Menampilkan postingan yang diurutkan menurut tanggal untuk kueri PPSP. Urutkan menurut relevansi Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut tanggal untuk kueri PPSP. Urutkan menurut relevansi Tampilkan semua postingan

Selasa, 13 Februari 2024

Tiga Titik Penempatan Lanjutan Flex Air Quality Sensor Di Desa Sumberejo

Dua hari sebelumnya, asisten Tim Peneliti Polusi Pembakaran Sampah Plastik (PPSP) dari Fisika Lingkungan Universitas Brawijaya (UB) telah melakukan pemasangan PurpleAir PA-II-Flex Air Quality Sensor di tiga titik penempatan. Dua berada di RT 49 RW 08 tapi letaknya berjauhan dan satunya lagi dipasang di RT 48 RW 08.

Lalu hari ini, Senin (12/02), mereka melakukan pemasangan lagi sisanya sebanyak tiga tempat yang belum terpasang pada waktu itu. Jadi, pemasangan kali ini merupakan lanjutan dari yang kemarin dari target pemasangan yang harus dilakukan sebanyak enam buah.

Pemasangan PurpleAir di rumah warga

PurpleAir tampaknya menjadi standar untuk pemantauan di luar ruangan. PurpleAir PA-II relatif terjangkau harganya dibandingkan produk komersial lainnya yang harganya tinggi. Ini terhubung ke wifi dan memasukkan data ke dalam peta populer yang memungkinkan Anda mempersempit area dan melihat apa yang dilaporkan pemilik lain.

Pemasangan hari kedua ini berada di lingkungan Mushola Al-Ikhlas (RT 49 RW 08), rumah Siswoyo (RT 34 RW 08), dan rumah Wariso (RT 41 RW 09). Penempatan lokasi itu berdasarkan pengukuran geospasial dengan menggunakan satelit.

Kalau hari kemarin pemasangan dikerjakan oleh Rosi, hari ini dilakukan Rezaldi Dia Ramadhan, adik ipar staf PTM dan Kesehatan Jiwa (Keswa) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang, Ghozali, yang bermertua di Dusun Bekur, Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.

Pengukuran particular matter dengan menggunakan Cascade impactors dekat tungku pembakaran gamping

Dalam pemasangan tersebut didampingi oleh Eko Teguh Purwito Adi, S.Si., M.Si. dan Renetha Salma M.A., S.Si dari Fisika Lingkungan UB; Imam Ghozali, S.Kep.Ners, staf PTM dan Keswa Dinkes; serta fasilitator.

Selain pemasangan PurpleAir PA-II-Flex Air Quality Sensor, juga dilakukan pengambilan sampel particular matter dengan menggunakan cascade imfactors di dekat tungku pembakaran gamping (limestone burning). Kebetulan pada hari ini, depan rumah mertua Ghozali sedang ada pembakaran gamping tersebut.

Cascade impactors digunakan untuk fraksinasi partikulat pada sampel udara bervolume tinggi. Desain cascade imfactors ini mengumpulkan partikel pada substrat kecil dan ringan yang dianalisis untuk mengetahui partikel yang dapat terhirup. Ada beberapa model yang tersedia dengan tahap tumbukan 1, 4, 5, dan 6 yang memungkinkan fleksibilitas tertinggi.

Setelah diambil dari dekat tungku pembakaran gamping, terus diambil kertasnya, yaitu berupa Whatman Filter Paper (kertas saring Whatman). Kertas tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kaca bulat oleh Azarine Aisyah Widhowati, S.Si dan Maria Pramundhitya, S.Si untuk dibawa ke laboratorium guna dianalisis. Kertas saring tersebut akan diukur dengan Scanning Electron Microscope (SEM) dan X-Ray Diffraction (XRD).

Pengeluaran Whatman Filter Paper dari Cascade impactors, dan dimasukkan dalam kaca bulat

Di akhir kegiatan di Dusun Bekur ini, terdengar informasi adanya tungku pembakaran gamping yang sebelumnya belum terpetakan. Satu berada iujung Dusun Bekur bagian utara mepet dengan sungai di RT 32 RW 06, dan yang satunya berada di selatannya yang sejalur, yaitu di RT 33 RW 08.

Jadi hingga kini, dengan tambahan dua tungku pembakaran gamping yang telah dikunjungi tadi sore menjelang Maghrib, totalnya jumlahnya menjadi 10 tungku pembakaran gamping yang teridentifikasi di Dusun Bekur, Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang. *** [130224]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Senin, 12 Februari 2024

Posyandu Anggrek 4 Dilem: Giat Kesehatan Bersama Tetangga

Usai mendampingi staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) melakukan in-depth interview untuk disertasi Program Doktor Ilmu Kedokteran dan Kesehatan di Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada, anggota Tim SMARThealth UB langsung meluncur ke Posyandu Anggrek 4 Dilem.

