Tampilkan postingan dengan label Puskesmas Bululawang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Puskesmas Bululawang. Tampilkan semua postingan

Senin, 05 Agustus 2024

Senin Ini Ada Acara FGD NIHR, In-depth Interview dan Wawancara di Puskesmas Bululawang

Senin (05/08) pagi ini, Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) kembali berkunjung ke Puskesmas Bululawang.

Sebelumnya, Tim Penelitian NIHR telah melakukan in-depth interwiew dengan sejumlah tenaga kesehatan (nakes) yang ada di Puskesmas Bululawang maupun perawat desa dari Bakalan dan Krebet Senggrong beserta kader kesehatannya. Selain itu, juga telah melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) di Puskesmas Bululawang.

Suasana depan Puskesmas Bululawang di pagi hari

Hari ini merupakan kenjungan yang kelima kalinya karena ada tambahan desa yang menjadi enumeration area (EA) baru dalam penelitian NIHR, yaitu Desa Krebet. Mengingat pada waktu perluasan EA tersebut, Kepala Desa (Kades) Krebet sedang berangkat menunaikan ibadah haji maka pelaksanaannya baru bisa dimulai sekarang setelah turun surat izin penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politi (Bakesbangpol) Kabupaten Malang.

Hari ini ada tiga kegiatan yang dilakukan di Ruang Pertemuan Lantai 2 Puskesmas Bululawang yang beralamatkan di Jalan Stasiun No. 11-13 Desa Bululawang, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, yang lokasinya berada di pojok timur utara Pasar Bululawang, yakni FGD dengan perawat Desa Krebet dan lima nakes dari Puskesmas Bululawang, in-depth interview dengan bidan Desa Krebet, dan wawancara dengan seorang kader kesehatan Desa Krebet.

Sambutan dari drg. Halida mewakili Kepala Puskesmas Bululawang

Sebelum kegiatan, terlebih dahulu drg. Halida yang mewakili Kepala Puskesmas Bululawang memberikan sambutan sebentar dalam kegiatan ini. Kemudian terus dilanjutkan dengan sambutan balasan dari Manajer Program Serius Miliyani Dwi Putri, SKM, M.Ked.Trop.

Usai sambutan, ketiga acara tersebut langsung dijalankan. FGD dengan perawat Desa Krebet Eka Ilham Adi Waluyo, A.Md.Kep., dan lima nakes/staf dari Puskesmas Bululawang (drg. Halida, Ririn Restaliningrum, S.ST., M.AP, Atik Tri Rahayoe, S.ST, Eny Purwaningsih, AMKL, Lintang Hanum Pertiwi, SKM), dimoderatori oleh fasilitator NIHR dengan notulis Hilda Irawati, S.Stat.

FGD dengan perawat Desa Krebet dan lima nakes dari Puskesmas Bululawang

Kemudian untuk in-depth interview dengan bidan Desa Krebet Avanti Roslina, A.Md.Keb. dilakukan oleh Serius Miliyani Dwi Putri, dan wawancara dengan kader kesehatan Desa Krebet Lilik Ati dilaksanakan oleh Meutia Fildzah Sharfina, SKM, MPH. Kegiatan ini juga dihadiri salah seorang anggota Tim CEI (Community engagement and involvement) Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K.

FGD dilakukan mulai pukul 08.41 WIB dan berakhir pada pukul 10.12 WIB. Dalam diskusi kelompok terfokus itu, hasilnya diketahui bahwa nakes peserta FGD pada umumnya membuang sampah di tempat sampah yang ada di depan rumah. Sampah itu kemudian diangkut oleh petugas secara berlangganan. Besarannya ada yang Rp 15ribu dan ada juga Rp 25rb. Besaran ini muncul setelah ada rembug di antara warga.

In-depth interview dengan bidan Desa Krebet

Kendati, peserta FGD umumnya tidak membakar sampah, kalau pun ada karena kasus insidental saja seperti popok kucing yang besar tidak bisa masuk keranjang atau rerimbunan daun di depan rumahnya.

Meski jarang, namun peserta FGD mengamini bahwa pembakaran sampah utamannya plastik memberikan dampak bagi kesehatan masyarakat, seperti menimbulkan polusi udara, dan menyebabkan sesak pernapasan, yang jika terus-menerus terpapar akan mengakibatkan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

Umumnya yang tergolong riskan adalah balita dan lansia. Balita karena baru mengalami pertumbuhan organ-organ penting, dan yang lansia telah terjadi penurunan fungsi organ-organnya ketika memasuki lansia.

Wawancara dengan kader kesehatan Desa Krebet

Menariknya, pada saat fasilitator NIHR mendiskusikan terkait solusi apa yang sekiranya dapat mengurangi pembakaran sampah plastik, ada 7 isu yang muncul 1). Mengganti plastik dengan bahan lain yang mudah di daur ulang; 2). Bank sampah diperbanyak tiap RT; 3). Penyuluhan masyarakat tentang bahaya polusi udara bagi kesehatan; 4). Pemilahan sampah (organik dan anorganik); 5). Masyarakat, pabrik dan Pemdes bekerja sama menaggulangi limbah sampah; 6). Pelatihan pengelolaan limbah; dan 7). Memperbanyak pengepul plastik.

Dari ketujuh isu tersebut, fasilitator NIHR memantiknya dengan membahas solusi yang telah dituliskan dalam kertas plano. Mereka umumnya memiliki urutan-urutan tersendiri berdasarkan asumsi yang mereka miliki, dan kemudian mereka juga memunculkan bahwa perlu adanya regulasi dalam mengatasi atau mengurangi limbah sampah di Kabupaten Malang agar masyarakat paham betul, termasuk di dalamnya ada larangan pembakaran sampah. *** [050824]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Sabtu, 29 Juni 2024

Pelatihan Kader PPOK Puskesmas Bululawang

Saat bertugas memoderatori FGD Fase 1 dengan perawat dan staf terkait lainnya dari Ponkesdes dan Puskesmas, fasilitator NIHR mendapat undangan secara lisan dari Penanggung jawab (Pj) PTM Puskesmas Bululawang untuk menghadiri pelatihan kader PPOK esok harinya (Sabtu, 29/06).

Menurut Pj PTM Puskesmas Bululawang Intati, A.Md.Keb., pelatihan kader PPOK ini sesuai ‘roh’ dari penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NHR-GHRC NCDSs & EC), yaitu pengembangan inovasi SMARThealth untuk menurunkan risiko penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan penyakit jantung yang disebabkan oleh polusi udara akibat pembakaran sampah di Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Bidan Koordinator Puskesmas Bululawang berikan sambutan dalam pelatihan kader PPOK

Pelatihan kader PPOK ini diselenggarakan oleh Puskesmas Bululawang di Ruang Pertemuan Lantai 2 Puskesmas Bululawang yang beralamatkan di Jalan Stasiun No. 11-13, dan diikuti oleh kader PPOK dari 14 desa yang ada dalam wilayah kerja Puskesmas Bululawang, yaitu Sempalwadak, Wandanpuro, Bululawang, Lumbangsari, Sukonolo, Gading, Krebet, Bakalan, Sudimoro, Kasri, Pringu, Kuwolu, Kasembon, dan Krebet Senggrong.

Tujuan pelatihan ini untuk meningkatkan capaian skrining PPOK di wilayah kerja Puskesmas Bululawang dengan memberdayakan kader PPOK yang ada, dan penyelenggaraannya didanai oleh BOK (Belanja Operasional Kesehatan).

Acara pelatihan dimulai pada pukul 09.01 WIB. Mula-mula Master of Ceremony (MC) Lintang Hanum Pertiwi, SKM (Pj. Promkes) mengajak menyimak pemutaran video safety briefing Puskesmas Bululawang. Safety briefing ini merupakan prosedur keselamatan yang diterapkan oleh Puskesmas Bululawang bila dalam keadaan darurat.

