Tampilkan postingan dengan label Direct Observation. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Direct Observation. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 14 September 2024

FGD Fase 1, Wawancara Karakteristik Masyarakat, dan Direct Observation di Desa Krebet dalam Penelitian NIHR

Kendati Desa Krebet merupakan enumeration area yang dikunjungi paling akhir dari 6 desa yang menjadi pilot project dalam penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC), namun antusias dan partisipasi aktif warga maupun perangkat desa tak kalah dari 5 desa sebelumnya.

Hal ini terlihat pada pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD), wawancara karakteristik masyarakat, dan observasi lapangan yang diadakan pada hari Sabtu (14/09) di Rumah Aspirasi milik Kepala Desa Krebet yang berada di Jalan Raya Krebet Timur No. 20 Dusun Krajan, Desa Krebet, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang.

Tim Penelitian NIHR yang terdiri dari 9 orang multidisiplin yang digawangi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) hari ini berkegiatan dalam FGD Fase 1 yang dipusatkan di rumah Kepala Desa Krebet.

Sambutan Kades Krebet dalam FGD Fase 1 NIHR atau Dampak Polusi Udara bagi Kesehatan Masyarakat

Acara dimulai pada pukul 09.32 WIB dengan didahului seremonial perkenalan Tim Penelitian NIHR kepada perangkat desa dan para partisipan yang hadir dalam kegiatan ini. Diawali dengan pembukaan oleh pembawa acara Supyandi, S.AP., dan dipandu doa.

Kemudian acara dilanjutkan dengan sambutan dari Kepala Desa (Kades) Krebet Drs. H. Nurkholis, M.Si. Dalam sambutannya, Kades Nurkholis mengatakan bahwa kehadiran FKUB di Desa Krebet sudah tepat. Karena di Kecamatan Bululawang ini banyak terdapat perusahaan, dan kebetulan Desa Krebet memiliki perusahaan terbanyak ketimbang desa lainnya yang masuk dalam wilayah administratif Kecamatan Bululawang.

“Ada 9 perusahaan di Desa Krebet yang mungkin berdampak sesuai dengan penelitian NIHR yang diadakan oleh FKUB. Nanti ada tindak lanjutnya dalam kesehatan. Hal ini diharapkan membawa Desa Krebet menjadi desa yang sehat,” jelas Kades Nurkholis.

FGD Anggota Komunitas

Usai sambutan Kades, acara diteruskan dengan sambutan dari Project Manager NIHR Serius Miliyani Dwi Putri, SKM, M.Ked. Trop. Pada kesempatan itu, Serius mengucapkan terima kasih atas sambutan hangat dari Kades Krebet, Ketua TP-PKK Hj. Luluk Khoirun Nisa’, perangkat desa, dan seluruh partisipan yang akan berpartisipasi dalam kegiatan ini.

Selesai sambutan dari Poject Manager NIHR, acara langsung disambung dengan pengaturan meja kursi untuk mengadakan FGD Fase 1 ini. Fasilitator NIHR yang mendampingi Kades, Project Manager NIHR, dan perawat Desa Krebet Eka Ilham Adi Waluyo, A.Md.Kep. duduk di depan, membantu partisipan yang bakal ikut FGD Fase 1 sesuai dengan list dari Sekretaris Desa Krebet Puguh Eka Saputra untuk tahu tempat duduknya dan moderator yang akan memandunya. Perlu diketahui, bahwa setiap moderator akan diikuti oleh 6 orang partisipan.

Pembagiannya, FGD Anggota Komunitas dimoderatori oleh Meutia Fildzah Sharfina, SKM, MPH. FGD Kader Kesehatan dipandu oleh Serius Miliyani. FGD Wakil Masyarakat Terdampak Polusi Udara (laki-laki) dimoderatori oleh fasilitator NIHR dengan notulis Hilda Irawati, S.Stat. FGD Wakil Masyarakat Terdampak Polusi (perempuan) dipandu oleh Dea Aginta Br Tarigan, S.AP. Sedangkan, FGD Tokoh Masyarakat Terdampak Polusi Udara Arief Budi Santoso, S.E. dengan notulis Elmi Kamilah, S.Sos.

