Sabtu, 11 Mei 2024

Wawancara Annexure 2 dan In-Depth Interview dengan Annexure 4 di Puskesmas Bululawang

Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Disease and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC), atau yang di Indonesia dikenal dengan penelitian “Dampak Polusi Udara terhadap Risiko Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronik dan Penyakit Jantung di Kabupaten Malang, Jawa Timur”, kembali berkunjung ke Puskesmas Bululawang pada Sabtu (11/05) pagi.

Kunjungan kali ini ingin melakukan in-depth interview dengan dokter fungsional Puskesmas Bululawang, karena pada saat bertandang sebelumnya, yaitu pada tanggal 25 dan 26 April 2024, dokter fungsional sedang mengikuti pelatihan “Global Health Research Group on Sustainable Care for Depression & Anxiety in Indonesia (NIHR-GHRC STAND) tentang Perawatan Berkelanjutan untuk Depresi dan Gangguan Kecemasan di Indonesia”, kolaborasi riset antara Universitas Indonesia (UI) dengan University of Manchester dan Machester Metropolitan Universitu di Golden Tulip Holland Resort Batu selama seminggu.

Tim Penelitian NIHR berpose dengan Kapus Bululawang beserta jajarannya di ruang pertemuan

Tim Penelitian NIHR yang terdiri dari Meutia Fildzah Sharfina, SKM, MPH; Hilda Irawati, S.Stat., dan saya beserta dua enumerator, yakni Tanjung Prameswari, S.Tr.P dan Supyandi, tiba di Puskesmas Bululawang pada pukul 08.17 WIB dan diterima dengan ramah oleh Kepala Puskesmas (Kapus) Bululawang drg. Lely Kumalasari. Kemudian dipersilakan untuk melakukan in-depth interview maupun wawancara.

Tim Penelitian NIHR dan enumerator berbagi peran untuk melakukan wawancara. Untuk dokter fungsional Puskesmas Bululawang dr. Hidayatulloh Arief diwawancarai dengan instrumen Annexure 2 dan in-depth interview dengan instrumen Annexure 4 di ruang pertemuan Puskesmas Bululawang sebelah barat.

Wawancara Annexure 2 dengan perawat Desa Krebet Senggrong

Lalu, Meutia mewawancarai perawat Desa Krebet Senggrong Citra Sulistyo Wardini, A.Md.Kep dengan instrumen Annexure 2 di ruang tamu lantai 2, dan saya kebagian melakukan wawancara dengan Penanggung jawab (Pj) PTM Puskesmas Bululawang Intati, A.Md.Keb dengan meminjam ruang kerja Kapus.

Sementara itu, Tanjung Prameswari mewawancarai apoteker Puskesmas Bululawang apt. Aqsanur, S.Farm di ruang kerja yang besebelahan dengan ruang kerja Kapus. Sedangkan, Supyandi melakukan wawancara dengan perawat Desa Bakalan Dian Pramono, A.Md.Kep di ruang pertemuan sebelah timur.

Wawancara Annexure 2 dengan Pj PTM Puskesmas Bululawang

Perlu diketahui, instrumen Annexure 2 menyangkut alat penilaian ketersediaan dan kesiapan layanan fasilitas kesehatan, sementara itu intrumen Annexure 4 merupakan panduan wawancancara mendalam untuk petugas kesehatan masyarakat (tenaga kesehatan Puskesmas, Ponkesdes maupun kader kesehatan).

Modul dalam Annexure 2 meliputi informasi umum, aksesibilitas layanan, nutrisi dan layanan terkait, risiko kesehatan iklim, aplikasi kesehatan digital, layanan yang tersedia, dan catatan kesimpulan pewawancara.

Wawancara Annexure 2 dengan apoteker Puskesmas Bululawang

Sedangkan, pada modul dalam Annexure 4 berisi panduan in-depth interview untuk tata kelola yang dijalankan perawat desa, perawat kesehatan primer yang komprehensif, pelatihan, platform digital, insentif, retensi, dan lain-lainnya.

Kendati instrumen Annexure 2 merupakan wawancara dengan kuesioner terstruktur, namun karena variabel yang ditanyakan cukup banyak akhirnya lamanya juga tak kalah dengan in-depth inteview Annexure 4. Hanya saja, yang membedakannya adalah pada intrumen Annexure 4 perlu dilakukan perekaman dalam proses in-depth interview.

