Rabu, 01 Februari 2023

Dari Ngurusi Keswa, Puskesmas Bantur Bergema

Dari bimtek Keswa, dua mobil warna hitam meluncur dari halaman Kantor Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang menuju Puskesmas Bantur. Dua mobil itu berisi 4 rombongan. Mobil warna hitam berplat L merah membawa rombongan Kemenkes dan Dinkes Provinsi Jawa Timur (Dinkes Jatim).

Sementara itu, mobil warna hitam yang satunya berplat N putih diisi oleh rombongan Substansi PTM dan Kesehatan Jiwa (Keswa) Dinkes Kabupaten Malang, peneliti Universitas Brawijaya (UB), peneliti Manchester Metropolitan University (MMU), dan salah seorang Tim SMARThealth UB.

Rombongan Kemenkes berpose di depan pintu Puskesmas Bantur

Dua mobil empat rombongan itu akan melakukan kunjungan ke Puskesmas Bantur untuk beraudiensi dan sekaligus melihat implementasi program Keswa yang ada di Puskesmas Bantur. Perjalanan dari Kantor Dinkes Kabupaten Malang ditempuh dengan waktu sekitar satu jam.

Begitu tiba di Puskesmas Bantur yang beralamatkan di Jalan Raya Bantur No. 2203 Dusun Krajan RT 38 RW 08 Desa Bantur, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang, rombongan disambut oleh sejumlah tenaga kesehatan dan Kepala Puskesmas (Kapus), dan kemudian langsung diajak menuju ke Ruang Pertemuan Puskesmas yang berada di lantai 2.

Di ruang itu, Kapus Bantur Soebagijono, S.Kep, Ns, M.M.Kes memberikan sambutan dan sekaligus penjelasan mengenai “Kesehatan Jiwa Di Masyarakat.” Melalui slide yang ditransmisi ke TV Lead, Soebagijono menjelaskan latar belakangnya.

Dimulai dengan adanya problematika kesehatan jiwa yang terjadi di masyarakat, seperti dtelantarkan, dikucilkan, dan dipasung. Kesalahan pemahaman di masyarakat yang diperparah dengan adanya stigma di masyarakat terkait ODGJ, menyebabkan kesehatan jiwa selalu identik dengan perawatannya harus di rumah sakit jiwa (RSJ).

Suasana audiensi di Ruang Pertemuan Lt. 2 Puskesmas Bantur

Kompleksitas kesehatan jiwa bisa ada di individu itu sendiri, di keluarganya, atau di masyarakat. Oleh karena itu, penanganan masalah gangguan jiwa itu harus lintas sektor. Puskesmas tak akan mampu menangani jika tidak mendapat dukungan dari organisasi sosial lainnya.

Selesai penjelasan dari Kapus Bantur, Ketua Tim Kerja Surveilans Kesehatan Jiwa & Napza Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI, dr. Herbert Sidabutar, Sp.KJ memberikan sambutan secara singkat. Dalam sambutannya, dr. Herbert mengatakan bahwa kunjungan kami kemari, ingin melihat dengan nyata program Keswa yang telah dijalankan di Puskesmas Bantur hingga bereputasi nasional.

Pukul 13.29 WIB dilakukan sesi tanya jawab. Ada 3 penanya dalam sesi tersebut. Pertanyaan pertama datang dari dr Herbert. “Apa yang mendorong Pak Bagijo melakukan ini?” tanyanya dihadapan lainnya yang ikut beraudiensi.

Kapus pun menjawabnya. Bermula dari melihat orang di pasung, saya kasihan dan tertarik untuk memahaminya. Kebetulan ada adik saya menjadi Kepala ODGJ di sebuah RSJ. Dari situ kemudian Soebagijono melakukan advokasi kepada kader.

Penjelasan Kapus Bantur dihadapan rombongan Kemenkes

Ia pun pernah difasilitasi untuk pelatihan di UI dan diberi tantangan di Bogor. Setelah pulang, Kapus merasa bisa mengembangkan ke desa lainnya. Pada saat itu program Keswa baru dalam pegembangan, namun setelah tahu bahwa sumber pasung adalah keluarga, maka dimulailah pendekatan kepada keluarga dan sekaligus melakukan promkes.

Pertanyaan berikutnya datang dari Syaifudin Ridwan, S.Psi, M.Psi dari Keswa Dinkes Jatim. “Bagaimana strategi pembebasan pasung yang Pak Bagijo lakukan selama ini? tanyanya kepada Kapus Bantur.

Pada kesempatan ini, Kapus Bagijo menerangkan bahwa ada tahapan-tahapannya. Melibatkan perawat, keluarga, masyarakat, dan pemerintah desa. Prosesnya bisa memakan waktu 3 sampai 6 bulan.

Terakhir, peneliti MMU pun bertanya untuk mendapat gambaran perlakuan selama ini. “Dalam masyarakat, ada kelompok sehat dan ada kelompok risiko. Apa tindakannya agar tidak berlanjut?” tanyanya kepada Kapus Bagijo.

Kapus Bantur menjelaskan kepada rombongan Kemenkes tentang hal yang ada di Poli Jiwa

Kata Kapus Bagijo, dalam kelompok risiko akan diberikan pelatihan manajemen stress, termasuk kepada kelompok yang sehat. Sementara itu, untuk yang terindikasi ODGJ harus mendapat penanganan khusus berupa pengobatan atau farmakologi.

Setelah sesi tanya jawab, dr. Herbert pun memberikan kesempatan kepada Kapus Bagijo untuk menyampaikan apa yang dikehendaki dengan kunjungan Kemenkes ke Puskesmas Bantur ini. Pada kesempatan ini, Kapus Bagijo berharap agar program jiwa menjadi program yang diprioritaskan.

Mengapa demikian? Menurut Kapus Bagijo, karena dalam kesehatan jiwa ada banyak persoalan di dalamnya, termasuk sosial ekonomi. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya target penanganan dari Puskesmas Bantur bukan ke arah klinis saja tetapi juga sosial.

Selesai diskusi itu, rombongan diajak menuju ke Poli Jiwa yang dimiliki Puskesmas Bantur. Poli Jiwa berada di lantai 2 bangunan lain di sebelah timur dari ruang pertemuan. Poli itu menghadap ke utara dipojok timur laut dari gedung itu.

Rombongan Kemenkes disambut di halaman parkir setibanya di Puskesmas Bantur

Di Poli Jiwa itu, Kapus Bagijo memperlihatkan peta kesehatan jiwa wilayah kerja Puskesmas Bantur bulan Desember tahun 2022, dan etalase yang berisi hasil kerajinan ODGJ. Kata Kapus Bantur, hasil karya berupa kerajinan ini akan selalu dipromosikan di sela-sela ada kegiatan yang dihadiri banyak orang.

Dari Poli Jiwa ini, berakhirlah rangkaian kunjungan rombongan Kemenkes yang disertai rombongan Dinkes Jatim, Dinkes Kabupaten Malang, serta dua peneliti dan salah seorang Tim SMARThealth UB. 

“Dari Ngurusi Keswa, Puskesmas Bantur Bergema”, begitulah kira-kira yang dirasakan rombongan tersebut setelah berkunjung ke sana, dan mendapat penjelasan serta bukti-bukti dokumentasinya. *** [010223]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Risk Checker

Risk Checker

Indeks Massa Tubuh

Supplied by BMI Calculator Canada

Statistik Blog

Sahabat eKader

Label

Arsip Blog