadi coachee

Mengintegrasikan Ilmu, Empati, dan Aksi Nyata

Pelatihan ini adalah jembatan antara keilmuan akademik dan kebutuhan nyata di lapangan, antara evidence-based practice dan empati kemanusiaan. Melalui pendekatan coaching yang berfokus pada pemberdayaan pasien, pelatihan ini membawa paradigma baru dalam pengendalian hipertensi di layanan primer.

Health is a large word. It embraces not the body only, but the mind and spirit as well; and not today’s pain or pleasure alone, but the whole being and outlook of a man,” ujar James H. West. “Kesehatan adalah kata yang luas. Ia tidak hanya mencakup tubuh, tetapi juga pikiran dan jiwa; dan bukan hanya rasa sakit atau kesenangan hari ini saja, tetapi seluruh keberadaan dan pandangan seseorang.”

Dengan semangat inilah, para dokter dan Pj Promkes dari 4 Puskesmas siap melangkah - menjadi mitra sejati pasien dalam perjalanan menuju hidup yang lebih sehat, holistik, dan bermakna. *** [070825]



Share:

Jumat, 01 September 2023

Kemenkes dan UNICEF Adakan Orientasi Pengembangan Model Upaya Pencegahan Masalah Keswa Di Sekolah

Dua hari ini (31 Agustus – 1 September 2023), Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dan UNICEF mengadakan Orientasi Pengembangan Model Upaya Pencegahan Masalah Kesehatan Jiwa (Keswa) di Sekolah, yang digelar di Meeting Room Singhasari Hotel Grand Kanjuruhan, Kepanjen.

Dipilihnya Kabupaten Malang di Provinsi Jawa Timur, karena Kabupaten Malang termasuk dalam 5 locus project UNICEF yang bekerja sama dengan Kemenkes dalam Orientasi Pengembangan Model Upaya Pencegahan Masalah Kesehatan Jiwa (Keswa) di Sekolah, selain Banda Aceh (Provinsi Aceh), Rembang dan Blora (Jawa Tengah), serta Sumba Barat dan Sumba Tengah (NTT).

Acara kegiatan ini dihadiri oleh Kemenkes, UNICEF, Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Timur, Dinkes Kabupaten Malang, Dinas Pendidikan Kabupaten Malang, Kanwil Kemenag Kabupaten Malang, 5  Puskesmas Pengampu Sekolah Model (masing-masing 2 orang: Pemegang Program Jiwa dan UKS), dan 5 Sekolah Model (masing-masing 4 orang: Kepala Sekolah, Guru BK, Guru UKS, dan 1 perwakilan siswa berprestasi), serta seorang anggota Tim SMARThealth Universitas Brawijaya (UB).

Seluruh peserta Orientasi berpose bersama di Meeting Room Singhasari Hotel Grand Kanjuruhan, Kepanjen

Dari Kemenkes ada 3 orang Tim Kerja Keswa dan Kemitraan, yakni dr. Edduwar Idul Riyadi, Sp.KJ (Epidemiolog Kesehatan Ahli Madya Direktorat Kesehatan Jiwa), dr. Lucia Maya Savitri, MARS (Analis Kebidajakan Ahli Muda Direktorat Kesehatan Jiwa), dan Kartika Handayani, S.Psi, M.Si (Peneliti Ahli Muda Pusat Kebijakan Kesehatan Global dan Teknologi Kesehatan), dan UNICEF dihadiri oleh Riana Wulandari, SKM, M.Sc (Health Officer UNICEF Indonesia Country Office).

Dinkes Provinsi Jawa Timur diwakili staf Seksi P2PTM Citra Ervina Ahiyanasari, SKM, dan Dinkes Kabupaten Malang terlihat Sub Koordinator Substansi PTM dan Keswa Paulus Gatot Kusharyanto, SKM dan 2 staf (Imam Ghozali, S.Kep.Ners dan Wildan Adi Yatma, S.Psi).

Dari Dinas Pendidikan Kabupaten Malang dihadiri oleh Hakso Gatut Prambono, S.H. (Kasi SMA dan PKLK Dinkes Kabupaten Malang), dan dari Kemenag Kabupaten Malang terlihat Imam Subachi (staf Pendma Kemenag Kabupaten Malang).

Sambutan dari Ketua Tim Kerja Keswa dan Kemitraan Kemenkes RI

Kemudian Puskesmas Pengampu Sekolah terdiri dari Bululawang, Gondanglegi, Pakisaji, Kepanjen, dan Sumberpucung. Sedangkan, kelima Sekolah Model tersebut meliputi Madrasah Aliyah (MA) An-Nur Bululawang, SMK 7 Gondanglegi, SMK Budi Mulia Pakisaji, SMA Negeri 1 Kepanjen, dan SMA Negeri 1 Sumberpucung.

Sementara itu, daftar narasumber dalam acara kegiatan Orientasi Pengembangan Model Upaya Pencegahan Masalah Kesehatan Jiwa (Keswa) di Sekolah menghadirkan dari Tim Kerja Keswa dan Kemitraan Kemenkes, Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia Wilayah Jawa Timur, dan Persatuan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa (PDSKJ) Malang Raya.


Hari Pertama

Acara dimulai pada pukul 08.30 WIB diawali dengan sambutan dan pembukaan kegiatan Orientasi Pengembangan Model Upaya Pencegahan Masalah Kesehatan Jiwa (Keswa) di Sekolah di Kabupaten Malang.

Sambutan pertama disampaikan oleh dr. Edduwar Idul Riyadi, Sp.KJ sebagai Tim Kerja Keswa dan Kemitraan Kemenkes. Dalam sambutannya, dr. Edduwar mengatakan bahwa tingginya kasus keswa anak sekolah cenderung semakin meningkat, sehingga perlu adanya upaya pengendalian dan pencegahan keswa anak sekolah.

“Dengan ini kami, Kemenkes bekerja sama dengan UNICEF melaksanakan Orientasi Pengembangan Model Upaya Pencegahan Masalah Kesehatan Jiwa (Keswa) di Sekolah di Kabupaten Malang dengan mengundang 5 Puskesmas Pengampu Sekolah Model dan 5 Sekolah Model,” jelas dr. Edduwar dalam acara pembukaan di hari pertama.

Pemaparan materi dari Ketua Tim Kerja Keswa dan Kemitraan Kemenkes

Yang terpenting, menurut dr. Edduwar, adalah Guru BK berperan penting dalam upaya keswa bagi anak sekolah dengan teknik konseling yang akan diiplementasikan untuk mengatasi permasalahan bullying, slow learning, gangguan NAPZA, penyimpangan seksual, bolos, dan kenakalan anak lain.