Wawancara Annexure 2 dan in-depth interview Annexure 4 bersama dokter fungsional Puskesmas Bululawang, dan wawancara Annexure 2 dengan perawat Desa Bakalan

Prosesi wawancara dengan instrumen Annexure 2 dan in-depth interview dengan instrumen Annexure 4 ini berakhir pada pukul 10.47 WIB. Yang terlama adalah yang dilakukan oleh Hilda Irawati, karena ia melakukan wawancara Annexure 2 dan sekaligus in-depth interview Annexure 4.

Namun sebelum berpamitan dengan Kapus Bululawang, dilakukan foto bersama dengan Kapus Bululawang di ruang pertemuan Puskesmas Bululawang yang berada di lantai 2 dan menghadap ke Pasar Bululawang. *** [110524]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Jumat, 10 Mei 2024

Ngangsu Kawruh Di TPST 3R Mulyoagung

Jika Anda menyatukan keseluruhan gambarannya, mendaur ulang adalah hal yang benar untuk dilakukan.”

– Pam Shoemaker, Author

Sedianya Senin (06/05) kemarin, fasilitator NIHR dengan 2 staf PTM dan Kesehatan Jiwa (Keswa) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang (Imam Ghozali, S.Kep. Ners dan Gatot Sujono, S.ST, M.Pd) serta Wakil Direktur (Wadir) Yayasan Percik Salatiga (Damar Waskitojati, S.Kom, M.Si) ingin beraudiensi dan rescheduling jadwal Focus Group Discussion (FGD) Anggota Komunitas dengan Kepala Desa (Kades) Gampingan, namun tak berjumpa lantaran Kades sedang ada pertemuan di Pendopo Agung Kabupaten Malang.

Berpose dengan Kabid PSLB3 DLH Kabupaten Malang dan Wakil Ketua KSM TPST 3R Mulyoagung

Akhirnya, 2 staf PTM dan Keswa kembali ke tempatnya masing-masing, dan fasilitator NIHR diajak Wadir Yayasan Percik Salatiga (YPS) untuk menjumpai Kepala Bidang (Kabid) Pengelolaan Sampah dan LB3 (PSLB3) Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Malang Ir. Renung Rubiyatadji, MM.

Janjian pun ditetapkan untuk menemuinya di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Reduce, Reuse, Recycle (3R) Mulyoagung yang beralamatkan di Jalan TPST No. 1 Dusun Jetak Lor, Desa Mulyoagung, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.

Pintu masuk TPST 3R Mulyoagung

Wadir YPS dan fasilitator NIHR diterima dengan ramah di Ruang KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) pada pukul 12.48 WIB. Kemudian Wadir YPS pun mengutarakan maksud dan tujuan dari penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC), atau yang di Indonesia dikenal dengan penelitian “Dampak Polusi Udara terhadap Risiko Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronik dan Penyakit Jantung di Kabupaten Malang, Jawa Timur,” dan ingin ngangsu kawruh (menimba ilmu) di TPST 3R Mulyoagung.

Usai mendengar maksud dan tujuannya, Kabid PSLB3 yang didampingi Wakil Ketua Nugraha Wijayanto berceritera dengan semangat mengenai TPST 3R Mulyoagung, yang merupakan salah satu TPS di Kabupaten Malang yang menampung berbagai macam sampah dari masyarakat di sekitar Kecamatan Dau sebelum diangkut ke Tempat Penampungan Akhir (TPA) Talangagung Kepanjen.

Beraudiensi dengan Kabid PSLB3 DLH Kabupaten Malang

Keberadaan TPST 3R ini berhasil menuntaskan persoalan lingkungan di Desa Mulyoagung khususnya dan Kecamatan Dau pada umumnya. Saat ini, TPST 3R ini telah menjadi TPST percontohan yang sering menjadi referensi bagi daerah lain. Bahkan, beberapa pengunjung TPST ini datang dari luar negeri.

TPST 3R Mulyoagung dirintis sejak tahun 2005 oleh KSM yang peduli terhadap kelestarian lingkungan sejak program kali bersih (prokasih) berusaha untuk menciptakan solusi dari permasalahan sampah ini.

Bagan kerja TPST 3R Mulyoagung

Dari solusi yang ditawarkan oleh KSM Desa Mulyoagung maka keluarlah ide untuk membangung TPST sebagai solusi akhir dari permasalahan sampah yang sebelumnya dibuang di daerah aliran sungai Brantas.