Selama hampir delapan tahun menghuni Sekretariat SMARThealth Kepanjen, baru kali ini anggota Tim SMARThealth UB berkesempatan menghadiri giat di Posyandu Anggrek 4 yang berada di Jalan Sidoluhur No. 43 Dusun Lemah Duwur RT 06 RW 01 Desa Dilem, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, setelah memasuki replikasi SMARThealth pada tahun 2024 ini.

Nakes berpose dengan kader kesehatan yang menjadi tetangga Sekretariat SMARThealth Kepanjen

Senangnya tiada terperi! Mengapa? Karena Sekretariat SMARThealth yang telah mendampingi giat kader dari desa/kelurahan ke desa/kelurahan di Kabupaten Malang, baru hari ini, Senin (12/02), bisa mengikuti giat kesehatan bersama tetangga di Posyandu Anggrek 4 Dilem yang berjarak sekitar 100 meter dari Sekretariat SMARThealth. Lokasinya tepat berada di depan rumah pemilik Lufas Galery, Saiful Gozy.

Sambil nonggo, anggota Tim SMARThealth UB menyaksikan kelincahan dan kecekatan para tetangga yang menjadi kader kesehatan dalam memberikan layanan kesehatan bersama perawat maupun bidan Desa Dilem.

Bidan Desa Dilem dibantu oleh kader Posyandu Balita lakukan pengukuran tinggi dan berat badan

Ada 10 kader kesehatan yang bertugas dalam giat di Posyandu Anggrek 4 Dilem, yang merupakan giat layanan kesehatan sesuai siklus hidup, yang terdiri dari 5 kader dalam layanan Posyandu Balita dan 5 kader dalam layanan Posbindu PTM dan Posyandu Lansia.

Lima kader Posyandu Balita terdiri dari Masriah (pemilik rumah), Ely Farida, Sumiati, Rikhanah, dan Muthom Lindia S. Sedangkan, 5 kader Posbindu PTM dan Posyandu Lansia meliputi Atim (Posbindu/Posyandu Lansia), Rini Indayani (Posbindu PTM/Posyandu Lansia), Lailatus Sadiyah (Posbindu/Posyandu Lansia), Nining (kader SMARThealth), dan Nursaidah (Posbindu/Posyandu Lansia). Sementara itu, tenaga kesehatan (nakes) yang hadir adalah perawat Chofriana Kristiyas Wulandari, A.Md.Kep dan bidan Miswati, A.Md. Keb.

Posyandu Anggrek 4 Dilem dilengkapi dengan sarana bermain balita

Bersama nakes, kader dengan seragam kaos merah berlengan panjang warna biru itu bahu-membahu dalam memberikan layanan kepada warga yang menjadi target sasaran dalam giat Posyandu Anggrek 4 Dilem, yaitu RT 04 hingga RT 07 di RW 01 dan RT 01 maupun sebagian warga di RT 02 di RW 02.

Dalam giat Posyandu Balita yang dikoordinir oleh bidan Miswati ini, kebetulan memasuki bulan timbang yang dilaksanakan setiap bulan Februari di mana pelaksanaannya bersamaan dengan pemberian vitamin A. 

Pada kegiatan bulan timbang ini dilakukan penimbangan berat badan, pengukuran lingkar lengan, lingkar kepala (baduta), pengukuran tinggi badan, dan panjang badan. Dalam hasil dari penimbangan dan pengukuran tersebut dapat mencerminkan status gizi balita yang merupakan tolak ukur status gizi masyarakat.

Tetangga sebelah barat Sekretariat SMARThealth diukur berat badannya oleh kader yang juga tetangga Sekretariat SMARThealth

Sementara itu, pengantar anaknya yang hadir dalam giat Posynadu Balita sekaligus juga bisa mengikuti skrining faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) dalam layanan Posbindu (Posyandu Usia Produktif) maupun Posyandu Lansia yang ada di ruang tamu rumah kader Masriah, yang dikoordinir oleh perawat Chofriana Kristiyas Wulandari, atau yang akrab disapa Vina.

Mereka akan mendapatkan layanan pengukuran antropometri (tinggi/berat badan dan lingkar perut), pengukuran tekanan darah, dan pengecekan kadar gula darah. Seandainya dalam skrining tersebut terindikasi memiliki faktor risiko tinggi (highrisk) maka perawat akan memberikan obat untuk kebutuhan beberapa hari.

Warga mengantre pemeriksaan dan konsultasi dengan perawat Desa Dilem

Giat Posyandu Anggrek 4 Dilem yang dimulai pada pukul 08.00 WIB itu selesai pada pukul 11.49 WIB. Dari giat itu berhasil terperiksa sebanyak 52 balita dengan rincian 24 laki-laki dan 30 perempuan. Lalu, pada Posbindu terperiksa sejumlah 12 orang dengan rincian 2 laki-laki dan 10 perempuan. Adapun pada Posyandu Lansia terperiksa sebanyak 10 orang yang 100% didominasi ibu-ibu.