FGD Kader Kesehatan

Lalu, untuk wawancara karakteristik masyarakat dilakukan oleh Supyandi, dan setelah selesai ia melanjutkan observasi langsung (direct observation) bersama Eko Teguh Purwito, S.Si., M.Si dan dipandu oleh Sekdes Puguh dan perangkat desa Amin.

Dalam pelaksanaan FGD diketahui bahwa di Desa Krebet umumnya telah ada inisiatif pengelolaan sampah, seperti yang diangkut oleh petugas dengan cara berlangganan. Iurannya bervariasi antara Rp 15ribu hingga 20ribu. Namun tidak dipungkiri juga masih ada warga yang membakar sampah, termasuk sampah plastik.

Biasanya mereka membakar sedikit-sedikit agar asapnya tidak kemana-mana. Warga yang memiliki lahan luas membakarnya di belakang rumah. Sampah plastik yang dibakar umumnya sampah plastik yang tidak punya nilai jual seperti kresek maupun sachet bumbu masakan maupun sampo. Sedangkan, yang botol air minum umumnya dijual ke pengepul.

FGD Wakil Masyarakat Terdampak Polusi Udara (laki-laki)

Ada peserta yang bercerita, dulu di Desa Krebet pernah ada bank sampah. Pada waktu itu, warga selalu menyalurkan sampah plastiknya ke bank sampah terus beberapa bulan sekali dapat uang penjualannya dan bisa untuk beli bumbu dapur.

Hanya setahun saja, bank sampah itu berjalan kemudian mati suri. Hal ini lantaran sudah tidak ada pengepul yang mengambil ke bank sampah lagi, sementara daya tampung bank sampah sangatlah terbatas.

Dari FGD tersebutnya, umumnya partisipan paham akan dampak yang ditimbulkan dari hasil pembakaran sampah terhadap kesehatan masyarakat, terutama sampah plastik. Seperti mereka akan batuk-batuk, sesak napas maupun mata perih.

FGD Tokoh Masyarakat Terdampak Polusi Udara

Untuk itu, bagi partisipan yang membakar sampah biasanya menyiasati dengan membakar di malam hari dengan pertimbangan angin sudah tidak begitu kencang, dan udara malah hari itu segar. Sementara yang lain, mengaku bahwa sampah plastik dibakar karena tidak ada yang mengambil lagi, terkadang bingung sendiri mau dibuang kemana karena plastik itu sulit terurai. Makanya langkah praktisnya dibakar.

Pada saat dipantik dengan pertanyaan solusi apa yang kira-kira bisa mengurangi sampah plastik di lingkungannya. Ada 6 jawaban yang ditulis dalam kertas plano yang dibagikan kepada peserta, yakni mengurangi bahan dari plastik dan diganti dengan yang bisa terurai dengan cepat, seperti daun misalnya; dibentuk bank sampah; dibentuk penampung sampah; ada pengepul; sosialisasi ke warga agar saat belanja tidak banyak sampahnya; dan pemerintah menciptakan mesin pengolah sampah menjadi pupuk. Kemudian ada lagi yang menambahkan bahwa sudah saatnya ada peraturan daerah (Perda) yang bikin jera perihal penggunaan plastik sekali pakai.

Dari kumpulan solusi itu, partisipan pun memiliki pendapat sendiri-sendiri dalam skala prioritas dari rangkuman solusi yang dituliskan tadi. Namun semuannya memang sepakat bahwa pengurangan penggunaan palstik sekali pakai sudah harus dikurangi.

Pengukuran kualitas udara dengan alat portable  

FGD Fase 1 ini selesai pada pukul 11.08 WIB. Yang bertugas melakukan FGD harus menunggu petugas yang melakukan direct observation. Sambil menunggu mereka, Tim Penelitian NIHR FGD makan siang terlebih dahulu yang telah disiapkan tuan rumah.