Usai sambutan dari Tim Kerja Keswa dan Kemitraan Kemenkes, acara dilanjutkan dengan sambutan dari Sub Koordinator Substansi PTM dan Keswa Dinkes Kabupaten Malang Paulus Gatot Kushayanto, SKM.

Pada kesempatan itu, Paulus Gatot memberikan gambaran mengenai permasalahan keswa di Kabupaten Malang. Dari jumlah penduduk di Kabupaten Malang sebanyak 2.650.825 jiwa, capaian pelayanan kesehatan bagi penderita ODGJ yang ditemukan dan dilayani sebanyak 3.587 jiwa (112,8%). 

Peserta Orientasi Pengembangan Model Upaya Pencegahan Masalah Keswa di Sekolah

Tapi, kata Paulus Gatot, capaian skrining jiwa dengan Self Report Questionnaire (SRQ) 20 dan Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) masih rendah atau sekitar 3,9% dari target sebesar 30%. Dari hal tersebut menunjukkan bahwa upaya preventif yang berupa deteksi dini masih sangat rendah dari yang ditargetkan.

Selesai sambutan-sambutan, acara langsung diteruskan dengan pemaparan sejumlah materi. Materi pertama diisi dari Ketua Tim Kerja Keswa dan Kemitraan Kemenkes dr. Edduwar dengan judul “Upaya Kesehatan Jiwa Di Sekolah: Terinterasi dengan Kegiatan Sekolah Sehat”.

Lalu, disambung dengan materi kedua yang disampaikan oleh Binar Al Kautsar, M.Psi dari IPK Indonesia Wilayah Jawa Timur dengan titel “Meningkatkan Harga Diri Remaja:Cara untuk membantu remaja merasa lebih baik tentang diri mereka sendiri serta meningkatkan harga diri mereka.”

Narasumber dari Persatuan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Wilayah Malang Raya

Kemudian pemaparan materi ketiga disampaikan oleh narasumber dari Persatuan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa (PDSKJ) Malang Raya, dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ. Ada dua materi yang disajikan oleh dr. Friliya, yaitu “Mengatasi Stress” dan “Mengatasi Emosi.”

Acara Orientasi Pengembangan Model Upaya Pencegahan Masalah Kesehatan Jiwa (Keswa) di Sekolah di hari pertama ini selesai pada pukul 16.02 WIB.


Hari Kedua

Hari kedua ini merupakan kelanjutan dari acara hari pertama mengingat banyaknya materi yang perlu dijelaskan kepada peserta Orientasi Pengembangan Model Upaya Pencegahan Masalah Kesehatan Jiwa (Keswa) di Sekolah.

Acara di hari kedua dimulai pada pukul 08.57 WIB dengan diawali pemaparan materi yang disampaikan oleh Binar Al Kautsar, M.Psi dari IPK Indonesia Wilayah Jawa Timur dengan judul “Bagaimana Remaja Menangani Tekanan Teman Sebaya?”

Setelah itu disambung dengan pemaparan materi dari dr. Lucia Maya Savitri, MARS dari Tim Kerja Keswa dan Kemitraan Kemenkes dengan tema Persiapan yang sistematika pembahasannya meliputi analisa situasi, kegiatan pokok dan pengorganisasian, serta perencanaan intervensi.

Narasumber dari Ikatan Psikolog Klinis Indonesia Wilayah Jawa Timur

Usai materi dari dr. Lucia, acara pun diisi dengan ishoma (istirahat, sholat, makan). Waktu ishoma di hari kedua ini lebih panjang ketimbang di hari pertama karena ada kewajiban bagi peserta laki-laki untuk menunaikan sholat Jumat.

Masuk ke Meeting Room Singhasari lagi pada pukul 13.05 WIB, dan acara diisi dengan pemaparan materi dari Ketua Tim Kerja Keswa dan Kemitraan Kemenkes dr. Edduwar dengan mengambil judul “Toolkit Membantu Remaja Berkembang.”

Selesai materi dr. Edduwar, acara berikutnya adalah pembuatan timeline sebagai bagian dari rencana tindak lanjut (RTL) setelah pulang dari Orientasi Pengembangan Model Upaya Pencegahan Masalah Kesehatan Jiwa (Keswa) di Sekolah ini.

Pemaparan materi dari staf Tim Kerja Keswa dan Kemitraan Kemenkes 

Lima sekolah yang hadir dalam kegiatan ini diminta menjadi agent of change dengan membentuk kader sebanyak 20 orang, yang terdiri dari 3 guru ditambah dengan 17 siswa dengan Surat Keputusan dari Kepala Sekolah.

Kader tersebut nantinya akan mengorganisir dan menyusun perencanaan. Setelah kegiatan pokoknya berjalan, mereka akan berkoordinasi dengan Puskesmas setempat untuk menyelenggarakan skrining keswa maupun Survey Mawas Diri (SMD) mulai minggu depan.

Selesai skrining keswa maupun SMD, mereka akan lanjut melaksanakan literasi keswa dan KIE. Bulan berikutnya baru orientasi kader kesehatan di sekolah, monitoring, dan evaluasi.

Acara kegiatan di Hote Grand Kanjuruhan Kepanjen ini ditutup pelaksanaannya oleh Sub Koordinator Substansi PTM dan Keswa Dinkes Kabupaten Malang pada pukul 16.10 WIB. *** [010923]

Share:

Selasa, 09 Agustus 2022

Pertemuan Koordinasi Program GIF Bagi Puskesmas Di Dinkes Kabupaten Malang

Sesuai surat undangan bernomor 005/4244/35.07.103/2022, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang menyelenggarakan Pertemuan Koordinasi Program Gangguan Indra dan Fungsional (GIF) bagi  fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) dalam rangka meningkatkan kinerja program penanggulangan gangguan indra di Grand Kanjuruhan Resort & Convention Hall yang beralamatkan di Jalan Panglima Sudirman No. 5 Dusun Ketawang RT 03 RW 01 Desa Ngadilangkung, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, pada Selasa (09/08/2022).

Dalam pertemuan itu, Dinkes mengundang 1 orang dokter fungsional dan 1 orang pengelola program Indra di setiap Puskesmas yang ada di Kabupaten Malang. Jumlahnya ada 78 orang peserta yang mengikuti pertemuan tersebut.

Acara ini dimulai pada pukul 09.02 WIB, molor satu jam dua menit dari yang tertulis di undangannya. Master of Ceremony (MC) Zahira Syalwa Regita Amada, mahasiswi magang Kesmas Universitas Negeri Malang di Seksi PTM dan Kesehatan Jiwa (Kewa) mengawali acara dengan mengucapkan selamat datang kepada peserta pertemuan dan diteruskan dengan membacakan susunan acaranya serta memandu doa bersama.

