Rabu, 08 Oktober 2025

Menyapa Pasien di Rumah: Upaya Pelacakan untuk Menjaga Validitas Penelitian Pengendalian Hipertensi

"The best research you can do is talk to people."  -- Sir Terry Pratchett

Dalam penelitian Pengembangan Model Health Coaching untuk Pengendalian Hipertensi di Layanan Primer, keberadaan setiap responden menjadi bagian penting untuk memastikan keutuhan data, validitas temuan, dan keberhasilan intervensi. Namun, seperti lazimnya di lapangan, tidak semua pasien dapat hadir dalam setiap sesi yang telah dijadwalkan. Di sinilah pelacakan atau tracking memainkan peran sentral.

Pelacakan responden yang tidak hadir bukan sekadar langkah administratif. Ia merupakan upaya aktif untuk mencegah potensi bias - karena mereka yang absen bisa jadi memiliki karakteristik atau tantangan berbeda dari yang hadir. 

Tanpa pelacakan, hasil penelitian berisiko kehilangan relevansi dan kekuatan generalisasinya. Oleh karena itu, tim lapangan memastikan bahwa tidak ada suara yang tertinggal, termasuk mereka yang terhalang hadir karena kondisi personal maupun sosial.

Home visit di Desa Wonokerso 

Pada Rabu (08/10), sekitar pukul 08.30 WIB, Field Supervisor bertolak dari Puskesmas Pakisaji untuk melakukan home visit. Dipandu langsung oleh Penanggung Jawab Promosi Kesehatan Pj Promkes) Puskesmas Pakisaji, Mochamad Faizin, SKM, perjalanan menuju rumah dua pasien hipertensi dari kelompok intervensi pun dimulai. Lokasi yang dituju tersebar di dua dusun di Kecamatan Pakisaji: Dusun Segegeng, Desa Wonokerso dan Dusun Pakisaji, Desa Pakisaji.

Pasien pertama adalah seorang perempuan berusia 41 tahun yang tinggal di Dusun Segegeng RT 14 RW 03. Ketika dikunjungi, ia menyambut dengan ramah. Ia menjelaskan bahwa ketidakhadirannya dalam sesi health coaching kedua disebabkan oleh tanggung jawab mengasuh bayi yang tidak bisa ditinggal. 

Meskipun demikian, ia sempat hadir pada sesi pertama dan menerima kunjungan lanjutan dari Pj Promkes serta kader kesehatan setempat untuk sesi kedua. Komitmen semacam ini menunjukkan pentingnya pendekatan personal dalam memastikan keberlanjutan intervensi.

Pasien kedua adalah seorang perempuan lansia berumur 72 tahun yang tinggal di Dusun Pakisaji RT 05 RW 01. Ketidakhadirannya dalam sesi ketiga terjadi karena bertepatan dengan acara pernikahan anaknya. Meski demikian, ia tetap membuka diri saat tim datang dan memberikan informasi yang dibutuhkan.

Home visit di Desa Pakisaji

Kunjungan ini membuktikan bahwa berbicara langsung dengan responden memberikan pemahaman yang lebih dalam dibanding sekadar mencatat absensi. Seperti yang dikatakan oleh Sir Terry Pratchett (1948-2015), seorang humoris, satiris, dan penulis novel fantasi dalam bahasa Inggris:

"Penelitian terbaik yang dapat Anda lakukan adalah berbicara langsung dengan orang lain." 

Kalimat bijak ini menjadi fondasi dari pendekatan lapangan dalam penelitian ini - menjadikan manusia bukan hanya sebagai objek studi, tetapi sebagai mitra aktif dalam perubahan kesehatan.

