Tampilkan postingan dengan label Air Pollution. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Air Pollution. Tampilkan semua postingan

Rabu, 20 Maret 2024

Kunjungan Staf Peneliti YPS Ke Desa Intervensi NIHR dan Rencana Uji Coba Instrumen Photovoice

Studi lapangan memungkinkan peneliti untuk mengamati dan mengumpulkan data di lingkungan dunia nyata. Berbeda dengan metode penelitian berbasis laboratorium atau tradisional, studi lapangan memungkinkan peneliti menyelidiki fenomena kompleks di lingkungannya, sehingga memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang konteks penelitian.

Usai mengurus surat izin penelitian “Pengembangan Inovasi SMARThealth untuk Menurunkan Risiko PPOK dan Penyakit Jantung yang Disebabkan oleh Polusi Udara Akibat Pembakaran Sampah di Kabupaten Malang, Jawa Timur, Indonesia”, dalam skema NIHR Global Health Research Center on Non-Communicable Disease and Enviroment Change (NIHR-GHRC NCD & EC), fasilitator langsung menemani staf peneliti dan advokasi Yayasan Percik Salatiga (YPS) Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K, berkeliling ke empat desa intervensi, yakni Desa Sumberejo (Pagak), Desa Gampingan (Pagak), Desa Krebet Senggrong (Bululawang), dan Desa Bakalan (Bululawang).

Empat desa tersebut bakal menjadi desa intervensi dalam NIHR-GHRC NCD & EC. Oleh karena itu, peneliti yang akan bertugas dalam CEI (Community engagement and involvement) dengan berkomitmen untuk melibatkan partisipasi masyarakat, perlu mengenal lingkungannya terlebih dahulu sebelum benar-benar turun lapangan (field work).

Staf peneliti YPS berencana ujicoba instrumen photovoice dan circle communication bersama kader kesehatan Desa Sepanjang, Kecamatan Gondanglegi

Dalam tradisi lembaga penelitian, mengenal lingkungan wilayah yang akan menjadi locus sangatlah penting agar supaya bisa memahami karakteristik wilayah tersebut atau dalam bahasa peneliti kerap disebut dengan enumeration area (EA).

Setelah semalam berdiskusi antara fasilitator dan staf peneliti YPS di Ruang Pertemuan Sekretariat SMARThealth Kepanjen, hari Selasa (19/03), fasilitator mendampinginya berkeliling mengenal empat EA intervensi tersebut.

Dimulai dengan kunjungan ke Dusun Bekur, Desa Sumberejo, fasilitator mengenalkannya. Dengan membocengkan staf peneliti YPS dengan sepeda motor andalan Sekretariat SMARThealth “Revo”, fasilitator berkeliling dusun tersebut sambil melihat beberapa tungku pembakaran gamping dari 10 tungku yang teridentifikasi, dan pemasangan Flex Air Quality Sensor.

Staf peneliti YPS lihat bakaran sampah di belakang rumah kader kesehatan

Dari Dusun Bekur, fasilitator menjadi guide berkeliling ke desa Gampingan. Mulai dari memperlihatkan PT Ekamas Fortuna, sebuah pabrik kertas yang berdomisili di Desa Gampingan, terus ke Dusun Dempok. Dusun Dempok yang terkenal dengan Wisata Mahoni Dempok, sesungguhnya merupakan lokasi awal pembuangan limbah kertas yang tercampur plastik dari PT Ekamas Fortuna. Kemudian dilanjutkan menuju lokasi tungku pembakaran batu gamping (limestone burning furnace) di Desa Gampingan.

Dari Desa Gampingan, facilitator langsung mengajak ke Desa Krebet Senggrong di Bululawang. Namun baru sampai Desa Kedupedaringan, sepeda motor mengalami kebocoran ban sehingga terpaksa harus ditambal dulu di bengkel yang berada di Dusun Ngadiluwih, Desa Kedungpedaringan.