Peserta pelatihan kader PPOK, diambil dari sudut barat Ruang Pertemuan Latani 2 Puskesmas Bululawang

Selesai pemutaran video safety briefing, dilanjutkan dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya guna meningkatkan rasa nasionalisme dan diteruskan dengan lagu Mars GERMAS yang dipimpin oleh dirijen Yunani, seorang kader PPOK dari Desa Lumbangsari. Kemudian setelahnya, MC Lintang memandu doa demi kelancaran acara ini.

Usai berdoa, acara berikutnya adalah sambutan dari Kepala Puskesmas Bululawang yang diwakili oleh Bidan Koordinator Puskesmas Bululawang Sumaidah, S.ST. Dalam sambutannya, Sumaidah berharap agar ilmu yang diserap nanti dari pelatihan ini bisa diterapkan di desanya masing-masing. Karena diakui oleh Sumaidah, untuk mencapai Indonesia Sehat itu sulit, terutama bagi yang berada di bawah. Oleh karena itu, Puskesmas Bululawang berbagi ilmu dengan kader PPOK yang ada di desa-desa untuk bersama-sama mewujudkan Indonesia Sehat. “Peran kader itu mulia dalam berbagi ilmu untuk hidup yang lebih sehat di tengah-tengah masyarakat,” tegas Sumaidah.

Pukul 09.16 WIB acara diisi dengan pemaparan materi “PPOK: Penyakit Paru Obstruktif Kronik” yang disampaikan oleh dokter fungsional Puskesmas Bululawang dr. Hidayatulloh Arief. PPOK menurut dr. Hidayatulloh Arief, adalah istilah yang digunakan untuk sejumlah penyakit yang menyerang paru-paru untuk jangka panjang. Istilah awamnya disebut paru-paru molor.

Peserta pelatihan kader PPOK, diambil dari sudut timur Ruang Pertemuan Lantai 2 Puskesmas Bululawang

Penyakit ini menghalangi aliran udara dalam paru-paru sehingga pengidap akan mengalami kesulitan dalam bernapas. PPOK umumnya merupakan kombinasi dari dua penyakit pernapasan, yaitu bronchitis kronis dan emfisema.

Bronkitis adalah infeksi pada saluran udara menuju paru-paru yang menyebabkan pembengkakan dinding bronkus dan produksi cairan di saluran udara berlebihan. Sedangkan emfisena adalah kondisi rusaknya kantung-kantung udara pada paru-paru yang terjadi secara bertahap.

Apa itu PPOK? Menurut dr. Hidayatulloh Arief adalah penyakit paru yang kronik (waktu lama), ada obstruksi (hambatan) aliran udara di saluran pernapasan, sifat progresif (cepat bertambah buruk), nonreversibel (tidak dapat sembuh) atau reversibel parsial (sembuh sebagian).

Pemaparan materi atau penyuluhan dari dokter fungsional Puskesmas Bululawang

Selain itu, dr. Hidayatulloh Arief juga mengemukakan sejumlah faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengidap PPOK, seperti rokok, usia, pajanan polusi udara, dan faktor keturunan.

“Selain asap rokok, asap pabrik gula (PG) juga berpengaruh terhadap paru-paru kita,” jelas dr. Hidayatulloah Arief dihadapan para kader dari 14 desa yang ada di lingkungan kerja Puskesmas Bululawang. “Dan, PPOK juga bakal mempengaruhi jantung kita.”

Mengakhiri paparannya usai berdiskusi dengan kader, dr. Hidayatulloh Arief mengatakan bahwa ia adalah seorang dokter, jadi umumnya hanya mengobati pasien yang memeriksakan diri ke Puskesmas Bululawang. 

Senam peregangan Kun Anta (Jadilah Dirimu Sendiri)

Mengenai sebab-sebabnya yang terkait dengan lingkungan di mana pasien itu tinggal, peran kader PPOK ini sangatlah penting dalam meminimalisirkan faktor risiko pencetus PPOK di tengah-tengah masyarakat yang ada di desanya masing-masing. Oleh karena itu, kader tidak melakukan skrining PPOK namun mencatat riwayat penyakitnya, seperti merokok dan lain-lainnya.

Selesai dr. Hidayatulloh Arief, dilakukan senam peregangan sebelum melanjutkan acara berikutnya. Senam peregangannya mengambil dari Refresehment Dinkes Provinsi DKI Jakarta dengan diiringi lagu Kun Anta (Jadilah Dirimu Sendiri) yang dinyanyikan oleh pemuda ganteng Humood Alkhudner dalam bahasa Arab.

Lima menit berolah badan, acara dilanjutkan dengan materi yang dibawakan oleh Pj. PTM Puskesmas Bululawang tentang pencatatan input skrining ke dalam ePuskesmas. Pada kesempatan itu, Pj. PTM Puskesmas Bululawang mengajari para kader yang mengikuti pelatihan ini dalam pelaporan pencatatannya.

Pj. PTM Puskesmas Bululawang mengajari input data skrining PPOK dalam ePuskesmas

"Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan kader mampu membantu melakukan input skrining PPOK ke dalam ePuskesmas,” himbau Pj. PTM Puskesmas Bululawang kepada kader agar supaya capaian skrining PPOK per desa menjadi meningkat.

Kemudian Pj. PTM juga menjelaskan kepada fasilitator NIHR yang sekaligus juga anggota Tim SMARThealth Universitas Brawijaya (UB), yang dengan seksama menyimak jalannya pelatihan ini, bahwa kasus PPOK di wilayah kerja Puskesmas Bululawang ini teridentifikasi antara Januari-Mei 2024 ini sebanyak 124 orang. *** [290624]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Jumat, 28 Juni 2024

14 Nakes Puskesmas Bululawang Ikut FGD Fase 1 NIHR

Setelah dilakukan Focus Group Discussion (FGD) Fase 1 terkait sampah plastik di Desa Krebet Senggrong dan Desa Bakalan bagi kader kesehatan, wakil masyarakat terdampak polusi (pria), wakil masyarakat terdampak polusi (wanita), dan tokoh masyarakat terdampak polusi, hari ini (Jumat, 28/06) giliran Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) mengadakan FGD Fase 1 dengan perawat dan staf terkait lainnya dari Ponkesdes dan Puskesmas.

FGD yang mengambil tempat di Ruang Akreditasi Puskesmas Bululawang tersebut, diikuti oleh 14 tenaga kesehatan (nakes) yang bekerja di lingkungan Puskesmas Bululawang, yang terbagi dalam 2 sesi FGD Fase 1.

Sesi 1 diikuti oleh 7 perawat, yaitu Dian Pramono (perawat Desa Bakalan), Nur Hasanah (perawat Desa Kasembon), Rahmad Teguh P. (perawat Desa Pringu), Ristyawati (perawat Desa Kuwolu), Anis Indah S. (perawat Desa Kasri), Dwi Putri (perawat Desa Sudimoro), dan Eka Ilham Adi W. ( perawat Desa Krebet).

Penjelasan informed consent sebelum FGD dimulai

Sedangkan, sesi 2 diikuti oleh 7 nakes, yakni Khilmi Ainun N. (perawat Desa Sukonolo), Nur Azizah (perawat Desa Bululawang), Cici Kusuma Pratiwi (perawat Desa Wandanpuro), Yudi N.R. (perawat induk Puskesmas Bululawang), Intati (bidan Desa Kuwolu dan Penanggung jawan PTM Puskesmas Bululawang), Lia Febriati (perawat Desa Gading), dan Citra Sulistyo W. (perawat Desa Krebet Senggrong).

Sementara itu, Tim Penelitian NIHR terlihat hadir dalam FGD Fase 1 adalah Meutia Fildzah Sharfina, SKM, MPH (informed consent); Hilda Irawati, S.Stat. (notulis); Serius Miliyani Dwi Putri, SKM, M.Ked.Trop. (notulis); Damar Waskitojati, S.Kom., M.Si (CEI), dan saya (moderator). Selain itu, hadir juga staf PTM dan Keswa Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, Wildan Adi Yatma, S.Psi.