Pelacakan responden secara langsung ke rumah tidak hanya menyelamatkan data. Ia juga menciptakan kepercayaan, meningkatkan keterlibatan peserta, dan memastikan bahwa intervensi health coaching benar-benar menjangkau mereka yang paling membutuhkan. Dengan demikian, penelitian ini tidak hanya menghasilkan temuan yang valid, tetapi juga dampak yang nyata. *** [081025]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Jumat, 03 Oktober 2025

Kisah Dua Riset NIHR di Perbatasan Desa yang Berdampingan

Train yourselves. Don’t wait to be fed knowledge out of a book. Get out and seek it. Make explorations. Do your own research work. Train your hands and your mind. Become curious. Invent your own problems and solve them. You can see things going on all about you. Inquire into them. Seek out answers to your own questions.” – Irving Langmuir

Usai menyelesaikan putaran terakhir health coaching di Puskesmas Ngajum dan menyaksikan semangat para pasien kontrol di Posyandu Cempaka, Desa Maguan, pada Rabu (01/10), Fasilitator NIHR Universitas Brawijaya (UB) melanjutkan langkah menuju ke rumah Ibu Umi Hanah di Dusun Bekur, Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang, yang menjadi basecamp bagi Tim NIHR Global Health Research Group on Sustainable Care for Anxiety and Depression in Indonesia (NIHR-GHG STAND).

Basecamp tersebut terlihat terasa nyaman dan bersahaja. Sebuah rumah dengan halaman luas yang di depannya berdiri kokoh sebuah mushola kecil. Suasana tenang dan teduh, seolah mencerminkan semangat tim yang sedang menggarap proyek besar di bidang kesehatan mental ini. 

Basecamp bagi para enumerator bukan sekadar tempat tidur; ia adalah posko komando, ruang berbagi cerita, tempat memulihkan tenaga, dan pusat koordinasi sebelum mereka kembali menyebar untuk mengumpulkan data (data collecting).

Namun, yang menarik perhatian bukanlah fisik basecamp tersebut, melainkan letak geografisnya. Daerah kerja atau enumeration area (EA) kedua untuk Tim GHG STAND di Malang adalah Desa Karangsari. 

Anehnya, mereka memilih basecamp di Dusun Bekur, yang secara administratif berada di Desa Sumberejo. Di sinilah keunikannya terungkap. Sejumlah personilnya kebetulan pernah membuat basecamp bayangan di rumah Ibu Umi Hanah ketika melakukan Household Listing (HH Listing), dan kebetulan daerah Desa Karangsari yang berada di bagian utara dekat dengan Dusun Bekur.

Fasad basecamp Tim Enumerator NIHR-GHG STAND Kabupaten Malang 

Dusun Bekur sebenarnya adalah EA bagi penelitian kesehatan lainnya, yaitu NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC). 

Kebetulan lokasinya persis berbatasan dengan Desa Karangsari. Bayangkan, dua proyek penelitian global di bawah payung NIHR yang sama, beroperasi di EA yang saling berdampingan, namun dengan fokus yang berbeda. Di satu sisi, GHRC NCDs & EC, yang ditangani Universitas Brawijaya, meneliti Penyakit Tidak Menular (PTM) dan dampak polusi udara. Di sisi lain, GHG STAND, dikelola oleh Universitas Indonesia, berkonsentrasi pada deteksi dan tata laksana kecemasan serta depresi.

Meski pelaksana lapangannya berbeda dan temanya terpisah, ada benang merah yang menarik terkait kolaborasi internasional. Dr. Asri Maharani, MMRS, Ph.D, tercatat sebagai peneliti kunci dalam kedua proyek besar ini. Sebuah sinergi yang menunjukkan kompleksitas dan keterkaitan antara kesehatan fisik dan mental.

Kunjungan Fasilitator NIHR UB ini menjadi ajang silaturahmi dengan personil tim yang telah dikenalnya. Dalam suasana santai di basecamp, cerita-cerita lapangan mulai mengalir. Mereka bercerita tentang perpindahan mereka dari basecamp sebelumnya di Desa Kasembon, Kecamatan Bululawang, dengan menyicil barang pada Rabu (24/09). 

Setelah mengambil libur sehari, pada Jumat (26/09) mereka mulai berdatangan ke Bekur dan langsung bersilaturahmi dengan perangkat desa hingga ketua RT setempat serta EA Karangsari. Sabtu (27/09) adalah hari pertama mereka turun ke masyarakat untuk melakukan wawancara.

Tim Enumerator NIHR-GHG STAND UI di Kabupaten Malang

“Target responden kami ada sekitar 1.600 orang, dan kami targetkan selesai hingga Ahad, 19 Oktober,” ujar Field Supervisor, yang langsung diamini oleh beberapa enumerator. Itu artinya, kurang lebih dua minggu mereka akan berkeliling, menyapa, dan menggali cerita warga di EA tersebut.