Setelah ban ditambal, fasiltator melanjutkan perjalanan dengan mengubah arah dengan menerabas lewat Desa Sukorejo terus Desa Bulupitu (Gondanglegi) untuk menuju ke Desa Krebet Senggrong berjarak sekitar 20 kilometer.

lobang pembakaran sampah

Dari Krebet Senggrong lanjut ke Desa Bakalan yang berjarak 4 kilometer. Kedua desa ini dilintasi jalan besar menuju ke Turen, dan secara geografis mengitari Pabrik Gula Krebet yang heritage dan sekaligus mengeluarkan asap hitam manakala terjadi proses produksi.

Selesai dari dua desa di Kecamatan Bululawang, staf peneliti YPS diajak fasilitator menuju ke Desa Sepanjang, Kecamatan Gondanglegi untuk jumpa kader kesehatan di sana. Fasilitator berusaha mencari jalan terabasan melalui Desa Talangsuko, Kecamatan Turen.

Di Sepanjang, fasilitator mempertemukan dengan salah seorang kader SMARThealth untuk menjadwalkan ujicoba instrumen photovoice dan circle communication yang nantinya akan diterapkan di desa-desa intervensi juga ketika surat izin penelitian sudah keluar.

Setelah beberapa saat, fasilitator menjembatani diskusi antara staf peneliti YPS dan kader SMARThealth Masito, langsung berpamitan balik ke Kepanjen. Sampai di Kauman, fasilitator memperlihatkan kos-kosan untuk staf peneliti YPS yang bergender wanita tersebut. Setelah itu, baru balik ke Sekretariat SMARThealth Kepanjen dan sampai di sana sudah saatnya menjelang saat menjalankan buka puasa. *** [200324]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Jumat, 15 Maret 2024

Rapat Rutin Riset NIHR Bulan Maret 2024

Zoom meeting NIH Bulan Maret 2024

Rapat rutin riset NIHR (National Institute for Health and Care Research) melalui platform Zoom dilaksanakan pada Jumat (15/03). Rapat ini diikuti oleh 18 orang yang bakal terlibat dalam kegiatan NIHR di Kabupaten Malang.

Dalam rapat yang dipimpin oleh Sujarwoto, S.IP, M.Si, MPA, Ph.D dimulai pada pukul 14.15 WIB, dan membahas serta mendiskusikan sejumlah agenda yang bakal digelar dalam waktu dekat ini. Namun sebelum itu, Sujarwoto terlebih dahulu mengenalkan peserta zoom meeting yang berasal dari beberapa lembaga yang ada, seperti Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB), Fakultas Ilmu Administrasi (FIA), Yayasan Percik Salatiga, dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang.

Tujuan Sujarwoto memperkenalkan personil yang hadir dalam rapat rutin ini, agar terjalin silaturahmi yang intens dalam riset yang kolanoratif ini, sehingga ke depannya jalinan komunikasi antar personil yang akan menjalankan tugasnya masing-masing bisa berkoordinasi dengan baik.

Setelah itu, Sujarwoto langsung mengemukakan agenda yang akan segera dijalani dalam riset NIHR di Kabupaten Malang, seperti pengumpulan data Ponkesdes dan Puskesmas di Kabupaten Malang dan Kabupaten Gresik. Pengumpulan data ini dilakukan oleh Tim dr. Asri Maharani, MMRS, Ph.D dalam bentuk survey. Di Kabupaten Malang, terpilih Pagak dan Bululawang. Selain itu, Dr. Asri juga akan melakukan Systematic review bersama Rindi Ardika Melsalasa Sahputri, M.M.

Kemudian Tim dari Yayasan Percik Salatiga (YPS) juga akan dimotori Haryani Saptaningtyas, S.P, M.Sc, Ph.D akan melakukan Community engagement and involvement (CEI) dengan melalui metode Photovoice maupun Circle Conversation di Kabupaten Malang.

Lalu, Tim dr. Harun Al Rasyd, MPH mengagendakan wawancara dengan kader kesehatan, perawat Ponkesdes dan Puskesmas di Pagak dan Bululawang. Rencananya akan diselenggarakan pada akhir bulan ini.