Sie konsumsi, tidak hanya menyiapkan snack yang beraneka rupa dan buah-buahan, tapi juga makan siang secara prasmanan yang disediakan di lantai 1 yang ditaruh di meja memanjang dari utara ke selatan. Menunya ada nasi putih yang pulen, sayur asem, dan soto daging. Lauknya ada mendol, weci, dan pepes tongkol. Tak ketinggalan sambalnya.

Setelah Tim Penelitian NIHR yang bertugas melakukan observasi lapangan kembali ke Rumah Aspirasi, jadi mereka berkumpul semua. Dan, ketika hendak berpamitan sekitar pukul 14.00 WIB, tuan rumah memberikan es krim. Ada rasa semangka, ada rasa nanas, dan ada juga rasa cokelat.

Usai merasakan tekstur es krim yang lembut-lembut kasar itu, Tim Penelitian NIHR berpamitan kepada Kades dan Ketua TP PKK serta mengucapkan terima kasih atas kemeriahan acara FGD Fase 1 yang diadakan di Rumah Aspirasi Lantai 2 miliknya. *** [140924]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Jumat, 02 Agustus 2024

Jumat Berkah, Implementasi FGD NIHR Di Balai Desa Pagak Berlangsung Meriah

Jauh sebelum Focus Group Discussion (FGD) ini berjalan, fasilitator NIHR senantiasa berkomunikasi dengan Sekretaris Desa (Sekdes) dan tenaga kesehatan (nakes) Ponkesdes secara intensif. Komunikasi ini menghasilkan keakraban dalam melaksanakan agenda dalam penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC).

Jumat pagi (02/08), Tim Penelitian NIHR melaksanakan FGD di Gedung Serba Guna Kantor Desa Pagak, yang beralamatkan di Jalan Ahmad Yani No. 32 Dusun Sumbernongko, Desa Pagak, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang. Lokasi tersebut berjarak sekitar 270 meter arah selatan Pasar Pagak.

Sambutan dari Sekdes Pagak di Gedung Serba Guna

Kegiatan yang dilabeli nama FGD NIHR ini sesungguhnya ada 7 acara yang dijalankan serempak pada hari tersebut. Ketujuh kegiatan tersebut meliputi FGD dengan anggota komunitas; FGD dengan kader kesehatan; FGD dengan wakil masyarakat yang terdampak polusi (laki-laki); FGD dengan wakil masyarakat yang terdampak polusi (perempuan); FGD dengan tokoh masyarakat yang terdampak polusi; survey karakteristik masyarakat; dan pengamatan langsung (direct observation).

Ketujuh kegiatan tersebut alhamdulillah bisa berlangsung secara bersamaan sehingga membuat suasana dalam gedung serba guna tersebut terlihat meriah, dan bisa kelar menjelang salat Jumat. Benar-benar Jumat berkah!

FGD dengan kader kesehatan

Konon, Jumat berkah memang diyakini sebagai hari yang baik dalam melakukan kegiatan yang bermanfaat. Umat Islam mengenal Jumat berkah atau Jumat Mubarok sebagai sebuah hari baik untuk memperbanyak ibadah dan kebaikan.

Dan memang benar atau sebuah kebetulan, Jumat yang berkah ini, implementasi FGD NIHR di Balai Desa Pagak berlangsung meriah. Warga yang diundang oleh Sekdes Naroji dan kader kesehatan yang dihubungi perawat Sri Hidayati, S.Kep.Ners untuk menjadi partisipan dalam FGD tersebut berdatangan.

FGD dengan tokoh masyarakat

FGD yang dihadiri oleh salah seorang Tim CEI (Community engagement and involvement) Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K dan dua nakes dari Ponkesdes Pagak, yakni perawat Sri Hidayati dan bidan Lilis Mustafiah, A.Md.Keb., berlangsung secara paralel. Secara konsep umum, paralel adalah sesuatu yang berjalan atau berlangsung bersamaan, dalam jalur yang sejajar atau sejajar satu sama lain.