Giat Posyandu Anggrek 5 Dilem ini diakhiri dengan sesi foto bersama antara nakes dan kader yang bertugas dalam giat tersebut. Setelah itu, anggota Tim SMARThealth UB pun langsung berpamitan karena harus berangkat menuju Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak, untuk mendampingi pemasangan Flex Air Quality Sensor yang dilakukan oleh asisten Tim Peneliti Polusi Pembakaran Sampah Plastik (PPSP) dari Fisika Lingkungan UB. *** [120224]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Sabtu, 10 Februari 2024

Pemasangan Flex Air Quality Sensor Di Sumberejo

Hari ini, Sabtu (10/02), tiga asisten Tim Peneliti Polusi Pembakaran Sampah Plastik (PPSP) dari Fisika Lingkungan Universitas Brawijaya (UB) – Eko Teguh Purwito Adi, S.Si., M.Si., Azarine Aisyah Widhowati, S.Si, dan Maria Pramundhitya Wisnu Wardhani, S.Si - memasang PurpleAir PA-II-Flex Air Quality Sensor di sejumlah titik lokasi penempatan di wilayah Dusun Bekur, Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.

Dikutip dari www2.purpleair.com, PurpleAir Flex adalah salah satu monitor kualitas udara terbaru dari PurpleAir, yang mengukur konsentrasi PM 2.5 secara real-time untuk penggunaan perumahan, komersial, atau industri. 

Kotak particular meter di ketinggian 280 cm dengan latar asap hitam mengepul dari pembakaran gamping

Berisi LED penuh warna, cahaya yang dihasilkan sekilas menunjukkan kualitas udara real-time dan dapat dipasang di dalam atau di luar ruangan. WiFi internal memungkinkan monitor kualitas udara mengirimkan data ke Peta PurpleAir secara real-time, yang disimpan dan tersedia untuk perangkat pintar apa pun.

Dalam pemasangan tersebut, ketiga asisten Tim PPSP dibantu oleh lima cowok. Tiga cowok memasang tiang yang dirancang untuk menempatkan particular meter, dan dua cowok membantu dalam pemasangan Purple Air.

Maghrib tiba, lampu PurpleAir terlihat nyalanya 

Tiga asisten Tim PPSP tiba di Dusun Bekur sekitar pukul 09.57 WIB. Dengan disaksikan oleh fasilitator dan Imam Ghozali, S.Kep Ners, seorang staf PTM dan Kesehatan Jiwa (Keswa) Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, mereka mengawali dengan mempersiapkan perlengkapan pendukungnya.

Begitu tiang untuk penempatan UB-Aqai Air Quality Measurement System Tipe PB.02241 datang dengan diangkut mobil pickup pada pukul 11.20 WIB, langsung dipasang oleh tiga cowok yang membawanya. Tinggi tiang yang dicat warna hitam itu memiliki tinggi 350 cm. 

Pemasangan PurpleAir yang umumnya diletakkan di lispang

Dari ketinggian tersebut, terus yang ditanam ke dalam tanah sedalam 70 cm. Jadi, tiang menjulang di atas permukaan tanah setinggi 280 cm. Penempatan tiang tersebut berada di halaman depan rumah Bapak Hasyim (mertua Ghozal), yang berdekatan dengan kios sembako milik mertua.

Pada waktu bersamaan, seorang cowok bernama Rosi yang terampil dalam pelistrikan dan perkabelan juga memasang PurpleAir beserta Telkomsel Orbit untuk memancarkan wifi yang akan mendukung kerja PurpleAir.

Asisten TIM PPSP sedang merakit particular meter untuk dipasang di tiang

Perlu diketahui, pemasangan tiang untuk particular meter hanya satu buah saja dan itu ditempatkan di halaman depan rumah Bapak Hasyim. Sedangkan, untuk pemasangan PurpleAir diagendakan ditempatkan di enam titik lokasi di Dusun Bekur.

Namun hingga Maghrib, PurpleAir mampu terpasang tiga saja di tiga lokasi yang terpencar. Sementara sisanya yang tiga akan dilanjutkan pada Senin mendatang. Tidak bisa terpasangnya semua di enam titik lokasi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti turun hujan, menjelaskan kepada pemilik rumah di lokasi pemasangan perlu waktu, dan juga setiap rumah memiliki struktur bangunan sendiri sehingga teknisi listrik dan pemasang kabel akan perlu waktu untuk menempatkan terminal baru guna suplai daya dalam mengoperasikan PurpleAir maupun Telkomsel Orbit.

Meski baru terpasang tiga, kinerja dari PurpleAir harus dipantau di lapangan secara kontinyu. Untuk itu, usai Maghriban di rumah Bapak Hasyim, Eko membriefing Ghozali dan adik iparnya untuk turut membantu dalam pemantauan kinerja alat tersebut agar supaya laporan real-time mengenai kondisi kualitas udara di desa tersebut bisa terpantau terus dengan baik. *** [100224]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Senin, 07 Agustus 2023

Tim PPSP Lakukan Uji Coba Pengukuran Kualitas Udara Di Hari Ahad

Selang 27 hari semenjak kunjungan Tim Peneliti Polusi Pembakaran Sampah Plastik (PPSP) dari disiplin Fisika Universitas Brawijaya (UB) berkunjung ke Dusun Bekur, Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang, tiga staf asisten dari Prof. Drs. Arinto Yudi Ponco Wardoyo, M.Si, Ph.D (Guru Besar Fisika Lingkungan dengan spesialisasi pengukuran polusi udara) melakukan uji coba pengukuran kualitas udara pada hari Ahad (07/08).