Mendengar gambaran working plan mereka, Fasilitator NIHR UB pun berbagi cerita. “Lokasi basecamp Tim NIHR-GHG STAND ini sendiri merupakan EA untuk NCDs & EC. Sebentar lagi, akan ada tim enumerator lain yang bertugas di desa ini.” Informasi ini memantik diskusi ringan, meski kemungkinan ketika data collecting di Desa Sumberejo, Tim Enumerator NIHR-GHRC NCDs & EC sudah tak bisa menjumpai Tim NIHR-GHG STAND.

Di tengah obrolan tentang tantangan dan dinamika lapangan, kutipan (quote) dari Irving Langmuir (1881-1957), seorang peraih Nobel Kimia asal Amerika, terasa sangat relevan: 

"Latihlah dirimu. Jangan menunggu untuk mendapatkan pengetahuan dari buku. Keluarlah dan carilah. Lakukan eksplorasi. Lakukan risetmu sendiri. Latihlah tangan dan pikiranmu. Jadilah orang yang ingin tahu. Ciptakan masalahmu sendiri dan selesaikanlah. Kamu dapat melihat hal-hal yang terjadi di sekitarmu. Selidikilah. Carilah jawaban atas pertanyaan-pertanyaanmu sendiri."

Semangat inilah yang mengilhami Tim Enumerator NIHR-GHG STAND. Mereka tidak hanya duduk di belakang meja di basecamp, tetapi keluar, menjelajah, dan melatih diri langsung di masyarakat. Mereka menciptakan ‘masalah’ - dalam artian pertanyaan penelitian - lalu berusaha menjawabnya dengan data yang dikumpulkan langsung dari sumbernya. Setiap wawancara, setiap pertemuan dengan warga, adalah wujud dari eksplorasi dan keingintahuan yang diajarkan Langmuir.

Pertemuan siang itu diakhiri dengan makan siang bersama yang penuh tawa. Sebuah momen singkat yang berharga, di mana silaturahmi dan semangat penelitian menyatu, mengisi energi sebelum para enumerator kembali melanjutkan ‘pelatihan’ mereka yang sesungguhnya: di lapangan, di tengah masyarakat, mencari jawaban untuk kesehatan mental Indonesia yang lebih baik. *** [031025]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Wawancara Tahap Kedua Pasien Kontrol di Posyandu Cempaka Maguan: Harmoni Kolaborasi untuk Pengendalian Hipertensi

Setelah merampungkan wawancara dengan pasien intervensi di Aula Puskesmas Ngajum dalam rangkaian penelitian Pengembangan Model Health Coaching untuk Pengendalian Hipertensi di Layanan Primer, Tim Enumerator bersama peneliti, Penanggung Jawab (Pj) Program Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM), serta Pj Promosi Kesehatan (Promkes) segera bersiap untuk melanjutkan misi berikutnya. 

Tujuan selanjutnya adalah Posyandu Cempaka, yang terletak di Dusun Maguan RT 11 RW 05, Desa Maguan—sekitar lima kilometer dari Puskesmas Ngajum. Pasien kontrolnya dikumpulkan di Posyandu Cempaka, seperti pada wawancara tahap pertama sebelumnya.

Peneliti berpose bersama Tim Enumerator, Pj PTM dan Pj Promkes Puskesmas Ngajum serta kader Posyandu Cempaka Desa Maguan

Dua mobil melaju meninggalkan area Puskesmas, membawa serta semangat kolaboratif dan dedikasi untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan primer, khususnya dalam pengendalian hipertensi. 

Begitu tiba di lokasi, tim disambut oleh pemandangan yang menyejukkan hati - pasien kontrol telah banyak yang hadir dan menunggu di Posyandu Cempaka. Kesiapan mereka menjadi simbol antusiasme terhadap perbaikan kesehatan diri dan lingkungan.

Tim Enumerator yang terdiri dari Anis Khurniawati, S.Sos., Arief Budi Santoso, S.Ak., Elmi Kamilah, S.Sos., dan saya sendiri segera menempati meja-meja wawancara yang telah disiapkan oleh kader Posyandu, Ani Wiji Astuti. 