Sebelum FGD mulai, terlebih dahulu diisi dengan pengantar kata dari Sekdes Naroji dan kemudian disusul dengan pengantar kata dari Manajer Program NIHR Serius Miliyani Dwi Putri, SKM, M.Ked.Trop., dan terus disambung dengan implementasi FGD.

Survei karakteristik masyarakat

FGD dengan kader kesehatan dilaksanakan di meja kursi bagian timur laut dari denah gedung, dan dipandu oleh Serius Miliyani Dwi Putri. FGD dengan tokoh masyarakat terdampak polusi (laki-laki) yang berada di sisi timur denah gedung dimoderatori oleh Dea Aginta Br Tarigan, S.AP dengan notulis Desta Prasanthi Anggraini, S.P., M.P.

Kemudin dijajaran kursi sisi barat daya dalam denah gedung, dilaksanakan FGD dengan wakil masyarakat terdampak polusi (laki-laki) yang dipandu oleh Sekar Aqila Salsabila, S.AP, M.AP. Lalu, FGD dengan wakil masyarakat terdampak polusi (perempuan) yang berada di sebelah barat FGD dengan kader kesehatan, dimoderatori oleh fasilitator NIHR dengan notulis Hilda Irawati, S.Stat., dan terakhir FGD dengan anggota komunitas berada di sisi barat bagian tengah dipandu oleh Meutia Fildzah Sharfina, SKM, MPH.

Pengukuran kualitas udara di dekat pabrik oyik (gula tebu mentah) yang perebusannya menggunakan ampas tebu dan limbah plastik

Kemudian untuk survey Karakteristik Masyarakat, Supyandi melakukan wawancara dengan Sekdes Naroji di ruang kerjanya. Sementara itu, untuk pengamatan langsung dan pengukuran kualitas udara dilakukan oleh Eko Teguh Purwito Adi, S.Si., M.Si, dan Maria Pramundhitya Wisnu Wardhani, S.Si dengan didampingi oleh Sekdes Naroji.

Dalam pengamatan langsung tersebut, mereka sempat dipandu oleh Sekdes Naroji untuk mengunjungi pabrik oyik (gula mentah) yang perebusannya menggunakan ampas tebu dan limbah plastik, yang asapnya mengepul hitam seperti pada pembakaran gamping (limestone burning).

Pengukuran kualitas udara di dekat pembakaran sampah yang didampingi Sekdes

Rangkaian FGD, survey karakteristik masyarakat, dan pengamatan langsung selesai menjelang kumandang suara adzan Jumat. Tim Penelitian NIHR yang berjenis kelamin laki-laki bersama dengan dua driver meninggalkan gedung untuk menunaikan salah Jumat terlebih dahulu di Masjid Jami’ Darul Muttaqin Pagak, yang letaknya dekat dengan Puskesmas Pagak.

Pulang dari masjid, Tim Penelitian NIHR berpamitan dengan Sekdes maupun perangkat desa lainnya. Dua mobil yang mengangkut Tim Penelitian NIHR kembali ke Kampus Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB), sementara fasilitator NIHR masih akan melanjutkan langkah bersama Tim CEI untuk jumpa dengan kader kesehatan Desa Krebet, Kecamatan Bululawang. *** [020824]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Sabtu, 20 Juli 2024

FGD NIHR dan Pengukuran Kualitas Udara di Desa Sukomulyo

Desa Sukomulyo merupakan salah satu desa dari lima desa yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Sukomulyo, dan menjadi enumeration area dalam penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC).

Bersamaan dengan jadwal pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) di Desa Roomo, juga diadakan FGD Fase 1 di Desa Sukomulyo. FGD Fase 1 mencakup FGD dengan kader kesehatan, FGD dengan wakil masyarakat terdampak polusi udara (laki-laki), FGD dengan wakil masyarakat terdampak polusi udara (perempuan), dan FGD dengan tokoh masyarakat terdampak polusi udara.