Ketiga asisten staf yang terdiri dari Eko Teguh Purwito, S.Si, M.Si; Azarine Aisyah Widhowati, S.Si dan Maria Pramundhitya Wishnu Wardhani, S.Si, tiba di Dusun Bekur, Desa Sumberejo, dengan berkendara mobil Avanza warna hitam sekitar pukul 12.10 WIB.

Pemasangan salah satu alat untuk pengukuran kualitas udara di halam rumah mertua staf PTM dan Keswa Dinkes Kabupaten Malang

Dengan didampingi oleh staf PTM dan Keswa Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang Imam Ghozali, S.Kep. Ners dan seorang anggota Tim SMARThealth UB, melakukan uji coba pengukuran udara dalam rangka Identifying & implementing solutions to reduce the impact of plastics burning on NCDs in Indonesia yang merupakan bagian kegiatan dalam National Institute for Health and Care Research (NIHR) Global Health Research Centre on Non-Communicable Diseases (NCDs) and Environmental Change.

Lokasi uji coba pada hari Ahad tersebut dipusatkan di dua titik, yaitu halaman rumah Bapak Hasim dan Bapak Bunaji. Kedua rumah tersebut berada di Dusun Bekur RT 49 RW 08 Desa Sumberejo. Pemilihan kedua lokasi itu lantaran kedua rumah tersebut berdekatan dengan sumber pembakaran gamping yang ada di desa tersebut.

Kebetulan Desa Sumberejo terkenal dengan aktivitas pembakaran batu gamping (limestone burning) dan memiliki kekhasan dengan bahan bakar untuk pembakaran gamping berupa limbah plastik. Asap hitam membumbung merupakan pemandangan dalam keseharian di desa tersebut.

Memasang peralatan pengukuran kualitas udara di sebelah barat tungku pembakaran gamping

Uji coba pengukuran kualitas udara, mula-mula dilakukan di halaman rumah Bapak Hasim. Ketiga asisten peneliti PPSP tersebut berusaha memasang semacam anemometer yang ditopang oleh tripod dengan pipa stainless setinggi 3 m yang langsung terhubung dengan sebuah alat detector particulate matter & gas measurement device serta laptop melalui aplikasi arduino. Selain itu, juga terlihat Q-Track Air Quality Meter warna biru sebagai instrumen untuk mengukur tingkat kualitas udara yang meliputi carbon monoxide (CO), carbon dioxide (CO2), suhu, kelembaban relatif (relative humidity) dan sekaligus bisa menghitung titik embun, bla basah (wet bulb) dan persen udara luar.

Di rumah Bapak Hasim, yang berhadapan langsung dengan salah satu lokasi pembakaran gamping di Dusun Bekur, berlangsung dari pukul 12.22 hingga pukul 13.15 WIB. Setelah itu, uji coba pengukuran pindah ke rumah Bapak Bunaji yang berjarak sekitar 50 m arah selatan.

Di halaman rumah Bapak Bunaji yang kebetulan sedang ada proses pembakaran gamping dengan menggunakan limbah plastik, ketiga asisten peneliti PPSP juga melakukan uji coba seperti yang dikerjakan di halaman rumah Bapak Hasim.

Pengukuran kualitas udara bergeser dari sebelah barat tungku pembakaran gamping menuju ke sebelah barat daya dekat dengan tambatan dua ekor sapi metal

Halaman rumah Bapak Bunaji, cukup luas. Tempat pembakaran gampingnya berada di sisi timur laut dari bangunan rumah, yang dikelilingi kebun durian. Mereka memasang peralatannya di sebelah barat daya dari pembakaran gamping. Pengukuran kualitas udara dilakukan dari pukul 13.46 WIB sampai dengan pukul 15.14 WIB.

Selesai dari pengukuran di rumah Bapak Bunaji, ketiga asisten peneliti PPSP kembali ke rumah Bapak Hasim yang menjadi basecamp sementara dalam pengukuran tersebut. Di rumah Bapak Hasim, mertua Ghozali, dihidangkan makan soto dengan aneka lauknya.

Setelah mencicipi hidangan tersebut, ketiga asisten peneliti PPSP dari disiplin Fisika UB dan seorang anggota Tim SMARThealth UB pun berpamitan. Ketiga asisten peneliti PPSP langsung kembali ke laboratorium di Departemen Fisika UB bersama sopirnya, dan seorang anggota Tim SMARThealth UB pun melanjutkan perjalanan ke Desa Sepanjang, Kecamatan Gondanglegi untuk jumpa dengan sejumlah kader SMARThealth. *** [070823]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Selasa, 11 Juli 2023

Tim PPSP Kunjungi Pembakaran Gamping di Pagak

Nasib baik menyelimuti Tim Peneliti Polusi Pembakaran Sampah Plastik (PPSP) saat berkunjung ke Dusun Bekur, Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang. Pasalnya, pada kunjungan hari ini, Selasa (11/07), kebetulan ada yang sedang melakukan pembakaran batu gamping. Tidak setiap hari, proses pembakaran batu gamping bisa disaksikan.