Sambutan dan pembukaan pertemuan koordinator program gangguan indra fungsional oleh Kabud P2P Dinkes Kabupaten Malang

Setelah itu, semua peserta dimohon berdiri untuk menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya yang musiknya dipandu dengan video dalam laptop yang disorotkan ke layar proyektor, dan selesai itu, peserta dimohon duduk kembali.

Acara berikutnya kemudian diisi dengan sambutan dari Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Kabid P2P) Tri Awignami Astoeti, SKM, M.MKes mewakili Plt. Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) yang tidak bisa hadir di Hotel Grand Kanjuruhan.

Dalam sambutannya, Tri Awignami mengatakan bahwa angka gangguan penglihatan dan kebutaan dari hari ke hari semakin meningkat. Estimasi jumlah orang dengan gangguan penglihatan di seluruh dunia pada tahun 2010 adalah 285 juta orang (4,24% populasi) dan sebesar 39 juta orang (0,58% ) menderita kebutaan serta 246 juta orang (3,65%) mengalami low vision, 65% orang dengan gangguan penglihatan dan 82% dari penyandang kebutaan berusia 50 tahun ke atas (Pusdatin, 2014).

Pemateri 1 dari Dinkes Provinsi Jawa Timur

Di tingkat nasional, berbagai penelitian terkait dengan angka gangguan penglihatan dan kebutaan telah banyak dilakukan, seperti Survei Kesehatan Mata Nasional (1993-1996), Survei Kesehatan Rumah tangga (2001), Riset Kesehatan Dasar (2007 dan 2013) serta Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB).

Di Kabupaten Malang untuk data deteksi dini gangguan indra pada tahun 2021 sebanyak 468.117 (44,4%), katarak sebanyak 732 kasus, kelainan refraksi sebanyak 362 kasus, OMSK ada 30 kasus dan serumen ada 58 kasus.

Pertemuan ini bisa dikatakan sebagai overview program terkait GIF agar supaya terjadi persamaan persepsi dan pemahaman tentang program kesehatan indra, baik standar pelayanan, pencatatan maupun pelaporannya. Sehingga bisa saling bersinergi untuk pencapaian program indra.

Peserta pertemuan dari timur laut Hall Kanjuruhan Kepanjen

Usai memberikan sambutan, Tri Awignami dengan mengucap “Bismillahirrahmanirrahim” Pertemuan Koordinasi Program GIF di Kabupaten Malang dimulai pelaksanaanya (sambil mengetuk meja sebanyak 3 kali).

Sesudah dibuka secara resmi, acara berikutnya dilanjutkan dengan pemaparan materi yang pertama oleh Wariin Dehasworo, SKM dari Dinkes Provinsi Jawa Timur dengan judul “Program Penanggulan Gangguan Indra Fungsional” dan “Percepatan Pencapaian Indikator Program Penanggulangan Gangguan Indra di Jawa Timur Tahu 2022.”

Pada materi “Program Penanggulan Gangguan Indra Fungsional”, Wariin Dehasworo membeberkan tentang situasi global penyandang gangguan mata, situasi gangguan indra di Indonesia, dasar pelaksanaan kegiatan, penanggulan diprioritaskan pada gangguan indra penglihatan dan pendengaran, apakah low vision itu, permasalahan gangguan penglihatan di Indonesia berdasarkan RAAB, estimasi jumlah kebutaan/refraksi dan kasus katarak di Jawa Timur, kasus gangguan indra di Kabupaten Malang tahun 2021, low vision di Kabupaten Malang, retinopati diabetikum di Kabupaten Malang, penyelenggaraan kegiatan penanggulangan gangguan penglihatan dan pendengaran, promosi kesehatan, deteksi dini, fakta disabilitas, penaggulangan fungsional, prevalensi disabilitas, dan peta jalan layanan kesehatan inklusi.

Pemateri 2 dari Perdami Cabang Malang Raya

Sementara itu, pada materi “Percepatan Pencapaian Indikator Program Penanggulangan Gangguan Indra di Jawa Timur Tahu 2022”, Wariin Dehasworo menerangkan perihal indikator Renstra PTM 2020-2024, kegiatan integrasi deteksi dini gangguan penglihatan dan pendengaran, capaian IKK P2PTM Semester 1, kegiatan integrasi deteksi dini gangguan penglihatan dan pendengaran, dan pencatatan dan pelaporan (ASIK dan SI PTM).

Di akhir paparan, Wariin Dehasworo menjelaskan Surabaya bisa meningkat capaiannya karena setiap Puskesmas diharuskan melakukan input data di ASIK 20% dari personil yang ada. Dari 20% itu, setiap personil disuruh melakukan input data sebanyak 5 tiap hari.

Kemudian, Wariin juga mencari tahu kepada peserta dari Turen. Kenapa SI PTM Turen tertinggi di Kabupaten Malang? Rahasianya, kerja sama petugas kesehatan, kader, dan perangkat desa. Setelah menjawab, pesertanya dihadiahi Silver Queen.

Peserta pertemuan di sisi selatan bagian tengah Hall Kanjuruhan Kepanjen

Selanjutnya, diteruskan dengan sesi tanya jawab. Ada seorang peserta dari Puskesmas Kalipare yang merasa kesulitan dalam melakukan copas untuk aplikasi ASIK.

Pukul 10.56 WIB acara diisi dengan coffee break untuk menyantap snack yang telah disiapkan pihak hotel. Ada kopi panas, teh panas, kue tok dan onde-onde.

Usai coffee break, acara disambung dengan pemaparan materi kedua yang disampaikan oleh dr. Hera Dwi Novita, Sp.M(K) dari Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) Cabang Malang Raya, dengan titel “Deteksi Dini Gangguan Penglihatan di Puskesmas.”

Pada kesempatan itu, dr. Hera menjelaskan perihal pencegahan gangguan penglihatan di Kabupaten Malang melalui analisa SDM, infrastruktur, finansial, stakeholder, sistem rujukan, dan implementasi program terintegrasi dengan program yang sudah ada.

Pemateri 3 dari RSUD Kajuruhan Kepanjen

Selesai paparan dr. Hera, dilanjutkan dengan tanya jawab sebentar dan kemudian ishoma. Dalam ishoma itu, pihak hotel menghidangkan aneka masakan di meja yang telah disediakan di dalam ruang pertemuan tersebut. Ada nasi putih, nasi goreng Jawa, tahu campur, tempe mendoan, tahu sutra, cah kangkung udang, beefsteak, fuyunghay, ayam rica-rica, udang crispy, ayam bakar madu, rujak uleg, sambal, krupuk, salad buah, semangka dan papaya iris, air mineral dan es Manado.