Sambutan Kades Sukomulyo

FGD di Desa Sukomulyo yang digawangi fasilitator  NIHR berlangsung di Ruang Pertemuan Lantai 2 Kantor Desa Sukomulyo yang beralamatkan di Jalan K.H. A, Bisri II No. 26 RT 10 RW 03 Desa Sukomulyo, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik.

Sebelum prosesi implementasi FGD, terlebih dahulu acara diisi dengan sambutan dari Kepala Desa (Kades) Sukomulyo H. Subiyanto. Dalam sambutannya, Kades Sukomulyo menyambut Tim Penelitian NIHR dan sekaligus warganya yang diundang untuk berpartisipasi dalam FGD yang akan dilangsungkan.

Kemudian fasilitator NIHR juga diberikan kesempatan oleh Kades untuk menjelaskan perihal penelitian NIHR. Pada kesempatan itu, fasilitator NIHR berusaha menjelaskan secara ringkas perihal penelitian NIHR, dan sekaligus mengutarakan maksud dan tujuannya kedatangannya pada Jumat (19/07) yang ingin melakukan FGD bersama warga sesuai kaidah dalam pengumpulan data kualitatif.

FGD dengan kader kesehatan 

Setelah itu, langsung diadakan FGD. Para pemandu atau moderator berusaha mengatur tempat duduknya masing-masing. FGD dengan kader kesehatan yang dipandu oleh Sekar Aqila Salsabila, S.AP, M.AP dengan notulis Alifatul Nisa’, S.P., berada di sisi timur dekat pintu masuk ruang pertemuan. Pesertanya ada 4 orang.

FGD dengan wakil masyarakat terdampak polusi udara (perempuan) dimoderatori oleh Tanjung Prameswari, S.Tr.P., dengan mengambil tempat di bagian tengah sisi selatan. Pesertanya sebanyak 6 orang.

Kemudian FGD dengan tokoh masyarakat terdampak polusi udara yang sedianya dilakukan oleh fasilitator NIHR akhirnya diserahkan ke sejoli anggota Tim Penelitian NIHR, yaitu Arief Budi Santoso, S.E., dan Elmi Kamilah, S.Sos., dengan jumlah peserta sebanyak 5 orang.

FGD dengan wakil masyarakat terdampak polusi udara (perempuan) disaksikan oleh Kades Sukomulyo

Sementara itu, fasilitator NIHR terus berkoordinasi dengan staf Desa Sukomulyo Lilik dan juga Kades H. Subiyanto terkait belum hadirnya wakil masyarakat terdampak polusi udara (laki-laki). Berkat koordinasi tersebut, akhirnya berdatanganlah 5 orang.

Diakui oleh Kades maupun staf Desa Sukomulyo, mengumpulkan orang di sini tergolong gampang-gampang susah. Karena coraknya yang urban dengan dikelilingi berbagai industri, banyak masyarakatnya mencari nafkah pada pagi hari.

“Luas Desa Sukomulyo adalah 360 hektar,” kata Kades H. Subiyanto, “Dari luas itu, 100 hektarnya telah digunakan untuk industri.”

FGD dengan tokoh masyarakat

Setelah kelima warga masyarakat terdampak polusi udara (laki-laki) berkumpul di bagian tengah sisi utara, fasilitator NIHR pun kemudian berusaha memoderatorinya dengan notulis Hilda Irawati, S.Stat.

Mula-mula, fasilitator NIHR menjelaskan kepada peserta terkait pelaksanaan FGD ini. Lalu, notulis Hilda membagikan lembar penjelasan penelitian dan fasilitator NIHR pun berusaha menerangkannya.

FGD dengan wakil masyarakat terdampak polusi udara (laki-laki) ini berlangsung dari pukul 09.31 hingga pukul 10.19 WIB. Pelaksanaannya hanya 48 menit, mengingat pengelolaan sampah di Desa Sukomulyo sudah berjalan teratur. 

Setiap sampah rumah tangga diangkut oleh petugas sampah seminggu dua kali untuk dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Ngipik yang berada di Kelurahan Ngipik, Kecamatan Gresik, yang sudah beroperasi pada tahun 2002 dengan luas lahan 6 hektar.