Tim PPSP yang didampingi oleh staf PTM dan Keswa Dinkes Kabupaten Malang Imam Ghozali, S.Kep.Ners dan seorang anggota Tim SMARThealth Universitas Brawijaya (UB) kali ini adalah Tim yang akan melakukan pengukuran kadar kualitas udara.

Ibu-ibu sedang memilah limbah plastik dan potongan kardus di dekat tungku pembakaran gamping

Tim terdiri dari Prof. Drs. Arinto Yudi Ponco Wardoyo, M.Si, Ph.D, Guru Besar Fisika Lingkungan UB dengan spesialisasi pengukuran polusi udara, beserta staf asistennya yang terdiri dari Eko Teguh Purwito Adi, S.Si, M.Si; Azarine Aisyah Widhowati, S.Si dan Maria Pramundhitya Wishnu Wardhani, S.Si. Selain itu, ada juga Dr. Max Priestman, seorang Senior Air Quality dari Imperial College London, Inggris.

Tim PPSP dari disiplin fisika ini juga dibarengi dengan rombongan lainnya yang terdiri dari  Prof. Dr. Anuskha Patel (Chief Executive Officer of The George Institute for Global Health, Australia), Prof. Dr. Vivekand Jha (The Executive Director at The George Institute for Global Health, India), Dr. Nina Desai (The George Institute for Global Health, Inggris), Dr. Thomas Gadsden (Senior researcher from The George Institute for Global Health, Australia), Prof. Dr. Gindo Tampubolon (Senior lecturer in Global Health at the Global Development Institute and Deputy Director, Rory and Elizabeth Brooks Doctoral College, University of Manchester), dan Sujarwoto, S.IP, M.Si, MPA, Ph.D (FIA, UB).

Begitu sampai di Dusun Bekur, mereka ada yang berkumpul terlebih dahulu di rumah mertua Imam Ghozali, dan Tim yang berasal dari disiplin fisika langsung melakukan pemetaan wilayah, karena mereka nantinya akan memasang alat-alat terkait pengukuran kualitas udara, seperti ACMS, SMPS, Al Telometer, dan CO2 Nox.

Tim PPSP menyaksikan pembakaran gamping di halaman salah satu warga

Selain itu, mereka juga berkesempatan melihat proses pembakaran gamping dengan bahan bakar limbah plastik di rumah Pak Nursawi. Kebetulan ia sedang membakar gamping di sisi barat halaman rumahnya yang mepet dengan kebun tebu.

Dua tukang bagian tungku bakar senantiasa menjaga kadar apinya agar pembakaran berjalan maksimal. Mereka akan bergantian setiap 1,5 jam selama 24 jam dalam tiga hari dua malam dalam membakar batu gamping dengan tonase 8 ton.

Lalu, disebelah utara tungku pembakaran terlihat tiga ibu-ibu sedang memilah limbah yang menumpuk. Dalam seminggu, satu orang bisa memilah kardus yang bercampur dalam limbah plastik, sebanyak dua glasing (karung). Per karung berukuran antara 10 hingga 16 kilogram, dan harga per kilogramnya adalah Rp 1.000,-. Sedangkan sisanya limbahnya yang berupa plastik dikeringkan untuk digunakan sebagai bahan bakar gamping.

Rombongan Tim PPSP berpamitan dengan mertua staf PTM dan Keswa Dinkes Kabupaten Malang

Baik Tim Putih maupun Tim Hitam, semuanya menyaksikan pembakaran gamping yang menghasilkan pemandangan berkabut hitam lantaran kepulan asap hasil pembakaran gamping (limestone) membubung ke atas.

Yang dimaksud Tim Putih adalah Tim PPSP yang berasal dari disiplin fisika. Mereka disebut Tim Putih karena menggunakan mobil Avanza berwarna putih, sedangkan Tim Hitam adalah mereka yang berkendara dengan mobil Innova warna hitam.

Kedua Tim itu berada di lokasi selama satu jam lebih. Setelah dirasa cukup, Tim Hitam berpamitan lebih dulu. Selang dua puluh menit kemudian, barulah Tim Putih juga berpamitan pulang, sekitar pukul 16.30 WIB. *** [110723]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Selasa, 07 Maret 2023

Peneliti PPSP UB Ajak Koleganya dari India Lihat Pembakaran Gamping di Pagak

Di sela-sela diskusi membahas performa aplikasi eKader di Ruang Multimedia Lantai 2 Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang (Selasa, 07/03/2023), Team Leader SMARThealth Universitas Brawijaya (UB) Sujarwoto, S.IP, M.Si, MPA, Ph.D, yang sekaligus merupakan peneliti Polusi Pembakaran Sampah Plastik (PPSP) UB mengajak koleganya dari India berkunjung ke Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak untuk melihat pembakaran gamping.

