Tampilkan postingan dengan label Desa Krebetsenggrong. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Desa Krebetsenggrong. Tampilkan semua postingan

Selasa, 30 April 2024

Dua Desa Ikuti FGD Photovoice di Balai Desa Bakalan

Sabtu (30/04) pagi, awan terlihat cerah di Desa Bakalan. Empat orang partisipan tampak sudah ada yang datang dan duduk-duduk di Pendopo Sasana Manggala Praja Balai Desa Bakalan yang terletak di Jalan Raya Bakalan Dusun Bakalan 01 RT 01 RW 02 Desa Bakalan, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang.

Sambil menunggu yang lainnya, mereka bercengkerama dengan Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K, salah seorang anggota Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Enviromental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) atau yang di Indonesia dikenal dengan penelitian “Dampak Polusi Udara terhadap Risiko Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronik dan Penyakit Jantung di Kabupaten Malang, Jawa Timur, asal Yayasan Percik Salatiga (YPS).

YPS (Yayasan Percik Salatiga) bekerja sama dengan Universitas Brawijaya (UB) Malang melakukan penelitian partisipatif untuk mengidentifikasi kumpulan solusi alternatif pengatasan dampak pembakaran sampah plastik terhadap kesehatan masyarakat. Kegiatan ini sesungguhnya merupakan kelanjutan dari SMARThealth yang ingin diperluas dengan melihat dampak polusi udara terhadap Penyakit Tidak Menular (PTM), seperti paru-paru dan jantung.

Partisipan dari Desa Bakalan dan Krebetsenggrong ikuti FGD Photovoice di Balai Desa Bakalan

Mereka hadir di Balai Desa Bakalan ini dalam rangka mengikuti Focus Group Discussion (FGD) Photovoice yang diselenggarakan oleh YPS dengan dibantu fasilitator NIHR dalam notulensinya. Sebagai sebuah metode atau alat, photovoice merupakan pendekatan yang tepat untuk dipratekkan guna meningkatkan partisipasi masyarakat. 

Photovoice adalah proses teknik fotografi yang dapat membantu individu mengidentifikasi, mengekspresikan dan meningkatkan komunitas melalui gambar/foto. Melalui produk foto diharapkan mewakili dan menceriterakan pengalaman sehari-hari masyarakat. Komponen utama dari photovoice adalah berbagi foto untuk memulai bersama secara kritis (ada proses berbicara dan mendengarkan) yang diharapkan mampu membawa perubahan sosial di lingkungan.

Photovoice memprioritaskan interpretasi foto, bukan sekadar ambil gambar saja. Penekanannya dalam photovoice adalah pada isi foto dan makna yang diilustrasikan oleh fotografer, bukan kualitas foto yang diambil.

Ruang Kasun Balai Desa Bakalan yang ber-AC jadi tempat melaksanakan FGD Photovoice

Photovoice ini memiliki manfaat: (1) Memberikan rekomendasi kepada instansi pemerintah terkait polusi udara dan dampaknya terhadap kesehatan; (2) Melakukan perubahan informal di dalam komunitas yang bermanfaat bagi masyarakat; (3) Mendorong penyelenggaraan acara di tingkat lokal secara bersama; dan (4) Meningkatkan kesadaran tentang dampak polusi udara dari pembakaran sampah terutama sampah plastik dan mengupayakan solusi bersama berdasarkan pengalaman hidup dari masyarakat.

FGD Photovoice ini diikuti oleh dua desa yang terdapat dalam wilayah administatif Kecamatan Bululawang, yaitu Desa Bakalan dan Desa Krebetsenggrong. Setiap desa diharapkan mengirimkan lima orang partisipan dalam FGD tersebut, yang umumnya terdiri dari para kader.

FGD yang dilaksanakan di Ruang Kasun Balai Desa Bakalan itu dimulai pada pukul 09.30 WIB, dan kebetulan ada salah seorang partisipan dari Desa Krebetsenggrong tidak bisa hadir, sehingga esok harinya akan diajak diskusi dalam waktu tersendiri di rumahnya.