Selanjutnya terkait server yang akan digunakan dalam riset NIHR ini, memerlukan dua server yang berdiri sendri. Achwan Sarwono, S.Kom dari Dinkes Kabupaten Malang sedang mengurus Internet Protocol address (IP address), sebuah label numerik yang ditetapkan untuk setiap perangkat yang terhubung ke jaringan komputer yang menggunakan IP untuk komunikasi. Jadi, IP address adalah identitas untuk sebuah komputer dalan suatu jaringan internet.

Selain itu, yang urgent untuk dilakukan dalam menjalankan agenda turun lapangan tersebut perlu disiapkan pengurusan surat izin penelitian ke 3 lembaga, yaitu Dinkes, Dinas Lingkungan Hidup, dan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Malang.

Dalam zoom meeting ini, semua yang hadir mendapatkan peran masing-masing. Mulai dari bagian admin yang mengurusi riset NIHR ini, peneliti, IT, dan fasilitator yang bergerak kolaboratif dalam menjalankan grand design dari riset NIHR ini, termasuk yang mencari bahan perihal aturan atau petunjuk teknis (juknis) terkait deteksi dini PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik), kesehatan lingkungan, dan lain-lain.

Aturan PPOK ini penting, karena menurut Sujarwoto, “Sesungguhnya riset NIHR yang akan dijalankan ini, mau mengembangkan SMARThealth untuk PPOK.”

Zoom meeting yang juga dihadiri Ketua Riset NIHR Prof. Dr. Sri Andarini, MD, M.Kes, Sp.KKLP ini selesai pada pukul 14.55 WIB berbarengan dengan kumandangnya suara adzan Ashar. *** [150324]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Selasa, 27 Februari 2024

Knowing What We Know - a webinar on knowledge management by NIHR-GHRC on NCDs and Environmental Change

Webinar Knowing What We Know (Selasa, 27/02/2024)

Webinar “Knowing What We Know” mengundang banyak partisipan (guests invited). Undangan yang dikirimkan oleh Sarah Iqbal, Research Manager George Institute India itu, muncul dalam e-mail guest invited pada Selasa (20/02) pada pukul 15.24 WIB, dan mewartakan bahwa webinar akan dilaksanakan melalui Zoom meeting pada Selasa minggu depannya.

Hari ini, Selasa (27/02), webinar ini diselenggarakan mulai pukul 10.00 IST. IST (Indian Standard Time) adalah zona waktu yang digunakan di seluruh bagian India, dengan perbedaan waktu WIB (Waktu Indonesia Barat) selisih 1,5 jam. Jadi, kalau di Kepanjen, Kabupaten Malang, ketika mengikuti webinar tersebut, jam memperlihatkan pukul 11.30 WIB.

Mereka yang diundang umumnya adalah individu yang terlibat dalam NIHR Global Health Research Centre (NIHR-GHRC) on Non-Communicable Diseases (NCDs) and Environmental Change, apa pun jabatannya. Tidak hanya bagi peneliti inti, peneliti muda yang tergabung dalam CADA (Cohort Academic Development Award) tetapi juga fasilitator yang senantiasa stay di lapangan dan mendokumentasikan kegiatan.

Dalam zoom terlihat ada 20 partisipan yang mengikuti webinar. Empat orang di antaranya berasal dari Indonesia, yaitu dr. Harun Al Rasyd, MPH (Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya), Eko Teguh Purwito Adi, S.Si, M.Si (Fisika Lingkungan Universitas Brawijaya), Damar Waskitojati, S.Kom, M.Si. (Yayasan Percik Salatiga), dan penulis.

NIHR-GHRC on Non-Communicable Diseases (NCDs) and Environmental Change (Pusat Penelitian Kesehatan Global untuk Penyakit Tidak Menular (PTM) dan Perubahan Lingkungan NIHR) adalah kolaborasi multi-lembaga empat negara (Inggris, India, Bangladesh, dan Indonesia) yang dimulai pada bulan Oktober 2022 untuk menghasilkan bukti terbaik yang dapat ditindaklanjuti guna memerangi tantangan ganda perubahan lingkungan global dan penyakit tidak menular (PTM).