Dengan mobil Fortuner warna putih, rombongan ada lima orang, yaitu peneliti PPSB UB, Sub Koordinator Substansi PTM dan Keswa Dinkes, Tim SMARThealth UB, dan dua kolega dari India, yakni Praveen Devarsetty dan Renu John. Kedua orang dari India itu juga seorang peneliti yang saat ini terlibat dalam program SMARThealth.

Peneliti PPSP bersama dua koleganya dari India lihat tumpukan batu gamping yang kemarin selesai pembakarannya.

Jaraknya sekitar 9,5 km dari Dinkes, dengan waktu tempuh 23 menit. Tiba di lokasi pada pukul 14.26 WIB. Di sana, rombongan melihat aktivitas masyarakat terkait limbah sampah plastik yang memiliki nilai ekonomis.

Mereka membeli dari limbah PT Ekamas Fortuna, unit usaha Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas yang beroperasi di Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang. Per truk ukuran kecil, harganya 300 ribu dan masih dalam kondisi sedikit basah.

Sesampainya di rumah, mereka akan berusaha mengeringkan limbah sampah plastik tersebut. Pemandangan ibu-ibu membolak-balik limbah di depan rumah, menjadi hal yang lumrah di desa itu. Yang kertas, seperti karton maupun kardus, disendirikan. Mereka memilah limbah tersebut setiap hari.

Tumpukan limbah sampah plastik dalam proses pengeringan untuk bahan membakar batu gamping

Limbah yang berbentuk kertas bisa dijual kembali ke pabrik kertas lagi, sedangkan limbah plastiknya yang sudah kering dijual kepada pelaku usaha pembakaran gamping yang ada di desa tersebut.

Praveen dan Renu terlihat bersemangat ketika mendekati sebuah rumah yang telah menyusun batu gamping (limestone). Sayangnya pada saat kunjungan ini belum mulai dibakar. Kata pemiliknya akan mulai dibakar pada pukul 06.00 WIB esok hari. Sehingga, Praveen dan Renu tak bisa menyaksikan kepulan asam hitam pekat membubung dari bawah ke atas.

Untuk 18 ton batu gamping, perlu waktu pembakaran selama 2 hari 2 malam dengan menghabiskan 7 truk limbah plastik. Selesai dibakar, batu gamping tersebut akan djual di sebuah perusahaan pembuatan bata ringan (hebel) yang ada di Pandaan, Pasuruan. Masyarakat setempat umumnya menyebut dengan batako putih.

Mengunjungi rumah yang sudah siap melakukan pembakaran gamping untuk esok hari

Pulang dari daerah pembakaran gamping sekitar pukul 14.44 WIB. Dalam perjalanan pulang, rombongan singgah di Warung Nayamul untuk makan siang terlebih dahulu. Dari 5 orang dalam rombongan itu memiliki selera masing-masing, sehingga di warung yang self-service itu memilih kesukaan dari deretan menu lauk yang ada di meja.

Setelah 25 menit lamanya, rombongan pun kembali ke Dinkes, dan melanjutkan diskusi terakhir hingga pukul 17.10 WIB. Esok harinya, rombongan itu masih akan berjumpa lagi bersamaan dengan kunjungan Tim SMARThealth Thailand di tempat ini juga. *** [070323]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Sabtu, 04 Maret 2023

Dua TPS Dikunjungi Asisten Tim Peneliti PPSP UB

Begitu rombongan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang bersama Tim SMARThealth Universitas Brawijaya (UB) menjemput asisten Tim Peneliti Polusi Pembakaran Sampah Plastik (PPSP) UB, Azarine Aisyah Widhowati dan Maria Pramundhitya Wishnu Wardhani, di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan UB (FMIPA UB), mobil Avanza Veloz warna putih yang ditumpangi rombongan langsung menuju ke lokasi tempat penampungan sementara (TPS) sampah.

Ada dua TPS yang dikunjungi pada Sabtu (04/03/2023), yakni TPS Perum Griya Permata Alam (GPA) di Karangploso dan TPS RW 11 Lawang. Kunjungan pertama dilakukan di TPS Perum GPA yang berada di Jalan Griya Permata Alam, Dusun Perumahan RT 05 RW 05 Desa Ngijo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang. Lokasinya tepat berada di sebelah utara Kali Bodo atau depan Pondok Desa Kampung Telaga.

Kipas tungku pembakaran di TPS Perum GPA Ngjijo, Karangploso

Sedangkan kunjungan kedua adalah TPS RW 11 Lawang yang terletak RT 01 RW 11 Kelurahan Lawang, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. Jaraknya dengan TPS pertama yang dikunjungi (TPS Perum GPA) adalah sejauh 16 km.

Kunjungan lapangan asisten Tim Peneliti PPSP UB yang didampingi rombongan Dinkes dan Tim SMARThealth UB itu dalam rangka tahapan identifying & implementing solutions to reduce the impact of plastics burning on NCDs in Indonesia (mengidentifikasi dan menerapkan solusi untuk mengurangi dampak pembakaran plastic terhadap penyakit tidak menular (PTM) di Indonesia).