FGD Fase 1 dengan perawat dan staf terkait lainnya dari Ponkesdes dan Puskesmas dimulai pada pukul 08.15 WIB untuk sesi 1. Sebelum moderator memulai prosesi FGD Fase 1, terlebih dahulu mempersilakan petugas informed consent untuk menjelaskan kepada partisipan.

FGD Fase 1 bersama nakes sessi 1

Setelah informed consent ditandatangani, barulah moderator memulai melakukan FGD Fase 1 dengan perawat dan staf terkait lainnya dari Ponkesdes dan Puskesmas. Ada 16 panduan FGD yang berjumlah 16 pertanyaan, namun dalam prosesinya bisa berkembang manakala moderator menemukan hal-hal yang khas dari paparan sejumlah partisipan.

Usai implementasi sesi 1, terus dilanjutkan dengan pelaksanaan FGD Fase 1 sesi 2. Prosesinya sama dengan pelaksanaan sesi 1. Yang membedakannya hanya pesertanya dan waktu pelaksanaannya saja.

Dari 2 sesi FGD tersebut terangkum hasil bahwa perlakuan sampah plastik dan yang lainnya umumnya ada yang diangkut petugas namun ada juga yang dibakar. Pembakaran sampah plastik itu dilakukan bagi yang masih memiliki lahan yang luas atau alasan tertentu seperti terkadang petugas pengangkut sampah terlambat mengambil. Umumnya masyarakat beralasan dengan kepraktisan saja dan agar cepat bersih.

Sampah plastik dari rumah tangga, dari tangkapan FGD cukup mendominasi di 14 desa yang ada di dalam wilayah kerja Puskesmas Bululawang, seperti sampah dari dapur rumah tangga. Hambatan utamanya dalam mengatasi pembakaran sampah adalah masalah kesadaran dari para individunya dan kurangnya sosialisasi dari pemerintah desa terkait bahayanya bagi kesehatan masyarakat.

FGD Fase 1 bersama nakes di sesi 2

Menurut salah seorang nakes di Puskesmas Bululawang, sebenarnya regulasi tentang larangan pembakaran sampah itu sudah ada. Hanya saja kemungkinan masih kurangnya sosialisasi terhadap masyarakat secara luas.

Selain itu, peran nakes dalam pembakaran sampah plastik sebenarnya juga sudah dilakukan lewat pertemuan-pertemuan yang ada di desa. Namun seiring waktu sering berlalu begitu saja, dan nakes juga belum melihat dampak kesehatan yang ada di masyarakat karena selama ini belum ada yang melaporkan sakit di Ponkesdes.

FGD Fase 1 dengan perawat dan staf terkait lainnya dari Ponkesdes dan Puskesmas ini berakhir pada  pukul 10.41 WIB seiring tahrim keluar melalui speaker horn dari Masjid Besar Sabilit Taqwa yang berada di selatan Pasar Bululawang atau samping Kantor Camat Bululawang. *** [280624]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Kamis, 27 Juni 2024

Pelatihan Kader SMARThealth Desa Kuwolu Tahun 2024

Maksud hati berkunjung ke Puskesmas Bululawang pagi tadi (26/06) ingin berkoordinasi dengan Kepala Puskesmas (Kapus) untuk mengadakan FGD Fase  1 terkait sampah plastik bagi perawat yang ada di lingkungan kerja Puskesmas Bululawang.

Namun hari itu, kebetulan Kapus sedang ada tugas luar. Kemudian fasilitator NIHR ingin berjumpa dengan Penanggung jawab (Pj) PTM, akan tetapi sesuai informasi dari Bagian Tata Usaha, Pj PTM sedang ada giat Pelatihan Kader SMARThealth Desa Kuwolu.

Pj. PTM Puskesmas Bululawang berikan materi dalam Pelatihan Kader SMARThealth Desa Kuwolu, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang

Bersama dengan dua peneliti Tim CEI (Community engagement and involve) – Damar Waskitojati, S.Kom., M.Si dan Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K., fasilitator NIHR menuju ke lokasi pelatihan yang berada di Ruang Pertemuan Desa Kuwolu yang beralamatkan di Jalan Raya Kuwolu No. 177 Dusun Maqbul RT 10 RW 03 Desa Kuwolu, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang.

Pelatihan kader SMARThealth yang dimulai pada pukul 09.00 WIB itu, dibuka secara resmi oleh Ketua Tim Penggerak PKK (TP-PKK) Nugroho Wati, yang didampingi oleh perawat Desa Kuwolu Ristyawati, A.Md.Kep.

Peserta pelatihan kader SMARThealth Desa Kuwolu (diambil dari sisi barat)

Kemudian sebagai narasumbernya menghadirikan Pj. PTM Puskesmas Bululawang Intati, A.Md.Keb. Pada kesempatan itu, Intati menyampaikan materi “Deteksi Dini Faktor Risiko PTM di Posbindu”, dan dihadiri oleh kader Posyandu dan kader PKK sekitar 35 orang.

Selesai penyampaian materi, acara langsung dilanjutkan praktek pengukuran kesehatan yang dipandu oleh perawat Desa Kuwolu dan sejumlah kader SMARThealth. Mereka para kader diwajibkan mempraktekkan apa yang telah diajarkan atau dicontohkan oleh perawat Desa Kuwolu.

Peserta pelatihan kader SMARThealth Desa Kuwolu (diambil dari sudut timur)

“Semua kader diharapkan bisa melakukan deteksi dini faktor risiko PTM,” jelas Pj. PTM Puskesmas Bululawang kepada fasilitator NIHR yang sekaligus juga merupakan salah seorang anggota Tim SMARThealth Universitas Brawijaya (UB) itu.

Dalam kesempatan itu, kader-kader kesehatan yang ada di Desa Kuwolu akan dilatih semuanya dengan pembekalan berupa pemeriksaan dalam skrining faktor risiko PTM, seperti pengukuran antropometri yang benar, pengukuran tekanan darah yang akurat, dan pengecekan kadar gula darah. Untuk tahun 2024 ini diikuti 35 orang.

Peserta pelatihan kader SMARThealth mempraktekkan pengecekan kadar gula darah

Lebih lanjut, Pj. PTM Intati mengatakan bahwa terutama kader SMARThealth juga harus bisa menularkan ilmunya dalam pemeriksaan deteksi dini faktor risiko PTM kepada sesama kader lainnya yang ada di desa tersebut.

Di sela-sela pelatihan tersebut, fasilitator NIHR mengagendakan FGD Fase 1 untuk perawat yang ada di lingkungan kerja Puskesmas Bululawang, termasuk di antaranya perawat Desa Krebet Senggrong dan Desa Bakalan, dengan Pj. PTM Intati, dan akhirnya pelaksanaan FGD Fase 1 direncanakan pada Jumat (28/06).

Fasilitator NIHR berkoordinasi dalam penjadwalan FGD Fase 1

Begitu selesai menjadwalkan implementasi FGD Fase 1, fasilitator NIHR kembali melihat pelaksanaan pelatihan kader SMARThealth Desa Kuwolu yang penyelenggaraannya dilakukan melalui anggaran DD/ADD itu.

Usai beberapa saat menyaksikan jalannya pelaksanaan pelatihan kader SMARThealth Desa Kuwolu, fasilitator NIHR bersama dengan dua peneliti Tim CEI berpamitan untuk melanjutkan tugas lainnya dalam kerangka penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC), atau yang di Indonesia dikenal dengan penelitian “Dampak Polusi Udara terhadap Risiko Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronis dan Penyakit Jantung.” *** [270624]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Sabtu, 11 Mei 2024

Wawancara Annexure 2 dan In-Depth Interview dengan Annexure 4 di Puskesmas Bululawang

Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Disease and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC), atau yang di Indonesia dikenal dengan penelitian “Dampak Polusi Udara terhadap Risiko Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronik dan Penyakit Jantung di Kabupaten Malang, Jawa Timur”, kembali berkunjung ke Puskesmas Bululawang pada Sabtu (11/05) pagi.