Suasana wawancara dengan pasien kontrol di Posyandu Cempaka, Desa Maguan, Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang

Dengan teliti dan penuh empati, proses wawancara dilaksanakan satu per satu, mengupas data penting seputar kondisi pasien, tingkat kepatuhan, dan gaya hidup mereka dalam menghadapi hipertensi.

Tak kalah sigap, Pj PTM Masfu Lailiyah, A.Md.Kep dan Pj Promkes Denok Pitra Rhena, SKM turut andil besar dalam jalannya kegiatan. Mereka membantu dalam pengukuran berat badan, mengatur alur antrean pasien, serta menangani administrasi dengan tertib.

Sementara itu, dr. Arief Alamsyah, MARS, Sp.KKLP mengisi ruang tamu Posyandu dengan penyuluhan yang interaktif dan edukatif. Materi seputar pola makan sehat, manajemen stres, dan pentingnya minum obat secara teratur disampaikan dengan bahasa yang sederhana namun menyentuh. Asisten beliau, Ivanka Harits Darwisy, M.Pd, mendampingi dengan mencatat hasil pengukuran tekanan darah para pasien secara teliti.

Staf pengajar FKUB yang sekaligus peneliti utama, berikan penyuluhan dasar kepada pasien kontrol usai wawancara

Selama kurang lebih dua jam dua menit, sebanyak 13 pasien kontrol berhasil diwawancarai dan mendapatkan edukasi kesehatan secara menyeluruh. Kegiatan pun ditutup dengan sesi foto bersama, menjadi penanda kebersamaan yang hangat antara tim pelaksana dan warga Maguan.

Kegiatan ini bukan sekadar rutinitas pengumpulan data atau penyuluhan biasa. Ini adalah potret nyata dari kolaborasi yang harmonis antara tenaga kesehatan, kader, peneliti, dan masyarakat. Sebuah sinergi yang menyatukan ilmu, empati, dan semangat pelayanan demi terciptanya layanan kesehatan primer yang lebih baik, terutama dalam mengendalikan hipertensi sebagai salah satu beban terbesar penyakit tidak menular di Indonesia.

Di Posyandu Cempaka hari itu, kita menyaksikan bahwa perubahan dimulai dari kerja sama. Dan ketika setiap elemen bergerak dalam irama yang sama, maka hasilnya bukan hanya data, melainkan harapan. *** [031025]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Rabu, 01 Oktober 2025

Pertemuan Akhir Health Coaching: Mengukur Perubahan Pasien Hipertensi di Puskesmas Ngajum

Suasana berbeda terlihat di Ruang Aula Puskesmas Ngajum pada Rabu (01/10) pagi. Meja dan kursi yang biasanya berbaris rapi menghadap mimbar, kini disusun secara melingkar, menciptakan atmosfer yang lebih intim dan interaktif. 

Ini adalah persiapan untuk momen penting: wawancara terakhir rangkaian penelitian Pengembangan Model Health Coaching Untuk Pengendalian Hipertensi di Layanan Primer dalam disertasi dr. Arief Alamsyah, MARS, Sp.KKLP.

Tim Enumerator Health Coaching kembali bertemu dengan tiga belas pasien hipertensi yang telah menjadi mitra sejak putaran pertama. Mereka diundang oleh Penanggung Jawab Penyakit Tidak Menular (Pj PTM) Puskesmas Ngajum untuk mengikuti sesi wawancara penutup, sebuah tahap krusial dalam perjalanan penelitian ini.

Penjelasan peneliti utama dalam pertemuan akhir health coaching di Aula Puskesmas Ngajum, Kabupaten Malang

Mengukur Jejak Perubahan: Dari "Imut" Menuju Mandiri

Dr. Arief Alamsyah, MARS, Sp.KKLP, selaku peneliti utama, menjelaskan desain unik dari pertemuan ketiga ini. "Tujuan kami adalah melakukan wawancara dengan ketiga belas pasien yang sama yang telah kami wawancara pada pertemuan pertama," ujarnya membuka acara.

Tujuannya jelas: menangkap jejak perubahan. Dalam istilah yang akrab disampaikan dr. Arief, pada pertemuan pertama, pemahaman pasien seringkali masih "imut" - sebutan untuk kondisi pengetahuan yang belum matang. 