Tim Manajemen Pengetahuan untuk NIHR-GHRC tentang Penyakit Tidak Menular dan Perubahan Lingkungan dengan senang hati mengundang mereka ke webinar yang bertujuan untuk menyadarkan kita terhadap manajemen pengetahuan.

Webinar yang dipandu moderator Sarah Iqbal ini menghadirkan narasumber Gauri Sanghi. Gauri adalah konsultan independen dengan pengalaman lebih dari 10 tahun di bidang pemikiran desain, pengembangan organisasi, dan manajemen pengetahuan. 

Dia bersemangat menciptakan organisasi pembelajaran yang mendorong inovasi, kolaborasi, dan dampak sosial. Dia bekerja dengan beragam klien di berbagai sektor untuk merancang dan memfasilitasi intervensi yang mengatasi tantangan dan peluang strategis dan operasional.

Outline (kerangka) yang menjadi pembicaraan pada webinar hari ini, yang disampaikan oleh Gauri meliputi apa itu manajemen pengetahuan, mengapa kita membutuhkannya, dan bagaimana hal ini dapat membantu saya dalam pekerjaan saya sehari-hari.

Menurut Gauri, manajemen pengetahuan adalah strategi sadar untuk membuat pengetahuan yang benar dapat diakses oleh orang yang tepat pada waktu yang tepat dan membantu orang-orang berbagi dan menerapkan informasi dalam tindakan yang berupaya meningkatkan kinerja organisasi dan individu.

Seperti apa hal itu, menurut Gauri, dijelaskan dalam empat point, yaitu membuat repository tempat praktek terbaik, pembelajaran, studi kasus, data dapat disiimpan; membuat jaringan untuk transfer informasi antara tim dan individu yang berbeda; menciptakan sistem formal untuk mendokumentasikan pembelajaran melalui jalannya proyek dan proses; dan perubahan pada sistem yang ada, yang dapat membantu mendokumentasikan pengetahuan implisit (tacit knowledge), berbagi pembelajaran, dan menginformasikan pengambilan keputusan.

Manajemen pengetahuan adalah proses siklus: mengidentifikasi, mengamati, menganalisa, berbagi, dan mengimplementasikan. Tujuan yang mendasari manajemen pengetahuan adalah agar organisasi menjadi lebih baik sehingga para peneliti bisa menghasilkan pengetahuan (termasuk identifikasi produk pengetahuan), pengumpulannya, mengamati/menganalisa dan menyebarkan informasi di dalam centre atau institusi dan juga dengan audien eksternal.

Webinar ini bersifat interaktif, banyak diisi dengan diskusi sehingga menjadi menarik. Semua partisipan bisa mengemukakan gagasan atau pendapat mereka masing-masing. Ini sekaligus menjadi roh dari “Knowing What We Know” (Mengetahui Apa yang Kita Ketahui). *** [270224]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Selasa, 13 Februari 2024

Tiga Titik Penempatan Lanjutan Flex Air Quality Sensor Di Desa Sumberejo

Dua hari sebelumnya, asisten Tim Peneliti Polusi Pembakaran Sampah Plastik (PPSP) dari Fisika Lingkungan Universitas Brawijaya (UB) telah melakukan pemasangan PurpleAir PA-II-Flex Air Quality Sensor di tiga titik penempatan. Dua berada di RT 49 RW 08 tapi letaknya berjauhan dan satunya lagi dipasang di RT 48 RW 08.

Lalu hari ini, Senin (12/02), mereka melakukan pemasangan lagi sisanya sebanyak tiga tempat yang belum terpasang pada waktu itu. Jadi, pemasangan kali ini merupakan lanjutan dari yang kemarin dari target pemasangan yang harus dilakukan sebanyak enam buah.

Pemasangan PurpleAir di rumah warga

PurpleAir tampaknya menjadi standar untuk pemantauan di luar ruangan. PurpleAir PA-II relatif terjangkau harganya dibandingkan produk komersial lainnya yang harganya tinggi. Ini terhubung ke wifi dan memasukkan data ke dalam peta populer yang memungkinkan Anda mempersempit area dan melihat apa yang dilaporkan pemilik lain.