TPST 3R Mulyoagung mulai beroperasi pada 2011 untuk menangani masalah sampah di daerah tersebut dengan menerapkan proses 3R (Reduce, Reuse, Recycle), mengelompokkan sampah menjadi organik, non-organik dan residu.

Mobil pengangkut sampah menurunkan sampah di zona 1 (pemilahan sampah)

Setiap harinya TPST 3 R Mulyoagung menerima puluhan ton lebih sampah. Komposisi sampah yang masuk ke TPST 3R Mulyoagung terdiri dari sampah basah, sampah plastik, sampah kertas, diaspers, kayu, kabel, Styrofoam, sampah B3, kain/tekstil, kaca, karet, kaleng, logam dan kulit.

Kesemua sampah tersebut begitu masuk ke TPST 3R Mulyoagung akan dipilah-pilah sesuai zona komposisinya. Pemilahan dilakukan oleh 58 orang yang diperkerjakan di TPST tersebut. Mereka seperti sudah terspesialisasi dalam bagian zona yang ditanganinya.

Aktivitas pemilahan sampah di zona 2

Pengolahan sampah menghasilkan produk berupa kompos, hasil pemilahan limbah nasi, sampah kering. Dedaunan dan kayu tebangan pohon diolah menjadi kompos; limbah nasi dijual ke peternak, sampah plastik diambil pengepul untuk dijual ke pabrik daur ulang. Selain itu, dari hasil limbah sampah plastik (kresek) juga dibuat tas rajutan, dan ada juga limbah sampah yang dibuat sabun cair, serta mulai mengembangkan maggot. Sedangkan, yang dirasa tidak memiliki nilai ekonomi, dikirim ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir).

“Sebenarnya sampah kalau dikelola dengan baik tidak menjadi masalah,” jelas Kabid PSLB3. “Dan, kebetulan KSM di sini mengelolanya dengan 3R, jadinya mazhabnya recycle buka bakar-bakaran (insinerator),” selorohnya.

Petugas sedang mengepres limbah sampah styrofoam dengan alat pres

Dalam tata kelola TPST 3R Mulyoagung ini, setiap rumah tangga dikenai iuran 20 ribu per bulan. Setiap bulannya bisa terkumpul 250 juta untuk biaya operasional TPST 3R Mulyoagung. Sedangkan, untuk sarana dan prasarana dibantu oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang. Sekitar 0,2% dianggarkan bagi pengelolaan sampah dari APBD Pemkab Malang.

Setelah berdialog dan berdiskusi cukup lama dengan Kabid PSLB3 dan Wakil Ketua KSM TPST 3R Mulyoagung, Wadir YPS dan fasilitator NIHR diajak berkeliling lokasi yang memiliki zona yang lengkap termasuk bengkel untuk memperbaiki kursi-kursi yang dibuang ke TPST 3R Mulyoagung untuk diperbaiki dan digunakan lagi.

Zona 4 untuk pembuatan sabun cair atau ecoenzym

Setelah itu, Wadir YPS dan fasilitator NIHR diajak foto bersama di depan papan penanda TPST 3R Mulyoagung yang cukup besar tepat di samping pintu masuk yang bertuliskan Pusat Edukasi Pengembangan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. 

TPST 3R Mulyoagung merupakan inovasi yang perlu dikembangkan terus. Dengan motto: “Edu Sampah Cipta Kerja” berharap TPST 3R Mulyoagung dapat mengedukasi pengelolaan sampah untuk menciptakan lapangan kerja. *** [100524]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Kamis, 09 Mei 2024

Pagi FGD Photovoice Tahap 2 Di Krebet Senggrong, Siangnya Di Sumberejo

Setelah selesai FGD Photovoice Tahap 2 di Ruang Kerja Kepala Desa Krebet Senggrong, Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC), atau yang di Indonesia dikenal dengan penelitian “Dampak Polusi Udara terhadap Risiko Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronik dan Penyakit Jantung di Kabupaten Malang, Jawa Timur, dari Yayasan Percik Salatiga (YPS) bersama fasilitator NIHR bergerak menuju ke Kecamatan Pagak, pada Rabu (08/05).

Karena siangnya juga ada pelaksanaan FGD Photovoice Tahap 2 di Balai Desa Sumberejo yang berada di Jalan Lapangan Rajawali Dusun Bandarangin RT 17 RW 05 Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang. Jarak Balai Desa Sumberejo dari Balai Desa Krebet Senggrong adalah sejauh 30 kilometer.