Kini, setelah melalui proses health coaching intensif oleh dokter fungsional Puskesmas Ngajum, penelitian ini ingin mengukur perbedaannya. Apakah terjadi peningkatan pengetahuan, perubahan perilaku, dan peningkatan kemandirian dalam mengendalikan tekanan darah?

Dari sinilah nantinya akan terpetakan bentuk permodelan health coaching seperti apa yang "ideal" dan efektif untuk diterapkan dalam kendali hipertensi di tingkat puskesmas.

Suasana wawancara pasien intervensi

Simfoni Kerjasama Tim yang Tergagas Apik

Begitu kata pengantar dari dr. Arief usai, prosesi wawancara segera bergulir dengan lancar bak sebuah simfoni. Tim Enumerator - yang terdiri dari Anis Khurniawati, S.Sos., Arief Budi Santoso, S.Ak., Elmi Kamilah, S.Sos., dan saya - langsung mengambil posisi di meja-meja yang telah disusun melingkar.

Setiap peran berjalan sinergis. Tim Enumerator fokus melakukan wawancara mendalam dengan para pasien. Pj Promkes Denok Pitra Rhena, SKM bertanggung jawab atas pengukuran tinggi badan dan tekanan darah, data objektif yang melengkapi hasil wawancara ke dalam logbook. Pj PTM Masfu Lailiyah, A.Md.Kep mengurusi administrasi seperti absensi dan pemberian uang transport sebagai bentuk apresiasi bagi partisipan.

Sedangkan, dr. Arief sendiri tidak hanya mengawasi, tetapi juga turun tangan memberikan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) kepada pasien yang membutuhkan penjelasan tambahan dalam pengendalian hipertensi pasien.

Sementara itu, Ivanka Harits Darwisy, M.Pd yang mengasistensi dr. Arief, dengan cekatan merekap semua hasil wawancara langsung ke dalam google form untuk memudahkan analisis data.

Tim Enumerator menggunakan handphone dalam melakukan wawancara dengan pasieh intervensi di Aula Puskesmas Ngajum

Proses Cepat dan Perjalanan yang Berlanjut

Wawancara yang dimulai pukul 08.30 WIB tersebut berjalan efisien dan selesai dalam waktu kurang dari satu setengah jam, tepatnya pukul 09.47 WIB. Namun, tugas tim belum usai. Karena masih ada 1 pasien yang tidak bisa hadir lantaran tidak bisa dihubungi. Sehingga perlu dijadwalkan tersendiri di lain waktu.

Usai membungkus pekerjaan di Puskesmas Ngajum, rombongan yang terdiri atas Tim Enumerator, Pj PTM dan Promkes dari Puskesmas Ngajum, serta peneliti, segera berpindah lokasi. Tujuan berikutnya adalah Desa Maguan. Agenda yang sama menunggu, dengan target responden yang berbeda: para pasien kontrol dalam penelitian ini.

Hari itu adalah bukti nyata dedikasi tim dalam mengukir satu langkah penting menuju model perawatan hipertensi yang lebih manusiawi, personal, dan berkelanjutan di layanan kesehatan primer. *** [011025]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Senin, 15 September 2025

Silaturahmi Hangat di Tengah Teriknya Mentari: Kunjungan ke Basecamp Enumerator NIHR GHG STAND di Kasembon

Ahad (14/09) pagi yang cerah di penghujung pekan menjadi momentum penuh makna bagi Fasilitator NIHR Universitas Brawijaya (UB). Diawali dengan menghadiri undangan Tasyakuran Buka Giling Perdana yang diselenggarakan oleh Bakalan Waste Bank (BWB) Desa Bakalan, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, Fasilitator NIHR UB kemudian melanjutkan perjalanannya menuju Desa Kasembon. Tujuan utamanya adalah melakukan kunjungan dan silaturahmi ke basecamp Tim Enumerator NIHR Global Health Research Group on Sustainable Care for Anxiety and Depression (NIHR GHG STAND).

Basecamp tim yang berada sekitar 6 kilometer dari home base BWB itu, terletak di Jalan P. Diponegoro, Dusun Krajan RT 14 RW 03, Desa Kasembon. Bangunan berbentuk ruko dua lantai menjadi tempat tinggal dan titik koordinasi para enumerator selama proses pengumpulan data.