Kebetulan kedua TPS tersebut masuk dalam status waiting for survey setelah dilakukan pengumpulan data tahap awal yang dilakukan oleh kader bersama tenaga kesehatan di daerah tersebut.


TPS Perum GPA

TPS ini disediakan oleh pengembang perum GPA seluas antara 400 hingga 500 meter persegi di utara Kali Bodo pada 2008. Sebelumnya, TPS berada di tengah-tengah perum GPA namun setelah semakin padat hunian perum tersebut, warga merasa terganggu baunya sehingga dicarikan lahan baru di dekat jembatan Kali Bodo.

Awalnya berupa lahan kosong, dan kemudian sampah limbah rumah tangga penghuni perum GPA dibawa ke TPS itu setiap harinya. Beberapa hari kemudian, ada mobil sampah dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) yang mengambil container berisi tumpukan ke sampah menuju ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Randuagung Singosari yang berjarak sekitar 15 km.

Asisten Tim Peneliti PPSP UB berpose bersama pengurus TPS Perum GPA, perawat Desa Ngijo, dan rombongan Dinkes Kabupaten Malang

Sejak kepengurusan Faisal yang juga Ketua RW 12, sejak Januari 2022 dilakukan pavingisasi lahan TPS Perum GPA. Selang dua bulan berikutnya, Faisal mencoba membuat insenerasi berupa tungku sederhana dengan ukuran panjang 120 cm, tinggi sekitar 2 meter dan lebar 149 cm dengan bahan bata seharga 20 ribu per bijinya. Bata tersebut tahan api. Total anggaran yang dikeluarkan beserta cerobong asapnya, senilai 40 juta.

TPA yang mampu menampung volume sampah sekitar 16 meter kubik atau setara 5 ton setiap harinya itu memiliki tenaga pemilah sampah sebanyak orang dengan container standby sebanyak 3 buah.

Tujuan pembuatan insenerasi itu untuk membakar sampah yang sudah kering guna mengurangi volume sampah di TPS manakala mobil DLH telat mengambilnya, tidak terjadi penumpukan sampah yang signifikan sehingga mengurangi pencemaran bau ke masyarakat.

Pekerja sedang memilah sampah yang masih bernilai ekonomis

Setiap hari pemilah memilah sampah. Mereka akan mengumpulkan sampah plastik yang masih bernilai ekonomis, seperti botol air mineral dan lain-lain. Sementara, limbah sampah yang sudah tak punya nilai ekonomis seperti karung plastik umumnya dibakar setelah dikeringkan bersama dengan sampah lainnya.

Kata Faisal, TPS yang beraktivitas dari pukul 06.00 WIB hingga 20.00 WIB itu, pembakarannya diusahakan dengan menggunakan suhu yang tinggi agar supaya mengurangi keluaran asap ke udara, sehingga dalam pelaksanaannya digunakan kipas dengan tekanan udara yang stabil agar supaya terus mengeluarkan api, bukan asap.


TPS RW 11 Lawang

Lahan TPS ini lebih kecil daripada TPS Perum GPA. Lahannya menggunakan milik warga dekat pertemuan Kali Bendo yang berada di utara Polsek Lawang dengan dikelilingi rerimbunan tanaman buah di sebelah utaranya. Ada jambu biji, belimbing, jambu air, alpokat, dan lain-lain.

Tungku pembakaran di TPS RW 11 Lawang ini lebih kecil ketimbang yang ada di TPS Perum GPA, namun memiliki cerobong asam dua kali lebih tinggi dari TPS Perum GPA. Tungku pembakaran ini baru ada empat tahun yang lalu.

Asisten Tim Peneliti PPSP UB sedang melakukan wawancara dengan salah satu pengurus TPS RW 11 Lawang

Setiap hari, ada dua gerobak sampah dorong yang masuk ke TPS ini. Sampah ini merupakan sampah rumah tangga dari 3 RT dalam 1 RW, yang meliputi RT 01 dan 02 dari RW 11, dan RT 06 RW 08 yang lokasinya berdampingan dengan pemilah dari masyarakat setempat. 

Sebelum TPS RW 11 muncul, TPSnya berada di lokasi yang sekarang dibangung Pujasera Lawang. Sejak 2019, karena tempatnya digunakan Pujasera, maka ada yang dialihkan kemari untuk warga 3 RT dalam 1 RW tersebut.


Tungku pembakaran TPS RW 11 Lawang

Selesai dari kunjungan yang kedua ini, rombongan dalam mobil Avanza Veloz putih pun meninggalkan lokasi pada pukul 13.00 WIB dengan mengantar asisten Tim Peneliti PPSP UB terlebih dahulu. Dalam perjalanan terjebak macet arus lalu lintas.