Peserta FGD Photovoice Tahap 2 dari Desa Gampingan dan Sumberejo mengajak berpose dengan YPS

Dalam perjalanannya, Tim Penelitian NIHR dari YPS dan fasilitator NIHR sempat berhenti sebentar di Warung Pojok Desa Gampingan untuk sekadar membekali perut agar bugar dalam melaksanakan FGD Photovoice Tahap 2 di Balai Desa Sumberejo nantinya.

Tiba di Balai Desa Sumberejo sekitar pukul 13.03 WIB. Di situ sudah terlihat hadir 3 kader dari Desa Gampingan, yakni Nurul Mila, Ninik Farida dan Yayuk Wijayanti. Sementara, 2 kader lainnya – Siti Aminah dan Dianawati - tidak bisa hadir. Siti Aminah ada keperluan berkenaan dengan sekolahnya, sedangkan Dianawati sedang dalam pemulihan tipesnya.

Begitu memasuki Ruang Pertemuan Balai Desa Sumberejo, ternyata Sekretaris Desa (Sekdes) Lutfi Asy’ari telah memfasilitasi dengan LCD Epson beserta layarnya dan microphone serta kursinya telah diset sedemikian rupa untuk pelaksanaan FGD Photovoice Tahap 2 ini.

Sambutan dari Kepala Desa Sumberejo

Sambil menunggu kader dari Desa Sumberejo – Nurwahyuni, Umy Umamah, Wiwik Ermawati, Qudsiyah, Anis Ardiana - ada yang masih mengikuti pertemuan ranting Muslimat, Tim Penelitian NIHR dari YPS dan fasilitator NIHR menyiapkan perlengkapan untuk mengadakan FGD Photovoice, seperti file gambar/foto, daftar hadir, buku notulensi, dan recorder.

FGD Photovoice Tahap 2 yang diikuti kader dari Desa Gampingan dan Sumberejo ini dimulai pada pukul 13.30 WIB. Acara diawali terlebih dahulu dengan sambutan dari Kepala Desa Sumberejo H. Amsori. Kemudian disambung dengan sambutan dari Wakil Direktur YPS Damar Waskitojati, S.Kom, M.Si.

Begitu selesai sambutan-sambutan, langsung dilanjutkan dengan FGD Photovoice Tahap 2 yang dipandu oleh Christina Arief T. Mumpuni dari YPS dengan notulis dari fasilitator NIHR. Sama dengan pelaksanaan FGD Photovoice Tahap 2 pagi tadi di Balai Desa Krebet Senggrong, Christina akan menampilkan gambar/foto yang telah dikirimkan kepadanya untuk diceriterakan mengenai lokasinya, mengapa mengambil gamar/foto tersebut, dan alasan menarik apa yang menyebabkan peserta FGD Photovoice memotret hal tersebut.

Sambutan dari Wakil Direktur YPS

Setiap peserta wajib mempresentasikan gambar/foto melalui bahasa sehari-hari dalam ceriteranya. Ceritanya ini kemudian didiskusikan dengan peserta lainnya. Ini yang menyebabkan diskusi berkelompok menjadi interaktif.

Tim Penelitian NIHR dari YPS terkadang memantiknya jika peserta mengalami kebingungan atau pun merasa sulit untuk berceritera. Sehingga, suasana diskusi kelompok menjadi tidak sepi dan pasif tetapi menjadi lebih gayeng.

Dari diskusi kelompok yang di antara peserta, Tim Penelitian NIHR YPS dan fasilitator NIHR bisa menangkap perspektif dari sudut pandang mereka terhadap fenomena-fenomena keseharian mereka dalam topik yang terkait mengenai pengelolaan sampah plastik, polusi udara, dan penyakit tidak menular (PTM), seperti di antaranya bahwa limbah plastik dari PT Ekamas Fortuna sebenarnya memberikan nilai ekonomis bagi masyarakat Desa Gampingan dan Desa Sumberejo.

Suasana FGD Photovoice Tahap 2 di Balai Desa Sumberejo

Karena setelah melalui pemilahan oleh anggota rumah tangga yang ada di kedua desa tersebut bisa menghasilkan rupiah bagi orang tua yang berada di rumah. Mereka umumnya memilah kardus dengan plastik. Ceceran kardusnya kembali dijual ke PT Ekamas Fortuna untuk menjadi bahan daur ulang produksinya, sedangkan plastiknya umumnya dikasihkan secara gratis, agar supaya halaman rumah tangga pemilah tersebut bisa mendatangkan sampah dari PT Ekamas Fortuna lagi untuk diambil ceceran kardusnya.