Sesudah ishoma, acara dilanjutkan dengan pemaparan materi ketiga oleh dr. Ersty Istyawati, Sp.THT-KL dari RSUD Kanjuruhan Kepanjen, dengan judul “Gangguan Pendengaran Pada Anak: Deteksi Dini.”

Dalam paparannya, dr. Ersty menerangkan tentang apa itu gangguang pendengaran, macam-macam gangguan pendengaran, respon mendengara pada anak berdasarkan usia, derajat ketulian, penyebab gangguan pendengaran pada anak, tahapan perkembangan bicara pada anak, kapan dicurigai adanya gangguan pada anak, dan deteksi gangguan pendengaran harus segera dilakukan segera!

Kasi PTM Keswa dalam Rencana Tindak Lanjut

Pada materi ini terdapat satu penanya dari Puskesmas Sitiarjo, dan kemudian mendapatkan penjelasan jawaban dari dr. Ersty. Selain itu, dr. Ersty juga berpesan kepada peserta pertemuan, jika menjumpai pasien gangguan pendengaran sudah diperiksa dua kali tidak ada perubahan mohon segera dirujuk ke rumah sakit.

Mengkahiri acara pertemuan ini, Kepala Seksi (Kasi) PTM Keswa Paulus Gatot Kusharyanto, SKM menguraikan rencana tindak lanjut dari pertemuan hari ini, yaitu berkolaborasi dengan program lain dalam hal pencatatan dan pelaporan seperti dengan program (KIA, UKS, PTM, Lansia), berkolaborasi dengan jejaring dalam hal pencatatan dan pelaporan, serta melakukan sosialisasi ke semua pengelola program untuk entry pelaporan secara by name. 

Setelah membacakan rencana tindak lanjut, acara kemudian ditutup oleh Kasi PTM Keswa pada pukul 15.16 WIB. *** [090822]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo


Share:

Kamis, 21 Juli 2022

Pertemuan Finalisasi Draf Perbup KTR Di Kabupaten Malang

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang menggelar pertemuan finalisasi draf Peraturan Bupati (Perbup) tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Kabupaten Malang, pada Kamis (21/07/2022), di Ruang Gajayana Grand Kanjuruhan Resort Hotel & Convention Hall yang beralamatkan di Jalan Panglima Sudirman No. 5 Dusun Ketawang RT 03 RW 01 Desa Ngadilangkung, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.

Pada kesempatan itu, Dinkes melalui Sekretariat Daerah, mengundang 11 Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Malang. Kesebelas OPD itu adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Dinas Pendidikan, Dinas Perhubungan, Dinas Sosial,  Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora), Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A), Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD), Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Diperindag), Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud), Satpol PP, dan Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Setda.

Pembukaan pertemuan dilakukan oleh Kabid P2P Dinkes mewakili Plt. Kadinkes Kabupaten Malang

Acara pertemuan dimulai pada pukul 09.15 WIB, molor satu setengah jam dari undangan. Master of Ceremony (MC) Zahira Syalwa Regita Amada, nahasiswi magang Kesmas Universitas Negeri Malang di Seksi PTM Keswa Dinkes, mengawali dengan ucapan selamat datang kepada para peserta pertemuan yang hadir di dalam Ruang Gajayana, dan kemudian diteruskan dengan membacakan susunan acara dalam pertemuan ini serta doa bersama.

Usai doa bersama, acara berikutnya adalah sambutan dan pembukaan dari Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Kabid P2P) Tri Awignami Astoeti, SKM, M.MKes. Dalam sambutannya, Awinagmi mengatakan bahwa saat ini Indonesia punya beba ganda. Penyakit tidak menular (PTM) banyak dipengaruhi berbagai faktor, di antaranya merokok.

Orang yang tidak merokok di dalam rumah hanya sekitar 39%. Jadi ada 61% yang merokok di dalam rumah. Merokok aktif lebih kecil dampaknya dari perokok pasif. Yang sehat di tahun 2022 (sampai saat ini) hanya 11,33 % saja ditinjau dari 12 indikator kesehatan di Kabupaten Malang.

Pemaparan materi dari Bagian Hukum Setda Kabupaten Malang

Melihat data tersebut, maka sangat penting untuk mengupayakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR). “Hari ini semoga ada finalisasi draf Perbup KTR sebagai amanat dari Perda Nomor 5 Tahun 2028 tentang KTR di Kabupaten Malang,” terang Awignami.

“Dengan mengucap Bismillahirrahmanirrahim, pertemuan finalisasi draf Perbup KTR dengan ini saya nyatakan dibuka,” kata Awignami sambil ketok meja sebanyak tiga kali.

Setelah itu, acara berikutnya dilanjutkan dengan pemaparan materi dari Bagian Hukum Setda Kabupaten Malang. Dinkes bersama-sama kesebelas OPD dan Kemenag Kabupaten Malang melakukan pembahasan final draf Perbup tentang KTR dengan menghadirkan Baruna Firmansyah, S.H. dari Bagian Hukum Setda.

Dalam paparannya, Baruna menjelaskan struktur Perbup yang harus diketahui, seperti dasar hukum, amanat pembentukan Perbup, dan kerangka produk hukum. Dalam konsiderans hendaknya memuat uraian singkat mengenai pokok pikiran yang menjadi pertimbangan, alasan serta landasan yuridis, filosofis, dan sosiologis, dibentuknya Produk Hukum.

Peserta pertemuan draf Perbup KTR di meja berbentuk L sisi utara dari Ruang Gajayana

Setelah itu baru lanjut dengan pembahasan draf Perbupnya. Pada kesempatan ini, Baruna mengatakan bahwa judul harus menggambarkan esensi dalam pembahasannya. Seharusnya judulnya jangan KTR. Karena Perbup itu melaksanakan amanat Perda, maka sebaiknya judulnya ditambahi dengan Peraturan Pelaksanaan Perda.

Lalu, diteruskan menyoroti pasal per pasal yang ada dalam draf Perbup tersebut. Semua yang membuat ambigu dalam pasal-pasal diwarnai merah untuk direvisi lagi. Perbup seharusnya cenderung ke teknis saja. Apa yang sudah ada dalam Perda tidak perlu ada pengulangan dalam isi Perbup.

Usai paparan dari Bagian Hukum Setda, dilanjutkan dengan diskusi. Dalam diskusi, ada tiga penanya dari Disparbud, Satpol PP, dan Dinkes. Mereka umumnya lebih kepada konsultasi kepada Bagian Hukum Setda untuk revisi draf Perbup terutama terkait pada persoalan jabaran dalam pengertian yang muncul di pasal mengingat hal ini adalah bagian dari produk hukum.

