Kamis, 25 Juli 2024

FGD Fase 1 Nakes di Puskesmas Pagak dan FGD Anggota Komunitas di Balai Desa Tlogorejo

Beberapa kegiatan dalam penelitian NIHR Global Health Research for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) berlangsung serempak di dua tempat pada Kamis (25/07). 

Focus Group Discussion (FGD) dengan perawat Desa Pagak dan lima tenaga kesehatan (nakes) dari Puskesmas Pagak serta in-depth interview dengan bidan Ponkesdes Pagak maupun wawancara dengan kader kesehatan yang bertugas di Ponkesdes Pagak dilangsungkan di Ruang Pertemuan Lantai 2 Puskesmas Pagak.

FGD dengan perawat Desa Pagak dan lima nakes Puskesmas Pagak

Sedangkan, FGD dengan anggota komunitas dan survey karakteristik komunitas serta pengamatan langsung di lapangan dilakukan di Balai Desa Tlogorejo yang beralamatkan di Dusun Dadapan RT 16 RW 06 Desa Tlogorejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.

Implementasi FGD dengan perawat Desa Pagak dan lima nakes dikomandoi fasilitator NIHR dengan dibantu oleh Hilda Irawati, S.Stat selaku notulis dan Gatot Sujono, S.ST, M.Pd dalam dokumentasi serta memberikan pengantar dalam pelaksanaan FGD. 

FGD nakes ini dihadiri oleh perawat Ponkesdes Pagak Sri Hidayati, S.Kep.Ners dan lima nakes Puskesmas Pagak yang terdiri dari dr. Intan Putri Hadiyanti, Esawati Frendita Pratama, A.Md.Keb., Dodik Tri Agung Setiawan, A.Md.Kep., Suprapti, S.Tr.Keb., dan Anita Christiyanti, A.Md.Keb.

In-depth interview dengan bidan Desa Pagak

Sedangkan, wawancara mendalam dengan bidan Ponkesdes Pagak Lilis Mustafiah, A.Md.Keb dilakukan oleh Sekar Aqila Salsabila, S.AP, M.AP, dan wawancara dengan kader Ponkesdes Prastika dilaksanakan oleh Hilda Irawati usai FGD nakes kelar.

Hasil dari Diskus Kelompok Terfokus itu, diketahui bahwa pengelolaan sampah yang ada berupa langganan sampah yang diambil secara periodik, membakar sampah, dan ada pula yang menimbunnya.

Baik nakes maupun masyarakat di wilayah kerja atau mukimnya umumnya sudah mengetahui mengenai bahaya dari hasil pembakaran sampah termasuk di dalamnya sampah plastik. 

FGD Anggota Komunitas di Pendopo Balai Desa Tlogorejo

Namun di beberapa permukiman peserta, dikatakan bahwa pembakarannya tidak setiap hari, kecuali bagi nakes peserta FGD yang bermukim di sebuah desa yang kebanyakan masyarakatnya berkutat dengan pekerjaan memilah limbah sampah untuk dipilah sampah berbahan kardus atau kertas karena memiliki nilai jual yang lumayan. Bisa untuk penghidupan keluarganya. Pembakaran sampah plastik sisa dari limbah sampah yang tercampur bahan kertas tersebut, musti dibakar agar supaya tempatnya bisa cepat digunakan untuk memilah lagi.

Diakui oleh nakes tersebut, bahwa dari pekerjaan memilah itu tentunya akan menghasilkan pembakaran sampah plastik yang terus menerus, dan di kala musim hujan tak jarang menyebabkan pencemaran ke dalam tanah yang mempengaruhi sumur sehingga tak jarang menyebabkan warga yang terkena diare atau disentri.

Lalu, pada saat berdiskusi terkait pendapat peserta FGD dalam mengurangi pembakaran sampah plastik muncul enam pendapat solutif dari hasil rangkuman yang ditulis oleh peserta dalam kertas plano. Keenam pendapat itu: 1. Mengganti kantong belanja yang ramah lingkungan; 2. Mengurangi konsumsi minuman dari botol plastik; 3. Pemilahan sampah; 4. Ada bank sampah dan TPST; 5. Edukasi bahaya pembakaran sampah plastik; 6. Sampah yang bisa dijual ke rombeng/pengepul.

Survei Karakteristik Masyarakat bersama Sekdes Tlogorejo

Setelah dituliskan di kertas besar di white board, moderator FGD nakes, yakni fasilitator NIHR, mengajak peserta untuk mendiskusikan ulang dari enam pendapat yang mengemuka, mana saja yang kira-kira bisa diaplikasikan di wilayah.

Dari sini muncul perbedaan. Peserta nakes dari Pagak memilih 3 dan 6; yang dari Gampingan 1,4,5,6; yang dari Donomulyo 3 dan 4 serta yang satunya lagi dari Donomulyo memilih 1,2,5,6. Sedangkan, yang dari Wajak memilih 3 dan 4. Kesemua pendapat ini berdasarkan kondisi di wilayahnya masing-masing yang kira-kira pas sebagai solusi mengurangi pembakaran sampah plastik dan bisa dijalankan secara individual juga.

Beralih ke Balai Desa Tlogorejo. FGD dengan anggota komunitas dimoderatori oleh Meutia Fildzah Sharfina, SKM, MPH, dan Survei Karakteristik Masyarakat dilakukan oleh Supyandi, dan pengamatan langsung serta pengukuran kualitas udara dilakukan oleh Eko Teguh Purwito, S.Si., M.Si., dan Azarine Aisyah Widhowati, S.Si.

Pengukuran kualitas udara di Desa Tlogorejo

Pengukuran kualitas udara dilakukan di sekitar pabrik pembuatan tiwul yang berada di RT 16 RW 06 dan satunya lagi di pabrik tahu. Personil yang mengukur kualitas udara juga diajak oleh pamong desa, singgah di tepi Waduk Karangkates yang pernah menjadi lokasi kegiatan bersih sampah plastik 24 hari yang lalu.

Selesai kegiatan di Balai Desa Tlogorejo, Tim Penelitian NIHR kembali ke Puskesmas Pagak untuk menjembut teman yang melakukan in-depth interview dengan bidan Ponkesdes Pagak dan wawancara dengan kader Ponkesdes Pagak.

Sementara itu, fasilitator NIHR berpisah karena akan menghadiri acara pertemuan kader Posyandu dan PKK Desa Tlogorejo yang diadakan di rumah salah seorang kader Posyandu Balita, yang lokasinya tak jauh dari Balai Desa Tlogorejo. *** [250724]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Risk Checker

Risk Checker

Indeks Massa Tubuh

Supplied by BMI Calculator Canada

Statistik Blog

Sahabat eKader

Label

Arsip Blog