Partisipan sedang membaca informed consent terkait FGD Photovoice

Dalam FGD Photovoice ini, Christina memandu jalannya pelaksanaan. Mula-mula ia memberikan daftar hadir untuk diisi oleh partisipan yang terdiri dari 9 orang, satu di antaranya adalah perangkat Desa Bakalan dan berjenis kelamin laki-laki.

Setelah mengisi daftar hadir, partisipan dipersilakan membaca informed consent sebagai syarat bahwa keikutsertaan mereka dalam FGD Photovoice ini atas kerelaannya sendiri. Kemudian Christina memberikan prolog singkat mengenai latar belakang penyelenggaraan FGD Photovoice mengenai pengelolaan sampah plastik dan kesehatan masyarakat di Kabupaten Malang, terus menjelaskan apa itu photovoice, dan terakhir adalah alur tahapan photovoice yang dilalui dalam lima kali pertemuan: tahap pengenalan topik dan teknik  photovoice, tahap pengambilan gambar, tahap sharing foto dan cerita, tahap diseminasi, dan tahap refleksi.

Pertemuan pertama ini, FGD berfokus pada diskusi terkait pengelolaan sampah plastik dan kesehatan masyarakat dan teknik photovoice. Pada kesempatan ini, Christina memantik topik tersebut dihadapan para partisipan untuk mengemukan pengalamannya dari perspektif mereka masing-masing.

Suasana FGD Photovoice di Ruang Kasun Balai Desa Bakalan

Begitu dipantik, suasana pun menjadi hidup. Mereka saling memberikan cerita, pengalaman, maupun pandangannya terhadap pengelolaan sampah plastik dan kesehatan masyarakat terutama terkait dengan masalah polusi udara yang ada di lingkungan sekitar mereka.

FGD Photovoice ini awalnya juga disaksikan oleh perawat Desa Bakalan Dian Pramono, A.Md.Kep yang turut hadir dalam diskusi kelompok tersebut, namun kemudian ia minta izin untuk meninggalkan tempat guna berkegiatan dalam Posyandu Lansia di Desa Bakalan.

Selain didokumentasikan dalam foto, kegiatan FGD Photovoice ini juga direkam dengan tape recorder digital serta notulensi guna analisa data nantinya. Proses FGD ini memakan waktu satu jam lebih.

Christina dan fasilitator NIHR berpamitan dan meninggalkan tempat penyelenggaraan FGD Photovoice di Desa Bakalan pada pukul 11.43 WIB guna melanjutkan perjalanan menuju Pustu Gampingan, di mana di sana juga dijadwalkan penyelenggaraan FGD Photovoice bagi partisipan Desa Gampingan siang hari ini. *** [300424]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Minggu, 28 April 2024

Jadwal Terbaik adalah Jadwal yang Beradaptasi dengan Perubahan

The best schedule is one that is adapting to change.” Ujaran (quote) Tamerlan Kuzgov, seorang penulis The Mixed Martial Art Combines Ineffective Techniques (2021) asal Rusia ini terlihat sederhana, “Jadwal terbaik adalah jadwal yang beradaptasi dengan perubahan.”

Namun dibalik kesederhanaannya, ujaran tersebut memiliki implementasi yang kompleks. Kompleks adalah suatu kesatuan yang terdiri dari sejumlah bagian, khususnya yang memiliki bagian yang saling berhubungan dan saling tergantung.

Berdiskusi dengan perawat Desa Bakalan di Puskesmas Bululawang

Fasilitator dan salah seorang Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC), atau yang dikenal dengan penelitian “Dampak Polusi Udara terhadap Risiko Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronik dan Penyakit Jantung di Kabupaten Malang, Jawa Timur, asal Yayasan Percik Salatiga (YPS) – Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K – pun menyadari implisit ujaran Kuzgov tersebut.

Di tengah padatnya jadwal turun lapangan dari Tim Penelitian NIHR yang terdiri dari beberapa institusi (2 dari Fakultas di Universitas Brawijaya (Kedokteran dan Pertanian) dan juga ada 2 civil society yang salah satunya adalah YPS), fasilitator dan YPS berusaha mematangkan jadwal dalam rangka menyelenggarakan FGD (Focus Group Discussion) Photovoice terkait persampahan dan polusi udara.

