“Dan gagasan untuk berjalan-jalan ke kafe dengan buku catatan dan menulis dan melihat ke mana hal itu membawa saya untuk sementara adalah suatu kebahagiaan.” – J.K. Rowling
Café adalah tempat bersantai dan berbincang-bincang sambil menikmati minuman dan makanan ringan dalam suasana rileks dan nyaman yang diiringi alunan musik. Café berbeda dari restoran karena lebih menitikberatkan pada kenyamanan pengunjung daripada menu makanan utama. Sejarah kafe berasal dari tradisi berkumpul untuk minum kopi di Perancis, yang istilahnya berasal dari bahasa Turki kahwe, yang berarti kopi.
Seiring perkembangan zaman, café terus berkembang menjadi lembaga sosial yang penting di berbagai belahan dunia. Fenomena café mempunyai banyak segi, mempengaruhi dinamika sosial, tren ekonomi, dan ekspresi budaya. Sebagai ruang untuk koneksi, kreativitas, dan komunitas, keduanya terus berkembang dan berdampak pada kehidupan kita sehari-hari. Sehingga, café lebih dari sekedar tempat untuk menikmati minuman, ia juga menjadi tempat penting untuk koneksi dan percakapan.
Sharing kegiatan penelitian kualitatif CEI bersama Koordinator Penelitian di Bidang CEI |
Enam orang dari pelbagai peran dalam penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) bertemu di Amstirdam Coffee Kepanjen yang beralamatkan di Jalan Ahmad Yani No. 4 Ruko Business B8-B9, Kelurahan Ardirejo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, pada Jumat (12/07).
Keenam orang itu adalah Serius Miliyani Dwi Putri, SKM, M.Ked.Trop (manajer program); Meutia Fildzah Sharfina, SKM, MPH (asisten peneliti); Hilda Irawati, S.Stat (administrasi); Supyandi (enumerator); dan saya (fasilitator NIHR).
Mereka berkumpul di Amstirdam Coffee Kepanjen, dalam rangka ikut kegiatan sharing pengetahuan penelitian kualitatif CEI (Community engagement and involvement) yang disampaikan oleh Koordinator Penelitian dalam Bidang CEI, Haryani Saptaningtyas, S.P., M.Sc., Ph.D.
Suasana diskusi di cafe (Diambil dari sisi selatan) |
Di sela-sela kesibukannya, Haryani masih berkesempatan untuk memberikan pengalaman dan keilmuannya kepada enam orang anggota Tim Penelitian NIHR berkenaan dengan CEI. Menurut Haryani, CEI merupakan instrumen penting dalam penelitian NIHR ini. Dengan NIHR, peneliti dapat melihat bagaimana CEI dapat membangun hubungan dengan masyarakat dan memasukkan pandangan mereka yang paling terkena dampak.
Lebih lanjut, Haryani menerangkan bahwa CEI dapat membangun hubungan. Berinteraksi dengan masyarakat membantu untuk lebih memahami budaya, norma masyarakat, dan persepsi mereka tentang kesehatan dan penelitian ini.
Haryani yang juga seorang Direktur Yayasan Percik Salatiga (YPS), staf pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS) serta penulis buku “This is our belief around here”: Purification in Islamic Thought and Pollution of Citarum River in West Java (LIT Verlag Münster, 2021) itu juga menjelaskan background CEI dalam penelitian NIHR, principles and enables of the WHO Framework, CEI ethic, impact of CEI, implementation hingga evaluation.
Suasana diskusi di cafe (Diambil dari sisi utara) |
“CEI,” kata Haryani, “Dapat mendorong perubahan paradigma, dengan meletakkan paradigma beragam ke dalam satu wadah.”
Sehingga, CEI berperan penting dalam mengembangkan kolaborasi. Pengertian sederhananya kolaborasi, menurut Haryani, adalah terlibat dan paham!
Fasilitator NIHR yang diikutkan dalam sharing keilmuan bersama Koordinator Penelitian di Bidang CEI ini merasa senang sekali. Sebuah kesempatan langka yang diterima selama ini, benar-benar dicatat oleh fasilitator NIHR karena dapat memberikan wawasan keilmuan.
Diajak ke café, ditraktir, dan diajak berdiskusi keilmuan benar-benar: dari café, jadi paham CEI. Amstirdam Coffee Kepanjen memainkan peran penting dalam mendorong partisipasi dan keterlibatan enam orang anggota Tim Penelitian NIHR dengan menciptakan ruang yang nyaman untuk terhubung, berdikusi, dan berkolaborasi! *** [130724]
Oleh: Budiarto Eko KusumoEditor: Budiarto Eko Kusumo
0 komentar:
Posting Komentar