Peserta mengambil menu hidangan yang disediakan di meja depan Ruang Gajayana

Pukul 10.57 WIB Bagian Hukum Setda mohon ijin meninggalkan tempat selesai berdiskusi, karena masih ada tugas lain yang harus diselesaikan. Acara berikutnya kemudian diisi dengan pemaparan materi oleh Kepala Seksi Penegakan Perda Satpol PP, Suhandoko, S.M., dengan judul “Implementasi Penegakan Perda Kabupaten Malang Nomor 5 Tahun 2018 tentang KTR.”

Dalam paparannya, Suhandoko mengatakan bahwa tujuan dibentuknya Perda KTR adalah untuk melindungi kesehatan perseorangan, keluarga, masyarakat dan lingkungan dari bahaya bahan yang mengandung karsinogen dan zat adiktif dalam produk tembakau yang dapat menyebabkan penyakit, kematian dan menurunkan kualitas hidup; meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat terhadap bahaya merokok dan manfaat hidup tanpa merokok; dan melindungi kesehatan masyarakat secara umum dari dampak buruk merokok, baik langsung maupun tidak langsung.

Lebih lanjut Suhandoko, menjelaskan tempat-tempat yang ditetapkan sebagai KTR sampai dengan ketentuan sanksi, baik perorangan maupun pengelola/penanggung jawab KTR, mula dari teguran lisan, surat hingga denda.

Kabid P2P tinjau panitia bagian administrasi penyelenggaraan pertemuan finalisasi draf Perbup KTR

Pada kesempatan ini, ada dua penanya. Satu dari Kepala Seksi PTM dan Keswa (Kasi PTM Keswa) Dinkes Paulus Gatot Kushrayanto, SKM, dan yang satunya lagi datang dari Subbag Umum dan Kepegawaian Dinkes Yoyok Ibnu Hidayat, S.E., M.Si. Keduanya menyoroti masalah sanksi yang perlu dibahas sejelas-jelasnya di dalam Perbup nantinya. Hal ini agar supaya timbul efek jera dari orang yang merokok di tempat sembarangan.

Mengakhiri pertemuan ini, dalam closing speech, Kasi PTM Keswa yang mewakili Kabid P2P, mengatakan bahwa intinya dari pertemuan ini telah mendatangkan Bagian Hukum Setda dan masukan dari peserta. Draf yang diberikan kepada peserta mohon untuk dikembalikan guna menjadi masukan Dinkes dalam merevisi penyempurnaan Perbupnya dan dimasukkan dalam group KTR.

Setelah itu, Kasi PTM Keswa Dinkes mempersilakan kepada semua peserta pertemuan draf finalisasi Perbup KTR untuk makan siang yang telah disediakan oleh panitia melalui pihak hotel. Ada nasi putih, tahu campur, cah kangkung udang, ayam bakar, fuyung hai, ayam rica-rica, udang crispy, bistik daging, es manado, kerupuk, pudding fla, dan salad buah. *** [210722]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo


Share:

Kamis, 23 Juni 2022

Hari Terakhir Workshop, Kabid P2P Harapkan Posyandu Jiwa Aktif

Di hari terakhir, Kamis (23/06/2022), acara workshop posyandu jiwa bagi petugas Puskesmas banyak diisi dengan praktek posyandu kesehatan jiwa, berupa diskusi dan roleplay. Acara pertama dipandu oleh Ns. Alfunnafi Fahrul Rizzal, M.Kep., Sp.Kep.J, pengajar di ITSK RS dr. Soepraoen dan sekaligus beraktivitas di Unit Psikiatri RS dr. Soepraoen.

Dalam acara ini, Fahrul meminta semua peserta untuk mengeluarkan tiga kertas, dan memintanya untuk menggambar pemandangan, alat vital, serta wayang. Dari semua peserta, hasil gambarnya ternyata tidaklah sama.

Peserta workshop berpose bersama Kabid P2P dan pemateri dari RSJP dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang usai penutupan

Tujuan dari menggambar ini ingin melihat persepsi setiap peserta. Kendati, disuruh menggambar tema yang sama, namun hasilnya akan berlainan. Demikian pula halnya nanti dengan cara menangani kasus orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), tentunya petugas puskesmas akan memiliki cara pandang yang berbeda. Namun demikian, basic knowledge dalam penanganannya setidaknya harus dipahami.

Setelah warming up dengan menggambar, acara berikutnya dilanjutkan dengan pemaparan materi “Komunikasi Dalam Pelayanan Kesehatan Jiwa” oleh Ns. Wita Oktaviana, M.Kep., Sp.Kep.J., dari PT Saitek Medika Nusantara.

Dalam paparannya, Okta mengupas tuntas perihal komunikasi yang termasuk menjadi modal utama dalam penanganan dan pelayanan masalah kesehatan jiwa. Karena dalam komunikasi itu sesungguhnya melakukan interaksi dengan ODGJ, mulai dari perkenalan atau orientasi, kerja, dan terminasi.

Peserta workshop di Ruang Singhasari Grand Kanjuruhan Resort Hotel & Convention Hall Kepanjen

Setelah paparan, pemateri langsung memimpin praktek komunikasi bagi peserta workshop secara roleplay. Praktek pertama diperagakan oleh Agus Harianto, A.Md.Kep (Pj. Keswa Puskesmas Sumbermanjing Kulon) dan Bagus Aries Diyanto, A.Md.Kep (Pj Keswa Puskesmas Kasembon). Agus memerankan petugas puskesmas, sementara Bagus bertindak sebagai ODGJ. Mereka mempraktekkan dialog sesuai materi yang diajarkan pemateri.

Selesai dialog, pemateri meminta Rudi Mulyono, A.Md.Kep (Pj Keswa Puskesmas Ampelgading) untuk mengomentari dialog tersebut, apakah sudah sesuai atau belum. Di mana letak kekurangannya.

Praktek kedua dilakonkan oleh Erlina, S.St., M.Si (Pj Keswa Puskesmas Wonosari) dan Nur Asih Yuli Purwanti, A.Md.Kep (Pj Keswa Puskesmas Pakisaji). Erlina memainkan peran sebagai petugas Puskesmas, sementara Nur Asih memperagakan sebagai ODGJ.

Salah seorang peserta ditanya pemandu mengenai apa yang digambar dan mengapa menggambar itu

Tanggapan hasil dialog tersebut kemudian dikomentari oleh Ahmad Wahyudi, A.Md.Kep (Pj Keswa Puskesmas Kepanjen) dan Barti Marhaendrajani, S.Kep., Ns (Pj Keswa Puskesmas Wonokerto).

Praktek ketiga diperankan oleh Priyanto, A.Md.Kep (Pj Keswa Puskesmas Sumberpucung) dan Dwi Cahyono (Pj Keswa Puskesmas Turen). Priyanto menjadi pasien ODGJ, dan Dwi Cahyono memperagakan petugas Puskesmas.

