Sabtu, 14 September 2024

FGD Fase 1, Wawancara Karakteristik Masyarakat, dan Direct Observation di Desa Krebet dalam Penelitian NIHR

Kendati Desa Krebet merupakan enumeration area yang dikunjungi paling akhir dari 6 desa yang menjadi pilot project dalam penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC), namun antusias dan partisipasi aktif warga maupun perangkat desa tak kalah dari 5 desa sebelumnya.

Hal ini terlihat pada pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD), wawancara karakteristik masyarakat, dan observasi lapangan yang diadakan pada hari Sabtu (14/09) di Rumah Aspirasi milik Kepala Desa Krebet yang berada di Jalan Raya Krebet Timur No. 20 Dusun Krajan, Desa Krebet, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang.

Tim Penelitian NIHR yang terdiri dari 9 orang multidisiplin yang digawangi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) hari ini berkegiatan dalam FGD Fase 1 yang dipusatkan di rumah Kepala Desa Krebet.

Sambutan Kades Krebet dalam FGD Fase 1 NIHR atau Dampak Polusi Udara bagi Kesehatan Masyarakat

Acara dimulai pada pukul 09.32 WIB dengan didahului seremonial perkenalan Tim Penelitian NIHR kepada perangkat desa dan para partisipan yang hadir dalam kegiatan ini. Diawali dengan pembukaan oleh pembawa acara Supyandi, S.AP., dan dipandu doa.

Kemudian acara dilanjutkan dengan sambutan dari Kepala Desa (Kades) Krebet Drs. H. Nurkholis, M.Si. Dalam sambutannya, Kades Nurkholis mengatakan bahwa kehadiran FKUB di Desa Krebet sudah tepat. Karena di Kecamatan Bululawang ini banyak terdapat perusahaan, dan kebetulan Desa Krebet memiliki perusahaan terbanyak ketimbang desa lainnya yang masuk dalam wilayah administratif Kecamatan Bululawang.

“Ada 9 perusahaan di Desa Krebet yang mungkin berdampak sesuai dengan penelitian NIHR yang diadakan oleh FKUB. Nanti ada tindak lanjutnya dalam kesehatan. Hal ini diharapkan membawa Desa Krebet menjadi desa yang sehat,” jelas Kades Nurkholis.

FGD Anggota Komunitas

Usai sambutan Kades, acara diteruskan dengan sambutan dari Project Manager NIHR Serius Miliyani Dwi Putri, SKM, M.Ked. Trop. Pada kesempatan itu, Serius mengucapkan terima kasih atas sambutan hangat dari Kades Krebet, Ketua TP-PKK Hj. Luluk Khoirun Nisa’, perangkat desa, dan seluruh partisipan yang akan berpartisipasi dalam kegiatan ini.

Selesai sambutan dari Poject Manager NIHR, acara langsung disambung dengan pengaturan meja kursi untuk mengadakan FGD Fase 1 ini. Fasilitator NIHR yang mendampingi Kades, Project Manager NIHR, dan perawat Desa Krebet Eka Ilham Adi Waluyo, A.Md.Kep. duduk di depan, membantu partisipan yang bakal ikut FGD Fase 1 sesuai dengan list dari Sekretaris Desa Krebet Puguh Eka Saputra untuk tahu tempat duduknya dan moderator yang akan memandunya. Perlu diketahui, bahwa setiap moderator akan diikuti oleh 6 orang partisipan.

Pembagiannya, FGD Anggota Komunitas dimoderatori oleh Meutia Fildzah Sharfina, SKM, MPH. FGD Kader Kesehatan dipandu oleh Serius Miliyani. FGD Wakil Masyarakat Terdampak Polusi Udara (laki-laki) dimoderatori oleh fasilitator NIHR dengan notulis Hilda Irawati, S.Stat. FGD Wakil Masyarakat Terdampak Polusi (perempuan) dipandu oleh Dea Aginta Br Tarigan, S.AP. Sedangkan, FGD Tokoh Masyarakat Terdampak Polusi Udara Arief Budi Santoso, S.E. dengan notulis Elmi Kamilah, S.Sos.

FGD Kader Kesehatan

Lalu, untuk wawancara karakteristik masyarakat dilakukan oleh Supyandi, dan setelah selesai ia melanjutkan observasi langsung (direct observation) bersama Eko Teguh Purwito, S.Si., M.Si dan dipandu oleh Sekdes Puguh dan perangkat desa Amin.

