Jumat, 03 Oktober 2025

Kisah Dua Riset NIHR di Perbatasan Desa yang Berdampingan

Train yourselves. Don’t wait to be fed knowledge out of a book. Get out and seek it. Make explorations. Do your own research work. Train your hands and your mind. Become curious. Invent your own problems and solve them. You can see things going on all about you. Inquire into them. Seek out answers to your own questions.” – Irving Langmuir

Usai menyelesaikan putaran terakhir health coaching di Puskesmas Ngajum dan menyaksikan semangat para pasien kontrol di Posyandu Cempaka, Desa Maguan, pada Rabu (01/10), Fasilitator NIHR Universitas Brawijaya (UB) melanjutkan langkah menuju ke rumah Ibu Umi Hanah di Dusun Bekur, Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang, yang menjadi basecamp bagi Tim NIHR Global Health Research Group on Sustainable Care for Anxiety and Depression in Indonesia (NIHR-GHG STAND).

Basecamp tersebut terlihat terasa nyaman dan bersahaja. Sebuah rumah dengan halaman luas yang di depannya berdiri kokoh sebuah mushola kecil. Suasana tenang dan teduh, seolah mencerminkan semangat tim yang sedang menggarap proyek besar di bidang kesehatan mental ini. 

Basecamp bagi para enumerator bukan sekadar tempat tidur; ia adalah posko komando, ruang berbagi cerita, tempat memulihkan tenaga, dan pusat koordinasi sebelum mereka kembali menyebar untuk mengumpulkan data (data collecting).

Namun, yang menarik perhatian bukanlah fisik basecamp tersebut, melainkan letak geografisnya. Daerah kerja atau enumeration area (EA) kedua untuk Tim GHG STAND di Malang adalah Desa Karangsari. 

Anehnya, mereka memilih basecamp di Dusun Bekur, yang secara administratif berada di Desa Sumberejo. Di sinilah keunikannya terungkap. Sejumlah personilnya kebetulan pernah membuat basecamp bayangan di rumah Ibu Umi Hanah ketika melakukan Household Listing (HH Listing), dan kebetulan daerah Desa Karangsari yang berada di bagian utara dekat dengan Dusun Bekur.

Fasad basecamp Tim Enumerator NIHR-GHG STAND Kabupaten Malang 

Dusun Bekur sebenarnya adalah EA bagi penelitian kesehatan lainnya, yaitu NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC). 

Kebetulan lokasinya persis berbatasan dengan Desa Karangsari. Bayangkan, dua proyek penelitian global di bawah payung NIHR yang sama, beroperasi di EA yang saling berdampingan, namun dengan fokus yang berbeda. Di satu sisi, GHRC NCDs & EC, yang ditangani Universitas Brawijaya, meneliti Penyakit Tidak Menular (PTM) dan dampak polusi udara. Di sisi lain, GHG STAND, dikelola oleh Universitas Indonesia, berkonsentrasi pada deteksi dan tata laksana kecemasan serta depresi.

Meski pelaksana lapangannya berbeda dan temanya terpisah, ada benang merah yang menarik terkait kolaborasi internasional. Dr. Asri Maharani, MMRS, Ph.D, tercatat sebagai peneliti kunci dalam kedua proyek besar ini. Sebuah sinergi yang menunjukkan kompleksitas dan keterkaitan antara kesehatan fisik dan mental.

Kunjungan Fasilitator NIHR UB ini menjadi ajang silaturahmi dengan personil tim yang telah dikenalnya. Dalam suasana santai di basecamp, cerita-cerita lapangan mulai mengalir. Mereka bercerita tentang perpindahan mereka dari basecamp sebelumnya di Desa Kasembon, Kecamatan Bululawang, dengan menyicil barang pada Rabu (24/09). 

Setelah mengambil libur sehari, pada Jumat (26/09) mereka mulai berdatangan ke Bekur dan langsung bersilaturahmi dengan perangkat desa hingga ketua RT setempat serta EA Karangsari. Sabtu (27/09) adalah hari pertama mereka turun ke masyarakat untuk melakukan wawancara.

Tim Enumerator NIHR-GHG STAND UI di Kabupaten Malang

“Target responden kami ada sekitar 1.600 orang, dan kami targetkan selesai hingga Ahad, 19 Oktober,” ujar Field Supervisor, yang langsung diamini oleh beberapa enumerator. Itu artinya, kurang lebih dua minggu mereka akan berkeliling, menyapa, dan menggali cerita warga di EA tersebut.

Mendengar gambaran working plan mereka, Fasilitator NIHR UB pun berbagi cerita. “Lokasi basecamp Tim NIHR-GHG STAND ini sendiri merupakan EA untuk NCDs & EC. Sebentar lagi, akan ada tim enumerator lain yang bertugas di desa ini.” Informasi ini memantik diskusi ringan, meski kemungkinan ketika data collecting di Desa Sumberejo, Tim Enumerator NIHR-GHRC NCDs & EC sudah tak bisa menjumpai Tim NIHR-GHG STAND.

Di tengah obrolan tentang tantangan dan dinamika lapangan, kutipan (quote) dari Irving Langmuir (1881-1957), seorang peraih Nobel Kimia asal Amerika, terasa sangat relevan: 

"Latihlah dirimu. Jangan menunggu untuk mendapatkan pengetahuan dari buku. Keluarlah dan carilah. Lakukan eksplorasi. Lakukan risetmu sendiri. Latihlah tangan dan pikiranmu. Jadilah orang yang ingin tahu. Ciptakan masalahmu sendiri dan selesaikanlah. Kamu dapat melihat hal-hal yang terjadi di sekitarmu. Selidikilah. Carilah jawaban atas pertanyaan-pertanyaanmu sendiri."

Semangat inilah yang mengilhami Tim Enumerator NIHR-GHG STAND. Mereka tidak hanya duduk di belakang meja di basecamp, tetapi keluar, menjelajah, dan melatih diri langsung di masyarakat. Mereka menciptakan ‘masalah’ - dalam artian pertanyaan penelitian - lalu berusaha menjawabnya dengan data yang dikumpulkan langsung dari sumbernya. Setiap wawancara, setiap pertemuan dengan warga, adalah wujud dari eksplorasi dan keingintahuan yang diajarkan Langmuir.

Pertemuan siang itu diakhiri dengan makan siang bersama yang penuh tawa. Sebuah momen singkat yang berharga, di mana silaturahmi dan semangat penelitian menyatu, mengisi energi sebelum para enumerator kembali melanjutkan ‘pelatihan’ mereka yang sesungguhnya: di lapangan, di tengah masyarakat, mencari jawaban untuk kesehatan mental Indonesia yang lebih baik. *** [031025]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Risk Checker

Risk Checker

Indeks Massa Tubuh

Supplied by BMI Calculator Canada

Statistik Blog

Sahabat eKader

Label

Arsip Blog