Kunjungan kali ini ingin melakukan in-depth interview dengan dokter fungsional Puskesmas Bululawang, karena pada saat bertandang sebelumnya, yaitu pada tanggal 25 dan 26 April 2024, dokter fungsional sedang mengikuti pelatihan “Global Health Research Group on Sustainable Care for Depression & Anxiety in Indonesia (NIHR-GHRC STAND) tentang Perawatan Berkelanjutan untuk Depresi dan Gangguan Kecemasan di Indonesia”, kolaborasi riset antara Universitas Indonesia (UI) dengan University of Manchester dan Machester Metropolitan Universitu di Golden Tulip Holland Resort Batu selama seminggu.

Tim Penelitian NIHR berpose dengan Kapus Bululawang beserta jajarannya di ruang pertemuan

Tim Penelitian NIHR yang terdiri dari Meutia Fildzah Sharfina, SKM, MPH; Hilda Irawati, S.Stat., dan saya beserta dua enumerator, yakni Tanjung Prameswari, S.Tr.P dan Supyandi, tiba di Puskesmas Bululawang pada pukul 08.17 WIB dan diterima dengan ramah oleh Kepala Puskesmas (Kapus) Bululawang drg. Lely Kumalasari. Kemudian dipersilakan untuk melakukan in-depth interview maupun wawancara.

Tim Penelitian NIHR dan enumerator berbagi peran untuk melakukan wawancara. Untuk dokter fungsional Puskesmas Bululawang dr. Hidayatulloh Arief diwawancarai dengan instrumen Annexure 2 dan in-depth interview dengan instrumen Annexure 4 di ruang pertemuan Puskesmas Bululawang sebelah barat.

Wawancara Annexure 2 dengan perawat Desa Krebet Senggrong

Lalu, Meutia mewawancarai perawat Desa Krebet Senggrong Citra Sulistyo Wardini, A.Md.Kep dengan instrumen Annexure 2 di ruang tamu lantai 2, dan saya kebagian melakukan wawancara dengan Penanggung jawab (Pj) PTM Puskesmas Bululawang Intati, A.Md.Keb dengan meminjam ruang kerja Kapus.

Sementara itu, Tanjung Prameswari mewawancarai apoteker Puskesmas Bululawang apt. Aqsanur, S.Farm di ruang kerja yang besebelahan dengan ruang kerja Kapus. Sedangkan, Supyandi melakukan wawancara dengan perawat Desa Bakalan Dian Pramono, A.Md.Kep di ruang pertemuan sebelah timur.

Wawancara Annexure 2 dengan Pj PTM Puskesmas Bululawang

Perlu diketahui, instrumen Annexure 2 menyangkut alat penilaian ketersediaan dan kesiapan layanan fasilitas kesehatan, sementara itu intrumen Annexure 4 merupakan panduan wawancancara mendalam untuk petugas kesehatan masyarakat (tenaga kesehatan Puskesmas, Ponkesdes maupun kader kesehatan).

Modul dalam Annexure 2 meliputi informasi umum, aksesibilitas layanan, nutrisi dan layanan terkait, risiko kesehatan iklim, aplikasi kesehatan digital, layanan yang tersedia, dan catatan kesimpulan pewawancara.

Wawancara Annexure 2 dengan apoteker Puskesmas Bululawang

Sedangkan, pada modul dalam Annexure 4 berisi panduan in-depth interview untuk tata kelola yang dijalankan perawat desa, perawat kesehatan primer yang komprehensif, pelatihan, platform digital, insentif, retensi, dan lain-lainnya.

Kendati instrumen Annexure 2 merupakan wawancara dengan kuesioner terstruktur, namun karena variabel yang ditanyakan cukup banyak akhirnya lamanya juga tak kalah dengan in-depth inteview Annexure 4. Hanya saja, yang membedakannya adalah pada intrumen Annexure 4 perlu dilakukan perekaman dalam proses in-depth interview.

Wawancara Annexure 2 dan in-depth interview Annexure 4 bersama dokter fungsional Puskesmas Bululawang, dan wawancara Annexure 2 dengan perawat Desa Bakalan

Prosesi wawancara dengan instrumen Annexure 2 dan in-depth interview dengan instrumen Annexure 4 ini berakhir pada pukul 10.47 WIB. Yang terlama adalah yang dilakukan oleh Hilda Irawati, karena ia melakukan wawancara Annexure 2 dan sekaligus in-depth interview Annexure 4.

Namun sebelum berpamitan dengan Kapus Bululawang, dilakukan foto bersama dengan Kapus Bululawang di ruang pertemuan Puskesmas Bululawang yang berada di lantai 2 dan menghadap ke Pasar Bululawang. *** [110524]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Sabtu, 27 April 2024

Gegap Gempita Senam Bersama di Ruang Pertemuan Puskesmas Bululawang

Setiap Jumat pagi secara rutin, Puskesmas Bululawang yang berada di Jalan Stasiun No. 11-13 Desa Bululawang, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, menggelar kegiatan senam bersama di antara staf dan karyawannya.

Jumat ini, (26/04), Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC), atau yang dikenal dengan penelitian “Dampak Polusi Udara terhadap Risiko Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronik dan Penyakit Jantung di Kabupaten Malang, Jawa Timur, sempat menyaksikan gegap gempita senam bersama tersebut.

Alunan musik dengan tempo cepat yang diikuti dengan gerakan senam yang lincah. Hentakan demi hentakan kakinya di setiap ganti posisi gerakan memberikan suasana gegap gempita dalam ruangan tersebut yang sesekali disertai oleh teriakan peserta senam.

Tak kalah lincahnya, gemulai Kepala Puskesmas Bululawang drg. Lely Kumalasari yang mengimbangi kelenturan olah fisik yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (nakes) di lingkungan Puskesmas Bululawang tersebut. Putar ke kiri, putar ke kanan menghasilkan gerakan yang indah, dan membikin berkeringat.

Usai senam, Kapus Bululawang berpose dengan peserta senam lainnya

Senam bersama itu sudah menyerupai senam aerobik. Senam aerobik adalah senam dengan rangkaian gerakan yang terpola maupun tidak terpola disertai dengan irama musik yang memiliki ketentuan ritmis, kesinambungan, dan durasi tertentu.

Berdasarkan luas tempat senam dan jenis musik pengiringnya, senam aeorobik bersama yang dimainkan oleh para nakes itu dilakukan dengan menggunakan aliran gerakan yang ringan (low impact aerobics).

Senam bersama ini bermanfaat bagi kebugaran fisik atau jasmani. Kata John Fitzgerald Kennedy (1917-1963), presiden Amerika Serikat ke-35, “Physical fitness is not only one of the most important keys to a healthy body, it is the basis of dynamic and creative intellectual activity” (Kebugaran jasmani bukan hanya salah satu kunci terpenting dari kesehatan tubuh, tetapi merupakan dasar dari aktivitas intelektual yang dinamis dan kreatif).

Latihan senam secara kontinyu konon tidak hanya mengubah tubuh Anda, tetapi juga mengubah pikiran, sikap, dan suasana hati Anda. Menurut Sander Oorschot et. al. (Annals of Physical and Rehabilitation Medicime 66 (1), 2023) dilaporkan bahwa kapasitas aerobik yang memadai, yang dinyatakan sebagai puncak serapan oksigen, berdampak positif terhadap kesehatan fisik, kesehatan mental, dan kualitas hidup serta dapat mencegah penyakit kronis.

Senam bersama di Jumat pagi (26/04) di Ruang Pertemuan Puskesmas Bululawang, Kabupaten Malang

Lebih lanjut, Oorschot et. al. (2023), menjelaskan bahwa latihan aerobik untuk meningkatkan kapasitas aerobik merupakan aspek penting dari manajemen rehabilitasi pada neuromuscular diseases (neuromuskular progresif lambat). Latihan aerobik berfokus pada peningkatan kapasitas dan efisiensi sistem penghasil energi aerobik dan didefinisikan sebagai “latihan terstruktur yang melibatkan penggunaan kelompok otot besar untuk jangka waktu lama dalam aktivitas yang bersifat ritmis, seperti senam."