YPS bekerja sama dengan Universitas Brawijaya (UB) Malang dengan dukungan National Institute for Health and Care Research (NIHR) sedang melakukan penelitian partisipatif untuk mengidentifikasi kumpulan solusi alternatif pengatasan dampak pembakaran sampah plastik terhadap kesehatan masyarakat.

Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari program SMARThealth yang ingin diperluas dengan melihat dampak polusi udara terhadap PTM, seperti paru-paru dan penyakit jantung. Di bawah koordinasi UB, YPS berperan untuk mengembangkan penguatan jaringan di masyarakat, atau yang dikenal dengan istilah CEI (Community engagement and involvement) agar penelitian ini secara partisipatif masyarakat terlihat di dalam berbagai tahapannya. 

Peserta dari 2 desa berdiskusi kelompok dengan menampilkan gambar/foto hasil jempretannya dulu, dan kemudian ada yang mengomentarinya

Berbagai pengetahuan dan pengalaman masyarakat dalam mengelola sampah plastik terkait dengan kesehatan di mana selama ini masyarakat hidup di sekitar lokasi pembakaran sampah plastik menjadi penting untuk upaya mengembangkan kebijakan pengelolaan lingkungan dan kesehatan.

FGD Photovoice Tahap 2 di Balai Desa Sumberejo ini selesai pada pukul 15.36 WIB. Selesai itu, kemudian Christina Arief T. Mumpuni diajak berpose oleh peserta di depan pintu utama masuk ke Balai Desa Sumberejo, dan setelahnya, Tim Penelitian NIHR YPS dan fasilitator NIHR berpamitan dengan seluruh peserta maupun dengan Kepala Desa dan Sekretaris Desa Sumberejo. *** [090524]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Kader Desa Bakalan dan Krebet Senggrong Ikuti FGD Photovoice Tahap 2 di Balai Desa Krebet Senggrong

Delapan hari yang lalu, dua desa – Bakalan dan Krebet Senggrong – telah mengikuti FGD Photovoice Tahap Pengenalan Topik da Teknik Photovoice (Tahap 1) di Ruang Kasun Balai Desa Bakalan. Rabu (08/05), kader dari dua desa tersebut kembali mengikuti FGD Photovoice Tahap Pengambilan Gambar/Foto dan Menceriterakannya (Tahap 2) di Ruang Kerja Kepala Desa Krebet Senggrong yang beralamatkan di Jalan Raya Krebet Senggrong No. 1 Dusun Krapyak Jaya RT 17 RW 04 Desa Krebet Senggrong, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang.

Kalau pada Tahap 1, Tim Penelitian NIHR dari Yayasan Percik Salatiga (YPS) Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K didampingi oleh fasilitator NIHR sebagai notulis maupun dokumentasi, kali ini pada penyelenggaraan Tahap 2 juga dihadiri oleh Wakil Direktur (Wadir)YPS Damar Waskitojati, S.Kom, M.Si, dan pelaksanaannya disaksikan pula oleh staf PTM dan Kesehatan Jiwa (Keswa) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang Wildan Adi Yatma, S.Psi.

Formasi dan suasana FGD Photovoice Tahap 2 di Ruang Kerja Kades Krebet Senggrong

Pada tahap 2 ini, peserta Photovoice yang berjumlah 10 orang tersebut – 5 orang dari Desa Bakalan (Sandi Cahyadi, Lilik Nur Aini, Mahmudah, Ana Sholicha, Indah Astutik) dan 5 orang dari Desa Krebet Senggrong (Nur Rohma, Lidya Mas'udah, Yeni Mariana, Sanik, Nadzirotun Khasanah) – diberikan kesempatan oleh Christina Arief T. Mumpuni untuk menampilkan gambar/foto yang telah dikirimkan dan disorotkan dengan LCD Epson ke tembok untuk diceriterakan lokasi pengambilan gambar, menceriterakan apa dari gambar tersebut, dan alasan apa yang memikat peserta untuk memotretnya.

Setelah setiap peserta berceritera tentang gambar/fotonya tersebut, peserta lain boleh bertanya kepada pemotret atau pun mengomentarinya dengan dipandu oleh Christina Arief T. Mumpuni. Sesekali Wadir YPS Damar pun turut memantik dalam diskusi berkelompok tersebut.