Menurut Dawson, Manderson & Tallo dalam A Manual for the Use of Focus Groups (Boston: INFDC, 1993), salah satu perencanaan penyelenggaraan operasional untuk FGD adalah merencanakan waktu dan tempat penyelenggaraannya serta mengatur tempat yang memungkinkan terjadinya interaksi yang santai, aman dan nyaman.

Berdiskusi dengan perawat Desa Krebetsenggrong di Puskesmas Bululawang

Ini merupakan hal krusial dan tidak gampang. Mengingat hal ini diikuti oleh beberapa orang dengan berbagai karakteristiknya, dan sekaligus bersinggungan dengan pihak-pihak lainnya. Oleh karena itu, fasilitator dan anggota Tim Penelitian NIHR YPS berusaha berkomunikasi dengan perawat desa masing-masing yang nota bene termasuk individu yang mengenal karakteristik partisipan dan sekaligus geografisnya.

Dua hari fasilitator NIHR melakukan in-depth interview bersama Tim Penelitian NIHR dari Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) di Puskesmas Bululawang, mengajak anggota Tim Penelitian NIHR YPS agar segera terhubung dengan perawat Desa Bakalan dan Krebetsenggrong.

Hari pertama in-depth interview di Puskesmas Bululawang pada Kamis (25/04), anggota Tim Penelitian NIHR YPS bisa berkomunikasi dengan perawat Desa Bakalan Dian Pramono, A.Md.Kep saat mengantar kader kesehatan Desa Bakalan yang mengikuti in-depth interview di Puskesmas Bululawang.

Berdiskusi dengan perawat Desa Gampingan di Pustu Gampingan

Hari kedua in-depth interview Tim Penelitian NIHR FKUB di Puskesmas Bululawang pada Jumat (26/04), anggota Tim Penelitian NIHR YPS bersua dengan perawat Desa Krebetsenggrong Citra Sulistyo Wardini, A.Md.Kep yang kebetulan mengikuti in-depth interview di Puskesmas Bululawang.

Lalu, pada hari Sabtu (27/04), fasilitator NIHR mengajak anggota Tim Penelitian NIHR YPS untuk bertemu dengan perawat Desa Gampingan dan Sumberejo. Kedua desa tersebut berada di wilayah administratif Kecamatan Pagak dan sekaligus masuk dalam wilayah kerja Puskesmas Pagak.

Pukul 08.25 WIB, fasilitator dan anggota Tim Penelitian NIHR YPS berjumpa dengan perawat Desa Gampingan Tyas Pratiwi, A.Md.Kep di Pustu Gampingan yang beralamatkan di Jalan Raya Gampingan Dusun Krajan RT 04 RW 01 Desa Gampingan, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.

Berdiskusi dengan perawat Desa Sumberejo di Puskesmas Pagak

Di Pustu Gampingan, kita mediskusikan penyelenggaran FGD Photovoice di Desa Gampingan di tengah jadwal pengumpulan data yang padat merayap dari FKUB. Begitu pula, ketika bersua dengan perawat Desa Sumberejo Hari Purnomo, S.Kep. Ners di Puskesmas Pagak pada pukul 09.03 WIB, juga membahas seperti apa yang dilakukan bersama perawat Desa Gampingan.

Dari empat pertemuan dengan keempat perawat desa tersebut, akhirnya bisa mengagendakan pelaksanaan FGD Photovoice terkait persampahan dan polusi udara setelah melalui diskusi yang intens. Pernah mengalami sejumlah perubahan, entah itu waktunya, entah itu harinya. Namun akhirnya terjadi titik temu dalam jadwal secara sambung-menyambung. Paginya di desa ini, siang/sorenya di desa lainnya.

Setelah disepakati, masalah tidak berhenti di situ saja. Fasilitator segera menghubungi admin penelitian NIHR Hilda Irawati untuk membantu menyiapkan surat pinjam pakai salah satu ruangan di balai desa tempat diselenggarakannya FGD Photovoice kepada Pemerintah Desa setempat, dan sekaligus mengundang kader yang telah terpilih dari desanya masing-masing, mengingat kader sesungguhnya adalah milik desa. *** [280424]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Risk Checker

Risk Checker

Indeks Massa Tubuh

Supplied by BMI Calculator Canada

Statistik Blog

Sahabat eKader

Label

Arsip Blog