FGD dengan wakil masyarakat terdampak polusi udara (pria)

Tidak ada pembakaran sampah di Desa Sukomulyo. Karena di samping permukiman yang padat dan bercorak urban, mereka umumnya berlangganan dalam pengangkutan sampah. Tidak repot dan cukup iuran Rp 25ribu sebulan.

Selesai FGD, Tim Penelitian NIHR di Desa Sukomulyo menanti personil yang akan melakukan pengukuran kualitas udara di lingkungan Desa Sukomulyo, yakni personil yang sama dalam pengukuran kualitas udara di Desa Roomo, yakni Eko Teguh Purwito Adi, S.Si, M.Si. dan Azarine Aisyah Widhowati, S.Si.

Pengukuran kualitas udara ini dilaksanakan usai Jumatan, dan langsung dipandu oleh Kades Sukomulyo yang sedari awal memang care terhadap pelaksanaan kegiatan ini di desanya. Pengukurannya pertama dilakukan di selatan PT Karunia Alam Segar (KAS) yang dibelah sungai sekunder, tepatnya didekat rumah nomor 25 RT 13 RW 03 Desa Sukomulyo.

Pengukuran kualitas udara di RT 13 RW 03

PT KAS adalah salah satu anak perusahaan PT Wings Food yang bergerak di bidang pendistribusian produknya dan juga merupakan salah satu distributor utama PT Wings Food di samping sebagai pendistribusi PT KAS juga memproses produk-produk PT Wings Food, seperti mie Sedap. PT KAS mendirikan unit usaha pada tanggal 19 April 2012 di wilayah Desa Sukomulyo ini.

Dari RT 13 RW 03, Tim Penelitian NIHR yang terdiri dari Eko Teguh Purwito Adi, Azarine Aisyah Widhowati, Tanjung Prameswari, Desta Prasanthi Anggraini, Supyandi, dan fasilitator NIHR ini, berpindah ke sebelah barat mengikuti alur sungai, tepatnya di timur Jembatan Tenger.

Di lokasi ini, menurut Kades Sukomulyo berjarak sekitar 450 meter dari PT Liku Telaga (Produsen asam sulfat, aluminium sulfat dan natrium silikat) dan PT Solvay Manyar (surfactant industry). Surfactant industry (industri surfaktan) menghasilkan senyawa penting dalam industri dengan berbagai fungsi.

Pengukuran kualitas udara di RT 01 RW 01

Terakhir, Kades Sukomulyo memandu pengukuran kualitas udara di jalur masuk menuju PT Dunia Kimia Jaya (DKJ). PT DKJ adalah perusahaan manufaktur dengan fasilitas untuk memproduksi berbagai bahan kimia khusus untuk berbagai industry, mulai dari industri tekstil, kertas, karet, pengolahan air, makanan, pertanian, pertambangan minyak, kosmetik, dan industri lainnya.

Pengukuran kualitas udara yang dimulai pada pukul 13.33 WIB itu selesai pada pukul 14.12 WIB. Setiba kembali di Kantor Desa Sukomulyo, Tim Penelitian NIHR langsung berpamitan karena Kades akan langsung takziah ke rumah salah satu warga yang meninggal dunia saat FGD berlangsung. *** [200724]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Kamis, 30 Mei 2024

Senin Pagi, Tim Penelitian NIHR Berkunjung ke Desa Bakalan

Senin (13/05) pagi yang cerah, Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) atau yang di Indonesia dikenal dengan penelitian “Dampak Polusi Udara terhadap Risiko Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronis dan Penyakit jantung di Kabupaten Malang, Jawa Timur” berkunjung ke Desa Bakalan, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang.

Kunjungan Tim Penelitian NIHR tersebut dalam rangka pengumpulan data di lapangan. Pengumpulan data (data collecting) ada yang dilakukan melalui Focus Group Discussion (FGD) Anggota Komunitas, wawancara Karakteristik Masyarakat (Community Characteristics), dan pengamatan langsung (direct observations) serta siangnya disambung dengan FGD Photovoice Tahap 3.