Dua peneliti dari YPS brperan memantik dalam FGD Photovoice Tahap 2

Diskusi berkelompok dengan topik terkait persampahan plastik, polusi udara, dan penyakit tidak menular (PTM) ini berjalan interaktif yang terkadang memunculkan istilah lokal yang khas dan kata-kata yang membikin ketawa para peserta lainnya.

Pada pelaksanaan tahap 2 Photovoice ini sudah mulai terlihat fokus diskusi kelompok yang cukup menarik. Pada tahan 1, peserta masih meraba-raba dalam pengenalan topik dan pada tahap 2 sudah mulai fokus dalam diskusinya.

Peserta dari Desa Krebet Senggrong selaku tuan rumah mengawali berceritera mengenai gambar/foto yang telah dikumpulkan

Kemudian dari sisi pemantik maupun notulis juga sedikit banyak sudah menangkap fenomena-fenomena dalam topik tersebut. Dalam diskusi berkelompok tersebut juga memperlihatkan bahwa pembakaran sampah plastik dalam lingkungan rumah tangga masih masif dengan berbagai alasan, seperti warga masih memiliki lahan yang luas dan terkadang petugas pengambil sampah tidak on time dalam jadwalnya.

YPS bekerja sama dengan Universitas Brawijaya (UB) Malang dengan dukungan National Institute for Health and Care Research (NIHR) sedang melakukan penelitian partisipatif untuk mengidentifikasi kumpulan solusi alternatif pengatasan dampak sampak plastik terhadap kesehatan masyarakat.

Wakil Direktur YPS juga turut memantik dalam FGD Photovoice Tahap 2

Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari program SMARThealth yang ingin diperluas dengan melihat dampak polusi udara terhadap PTM, seperti misalnya paru-paru dan jantung. Dalam hal ini YPS yang di bawah koordinasi UB berperan untuk mengembangkan penguatan jaringan di masyarakat, atau yang dikenal dengan CEI (Community engagement and involvement) agar penelitian ini secara partisipatif masyarakat terlibat dalam berbagai tahapannya.

Berbagai pengetahuan dan pengalaman masyarakat dalam mengelola sampah platik terkait dengan kesehatan di mana selama ini masyarakat hidup di sekitar lokasi pembakaran sampah plastik menjadi penting untuk upaya mengembangkan kebijakan pengelolaan lingkungan dan kesehatan.

Wakil Direktur YPS dan penelitinya beraudiensi dan berdiskusi dengan Kades Krebet Senggrong

FGD Photovoice Tahap 2 yang dimulai pada pukul 08.08 WIB yang dibantu LCD Epson dalam menampilkan gambar/foto hasil jepretan peserta itu, berakhir pada pukul 10.50 WIB. Setelah itu, Tim Penelitian NIHR berjumpa dan berdiskusi dengan Kepala Desa Krebet Senggrong Slamet Efendi, S.E.

Selesai itu, Tim Penelitian NIHR YPS dan fasilitator NIHR bergegas menuju ke Balai Desa Sumberejo untuk melakukan FGD Photovoice yang sama (Tahap 2) yang akan diadakan pada siang hari hingga sore hari yang diikuti oleh kader dari Desa Gampingan dan Desa Sumberejo. *** [0900524]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Minggu, 05 Mei 2024

Observasi Lapangan Dimulai Di Desa Sumberejo

Satu lagi instumen yang dilakukan dalam penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC), atau yang di Indonesia dikenal dengan penelitian “Dampak Polusi Udara terhadap Risiko Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronik dan Penyakit Jantung di Kabupaten Malang, Jawa Timur”, yaitu pengamatan langsung (direct observation).

Dalam tradisi penelitian skala luas yang multidisiplin, pengamatan (observasi) langsung biasanya bagian integral dalam pengumpulan data yang menyatu dengan instrumen karakteristik masyarakat. Pewawancara biasanya mencatat karakteristik masyarakat saat ini dengan ditunjukkan catatan statistik di kantor kepala desa dan melalui observasi (pengamatan) langsung.