Dalam The Effect of Aerobic Exercise in Neuroplasticity, Learning, and Cognition: A Systematic Review, Revelo Herrera & Leon-Rojas (2024) mengungkapkan bahwa latihan aerobik dengan berbagai intensitas dapat mempengaruhi rangsangan kortikal dan menghasilkan peningkatan kognitif. Latihan aerobik telah menunjukkan kemanjuran pada individu dari berbagai kelompok umur, serta pada orang dengan dan tanpa penyakit otak.

Jadi, gerakan senam aerobik secara berkesinambungan itu tidak hanya mampu menurunkan berat badan, meningkatkan fungsi jantung dan pernapasan, melatih kesehatan paru-paru, akan tetapi juga dapat menjernihkan pikiran.

Oleh karena itu, ketika nakes Puskesmas Bululawang selesai melakukan senam aerobik dan kemudian melakukan foto bersama terlihat full senyum dan sumringah dalam jepretan hasil gambar fotonya. *** [270424]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Jumat, 26 April 2024

Jumat Berkah, Wawancara Mendalam Di Puskesmas Bululawang Jadi Mudah

Jumat pagi ini (26/04) membawa berkah bagi Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC), atau yang dikenal dengan penelitian “Dampak Polusi Udara terhadap Risiko Penaykit Paru-Paru Obstruktif Kronik dan Penyakit Jantung di Kabupaten Malang, Jawa Timur” di hari kedua bertugas di Puskesmas Bululawang.

Betapa tidak? Begitu tiba pukul 07.45 WIB, Tim Penelitian NIHR bisa menyaksikan gemulainya olah fisik yang dilakukan Kepala Puskesmas (Kapus) Bululawang drg. Lely Kumulasari beserta jajaran tenaga kesehatan (nakes) yang ada di Puskesmas Bululawang.

Sebelum memulai in-depth interview, Tim Penelitian NIHR beraudiensi dengan Kapus Bululawang dan responden

Jumat pagi itu, di Ruang Pertemuan Lantai 2 Puskesmas Bululawang sedang ada senam pagi yang menyerupai aerobik di mana serangkaian gerakan yang dilakukan oleh nakes Puskesmas Bululawang beriringan dengan irama musik dalam durasi waktu tertentu.

Tidak hanya itu, ternyata dengan adanya senam di Jumat pagi di Puskesmas Bululawang banyak nakes yang berkumpul, dan ini juga memberi berkah berupa kemudahan mendapatkan responden untuk diajak wawancara mendalam (in-depth interview) pada hari kedua ini.

In-depth interview dengan perawat Desa Bakalan

In-depth interview (wawancara mendalam) yang biasanya mencakup tiga responden per hari, Jumat ini dapat mewawancarai mendalam empat responden. Keempat responden tersebut meliputi apoteker Puskesmas Bululawang, perawat Desa Krebetsenggrong, perawat Desa Bakalan, dan kader kesehatan dari Desa Krebetsenggrong.

Begitu diterima dengan ramah oleh Kapus drg. Lely yang didampingi langsung oleh empat responden, Kapus pun langsung mempersilakan untuk melakukan wawancara mendalam dengan keempat reponden tersebut.

Kapus drg. Lely membantu mengeset lokasi untuk wawancara mendalam untuk setiap responden. Namun, karena jumlah yang akan mewawancarai ada tiga orang Tim Penelitian NIHR dari Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) maka untuk apoteker nanti wawancaranya pada kloter kedua setelah dari salah satu yang wawancara dari ketiga responden tersebut rampung dulu.

In-depth interview dengan perawat Desa Krebetsenggrong

Sebenarnya ada satu orang lagi Tim Penelitian NIHR dari Yayasan Percik Salatiga (YPS) – Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K. - yang datangnya paling duluan, tapi karena materinya menyangkut masalah kesehatan maka akhirnya ada satu responden yang diwawancarai belakangan.

Kehadiran Tim Penelitian NIHR dari YPS itu dalam rangka mematangkan agenda CEI (Community engagement and involvement) yang bakal digelar di kedua desa yang ada di lingkungan kerja Puskesmas Bululawang, yaitu Krebetsenggrong dan Bakalan, dan kedua perawatnya kebetulan di hari Jumat ini menjadi responden dalam wawancara mendalam (in-depth interview).

Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah teknik penelitian kualitatif yang melibatkan pelaksanaan wawancara individu secara intensif dengan sejumlah kecil responden untuk mengeksplorasi perspektif mereka mengenai ide, program, atau situasi tertentu. Sebagai contoh, kita mungkin bertanya kepada responden yang terkait dengan suatu program tentang pengalaman dan harapan mereka terkait dengan program tersebut, pemikiran mereka mengenai operasional program, proses, dan hasil, dan tentang perubahan apa pun yang mereka rasakan sebagai dampaknya maupun keterlibatan mereka dalam program tersebut (Boyce & Neale, 2006: 3).

In-depth interview dengan kader kesehatan Desa Krebetsenggrong

Tiga Tim Penelitian NIHR FKUB yang bertugas melakukan wawancara mendalam terdiri dari dr. Harun Al Rasyid, MPH; Meutian Fildzah Sharfina, SKM, MPH; dan saya. Ketiga Tim Penelitian NIHR berbagi peran.

Dr. Harun Al Rasyid melakukan in-depth interview dengan perawat Desa Bakalan Dian Pramono, A.Md.Kep dengan menempati ruang kerja Kapus Bululawang; Meutia Fildzah Sharfina bersama dengan perawat Desa Krebetsenggorng Citra Sulistyo Wardini, A.Md.Kep; dan saya melakukan wawancara mendalam dengan kader kesehatan Desa Krebetsenggrong Yeni Mariana.

In-depth interview dengan apoteker Puskesmas Bululawang

Kemudian, setelah selesai, saya pun melanjutkan in-depth interview dengan apoteker Puskesmas Bululawang Aqsanur, S.Farm. Apt. di Ruang Pertemuan Lantai 2 Puskesmas Bululawang, tempat yang sama saat melakukan wawancara dengan kader kesehatan Desa Krebetsenggrong.

Prosesi wawancara mendalam terhadap empat responden ini selesai pada pukul 10.23 WIB bertepatan dengan terdengarnya lantunan pembacaan ayat-ayat suci sebelum berkumandangnya adzan Jumat. Jumat berkah, wawancara mendalam di Puskesmas Bululawang di hari kedua jadi mudah. *** [260424]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Kamis, 25 April 2024

Sowan Ke Kapus, Tim Penelitian NIHR Adakan Wawancara Mendalam di Puskesmas Bululawang

Setelah dua hari berkunjung ke Puskesmas Pagak, giliran hari ini, Kamis (25/04), Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Enviromental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC), atau yang di Indonesia dikenal dengan penelitian “Dampak Polusi Udara terhadap Risiko Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronik dan Penyakit Jantung di Kabupaten Malang, Jawa Timur”, sowan ke Kepala Puskesmas (Kapus) Bululawang.

Tiga Tim Penelitian NIHR – dr. Harun Al Rasyid, MPH; Meutia Fildzah Sharfina, SKM, MPH dan saya - sowan ke Kapus Bululawang dalam rangka ingin melakukan wawancara mendalam (in-depth interview) dengan sejumlah tenaga kesehatan (nakes) di lingkungan Puskesmas Bululawang dan seorang kader kesehatan.

Tim Penelitian NIHR beraudiensi dengan Kepala Puskesmas Bululawang

Selain Tim Penelitian NIHR dari Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB), juga tampak hadir salah seorang Tim Penelitian NIHR dari Yayasan Percik Salatiga (YPS) – Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K – yang ingin berjumpa dengan perawat desa Bakalan dan Krebetsenggrong untuk mematangkan agenda CEI (Community engagement and involvement).

