Begitu rombongan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang bersama Tim SMARThealth Universitas Brawijaya (UB) menjemput asisten Tim Peneliti Polusi Pembakaran Sampah Plastik (PPSP) UB, Azarine Aisyah Widhowati dan Maria Pramundhitya Wishnu Wardhani, di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan UB (FMIPA UB), mobil Avanza Veloz warna putih yang ditumpangi rombongan langsung menuju ke lokasi tempat penampungan sementara (TPS) sampah.
Ada dua TPS yang dikunjungi pada Sabtu (04/03/2023), yakni TPS Perum Griya Permata Alam (GPA) di Karangploso dan TPS RW 11 Lawang. Kunjungan pertama dilakukan di TPS Perum GPA yang berada di Jalan Griya Permata Alam, Dusun Perumahan RT 05 RW 05 Desa Ngijo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang. Lokasinya tepat berada di sebelah utara Kali Bodo atau depan Pondok Desa Kampung Telaga.
|
Kipas tungku pembakaran di TPS Perum GPA Ngjijo, Karangploso |
Sedangkan kunjungan kedua adalah TPS RW 11 Lawang yang terletak RT 01 RW 11 Kelurahan Lawang, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. Jaraknya dengan TPS pertama yang dikunjungi (TPS Perum GPA) adalah sejauh 16 km.
Kunjungan lapangan asisten Tim Peneliti PPSP UB yang didampingi rombongan Dinkes dan Tim SMARThealth UB itu dalam rangka tahapan identifying & implementing solutions to reduce the impact of plastics burning on NCDs in Indonesia (mengidentifikasi dan menerapkan solusi untuk mengurangi dampak pembakaran plastic terhadap penyakit tidak menular (PTM) di Indonesia).
Kebetulan kedua TPS tersebut masuk dalam status waiting for survey setelah dilakukan pengumpulan data tahap awal yang dilakukan oleh kader bersama tenaga kesehatan di daerah tersebut.
TPS Perum GPA
TPS ini disediakan oleh pengembang perum GPA seluas antara 400 hingga 500 meter persegi di utara Kali Bodo pada 2008. Sebelumnya, TPS berada di tengah-tengah perum GPA namun setelah semakin padat hunian perum tersebut, warga merasa terganggu baunya sehingga dicarikan lahan baru di dekat jembatan Kali Bodo.
Awalnya berupa lahan kosong, dan kemudian sampah limbah rumah tangga penghuni perum GPA dibawa ke TPS itu setiap harinya. Beberapa hari kemudian, ada mobil sampah dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) yang mengambil container berisi tumpukan ke sampah menuju ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Randuagung Singosari yang berjarak sekitar 15 km.
|
Asisten Tim Peneliti PPSP UB berpose bersama pengurus TPS Perum GPA, perawat Desa Ngijo, dan rombongan Dinkes Kabupaten Malang |
Sejak kepengurusan Faisal yang juga Ketua RW 12, sejak Januari 2022 dilakukan pavingisasi lahan TPS Perum GPA. Selang dua bulan berikutnya, Faisal mencoba membuat insenerasi berupa tungku sederhana dengan ukuran panjang 120 cm, tinggi sekitar 2 meter dan lebar 149 cm dengan bahan bata seharga 20 ribu per bijinya. Bata tersebut tahan api. Total anggaran yang dikeluarkan beserta cerobong asapnya, senilai 40 juta.
TPA yang mampu menampung volume sampah sekitar 16 meter kubik atau setara 5 ton setiap harinya itu memiliki tenaga pemilah sampah sebanyak orang dengan container standby sebanyak 3 buah.
Tujuan pembuatan insenerasi itu untuk membakar sampah yang sudah kering guna mengurangi volume sampah di TPS manakala mobil DLH telat mengambilnya, tidak terjadi penumpukan sampah yang signifikan sehingga mengurangi pencemaran bau ke masyarakat.
|
Pekerja sedang memilah sampah yang masih bernilai ekonomis |
Setiap hari pemilah memilah sampah. Mereka akan mengumpulkan sampah plastik yang masih bernilai ekonomis, seperti botol air mineral dan lain-lain. Sementara, limbah sampah yang sudah tak punya nilai ekonomis seperti karung plastik umumnya dibakar setelah dikeringkan bersama dengan sampah lainnya.
Kata Faisal, TPS yang beraktivitas dari pukul 06.00 WIB hingga 20.00 WIB itu, pembakarannya diusahakan dengan menggunakan suhu yang tinggi agar supaya mengurangi keluaran asap ke udara, sehingga dalam pelaksanaannya digunakan kipas dengan tekanan udara yang stabil agar supaya terus mengeluarkan api, bukan asap.
TPS RW 11 Lawang
Lahan TPS ini lebih kecil daripada TPS Perum GPA. Lahannya menggunakan milik warga dekat pertemuan Kali Bendo yang berada di utara Polsek Lawang dengan dikelilingi rerimbunan tanaman buah di sebelah utaranya. Ada jambu biji, belimbing, jambu air, alpokat, dan lain-lain.
Tungku pembakaran di TPS RW 11 Lawang ini lebih kecil ketimbang yang ada di TPS Perum GPA, namun memiliki cerobong asam dua kali lebih tinggi dari TPS Perum GPA. Tungku pembakaran ini baru ada empat tahun yang lalu.
|
Asisten Tim Peneliti PPSP UB sedang melakukan wawancara dengan salah satu pengurus TPS RW 11 Lawang |
Setiap hari, ada dua gerobak sampah dorong yang masuk ke TPS ini. Sampah ini merupakan sampah rumah tangga dari 3 RT dalam 1 RW, yang meliputi RT 01 dan 02 dari RW 11, dan RT 06 RW 08 yang lokasinya berdampingan dengan pemilah dari masyarakat setempat.
Sebelum TPS RW 11 muncul, TPSnya berada di lokasi yang sekarang dibangung Pujasera Lawang. Sejak 2019, karena tempatnya digunakan Pujasera, maka ada yang dialihkan kemari untuk warga 3 RT dalam 1 RW tersebut.
|
Tungku pembakaran TPS RW 11 Lawang |
Selesai dari kunjungan yang kedua ini, rombongan dalam mobil Avanza Veloz putih pun meninggalkan lokasi pada pukul 13.00 WIB dengan mengantar asisten Tim Peneliti PPSP UB terlebih dahulu. Dalam perjalanan terjebak macet arus lalu lintas.
Sebelum sampai FMIPA UB, rombongan singgah di Warung Lesehan Yogyakarta yang berada di Jalan Kendalsari Barat No. 8 Malang pada pukul 14.07 WIB, dan meninggalkan warung itu seiring kumandang suara adzan Ashar. *** [040323]
Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo