Dua hari ini, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang menyelenggarakan kegiatan terkait dengan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Rayz UMM Hotel yang terletak di Jalan Raya Sengkaling No. 1 Dusun Jetis, Desa Mulyoagung, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.
Hari pertama, Rabu (26/10/2022), kegiatan diadakan di Meeting Room 1st Floor dengan tema Sosialisasi Perda dan Perbup KTR pada Instansi dan Lembaga, yang dihadiri sejumlah instansi dan lembaga yang ada di Kabupaten Malang.
Sedangkan pada hari kedua, Kamis (27/10/2022), kegiatan dilaksanakan di The Golden Swan Ballroom 2nd Floor dengan topik Workshop Implementasi KTR dan UBM bagi FKTP. Kegiatan hari kedua ini diperuntukkan bagi dokter fungsional dan penanggung jawab PTM dari 39 Puskesmas yang ada di Kabupaten Malang.
Narasumber dari Dinkes Provinsi Jawa Timur berpose dengan peserta workshop |
Setelah itu, semua peserta dimohon berdiri oleh MC untuk menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya yang dipandu oleh rekaman melalui layar TV dan videotron yang ada di dalam ballroom Hotel Rayz UMM tersebut.
Selesai lagu Indonesia Raya, para hadirin dipersilakan duduk kembali dan dilanjutkan dengan sambutan dari Sub Koordinator Substantif PTM dan Keswa Paulus Gatot Kusharyanto, SKM. Dalam sambutannya, Paulus mengatakan bahwa saat ini kita berada di masa transisi epidemiologi di mana penyakit menular belum dapat teratasi dengan baik, sudah muncul adanya penyakit tidak menular (PTM), yang ditandai dengan meningkatnya kasus kematian dan kesakitan akibat PTM seperti tingginya kasus penyakit jantung, stroke, hipertensi, PPOK, asma, dan diabetes mellitus.
Hasil Survei Kematian tahun 2020 menunjukkan bahwa 48% penyebab kematian tertinggi adalah penyakit kardiovaskular. Untuk itu, perlu ada upaya pengendalian akibat merokok yaitu dengan upaya penerapan Perda Nomor 5 Tahun 2018 tentang KTR.
Sambutan dan pembukaan workshop oleh Sub Koordinator Substantif PTM dan Keswa Dinkes Kabupaten Malang |
Tujuannya agar konsumsi rokok dapat dikurangi dan kasus akibat rokok juga berkurang. Untuk itu, kami harapkan target tahun 100% Puskesmas sudah memiliki Poli UBM. Syaratnya, pertama ada SK Kepala Puskesmas tentang UBM. Kedua ada pelayanan, dan ketiga ada tempat pelayanannya serta keempat ada tenaga yang sudah siap dilatih dan peralatan yang memadai.
Untuk itu, tujuan dari workshop ini diharapkan para dokter fungsional dan perawat pengelola PTM Puskesmas ada peningkatan dalam pengetahuan, pemahaman, dan ketrampilan dalam melaksanakan program UBM di Puskesmas sehingga masyarakat yang ingin berhenti merokok dapat dilayani dengan upaya konseling dan terapi UBM di Puskesmas.
Usai sambutan dan pembukaan secara resmi oleh Paulus Gatot, acara diteruskan dengan pemberian tutorial penggunaan BeneCheck Multi-Monitoring System (Total Cholesterol, Blood Glucose, Uric Acid) dan Smokerlyzer Pico+ oleh Agung dari PT Mitra Asa Pratama, salah satu rekanan penyedian alkes di Dinkes Kabupaten Malang.
Demo cara menggunakan Smokerlyzer |
Sedangkan, Smokerlyzer Pico+ adalah alat pemeriksaan kadar karbon monoksida (CO) melalui tiupan nafas (non-invasif) untuk membantu penilaian dan kontrol dampak akibat asap pada perokok aktif ataupun pasif.
Sehabis demo penggunaan kedua alat tersebut, sambil menunggu narasumber 1 tiba di The Golden Swan Ballroom, acara diisi dengan penjelasan mengenai Kuseioner PUMA oleh penanggung jawab (Pj) PTM Puskesmas Turen, Dita Trisnaningtyas, S.Kep.Ners.
Kuesioner PUM merupakan salah satu instrumen yang berisi penetuan skor untuk deteksi dini dalam menentukan pasien mengarah ke PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) atau tidak. PPOK merupakan penyakit yang sering ditermukan pada usia di atas 40 tahun, dan sering mengalami penyulit berupa gangguan pernapasan yang berat, seringnya eksaserbasi, komorbid yang dapat menyebabkan buruknya kualitas hidup dan meningkatkan morbiditas dan mortalitas.