Rombongan Tim Penelitian NIHR tiba pada pukul 08.42 WIB, dan diterima langsung oleh Kapus Bululawang drg. Lely Kumalasari di Ruang Pertemuan Lantai 2 Puskesmas Bululawang yang beralamatkan di Jalan Stasiun No. 11 – 13 Desa Bululawang, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang.

In-depth interview bersama Penanggung jawab PTM Puskesmas Bululawang

Kemudian Tim Penelitian NIHR beraudiensi dengan Kapus Bululawang. Dalam audiensi itu, dr. Harun Al Rasyid mengemukan tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui kebijakan dan pelayanan kesehatan yang ditujukan dan mengidentifikasi berbagai faktor yang mendukung dan menghambat implementasi kebijakan dan pelayanan promotif preventif untuk mengurangi dampak polusi udara pada risiko penyakit paru-paru obstruktif kronik (PPOK) dan penyakit jantung pada masyarakat.

Setelah itu, Kapus Bululawang mempersilakan kepada Tim Penelitian NIHR untuk melakukan wawancara mendalam di Puskesmas Bululawang. Hanya saja di hari pertama ini terjadi perubahan responden. Yang sedianya dijadwalkan untuk dokter fungsional Puskesmas Bululawang, tidak bisa lantaran dokternya sedang mengikuti pelatihan “NIHR Global Health Research Group on Sustainable Care for Depression & Anxiety in Indonesia” atau NIHR-GHRC tentang Perawatan Berkelanjutan untuk Depresi dan Gangguan Kecemasan di Indonesia”, kolaborasi riset antara Universitas Indonesia (UI) dengan University of Manchester dan Manchester Metropolitas University di Golden Tulip Holland Resort Batu selama seminggu.

Jadi, akhirnya, reponden hari pertama sedikit berubah. Untuk dokternya dipending dulu, dan akhirnya Tim Penelitian NIHR melakukan wawancara mendalam dengan Penanggung jawab Penyakit Tidak Menular (Pj PTM) dan perawat Puskesmas Bululawang serta kader kesehatan dari Desa Bakalan.

In-depth interview (wawancara mendalam) telah menjadi metode pengumpulan data yang populer dalam penelitian kualitatif dalam pendidikan profesi kesehatan. Wawancara mendalam bisa tidak terstruktur, sangat terstruktur, atau semi-terstruktur, yang terakhir adalah yang paling umum. Panduan wawancara semi-terstruktur yang disusun dengan baik mencakup pertanyaan-pertanyaan yang telah ditentukan sebelumnya sekaligus memberikan fleksibilitas untuk mengeksplorasi topik-topik yang muncul berdasarkan pertanyaan penelitian. Untuk mengumpulkan data wawancara yang kaya, peneliti harus memperhatikan elemen-elemen kunci sebelum, selama, dan setelah wawancara (Eppich et. al., 2019: 85).

In-depth interview dengan perawat Puskesmas Bululawang

Dr. Harun Al Rasyid melakukan wawancara mendalam dengan Pj PTM Intati, A.Md.Keb; Meutia Fildzah Sharfina bersama dengan perawat Puskesmas Bululawang Adalea Aprilla, A.Md.Kep; dan saya melakukan in-depth interview dengan kader kesehatan Desa Bakalan Indah Astutik.

Letak wawancaranya pun harus dipisah. Dr. Harun Al Rasyid menempati ruangan di samping Ruang Kapus, Meutia Fildzah Sharfina memilih di kursi tamu dengan tangga, dan saya kebagian di Ruang Pertemuan Puskesmas Bululawang.

In-depth interview dengan kader kesehatan Desa Bakalan

Proses wawancara mendalam ini memakan durasi yang bervariasi, antara 40 menit hingga 1 jam. Yang terlama dilakukan oleh dr. Harun karena materinya yang lebih banyak ketimbang pertanyaan yang diajukan ke perawat maupun kader kesehatan.

Selain wawancara mendalam, Tim Penelitian NIHR dari YPS pun juga bertemu dengan perawat Desa Bakalan, dan langsung membahasnya terkait agenda CEI yang meliputi photovoice dan circle conversation yang bakal digelar di Desa Bakalan dan Desa Krebetsenggrong nantinya. *** [250424]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Senin, 22 April 2024

Giat Posyandu Lansia Di Dekat Lapangan Tunas Muda Bakalan Ramai Dikunjungi Warga

Bangunan kecil berukuran 3 x 4 m di pinggir Lapangan Tunas Muda Bakalan yang besebelahan dengan Poskamling itu ramai dikunjungi warga lanjut usia (lansia). Bangunan kecil itu dikenal sebagai Rumah Posyandu, yang dibangun PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) dan Swadaya Masyarakat pada tahun 2009, digunakan untuk giat Posyandu Mangga dan Posyandu Lansia “Barokah.”

Pagi ini, Senin (22/04), perawat Dian Pramono, A.Md.Kep bersama 4 kader Posyandu Lansia dan dibantu 2 mahasiswa magang mengadakan giat Posyandu Lansia “Barokah” di Rumah Posyandu yang beralamatkan di Dusun Bakalan RT 03 RW 02 Desa Bakalan, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang.

Kader Posyandu Lansia Desa Bakalan berpose dengan perawat desa dan 2 mahasiswa magang

Keempat kader Posyandu Lansia tersebut adalah Siti Masfufa, Faiz Zafiyatul Masruroh, Mistri, dan Ririn Andayani. Sedangkan, 2 mahasiswa itu terdiri dari Ellis Monika Claudia Batanari dari Sosiologi Universitas Sam Ratulangi Manado, dan Arga Setyo Pambudi dari Sastra Jerman Universitas Negeri Surabaya.

Mereka membantu perawat Dian dalam memberikan layanan kesehatan kepada para lansia di sekitar Lapangan Tunas Muda Bakalan. Di situ, warga akan diskrining faktor risiko penyakit tidak menular (PTM), seperti pengukuran antropometri (tinggi/berat badan, lingkar perut), pengukuran tekanan darah, dan pengecekan kadar gula darah.

Rumah Posyandu Desa Bakalan ramai dikunjungi warga lansia

Keempat kader Posyandu Lansia dan 2 mahasiswa magang tersebut membantu dalam pengukuran antropometri. Sedangkan, untuk pengukuran tekanan darah dan pengecekan kadar gula darah ditangani oleh perawat Dian.

Selain skrining faktor risiko PTM, warga lansia juga mendapatkan konsultasi edukasi kesehatan dari perawat Dian. Mereka boleh menanyakan apa saja terkait kondisi kesehatan kepada perawat Desa Bakalan tersebut, utamanya  terkait PTM seperti hipertensi, diabetes, dan lain-lainnya.

Pengukuran tinggi badan warga lansia

Setelah selesai mengikuti alur pemeriksaan, warga lansia akan mendapatkan PMT (Pemberian Makanan Tambahan). Menu PMT dalam giat hari ini terdiri dari puding susu dan tahu isi. Umumnya PMT tersebut dibawa pulang ke rumah.

Yang menariknya lagi, selain PMT, di 3 meja yang digunakan untuk giat Posyandu Lansia tersebut juga dipenuhi kue-kue dan roti. Toples-toples itu menandakan suasana Lebaran 1445 H di bulan Syawal ini masih terasa.

Salah seorang perangkat Desa Bakalan menyaksikan pengukuran tekanan darah dan pengecekan kadar gula darah warga lansia oleh perawat desa

Giat Posyandu Lansia “Barokah” yang dimulai pada pukul 09.00 WIB dan berakhir pada pukul 12.00 WIB ini dihadiri oleh salah seorang perangkat desa dan juga dikunjungi oleh salah seorang anggota Tim SMARThealth Universitas Brawijaya (UB).

