Minggu, 02 November 2025

Kebaya, Kampuh, dan Semangat Sehat di Sidorahayu: Skrining PTM Menyapa WHDI Wagir

Mentari pagi itu bersinar cerah, menyinari kesibukan yang berbeda dari biasanya di Dukuh Ampelsari. Ahad (02/11) itu, bukan hanya Gunung Kawi yang menjulang, melainkan juga riuh rendah semangat kesehatan yang menyelimuti halaman rumah Bapak Jamal di RT 26 RW 06, Desa Sidorahayu, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang.

Di pagi yang menyapa lereng perbukitan di kaki Gunung Kawi sisi timur, perawat Desa Sidorahayu, Dimas Kurniawan, A.Md.Keb., didampingi empat kader Posbindu yang tangguh - Satik, Sumartiani, Warsini, dan Wawuk - telah bersiap. 

WHDI Dukuh Ampelsari terima para tamu di rumah Bapak Jamal di Dukuh Ampelsari RT 26 RW 06 Desa Sidorahayu, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang

Mereka bukan hendak menghadiri pesta, melainkan menggelar sebuah misi penting: skrining atau pemeriksaan dini Penyakit Tidak Menular (PTM). Lokasinya strategis, ditempatkan di halaman rumah Bapak Jamal, yang menjadi titik kumpul sebelum para anggota Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) se-Kecamatan Wagir menuju pertemuan rutin mereka di Pura Satya Graha Bakti yang letaknya bersebelahan.

WHDI, organisasi yang berkhidmat dalam pemberdayaan perempuan Hindu Indonesia, hari itu memusatkan pertemuannya di Ampelsari. Sekitar 80 undangan dari berbagai penjuru Wagir diharapkan hadir. 

Nuansa adat dan kebersamaan terpancar jelas. Sebagai tuan rumah, WHDI Ampelsari tampil memukau dengan balutan kebaya, kampuh, dan jarik bagi perempuan, serta beskap, iket, dan jarik bagi laki-laki. 

Peserta pertemuan WHDI se-Kecamatan Wagir mengantre pengukuran antropometri

Tamu undangan umumnya mengenakan seragam organisasi, dengan kampuh - selendang yang menurut bidan Dwi Ida Susanti, A.Md.Keb., dari Puskesmas Wagir, melambangkan penyatuan jasmani-rohani dan pengikat sadripu (enam musuh yang ada di dalam diri) - menjadi ikon yang menyatukan.

Begitu disambut hangat tuan rumah, para tamu dipersilakan untuk menikmati sarapan. Namun, antusiasme mereka terhadap kesehatan langsung terlihat. Sebagian memilih untuk langsung mengantre di meja skrining yang telah disiapkan, sebuah langkah cerdas untuk menghindari penumpukan.

Suasana pemeriksaan skrining PTM bagi panitia pertemuan WHDI se-Kecamatan Wagir, berkebaya dan berkampuh

Di bawah koordinasi Perawat Dimas, keempat kader yang telah terlatih itu bergerak lincah. Prosesnya sederhana namun penuh makna. Setelah mengisi daftar hadir, para wanita dan ibu-ibu anggota WHDI ini menjalani pemeriksaan antropometri (tinggi/berat badan dan lingkar perut) oleh kader Satik dan Warsini. Lalu, mereka bergeser ke meja sisi selatan untuk pengukuran tekanan darah oleh kader Sumartiani dan pengecekan kadar gula darah oleh kader Wawuk.

Rantai pelayanan tidak berhenti di angka-angka hasil pengukuran. Usai pemeriksaan fisik, para peserta menuju sebuah meja di sisi timur, dengan latar belakang tanaman wijaya kusuma yang sedang berkuncup. 

Usai berikan KIE, perawat Desa Sidorahayu akan memberikan obat bila pasien terindikasi memiliki faktor risiko tinggi (highrisk)

Di sinilah perawat Dimas menunggu, siap memberikan KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) dan memberikan obat maupun vitamin. Momen ini menjadi jantung dari kegiatan, di mana data yang terkumpul diubah menjadi pemahaman, pesan kesehatan disampaikan, dan perilaku hidup sehat diharapkan tertanam.

Antusiasme tak pernah surut, bahkan ketika hujan singkat turun membasahi bumi. Mereka tetap rela mengantre dengan sabar dan senyum. Semangat ini diperkuat oleh sambutan Ketua WHDI Kecamatan Wagir, Ibu Suci, yang mengingatkan bahwa skrining kesehatan ini adalah bagian dari program pemerintah. "Mari kita umat Hindu aktif berpartisipasi agar kesehatan kita terpantau terus," serunya, sebuah ajakan yang disambut dengan tekad bulat oleh para anggota.

Usai ikut skrining PTM di bawah tenda biru, peserta pertemuan WHDI se-Kecamatan Wagir langsung menuju ke Pura Satya Graha Bakti yang ada di sebelahnya

Selesai pemeriksaan atau sarapan, para peserta kemudian beriringan menuju Pura Satya Graha Bakti untuk melanjutkan acara inti pertemuan. Sementara itu, petugas dan Tim SMARThealth Universitas Brawijaya (UB) yang turut hadir, dipersilakan oleh tuan rumah untuk bersantap sebelum kembali membuka meja pemeriksaan bagi warga sekitar yang ingin memeriksakan diri.

Hingga acara ditutup pukul 12.30 WIB, sebanyak 67 orang telah berhasil diskrining. Sebuah angka yang bukan sekadar statistik, melainkan cerminan dari komitmen kolektif untuk hidup lebih sehat. Pagi itu di Dukuh Ampelsari, Desa Sidorahayu, di antara indahnya balutan kain kebaya dan kampuh, di tengah semangat persaudaraan WHDI, langkah kecil pencegahan PTM telah diukir. Membuktikan bahwa upaya menjaga kesehatan bisa berjalan beriringan dengan pelestarian budaya dan penguatan komunitas, dimulai dari sebuah halaman rumah yang penuh cerita. *** [021025]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Risk Checker

Risk Checker

Indeks Massa Tubuh

Supplied by BMI Calculator Canada

Statistik Blog

Sahabat eKader

Label

Arsip Blog