Kemudian ditanggapi langsung oleh pemateri mengenai orientasi realitanya, dan diteruskan dengan tanggapan dari Soebagijono, S.Kep., Ns (Pj Keswa Puskesmas Bantur).

Pemateri menyaksikan roleplay pelaksanaan komunikasi antara nakes dan ODGJ

Selesainya praktek komunikasi ini sekaligus mengakhiri pemaparan materi yang disampaikan Ns. Wita Oktaviana, M.Kep., Sp.Kep.J tersebut, dan dilanjutkan dengan praktek lainnya yang dipandu lagi oleh Fahrul.

Dalam kesempatan ini, Fahrul meminta peserta workshop untuk menyiapkan kertas dan alat tulis lagi. Kali ini, Fahrul akan melatih membuat jurnal refleksi. Jurnal refleksi ini digunakan untuk bahan analisa petugas kesehatan (nakes) dalam membantu terapi pasien.

Setelah itu diteruskan dengan praktek pelaksanaan layanan posyandu jiwa mulai dari meja 1 hingga 5, yang dipandu langsung oleh Fahrul. Semua peserta terlibat sebagai nakes, sementara untuk pasiennya ditunjuk Imam Ghozali, S.Kep., Ns dan Wildan Adi Yatma, S.Psi. Kedua pemeran pasien ODGJ ini merupakan staf PTM Keswa Dinkes Kabupaten Malang.

Roleplay pelaksanaan posyandu jiwa di meja 1 (pendaftaran dan pemantauan kesehatan fisik)

Usai praktek pelaksanaan layanan posyandu jiwa, acara dilanjutkan dengan post-test untuk melihat kinerja peserta pelatihan selama mengikuti workshop tersebut. Hasilnya terdapat peningkatan sebesar 25, 57 poin dari rata-rata pretest sebesar 55 (36-84).

Selesai pretest dilanjutkan ishoma selama satu jam. Waktu digunakan untuk makan, istirahat, dan sholat. Sebagian besar peserta langsung menuju ke meja hidangan santap siang yang telah disediakan pihak hotel di depan Ruang Singhasari Grand Kanjuruhan Resort Hotel & Convention Hall Kepanjen.

Dalam meja itu tersaji nasi putih, sup kembang tahu, gulai ikan, koloke ikan, gado-gado, ayam bakar madu, kangkung tauge udang, kwetiau goreng, sambal, kerupuk, acar, air mineral, semangka, melon, es teller, dan cup cake mini. Sedangkan untuk snack, tampak ada sus original, onde-onde, dan lumpia.

Roleplay layanan posyandu jiwa di meja 3 (terapi non psikofarmaka: pengendalian oleh nakes)

Peserta masuk ruangan lagi pada pukul 13.23 WIB. Acara berikutnya diisi pemaparan materi “Penatalaksanaan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Dan Pemberian Long Acting Injection (LAI) Formulation”, yang disampaikan oleh dr. Budi Cahyono, Sp.KJ dari RSJP dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang.

Dalam kesempatan itu, dr. Budi menjelaskan mengenai apa itu kesehatan jiwa, surat rujuk balik (SRB), daftar obat program rujuk balik (PRB) formularium nasional, terapi skizofrenia, antipsikotik generasi I (Tipikal), antipsikotik generasi II (Atipikal), dan antipsikotik injeksi jangka panjang.

Selesai paparan, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab atau diskusi dengan para peserta workshop. Dalam diskusi ini bermunculan banyak pertanyaan yang ditujukan kepada dr. Budi mengingat materi yang disampaikan memang terkait dengan penanganan permasalahan ODGJ di daerah.

Pemateri tamu dari RSJP dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang

Mengakhiri kegiatan workshop selama dua hari ini, Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Tri Awignami Astoeti, SKM, M.MKes membacakan rekomendasi atau rencana tindah lanjut bagi peserta workshop dan bagi Dinkes Kabupaten Malang, dan sekaligus berkenan menutup pelaksanaan workshop ini.

Dengan dilaksanakan kegiatan workshop ini, Kabid P2P berharap nakes yang berada di garda terdepan dapat melakukan penatalaksanaan kasus gangguan jiwa yang ada di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dengan pembentukan posyandu jiwa secara aktif minimal 1 di tiap puskesmas. *** [230622

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo


Share:

Rabu, 22 Juni 2022

Dua Hari, Dinkes Kabupaten Malang Gelar Workshop Posyandu Jiwa Bagi Petugas Puskesmas

Dalam dua hari ini, Rabu (22/06/2022) dan Kamis (23/06/2022), Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang menggelar workshop posyandu jiwa yang diikuti petugas Puskesmas, yang dalam hal ini adalah penanggung jawab kesehatan jiwa (Keswa) Puskesmas se-Kabupaten Malang.

Pelaksanaan diadakan di Ruang Singhasari Grand Kanjuruhan Resort Hotel & Convention Hall yang berada di Jalan Panglima Sudirman No. 5 Dusun Ketawang RT 03 RW 01 Desa Ngadilangkung, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.

Sambutan dan pembukaan workshop oleh Kasi PTM Keswa Dinkes Kabupaten Malang

Acara workshop dimulai tepat pukul 09.00 WIB dengan ucapan selamat datang kepada peserta workshop oleh Master of Ceremony (MC) Gatot Sujono, S.St., M.Pd., salah seorang sesepuh Seksi PTM Keswa yang menangangi masalah Keswa. Kemudian, MC mengajak berdoa bersama sebelum acara workshop resmi dibuka.

Setelah itu, acara dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya yang dipimpin oleh Ulinati, mantan mahasiswi magang Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Malang di Seksi PTM Keswa. Dalam menyanyikan lagu kebangsaan ini, seluruh peserta dimohon berdiri.

Berikutnya, acara diisi dengan pembukaan oleh Kepala Seksi (Kasi) PTM Keswa Paulus Gatot Kusharyanto, SKM. Dalam pembukaan itu, Paulus Gatot mengatakan bahwa masalah kesehatan jiwa di Kabupaten Malang belumlah optimal karena keterbatasan-keterbatasan yang ada, seperti tenaga kesehatan yang menangani, obat-obatan yang terbatas, rujukan yang berbelit-belit, dan lain-lain.

Pemaparan materi 1

Kondisi yang terjadi saat ini adalah terdapatnya beban yang sangat besar di RSJ/RS rujukan utama di Indonesia, meskipun sebagian dari kasus tersebut sebenarnya dapat ditangani di pelayanan kesehatan primer.