Dalam giat tersebut berhasil diperiksa sebanyak 55 warga lansia, dengan rincian 5 laki-laki dan 50 perempuan. Dari total terperiksa itu, yang terindikasi memiliki faktor risiko tinggi (highrisk) diabetes mellitus ada sebanyak 3 orang, dan hipertensi sejumlah 10 orang. 

Sementara itu, jumlah lansia yang dirujuk ke Puskesmas Bululawang ada 1 orang, dan jumlah lansia yang dikunjungi di rumahnya ada 1 orang. *** [220424]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Selasa, 26 Maret 2024

Fasilitator dan Staf Peneliti YPS Jumpa Dengan Perawat Desa Bakalan dan Krebetsenggrong

Communication works for those who work at it.” – John Powell

Sambil menunggu surat izin penelitian keluar, hari ini, Selasa (26/03), fasilitator dan staf peneliti Yayasan Percik Salatiga (YPS) melakukan silaturahmi dengan perawat Desa Bakalan dan Desa Krebetsenggrong.

Kedua desa tersebut masuk dalam wilayah administratif Kecamatan Bululawang dan sekaligus merupakan wilayah kerja Puskesmas Bululawang. Kebetulan kedua desa tersebut terplih sebagai desa dalam penelitian atau enumeration area (EA) dalam penelitian “Pengembangan Inovasi SMARThealth untuk Menurunkan Risiko Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronik dan Penyakit Jantung yang Disebabkan oleh Polusi Udara Akibat Pembakaran Sampah di Kabupaten Malang, Jawa Timur.”

Penelitian tersebut merupakan kerja sama Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) dan NIHR-Global Health Research Center for Non-Communicable Disease and Enviromental Change (NIHR-GHRC NCD & EC/NIHR-Pusat Kesehatan Global untuk Penyakit Tidak Menular (PTM) dan Perubahan Lingkungan).

Silaturahmi dengan perawat Desa Bakalan, Kecamatan Bululawang terkait NIHR-GHRC NCD &EC

Tujuan silaturahmi ini adalah untuk membangun komunikasi antara perawat desa dengan fasilitator dan mengenalkan dengan staf peneliti YPS yang akan melaksanakan CEI (Community engagement and involvement) nantinya setelah surat izin penelitian selesai diproses.

Silaturahmi pertama dilakukan dengan perawat Desa Bakalan Dian Pramono, A.Md.Kep. dan diterima dengan baik di rumah salah seorang kader kesehatan yang berada di Dusun Bakalan RT 02 RW 01. Kebetulan perawat Dian sedang memandu jalannya fogging (pengasapan untuk membunuh nyamuk dewasa).

Di rumah kader tersebut, fasilitator memperkenalkan diri dan menginformasikan penelitian ini yang akan segera dilaksanakan di Desa Bakalan, dan sekaligus meminta bantuan untuk mendampinginya menghadap ke Kepala Desa usai surat izin penelitian keluar. Setelah itu, fasilitator mengenalkan staf peneliti YPS Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K. yang nantinya akan melakukan photovoice dan circle communication dalam rangka CEI.

Setelah selesai bersilaturahmi dengan perawat Desa Bakalan, fasilitator minta bantuan untuk menghubungi perawat Desa Krebetsenggrong yang lokasinya dekat dengan Desa Bakalan. Namun ternyata, perawat Desa Krebetsenggrong sedang ada tugas di Puskesmas Bululawang.

Silaturahmi dengan perawat Desa Krebetsenggrong terkait dengan NIHR-GHRC NCD & EC

Akhirnya, fasilitator dan staf peneliti YPS meluncur ke Lantai 2 Puskesmas Bululawang untuk menjumpai perawa Desa Krebetsenggrong Citra Sulistyowardani, A.Md.Kep. Di Lantai 2 Puskesmas Bululawang, fasilitator dan staf peneliti YPS juga berjumpa dengan Bagian Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang yang sedang melakukan bimtek di Puskesmas Bululawang.

Fasilitator dan staf peneliti YPS diterima dengan baik di Lantai 2 Puskesmas Bulalawang, dan seperti ketika bersilaturahmi dengan perawat Desa Bakalan, fasilitator pun juga menyampaikan hal yang sama ketika dengan perawat Desa Bakalan, dan kemudian staf peneliti YPS juga sekaligus menyampaikan agendanya usai lebaran yang akan dijalankan di Desa Krebetsenggrong.

Silaturahmi dengan kedua perawat tersebut selesai pada pukul 10.36 WIB. Fasilitator dan staf peneliti YPS langsung kembali menuju ke Kepanjen. *** [260324]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Selasa, 04 Oktober 2022

Pembentukan dan Pelatihan Kader SMARThealth Posbindu Kecamatan Bululawang di Ruang Pertemuan RSU Mitra Delima

Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam upaya deteksi dini, pemantauan dan pengendalian faktor risiko PTM yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik serta mandiri dan berkesinambungan. Sedangkan, program SMARThealth adalah program deteksi dini penyakit kardiovaskular dan pembuluh darah lainnya dengan menggunakan bantuan aplikasi berbasis smartphone yang mampu mengintegasikan layanan jantung mulai dari kader, perawat dan dokter yang ada di Puskesmas.

Hari ini, Selasa (04/10/2022), Puskesmas Bululawang menyelenggarakan pembentukan dan pelatihan kader SMARThealth Posbindu se-Kecamatan Bululawang yang diadakan di Ruang Pertemuan RSU Mitra Delima yang beralamatkan di Jalan Bulupayung No. 1B Dusun Bulupayung RT 07 RW 31 Desa Krebet, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.

Acara ini diikuti oleh kader SMARThealth dari 14 desa yang ada di lingkungan kerja Puskesmas Bululawang, meliputi Bululawang, Sempalwadak, Senggrong, Lumbangsari, Sukonolo, Gading, Krebet, Bakalan, Sudimoro, Kuwolu, Kasri, Pringu, Kasembon, dan Wandapuro. Setiap desa mengirimkan lima orang kader yang akan dibentuk menjadi kader SMARThealth dan sekaligus mengikuti pelatihan.

Seluruh peserta dalam pelatihan kader SMARThealth Posbindu Kecamatan Bululawang berpose bersama

Acara ini dimulai pada pukul 08.33 WIB. Master of Ceremony (MC) Siti Kholisah, S.St., M.Kes, penanggug jawab Promkes Puskesmas Bululawang, mengawali dengan ucapan selamat datang kepada seluruh peserta yang akan mengikuti acara ini.

Kemudian, para peserta diminta berdiri untuk menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya yang dipandu oleh Yunani, seorang kader dari Lumbangsari. Nada awal pada lagu Indonesia Raya jatuh pada hitungan keempat. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa lagu Indonesia Raya dimulai dengan birama gantung (tidak dimulai pada ketukan atau hitungan pertama).

Selesai menyanyikan lagu Indonesia Raya, para peserta dimohon duduk kembali dan dilanjutkan dengan doa menurut keyakinannya masing-masing yang dipandu oleh MC. Tujuan dari doa ini agar supaya kegiatan ini berjalan lancar dan dimudahkan segala urusan.

Pelatihan kader SMARThealth Posbindu Kecamatan Bululawang dibuka secara resmi oleh Sub Koordinator Substantif PTM dan Keswa Dinkes Kabupaten Malang

Acara berikutnya diisi dengan sambutan dari Kepala Puskesmas Bululawang dr. Titis Ari Respatilatsih. Dalam sambutannya, dr. Titis mengatakan bahwa dalam pelatihan nanti akan ada materi dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang dan Puskesmas Bululawang. 

Materi-materi ini nanti akan menjadi bekal pengetahuan kader agar supaya kader bisa menularkan kepada keluarga dan masyarakat sekitarnya. Sehingga, masyarakat bisa menjadi waspada akan kondisi kesehatannya, utamanya masalah kegawatdaruratan.