FGD Anggota Komunitas di Desa Bakalan, Kecamatan Bululawang

Dalam pengumpulan data itu, Tim Penelitian NIHR menurunkan 10 personil yang terdiri dari Meutia Fildzah Sharfina, SKM, MPH; Hilda Irawati, S.Stat.; Serius Miliyani Dwi Putri, SKM, M.Ked.Trop.; Eko Teguh Purwito Adi, S.Si., M.Si.; Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K.; dan saya serta empat enumerator (Elmi Kamilah, S.Sos.; Arief Budi Santoso, S.E.; Tanjung Prameswari, S.Tr.P.; dan Supyandi).

Wawancara Karakteristik Masyarakat di Pendopo Sasana Manggala Praja Balai Desa Bakalan

Kesepuluh personil yang multidisiplin itu berbagi peran dalam data collecting di Desa Bakalan. Dalam FGD Anggota Komunitas (dua orang perangkat desa, dua orang tokoh masyarakat, dan dua orang pasien PTM) di Ruang Kasun Balai Desa Bakalan, empat personil yang bertugas adalah Meutia Fildzah Sharfina (administrasi), Hilda Irawati (dokumentasi, dan recording), Serius Miliyani (notulen), dan saya (moderator).

Kemudian dalam wawancara Karakteristik Masyarakat dengan sejumlah perangkat desa di Pendopo Sasana Manggala Praja Balai Desa Bakalan, menurunkan dua enumerator sejoli, yaitu Elmi Kamilah dan Arief Budi Santoso.

Pengamatan langsung di lapangan 

Sedangkan, untuk pengamatan langsung dengan melakukan keliling Desa Bakalan, dilakukan oleh Eko Teguh Purwito Adi yang dibantu dua enumerator, yakni Tanjung Prameswari dan Supyandi, dengan dibantu perangkat desa sebagai field guide.

Tim Penelitian NIHR yang bertugas dalam FGD Anggota Komunitas, wawancara Karakteristik Masyarakat, dan pengamatan langsung selesai menjelang Dhuhur. Mereka pun kemudian kembali ke Kampus Universitas Brawijaya, sementara dua personil (Christina Arief T. Mumpuni dan saya) masih tinggal di Balai Desa Bakalan karena siangnya akan melakukan FGD Photovoice Tahap 3 di Ruang Kasun Balai Desa Bakalan yang akan diikuti lima kader dari Desa Bakalan dan lima kader dari Desa Krebet Senggrong. *** [300524]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Minggu, 05 Mei 2024

Observasi Lapangan Dimulai Di Desa Sumberejo

Satu lagi instumen yang dilakukan dalam penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC), atau yang di Indonesia dikenal dengan penelitian “Dampak Polusi Udara terhadap Risiko Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronik dan Penyakit Jantung di Kabupaten Malang, Jawa Timur”, yaitu pengamatan langsung (direct observation).

Dalam tradisi penelitian skala luas yang multidisiplin, pengamatan (observasi) langsung biasanya bagian integral dalam pengumpulan data yang menyatu dengan instrumen karakteristik masyarakat. Pewawancara biasanya mencatat karakteristik masyarakat saat ini dengan ditunjukkan catatan statistik di kantor kepala desa dan melalui observasi (pengamatan) langsung.

Tim Penelitian NIHR dan empat enumerator berangkat dari depan Balai Desa Sumberejo untuk melakukan pengamatan langsung (Foto: Kamis, 02/04)

Dari empat desa yang menjadi sampel dalam penelitian NIHR di Kabupaten Malang ini, Tim Penelitian NIHR (Sujarwoto, S.IP, M.Si, MPA, Ph.D; Meutia Fildzah Sharfina, SKM, MPH; Serius Miliyani Dwi Putri, SKM, M.Ked.Trop) bersama dengan empat enumerator Elmi Kamilah, S.Sos; Arief Budi Santoso, SE; Tanjung Prameswari, S.Tr.P, dan Supyandi) melakukan observasi langsung dimulai dari Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.