Tim Penelitian NIHR dan empat enumerator berangkat dari depan Balai Desa Sumberejo untuk melakukan pengamatan langsung (Foto: Kamis, 02/04)

Dari empat desa yang menjadi sampel dalam penelitian NIHR di Kabupaten Malang ini, Tim Penelitian NIHR (Sujarwoto, S.IP, M.Si, MPA, Ph.D; Meutia Fildzah Sharfina, SKM, MPH; Serius Miliyani Dwi Putri, SKM, M.Ked.Trop) bersama dengan empat enumerator Elmi Kamilah, S.Sos; Arief Budi Santoso, SE; Tanjung Prameswari, S.Tr.P, dan Supyandi) melakukan observasi langsung dimulai dari Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.

Mereka mengerjakan pengamatan langsung usai melakukan Focus Group Discussion (FGD) anggota komunitas dan wawancara karakteristik masyarakat (community characteristics) dengan perangkat desa, pada Kamis (02/05).

Pengukuran kualitas udara di Dusun Bandarangin yang punya bau limbah tetes menyengat (Foto: Sabtu, 04/05)

Dalam observasi itu, mereka didampingi oleh dua staf PTM dan Kesehatan Jiwa (Keswa) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang, yaitu Imam Ghozali, S.Kep.Ners dan Gatot Sujono, S.ST, M.Pd. Sementara itu, salah seorang anggota Tim Penelitian NIHR lainnya masih harus stay di Balai Desa Sumberejo untuk membantu Tim Penelitian NIHR dari Yayasan Percik Salatiga Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K, menyelenggarakan FGD Photovoice di siang harinya.

Tim Penelitian NIHR dan empat enumerator berkeliling dari dusun ke dusun yang ada di wilayah adminstratif Desa Sumberejo. Mereka berkeliling dari selatan yang mepet dengan Desa Pagak hingga ke utara melintasi kawasan hutan Gunung Geger hingga dusun yang berbatasan dengan Desa Gampingan. Bentangan dari Dusun Bantarangin yang berada di selatan hingga Dusun Bekur dan Bendo, jaraknya sekitar 7 kilometer dengan kontur tanah yang berbukit.

Pembuangan limbah sampah plastik di TPA dekat hutan Gunung Geger

Modul observasi langsung dalam penelitian NIHR meminta pengamat lapangan (field observer) mencatat observasi mengenai informasi lokasi, pengamatan umum, fasilitas dan praktik pengelolaan sampah, polusi udara, praktik pembakaran plastik, jaringan internet, dan catatan petugas lapangan.

Syarat dalam melakukan pengamatan langsung ini, siapa pun petugas yang diberikan amanah harus dibekali sebuah alat bernama Global Positioning System (GPS). GPS adalah konstelasi satelit yang mendukung pengukuran penentuan posisi, navigasi, dan waktu yang sangat akurat di seluruh dunia. GPS ini nantinya yang akan digunakan untuk mengisi daerah amatan yang meminta garis lintang maupun garis bujur.

Melihat tungku pembakaran gamping di Dusun Bekur

Dalam sejumlah penelitian besar, seperti Indonesian Family Life Survey (IFLS), Work and Iron Status Evaluation (WISE), dan The Study of Tsunami Aftermath and Recovery (STAR), biasanya menggunakan GPS Garmin Etrex yang umumnya direferensikan funding dalam penggunaannya.

Selain itu, dalam pengukuran garis lintang dan garis bujur, seyogyanya field observer mengajak Tim Penelitian NIHR dari Fisika Lingkungan Univeristas Brawijaya (UB), karena mereka yang memiliki alat portable untuk mengukur kualitas PM2.5 di daerah observasi.

Suasana Dusun Bendo dengan pemandangan pegunungan karst

Pengamatan langsung di Desa Sumberejo memerlukan waktu selama dua hari lamanya. Karena di samping cakupan geografisnya yang luas dan berbukit, juga pada hari pertama belum membawa GPS dan mengajak Tim Penelitian NIHR dari Fisika Lingkungan.

Pengamatan langsung di Desa Sumberejo dilakukan pada hari Kamis (02/05) siang hari usai FGD anggota komunitas dan wawancara karakteristik masyarakat, dan pada hari Sabtu (04/05). Pada Sabtu (04/05) mereka berangkat bersama dengan Tim Penelitian NIHR yang akan melakukan wawancara dengan Annexure 2 dan 4 di Puskesmas Pagak. *** [050524]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Risk Checker

Risk Checker

Indeks Massa Tubuh

Supplied by BMI Calculator Canada

Statistik Blog

Sahabat eKader

Label

Arsip Blog