Saat ini, pola penyakit sudah bergeser dari penyakit menular ke PTM dan pemberdayaan kader sangatlah penting. Namun diingatkan oleh dr. Titis bahwa kader tidak menolong teknis medis tapi kader membantu skrining deteksi dini dan merujuk ke tenaga kesehatan (nakes).

Pemateri 1 dari dokter fungsional Puskesmas Bululawang

Pukul 08.49 WIB diteruskan dengan sambutan dari Sub Koordinator Substantif PTM dan Kesehatan Jiwa (Keswa) Paulus Gatot Kusharyanto, SKM. Pada kesempatan itu, Paulus menjelaskan kenapa kita undang kader? Ada tiga alasannya, yaitu masyarakat banyak yang meninggal karena penyakit kardiovaskular, banyak masyarakat belum diskrining faktor risiko PTM, dan nakes tidak akan mampu melakukan skrining karena personilnya kurang. Oleh karena itu, perlunya pemberdayaan kader melalui pelatihan ini.

Setelah pelatihan ini nanti, kader akan mampu melakukan deteksi dini di tengah-tengah masyarakat agar tidak terjadi gagal jantung, dan sebagainya. Setelah itu, Paulus berkenan menyatakan pembentukan kader SMARThealth Posbindu se-Kecamatan Bululawang dan sekaligus membuka secara resmi pelatihan kader SMARThealth.

Usai dibuka, acara diisi dengan refreshing sebentar guna meregangkan otot-otot leher. MC meminta seluruh peserta menghadap ke barat dan ke timur sambil menggerakkan leher kepalanya sambil duduk di kursi.

Pemateri 2 dari PP PTM Dinkes Kabupaten Malang

Pukul 09.02 WIB pemaparan materi 1 yang disampaikan oleh dr. Hidayatulloh Arief, seorang dokter fungsional Puskesmas Bululawang, dengan judul “Penyakit Tidak Menular dan Deteksi Dini Faktor Risikonya.”

Selain menguraikan secara detil masalah PTM dan tantangannya, dr Arief juga mengatakan bahwa dalam penanggulangan PTM ada 4 pilar strategis, yakni promosi kesehatan (promkes), deteksi dini, perlindungan khusus dan penanganan kasus. Semua strategi ini tidak bisa hanya dilakukan oleh sektor kesehatan sendiri, tetapi butuh program lintas sektor.

Selesai paparan dr. Arief, acara langsung disambung dengan pemaparan materi 2 dari pemegang program PTM Dinkes Kabupaten Malang, Nur Ani Sahara, S.Kep. Ners, dengan titel “Posbindu SMARThealth.”

Dalam paparannya yang dimulai dengan pemutaran video kader SMARThealth, Nur Ani menguraikan dengan gamblang apa itu Posbindu SMARThealth, bagaimana menjadi kader SMARThealth, dan apa saja yang perlu dilakukan ketika menjadi kader SMARThealth.

Kader belajar melakukan pengukuran tekanan darah yang benar

Menurut Nur Ani, sudah tidak zamannya lagi kader hanya membantu menulis saja. Kader SMARThealth akan diajari melakukan deteksi dini dan sekaligus menginput datanya dengan aplikasi eKader. Sehingga, kegiatannya akan terekam dan terekap sebagai bukti bahwa kader telah melakukan skrining faktor risiko PTM dalam upaya deteksi dini.

Sehabis paparan Nur Ani, kursi peserta dirubah dalam bentuk U karena akan ada praktek pemeriksaan. Namun sebelum praktek, MC mengajak peserta pelatihan untuk peregangan sejenak. Kali ini, seluruh kader diajak mendemokan Senam Peregangan GERMAS Puskesmas Bululawang yang telah diikut lombakan.

Senam Peregangan itu kurang lebih memakan waktu 5 menit yang ditengahnya juga terngiang lagu Ojo Dibandingke yang lagi ngreten pasca HUT RI ke-77. Beberapa orang dari rombongan Dinkes juga ikut unjuk gerak dalam senam tersebut. Sedangkan, Tim SMARThealth Universitas Brawijaya (UB) hanya menyaksikan saja kemeriahan para peserta tersebut.

Kader belajar cara melakukan cek gula darah

Pukul 10.26 WIB praktek pemeriksaan dipandu oleh staf PTM Dinkes Rosida, SKM yang dibantu oleh dua perawat, yakni Nur Azizah, A.Md.Kep (perawat desa Bululawang) dan Nurhasanah, A.Md.Kep (perawat desa Kasembon).

Setelah kedua perawat itu memperagakan cara melakukan pengukuran tekanan darah dan cek gula darah/kolesterol, maka kader pun kemudian disuruh mempraktekkan. Ada beberapa kader yang memberanikan diri untuk berlatih pengukuran tensi dan cek gula darah secara bergantian.

Usai praktek, Nur Ani Sahara pun menerangkan tentang hal-hal yang harus diperhatikan dalam memperlakukan SMARThealth Kit beserta BMHP (Bahan Medis Habis Pakai) agar pengukuran maupun pengecekan mendapatkan hasil yang akurat.

Staf IT PTM pandu penggunaan aplikasi eKader

Pukul 11.16 WIB acara diteruskan dengan pemaparan materi 3 oleh staf IT PTM Dinkes Candra Hernawan, S.Kom mengenai penggunaan aplikasi eKader. Dalam paparan itu, Candra mengajarkan tatalaksana menginput data hasil skrining faktor risiko PTM dengan menggunakan aplikasi eKader, dan kemudian kader diminta untuk praktek dengan melakukan skrining terhadap diri sendiri untuk diinput ke dalam aplikasi eKader.

Dari 70 kader yang hadir dalam pelatihan ini, inputan data berhasil bridging ke ePuskesmas sebanyak 58 orang. Yang lainnya ada sejumlah kendala dari spesifikasinya yang kurang mendukung aplikasi maupun lupa usernamenya.

Lebih lanjut, Candra menjelaskan perihal speedometer. Speedometer akan muncul untuk umur 30 tahun ke atas. Selain itu, jumlah pasien yang muncul bukanlah pasien yang telah diinput melainkan pasien follow up. Sementara itu, untuk warna biru muda, menunjukkan pasien berkolesterol tinggi dan yang putih memperlihatkan pasien hipertensi maupun diabetes.

Dokter RSU Mitra Delima bagikan doorprize kepada lima guru SMAN 1 Bululawang yang telah berhasil melaksanakan Posbindu Institusi

Mengakhiri acara pelatihan kader SMARThealth Posbindu ini, dr. Yusuf Baidowo dari RSU Mitra Delima yang didampingi Ida dan Hendri Susanto, ST menguraikan profil RSU Mitra Delima yang ada di Kecamatan Bululawang ini, dan setelah itu dr. Yusuf Baidowi membagikan doorprize sebanyak 32 buah kepada para kader yang suasananya semakin semarak.

Bukan soal doorprizenya saja, akan tetapi dokter yang muda dan ganteng itu mengundang perhatian tersendiri bagi kader. Tidak hanya pinter menjelaskan masalah kesehatannya tapi pesonanya juga memancar. Bahkan ada kader yang mendapat doorprize sampai lupa menerima dulu doorprizenya tapi langsung minta selfi.

RSU Mitra Delima ini, selain menjadi tempat diadakannya pelatihan kader SMARThealth Posbindu se-Kecamatan Bululawang, official teamnya yang ramah dan cekatan itu turut membantu sebagai event organizer dalam acara ini sehingga pelaksanaannya menjadi meriah. Mereka mampu berkolaborasi dan berkoordinasi baik dengan penanggung jawab PTM Puskesmas Bululawang  Intati, A.Md.Keb selaku koordinator penyelenggara acara. Hal ini memancarkan sebuah pengalaman pelayanan rumah sakit yang profesional. *** [041022]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo


Share:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Risk Checker

Risk Checker

Indeks Massa Tubuh

Supplied by BMI Calculator Canada

Statistik Blog

Sahabat eKader

Label

Arsip Blog