Narasumber dari RSUD Kanjuruhan Kepanjen |
Pukul 10.08 acara disambung dengan pemaparan materi pertama yang disampaikan oleh dr. Rakhmat Ramadhani dari RSUD Kanjuruhan Kepanjen dengan judul “Rokok dan Resikonya.” Dalam paparannya itu, dr. Dhani menjelaskan bahwa rokok menjadi faktor kematian lebih dari 8 juta orang per tahun. Lebih dari 7 juta kematian di antaranya terjadi karena efek langsung perokok aktif, sementara 1,2 juta lainnya karena perokok pasif.
Perokok aktif adalah orang yang mengkonsumsi rokok secara rutin dengan sekecil apapun walaupun itu cuma 1 (satu) batang dalam sehari, atau orang yang mengisap rokok walau tidak rutin sekalipun atau hanya sekadar coba-coba dan cara mengisap rokok cuma sekadar menghembuskan asap walau tidak diisap masuk ke dalam paru-paru.
Sedangkan, yang dimaksud dengan perokok pasif (second hand smoke/third hand smoke) adalah orang yang bukan perokok tapi menghirup asap rokok orang lain atau orang yang berada dalam satu ruangan tertutup dengan orang yang sedang merokok.
Suasana workhsop di The Golden Swan Ballroom Rayz UMM Hotel |
Pukul 11.05 WIB sambil menunggu narasumber 2 hadir, waktunya dimanfaatkan untuk ishoma (istirahat, sholat, makan) dulu. Dalam ishoma itu, para peserta menuju ke lunch place yang berada di lantai bawah dekat kolam renang atau Kids Corner untuk makan siang terlebih dahulu.
Pukul 12.30 WIB acara dilanjutkan dengan pemaparan materi kedua berjudul “Konselor, Konseling, dan Tahap Perubahan dalam UBM” yang disampaikan oleh Malik Afif, SKM, M.Kes dari Seksi Promkes dan Pemberdayaan Masyarakat Dinkes Provinsi Jawa Timur.
Pada kesempatan itu, Malik Afif menerangkan bahwa peran konseling pada UBM adalah membantu orang/masyarakat melihat permasalahannya lebih jelas sehingga dapat memilih jalan keluar yang positif, membangkitkan motivasi agar mengubah tingkah lakunya, membantu mengambil keputusan dan membuat rencana pribadi untuk berubah, serta belajar mekanisme koping baru untuk menghadapi keadaan saat berhenti merokok.
Narasumber dari RSJ dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang |
Pukul 13.54 WIB pemaparan materi ketiga dari dr. Nur Aida, Sp.KJ dari RSJ dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang dengan judul “Penanganan Putus Nikotin Pada Perokok.” Pada paparannya, dr. Nur Aida menjelaskan perihal pencitraan otak memperlihatkan bahwa nikotin secara akut meningkatkan aktivitas otak di lobus prefrontal, korteks, thalamus, dan sistem visual.
Paparan nikotin berulang akan menyebabkan neuroadaptasi yaitu toleransi terhadap efek nikotin, hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah reseptor nikotinik koligernik di otak berupa pelepasan dopamine yang akan mencetuskan sensasi pengalaman yang menyenangkan pada otak, menekan rasa lapar, dan meningkatkan metabolisme tubuh.
Oleh karena itu, gejala putus nikotin ditandai dengan gejala emosi yang menurun, cemas, sulit berkonsentrasi, lapar, peningkatan berat badan, gangguan tidur, dan stress yang meningkat. Hal inilah yang biasanya orang akan sulit menuju UBM.
Peserta workshop mengisi daftar hadir |
Usai pemaparan narasumber 3, acara berikutnya adalah Rencana Tindak Lanjut (RTL) untuk Puskesmas yang dipandu oleh staf PTM Dinkes Kabupaten Malang, Bastamil Anwar Aziz, S.Kep. Ners yang diamini oleh peserta workshop.
Acara Workshop Implementasi KTR dan UBM bagi FKTP di Kabupaten Malang ini ditutup secara resmi oleh Sub Koordinator Substantif PTM dan Keswa Dinkes Kabupaten Malang tepat pada pukul 15.01 WIB dengan harapan semua Puskesmas bisa ber-UBM. *** [271022]
Oleh: Budiarto Eko KusumoEditor: Budiarto Eko Kusumo
0 komentar:
Posting Komentar