Layanan kesehatan primer di Puskesmas atau Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) sebagai ujung tombak layanan kesehatan di masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam penyediaan layanan kesehatan jiwa yang terpadu dengan layanan kesehatan umum. Namun terbatasnya sumber daya kesehatan jiwa terlatih merupakan salah satu masalah yang perlu diatasi.

Untuk itu Dinkes Kabupaten Malang melalui Seksi PTM Keswa mengadakan workshop posyandu jiwa bagi petugas kesehatan, yang diikuti oleh 39 petugas kesehatan dari 39 Puskesmas yang ada di Kabupaten Malang.

Penanya 1 pada pemaparan materi 1

Usai memberikan sambutan, Kasi PTM Keswa berkenan membuka dengan resmi workshop tersebut, selanjutnya diteruskan dengan pretest yang dipandu oleh Ns. Alfunnafi Fahrul Rizzal, M.Kep., Sp. Kep. J, seorang tenaga pengajar di Institut Teknologi Sains dan Kesehatan (ITSK) RS dr. Soepraoen, dan juga beraktivitas di Unit Psikiatri RS dr. Soepraoen.

Pukul 09.49 WIB acara berikutnya diisi dengan pemaparan materi 1 yang disampaikan oleh Dr. Ns. Heni Dwi Windarwati, M. Kep., Sp.Kep.J., dari Universitas Brawijaya, dengan judul “Konsep Kesehatan Jiwa Masyarakat.”

Dalam materi tersebut, Dr. Heni mendedah pengertian-pengertian yang ada dalam kesehatan jiwa masyarakat serta perjalanan istilah-istilah yang digunakan untuk menunjuk kepada orang dengan disabilitas psikososial yang ada.

Pemaparan materi 2

Selesai paparan, dilakukan tanya jawab yang dipandu oleh Gatot Sujono, dan dijawab oleh Dr. Heni agar supaya peserta workshop mendapatkan pemahaman dan gambaran secara jelas. Terlihat ada dua penanya pada sesinya Dr. Heni.

Selesai tanya jawab, acara digunakan untuk ishoma. Ishoma adalah singkatan dari kata istirahat, sholat, dan makan. Namun, pada kenyataannya, peserta langsung menuju ke meja snack maupun makan siang terlebih dahulu, baru dilanjutkan dengan istirahat, dan terus sholat.

Di meja snack, terdapat kemasan yang berisi pie buah, kue tok, lumpia. Di sampingnya ada teh dan kopi panas. Sementara itu, di meja hidangan makan siang tersaji aneka menu: nasi putih, nasi goreng jawa, sup jagung telur, tahu campur, fuyung hay, bestik daging, udang crispy, ayam rica-rica, kerupuk udang, sambal matah, air mineral Cheers, semangka, melon, dan es Manado.

Penanya pria pada pemaparan materi 2

Pukul 12.20 WIB acara diisi oleh Kasi PTM Keswa dengan memaparkan “Kebijakan Dan Strategi Program Kesehatan Jiwa Di Kabupaten Malang.” Dalam materinya, Paulus menjelaskan tantangan pembangunan kesehatan dalam transisi epidemiologi, transisi demografi, transisi gizi, dan transisi perilaku.

Arah pembangunan kesehatannya, berisi upaya promotif dan preventif serta peningkatan universal health coverage menuju masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan. Dalam pengendalian PTM/Gangguan Kejiwaan, upaya promotif dan preventif PTM dilaksanakan untuk mengubah perilaku masyarakat dan deteksi dini faktor risiko PTM/Keswa.

Usai paparan Kasi PTM Keswa, acara disambung dengan evaluasi Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), Gangguan Mental Emosional (GME), dan depresi. Kurang lebih delapan belas menit berlangsung, terus dilanjutkan dengan pemaparan materi 2 yang diisi oleh Ns. Muhammad Sunarto, M.Kep., Sp.Kep.J., seorang tenaga pengajar di Departemen Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Jiwa Universitas Brawijaya, dengan titel “Konsep Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Kesehatan Jiwa.”

Penanya wanita pada pemaparan materi 2

Menurut Sunarto, Posyandu Kesehatan Jiwa bertujuan untuk menurunkan angka kekambuhan pada ODGJ, mempertahankan kondisi sehat jiwa melalui indikator kemandirian dan produktivitas, dan meningkatkan peran serta masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan jiwa serta kegiatan lainnya yang menunjang tercapainya masyarakat sehat jiwa sejahtera dan penurunan stigma pada ODGJ.

Acara workshop di hari pertama ini selesai pada pukul 14.33 WIB, dan MC mengumumkan untuk hari kedua besok diharapkan semua peserta datang tepat waktu karena besok akan ada praktek Posyandu Kesehatan Jiwa 1 di pagi hari. *** [220622]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo


Share:

Rabu, 25 Mei 2022

Pertemuan Koordinasi Peningkatan Capaian SPM Hipertensi Dan Diabetes Mellitus Di Kabupaten Malang

Hari ini, Rabu (25/05/2022), sesuai undangan bernomor 005/2519/35.07.103/2022 dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang diadakan Pertemuan Koordinasi Dalam Rangka Peningkatan Capaian SPM Hipertensi Dan SPM Diabetes Mellitus di Grand Kanjuruhan Resort Hotel & Convention Hall yang beralamatkan di Jalan Panglima Sudirman No. 5 Dusun Ketawang RT 03 RW 01 Desa Ngadilangkung, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.

Acara digelar dari pukul 08.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB di Ruang Pertemuan Singhasari. Peserta yang diundang dalam pertemuan koordinasi ini adalah satu orang dokter fungsional pelaksana PANDU PTM dan satu orang pemegang program PTM di Puskesmas.

Mereka yang hadir langsung melakukan registrasi di meja yang berada di samping pintu masuk Ruang Pertemuan Singhasari. Di meja itu, ada staf PTM Fitriayu Dola M., A.Md. Keb. yang dibantu oleh Ulinati, mantan mahasiswi magang di Seksi PTM Dinkes Kabupaten Malang.

Kabid P2P pimpin diskusi dan rencana tindak lanjut dengan didampingi Kasi PTM dan Keswa serta staf PTM

Setelah peserta memasuki ruang pertemuan, Master of Ceremony (MC) Zahira Syalwa, seorang mahasiswi magang Kesma Universitas Negeri Malang, mengawali pembuka kata dengan mengucapkan selamat datang kepada peserta, dan terus membacakan susunan acara dalam pertemuan koordinasi ini.

Acara pertama diisi dengan sambutan Kepala Dinkes (Kadinkes) Kabupaten Malang. Namun Kadinkes berhalangan hadir karena ada tugas lain. Sambutan pun diwakili oleh Kepala Seksi PTM dan Kesehatan Jiwa (Keswa) Paulus Gatot Kusharyanto, SKM.