Setibanya di sana selepas waktu Dhuhur, Fasilitator hanya bertemu dengan Field Supervisor, Slamet Hariono, S.Si., seorang peneliti lapangan yang telah lama malang melintang bersama Fasilitator dalam proyek-proyek seperti STAR, IFLS 4EOPO, maupun SMARThealth.

Fasilitator NIHR UB dan Field Supervisor NIHR GHG STAND dalam silaturahmi di basecamp Kasembon, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang

Kehangatan silaturahmi siang hingga sore itu terasa kental. Meskipun lima enumerator lainnya sedang bertugas di lapangan hingga menjelang Maghrib, diskusi antara Fasilitator dan Field Supervisor mengalir akrab. Cerita demi cerita mengemuka - tentang dinamika lapangan, perkembangan riset, hingga romantika pekerjaan sosial berbasis data.

Kunjungan ini merupakan bagian dari gelombang kedua (Wave 2) pelaksanaan riset NIHR GHG STAND, sebuah penelitian kolaboratif antara University of Manchester (UoM), Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Tujuan utama riset ini adalah mengidentifikasi serta meningkatkan akses dan kualitas perawatan bagi individu yang hidup dengan kecemasan dan depresi di Indonesia.

Pelatihan bagi para Enumerator telah dilaksanakan pada 16–18 Agustus 2025 di Hotel Savana, Kota Malang. Setelah itu, mereka bergerak ke Enumeration Area (EA) Kasembon pada Ahad, 31 Agustus 2025, untuk pengenalan medan dan konsolidasi tim. 

Instrumen kesehatan mental (mental health) dalam NIHR GHG STAND

Keesokan harinya, wawancara lapangan dimulai secara resmi. Target responden merujuk pada Wave 1 yaitu 1.600 individu, dengan metode pengumpulan data menggunakan sistem CAPI (Computer-Assisted Personal Interviewing) yang dioperasikan melalui tablet.

Tim ini dijadwalkan menetap di Kasembon hingga Senin, 22 September 2025, sebelum bergerak menuju desa berikutnya, Karangsari di Kecamatan Bantur, pada Selasa, 23 September 2025 bila sesuai target yang ditentukan.

Tak hanya itu, Field Supervisor juga membagikan kabar tentang supervisi lapangan yang dilakukan sehari sebelumnya oleh Dr. dr. Sri Idaiani, Sp.KJ, peneliti senior dari BRIN. Dalam kunjungannya, Dr. Idaiani menyaksikan langsung proses wawancara yang dilakukan oleh tiga enumerator, melakukan briefing tim di basecamp, hingga berbagi waktu makan siang di Café IOU 2020, Desa Kuwolu, Kecamatan Bululawang. 

Susu segar Nestle Goodnes Kurma Ajwa Madinah

Momen santai berlanjut dengan belanja oleh-oleh di industri baju lokal sebelum akhirnya Dr. Idaiani melakukan sesi Zoom bersama dr. Asri Maharani, MMRS, Ph.D., peneliti dari University of Manchester, Inggris. Di penghujung hari, ia masih sempat mendampingi dua enumerator melakukan wawancara lanjutan sebelum kembali ke hotelnya di Kota Malang.

Obrolan hangat itu menemani Fasilitator NIHR UB yang menikmati sekaleng kecil susu kurma Ajwa dari Field Supervisor. “Segar sekali di tengah panas terik,” ujarnya sembari tersenyum. Tak terasa, sore pun merambat senja. Sebelum berpamitan, Fasilitator diajak menikmati seporsi mie ayam AREMA di sebuah warung dekat PT Wijaya Cahaya Timber (WCT), sebuah perusahaan plywood yang terletak di Jalan Gajah Mada, Dusun Krajan.

Kunjungan ini bukan hanya menjadi ajang silaturahmi, namun juga penguatan semangat tim di lapangan, yang terus bekerja dengan dedikasi tinggi untuk menyukseskan riset yang bermanfaat luas bagi masa depan kesehatan mental masyarakat Indonesia. *** [150925]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Risk Checker

Risk Checker

Indeks Massa Tubuh

Supplied by BMI Calculator Canada

Statistik Blog

Sahabat eKader

Label

Arsip Blog