Sebelum sampai FMIPA UB, rombongan singgah di Warung Lesehan Yogyakarta yang berada di Jalan Kendalsari Barat No. 8 Malang pada pukul 14.07 WIB, dan meninggalkan warung itu seiring kumandang suara adzan Ashar. *** [040323]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Kamis, 16 Februari 2023

Tinjauan Lapangan Tim Peneliti PPSP UB ke Desa Sumberejo

Tim Peneliti Polusi Pembakaran Sampah Plastik (PPSP) Universitas Brawijaya (UB) melakukan tinjauan lapangan ke Dusun Bekur, Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang, pada Kamis (16/02/2023).

Tinjauan lapangan ini dalam rangka melihat dari dekat aktivitas masyarakat di sana yang sudah belasan tahun memanfaatkan limbah plastik buangan pabrik kertas sebagai bahan bakar tungku mengolah batu gamping.

Diskusi sesaat dengan perawat Desa Sumberejo di rumah mertua staf Keswa Dinkes yang lokasinya tak jauh dari tobong gamping

Dalam mobil warna putih, Tim Peneliti yang terdiri dari Sujarwoto, S.IP, M.Si, MPA, Ph.D bersama Eko, seorang mahasiswa S3 Fisika UB, didampingi oleh 3 orang dari Seksi PTM dan Keswa Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang (Paulus Gatot Kusrhayanto, SKM; Imam Ghozali, S.Kep.Ners; dan Candra Hernawan, S.Kom), dan seorang Tim SMARThealth UB.

Tinjauan lapangan ini merupakan bagian dari tahapan identifying & implementing solutions to reduce the impact of plastics burning on NCDs in Indonesia (mengidentifikasi dan menerapkan solusi untuk mengurangi dampak pembakaran plastik terhadap penyakit tidak menular (PTM) di Indonesia).

Penelitian ini merupakan kerjasama UB dengan National Health Institute for Health and Care Research (NIHR) Global Health Research Centre on Non-Communicable Diseases (NCDs) and Enviromental Change, UK.

Suasana Dusun Beruk, Desa Sumberejo. Kiri kanan jalan terlihat tumpukan limbah plastik sebagai penopang ekonomi masyarakat

Rombongan peneliti PPSP UB tiba di Kantor Dinkes sekitar pukul 12.20 WIB dan terus berangkat bersama. Dalam perjalanan menuju Desa Sumberejo, rombongan singgah sebentar ke Warung Nayamul yang berada di Jalan Trunojoyo No. 4 Dusun Ngadiluwih, Desa Kedungpedaringan, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang.

Usai singgah langsung berangkat menuju ke lokasi. Ketika menyusuri Jalan Kampung Baru yang berada di Dusun Bendo, Desa Sumberejo, terlihat pemandangan khas berupa tumpukan sampah plastik di kiri kanan jalan.

Sekelompok masyarakat di wilayah tersebut memilih mengais rupiah dengan cara bekerja sebagai pemilah sampah buangan pabrik kertas. Mereka memilah serpihan plastik dan kertas. Seluruh limbah itu bukan didapat dari rumah tangga atau industri biasa. Tetapi sampah impor sisa produksi perusahaan.

Asap mengepul hitam pekat dari tobong gamping dekat Lapangan Bekur

Setelah mereka pilah, limbah kardus/karton dan kertasnya mereka jual kembali ke pabrik kertas yang berjarak sekitar 2 km itu. Sedangkan limbah sisanya yang umumnya terdiri dari plastik, biasanya dibeli oleh usaha pembuatan gamping di desanya maupun desa tetangga seharga Rp 25 ribu, untuk bahan bakar pembuatan gamping.

Kata masyarakat di sekitar pembakaran gamping, menceritakan bahwa dahulu bahan bakar gamping biasa menggunakan kayu maupun ban karet bekas. Tapi kedua bahan baku itu lebih sulit didapat. Sedangkan sampah plastik lebih mudah dan harganya lebih terjangkau.

“Butuh 2 malam 3 hari untuk bakar gamping. Itu bisa memproduksi 12 ton batu gamping,” ucap salah seorang pekerja yang sedang membakar gamping di dekat Lapangan Bekur. “Lamanya pembakaran itu setara dengan delapan truk sampah plastik kering.”

Seorang pekerja sedang memasukkan limbah plastik ke dalam tungku pembakaran gamping secara bergantian selama 2 malam 3 hari

Setelah beberapa saat berdialog dengan warga Dusun Beruk itu, rombongan peneliti PPSP singgah sebentar di rumah mertua salah seorang staf Keswa, Imam Ghozali, S.Kep.Ners, yang jaraknya sekitar 300 meter dari pembakaran gamping tersebut.

Setelah diskusi sesaat, rombongan peneliti PPSP berpamitan dan langsung meluncur menuju ke Kantor Dinkes untuk menurunkan 3 orang dari Seksi PTM dan Keswa serta seorang Tim SMARThealth UB yang kebetulan pagi tadi berdiskusi tentang karakteristik desa yang nantinya akan digunakan untuk penelitian perihal kesehatan jiwa, khususnya menyangkut depresi dan kecemasan. *** [160223]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Risk Checker

Risk Checker

Indeks Massa Tubuh

Supplied by BMI Calculator Canada

Statistik Blog

Sahabat eKader

Label

Arsip Blog