Dalam sambutannya, Paulus mengatakan bahwa berdasarkan laporan SPM Kabupaten Malang tahun 2021 untuk capaian SPM Hipertensi dari sasaran 803.397 orang penduduk usia >= 15 tahun, capaian penderita hipertensi yang mendapat pelayanan kesehatan 131.716 orang (16,39%) dan capaian SPM Diabetes Mellitus (DM) dengan sasaran 40.990 orang dari jumlah penduduk usia >= 15 tahun, capaian penderita DM yang mendapat pelayanan kesehatan 26.006 orang atau 63,44%.

Foto bersama peserta usai pembukaan

Dari data ini menunjukkan capaian SPM masih rendah, belum mencapai target 100%. Salah satu faktor penyebabnya, selain manajemen program yang belum mantap, masih belum tercakupnya pencatatan dan pelaporan dari jejaring serta kedisiplinan menginput skrining pada ePuskesmas dalam penatalaksanaan hipertensi maupun DM.

Untuk itu diperlukan upaya pengendalian dalam pemecahan masalah dengan upaya peningkatan kapasitas para dokter umum fungsional dan perawat program PTM atau Tim Pelayanan PANDU PTM Puskesmas dalam pengelolaan program PTM di Puskesmas.

Setelah itu, Paulus membuka Pertemuan Koordinasi Dalam Rangka Peningkatan Capaian SPM Hipertensi Dan SPM Diabetes Mellitus, dan dilanjutkan dengan penjelasan tentang “Kebijakan Dan Renstra P2PTM Di Kabupaten Malang.”

Pemaparan materi pertama: dr. Diyah Saraswati, Sp. PD

Dalam Kebijakan dan Renstra P2PTM itu, Paulus menerangkan perihal kegiatan prioritas P2PTM Keswa Tahun 2020 yang terdiri atas promkes dan pemberdayaan masyarakat, deteksi dini faktor risiko, tatalaksana sesuai standar, pencatatan pelaporan, dan surveilans. PTM yang ditangani meliputi penyakit jantung dan pembuluh darah, DM dan gangguan metabolik, paru kronis dan gangguan imunologi, penyakit kanker dan kelainan darah, gangguan indera dan fungsional, kesehatan jiwa dan Napza, serta kesehatan gigi dan mulut.

Dari kegiatan P2PTM Keswa itu, diprioritaskan pada pencegahan dan pengendalian penyakit hipertensi, penguatan Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu) PTM, penguatan Puskesmas PANDU (Pelayanan Terpadu) PTM, dan penanganan kesehatan jiwa berbasis masyarakat.

Usai penjelasan Kebijakan dan Renstra P2PTM, acara dihentikan sejenak. Peserta bisa rehat lima belas menit untuk coffee break. Dalam coffee break itu, peserta pertemuan bisa menikmati secangkir kopi, teh dan camilan.

Peserta pertemuan koordinasi dari depan

Tepat pukul 10.00 WIB, acara berikutnya diisi dengan pemaparan materi oleh dr. Diyah Saraswati, Sp.PD., dari RSUD Kanjuruhan, dengan judul “Pedoman Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia 2021.”

Pada kesempatan itu, dr. Diyah menguraikan masalah DM di Indonesia, definisi dan patogenesis DM Tipe 2, klasifikasi etiologi DM, kriteria diagnosis DM, kriteria diagnosis DM dan prediabetes, pemeriksaan penyaring prediabetes dan DM Tipe 2 pada kelompok risiko tinggi, penatalaksanaan DM, terapi farmakologi, dan pencegahannya.

Selesai paparan, acara dilanjutkan dengan tanya jawab yang dimoderatori oleh staf PTM Nur Ani Sahara, S.Kep. Ns. Ada beberapa pertanyaan berdasarkan pengalaman masing-masing peserta dalam penanganan pasien DM.

Pemateri kedua: dr. Fahmy Rusnanta, Sp. JP

Pukul 12.15 – 13.00 WIB ishoma. Ishoma adalah singkatan dari kata istirahat, sholat, makan. Namun pada kenyataan, peserta banyak yang memilih makan terlebih dahulu. Menu makan yang diletakkan di meja memanjang dari timur ke barat itu terdapat aneka hidangan untuk makan siang. Ada nasi putih, ayam kare pedas, tahu campur, fuyung hai, kakap asam manis, sambal, acar, sambal matah, bistik daging, ayam goreng mentega, krupuk, dan rujak sayur.

Lalu di sebelah barat laut meja memanjang, terdapat air minum dalam kemasan “Cheers”, salad buah, dan es cincau. Bagi yang menginginkan kopi maupun teh panas juga tersedia di meja yang terletak di samping pintu masuk ke ruang pertemuan.

Selesai ishoma, acara dilanjutkan dengan pemaparan materi kedua “Optimizing Blood Pressure Control and Early Detection of Hypertensive Complication in Primary Care” yang disampaikan oleh dr. Fahmy Rusnanta, Sp. JP dari RSUD Kanjuruhan. Dalam paparannya, dr. Fahmy menjelaskan pentingnya mengendalikan tekanan darah dan deteksi dini hipertensi agar supaya tidak mengarah ke komplikasi di Primary Care.

Peserta pertemuan koordinasi yang duduk di tengah sisi selatan

Seperti pada pemaparan sebelumnya, dalam pemaparan materi kedua juga dilakukan tanya jawab dari peserta yang datang dari 39 Puskesmas yang ada di Kabupaten Malang, dengan dimoderatori oleh Nur Ani Sahara. Pada kesempatan ini, juga muncul sejumlah pertanyaan dari peserta kepada dr. Fahmy.

Usai paparan materi kedua, acara diteruskan dengan diskusi dan pembahasan rencana tindak lanjut serta penutupan yang dipimpin oleh Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Tri Awignami Astoeti, SKM, M.M.Kes.

Poin-poin dalam rencana tindak lanjut itu, di antaranya tahun 2022 ini, Pandu PTM harus berjalan di Puskesmas seluruh Kabupaten Malang, terutama Puskesmas dengan Posbindu SMARThealth 2021 dan 2022. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang sudah melakukan pelayanan Pandu PTM segera bisa melakukan kegiatan 1 minggu 3 kali dalam rangka Bulan Deteksi Dini 2022 (sampai 18 Juni 2022). Setelah 18 Juni dilakukan 1 minggu 1 kali hingga Desember 2022. *** [250522]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo


Share:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Risk Checker

Risk Checker

Indeks Massa Tubuh

Supplied by BMI Calculator Canada

Statistik Blog

Sahabat eKader

Label

Arsip Blog