Mereka mengerjakan pengamatan langsung usai melakukan Focus Group Discussion (FGD) anggota komunitas dan wawancara karakteristik masyarakat (community characteristics) dengan perangkat desa, pada Kamis (02/05).

Pengukuran kualitas udara di Dusun Bandarangin yang punya bau limbah tetes menyengat (Foto: Sabtu, 04/05)

Dalam observasi itu, mereka didampingi oleh dua staf PTM dan Kesehatan Jiwa (Keswa) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang, yaitu Imam Ghozali, S.Kep.Ners dan Gatot Sujono, S.ST, M.Pd. Sementara itu, salah seorang anggota Tim Penelitian NIHR lainnya masih harus stay di Balai Desa Sumberejo untuk membantu Tim Penelitian NIHR dari Yayasan Percik Salatiga Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K, menyelenggarakan FGD Photovoice di siang harinya.

Tim Penelitian NIHR dan empat enumerator berkeliling dari dusun ke dusun yang ada di wilayah adminstratif Desa Sumberejo. Mereka berkeliling dari selatan yang mepet dengan Desa Pagak hingga ke utara melintasi kawasan hutan Gunung Geger hingga dusun yang berbatasan dengan Desa Gampingan. Bentangan dari Dusun Bantarangin yang berada di selatan hingga Dusun Bekur dan Bendo, jaraknya sekitar 7 kilometer dengan kontur tanah yang berbukit.

Pembuangan limbah sampah plastik di TPA dekat hutan Gunung Geger

Modul observasi langsung dalam penelitian NIHR meminta pengamat lapangan (field observer) mencatat observasi mengenai informasi lokasi, pengamatan umum, fasilitas dan praktik pengelolaan sampah, polusi udara, praktik pembakaran plastik, jaringan internet, dan catatan petugas lapangan.

Syarat dalam melakukan pengamatan langsung ini, siapa pun petugas yang diberikan amanah harus dibekali sebuah alat bernama Global Positioning System (GPS). GPS adalah konstelasi satelit yang mendukung pengukuran penentuan posisi, navigasi, dan waktu yang sangat akurat di seluruh dunia. GPS ini nantinya yang akan digunakan untuk mengisi daerah amatan yang meminta garis lintang maupun garis bujur.

Melihat tungku pembakaran gamping di Dusun Bekur

Dalam sejumlah penelitian besar, seperti Indonesian Family Life Survey (IFLS), Work and Iron Status Evaluation (WISE), dan The Study of Tsunami Aftermath and Recovery (STAR), biasanya menggunakan GPS Garmin Etrex yang umumnya direferensikan funding dalam penggunaannya.

Selain itu, dalam pengukuran garis lintang dan garis bujur, seyogyanya field observer mengajak Tim Penelitian NIHR dari Fisika Lingkungan Univeristas Brawijaya (UB), karena mereka yang memiliki alat portable untuk mengukur kualitas PM2.5 di daerah observasi.

Suasana Dusun Bendo dengan pemandangan pegunungan karst

Pengamatan langsung di Desa Sumberejo memerlukan waktu selama dua hari lamanya. Karena di samping cakupan geografisnya yang luas dan berbukit, juga pada hari pertama belum membawa GPS dan mengajak Tim Penelitian NIHR dari Fisika Lingkungan.

Pengamatan langsung di Desa Sumberejo dilakukan pada hari Kamis (02/05) siang hari usai FGD anggota komunitas dan wawancara karakteristik masyarakat, dan pada hari Sabtu (04/05). Pada Sabtu (04/05) mereka berangkat bersama dengan Tim Penelitian NIHR yang akan melakukan wawancara dengan Annexure 2 dan 4 di Puskesmas Pagak. *** [050524]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Risk Checker

Risk Checker

Indeks Massa Tubuh

Supplied by BMI Calculator Canada

Statistik Blog

Sahabat eKader

Label

Arsip Blog