Dalam pelaksanaan FGD diketahui bahwa di Desa Krebet umumnya telah ada inisiatif pengelolaan sampah, seperti yang diangkut oleh petugas dengan cara berlangganan. Iurannya bervariasi antara Rp 15ribu hingga 20ribu. Namun tidak dipungkiri juga masih ada warga yang membakar sampah, termasuk sampah plastik.

Biasanya mereka membakar sedikit-sedikit agar asapnya tidak kemana-mana. Warga yang memiliki lahan luas membakarnya di belakang rumah. Sampah plastik yang dibakar umumnya sampah plastik yang tidak punya nilai jual seperti kresek maupun sachet bumbu masakan maupun sampo. Sedangkan, yang botol air minum umumnya dijual ke pengepul.

FGD Wakil Masyarakat Terdampak Polusi Udara (laki-laki)

Ada peserta yang bercerita, dulu di Desa Krebet pernah ada bank sampah. Pada waktu itu, warga selalu menyalurkan sampah plastiknya ke bank sampah terus beberapa bulan sekali dapat uang penjualannya dan bisa untuk beli bumbu dapur.

Hanya setahun saja, bank sampah itu berjalan kemudian mati suri. Hal ini lantaran sudah tidak ada pengepul yang mengambil ke bank sampah lagi, sementara daya tampung bank sampah sangatlah terbatas.

Dari FGD tersebutnya, umumnya partisipan paham akan dampak yang ditimbulkan dari hasil pembakaran sampah terhadap kesehatan masyarakat, terutama sampah plastik. Seperti mereka akan batuk-batuk, sesak napas maupun mata perih.

FGD Tokoh Masyarakat Terdampak Polusi Udara

Untuk itu, bagi partisipan yang membakar sampah biasanya menyiasati dengan membakar di malam hari dengan pertimbangan angin sudah tidak begitu kencang, dan udara malah hari itu segar. Sementara yang lain, mengaku bahwa sampah plastik dibakar karena tidak ada yang mengambil lagi, terkadang bingung sendiri mau dibuang kemana karena plastik itu sulit terurai. Makanya langkah praktisnya dibakar.

Pada saat dipantik dengan pertanyaan solusi apa yang kira-kira bisa mengurangi sampah plastik di lingkungannya. Ada 6 jawaban yang ditulis dalam kertas plano yang dibagikan kepada peserta, yakni mengurangi bahan dari plastik dan diganti dengan yang bisa terurai dengan cepat, seperti daun misalnya; dibentuk bank sampah; dibentuk penampung sampah; ada pengepul; sosialisasi ke warga agar saat belanja tidak banyak sampahnya; dan pemerintah menciptakan mesin pengolah sampah menjadi pupuk. Kemudian ada lagi yang menambahkan bahwa sudah saatnya ada peraturan daerah (Perda) yang bikin jera perihal penggunaan plastik sekali pakai.

Dari kumpulan solusi itu, partisipan pun memiliki pendapat sendiri-sendiri dalam skala prioritas dari rangkuman solusi yang dituliskan tadi. Namun semuannya memang sepakat bahwa pengurangan penggunaan palstik sekali pakai sudah harus dikurangi.

Pengukuran kualitas udara dengan alat portable  

FGD Fase 1 ini selesai pada pukul 11.08 WIB. Yang bertugas melakukan FGD harus menunggu petugas yang melakukan direct observation. Sambil menunggu mereka, Tim Penelitian NIHR FGD makan siang terlebih dahulu yang telah disiapkan tuan rumah.

Sie konsumsi, tidak hanya menyiapkan snack yang beraneka rupa dan buah-buahan, tapi juga makan siang secara prasmanan yang disediakan di lantai 1 yang ditaruh di meja memanjang dari utara ke selatan. Menunya ada nasi putih yang pulen, sayur asem, dan soto daging. Lauknya ada mendol, weci, dan pepes tongkol. Tak ketinggalan sambalnya.

Setelah Tim Penelitian NIHR yang bertugas melakukan observasi lapangan kembali ke Rumah Aspirasi, jadi mereka berkumpul semua. Dan, ketika hendak berpamitan sekitar pukul 14.00 WIB, tuan rumah memberikan es krim. Ada rasa semangka, ada rasa nanas, dan ada juga rasa cokelat.

Usai merasakan tekstur es krim yang lembut-lembut kasar itu, Tim Penelitian NIHR berpamitan kepada Kades dan Ketua TP PKK serta mengucapkan terima kasih atas kemeriahan acara FGD Fase 1 yang diadakan di Rumah Aspirasi Lantai 2 miliknya. *** [140924]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Risk Checker

Risk Checker

Indeks Massa Tubuh

Supplied by BMI Calculator Canada

Statistik Blog

Sahabat eKader

Label

Arsip Blog