Pemasangan hari kedua ini berada di lingkungan Mushola Al-Ikhlas (RT 49 RW 08), rumah Siswoyo (RT 34 RW 08), dan rumah Wariso (RT 41 RW 09). Penempatan lokasi itu berdasarkan pengukuran geospasial dengan menggunakan satelit.

Kalau hari kemarin pemasangan dikerjakan oleh Rosi, hari ini dilakukan Rezaldi Dia Ramadhan, adik ipar staf PTM dan Kesehatan Jiwa (Keswa) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang, Ghozali, yang bermertua di Dusun Bekur, Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.

Pengukuran particular matter dengan menggunakan Cascade impactors dekat tungku pembakaran gamping

Dalam pemasangan tersebut didampingi oleh Eko Teguh Purwito Adi, S.Si., M.Si. dan Renetha Salma M.A., S.Si dari Fisika Lingkungan UB; Imam Ghozali, S.Kep.Ners, staf PTM dan Keswa Dinkes; serta fasilitator.

Selain pemasangan PurpleAir PA-II-Flex Air Quality Sensor, juga dilakukan pengambilan sampel particular matter dengan menggunakan cascade imfactors di dekat tungku pembakaran gamping (limestone burning). Kebetulan pada hari ini, depan rumah mertua Ghozali sedang ada pembakaran gamping tersebut.

Cascade impactors digunakan untuk fraksinasi partikulat pada sampel udara bervolume tinggi. Desain cascade imfactors ini mengumpulkan partikel pada substrat kecil dan ringan yang dianalisis untuk mengetahui partikel yang dapat terhirup. Ada beberapa model yang tersedia dengan tahap tumbukan 1, 4, 5, dan 6 yang memungkinkan fleksibilitas tertinggi.

Setelah diambil dari dekat tungku pembakaran gamping, terus diambil kertasnya, yaitu berupa Whatman Filter Paper (kertas saring Whatman). Kertas tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kaca bulat oleh Azarine Aisyah Widhowati, S.Si dan Maria Pramundhitya, S.Si untuk dibawa ke laboratorium guna dianalisis. Kertas saring tersebut akan diukur dengan Scanning Electron Microscope (SEM) dan X-Ray Diffraction (XRD).

Pengeluaran Whatman Filter Paper dari Cascade impactors, dan dimasukkan dalam kaca bulat

Di akhir kegiatan di Dusun Bekur ini, terdengar informasi adanya tungku pembakaran gamping yang sebelumnya belum terpetakan. Satu berada iujung Dusun Bekur bagian utara mepet dengan sungai di RT 32 RW 06, dan yang satunya berada di selatannya yang sejalur, yaitu di RT 33 RW 08.

Jadi hingga kini, dengan tambahan dua tungku pembakaran gamping yang telah dikunjungi tadi sore menjelang Maghrib, totalnya jumlahnya menjadi 10 tungku pembakaran gamping yang teridentifikasi di Dusun Bekur, Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang. *** [130224]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Sabtu, 10 Februari 2024

Pemasangan Flex Air Quality Sensor Di Sumberejo

Hari ini, Sabtu (10/02), tiga asisten Tim Peneliti Polusi Pembakaran Sampah Plastik (PPSP) dari Fisika Lingkungan Universitas Brawijaya (UB) – Eko Teguh Purwito Adi, S.Si., M.Si., Azarine Aisyah Widhowati, S.Si, dan Maria Pramundhitya Wisnu Wardhani, S.Si - memasang PurpleAir PA-II-Flex Air Quality Sensor di sejumlah titik lokasi penempatan di wilayah Dusun Bekur, Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.

Dikutip dari www2.purpleair.com, PurpleAir Flex adalah salah satu monitor kualitas udara terbaru dari PurpleAir, yang mengukur konsentrasi PM 2.5 secara real-time untuk penggunaan perumahan, komersial, atau industri. 

Kotak particular meter di ketinggian 280 cm dengan latar asap hitam mengepul dari pembakaran gamping

Berisi LED penuh warna, cahaya yang dihasilkan sekilas menunjukkan kualitas udara real-time dan dapat dipasang di dalam atau di luar ruangan. WiFi internal memungkinkan monitor kualitas udara mengirimkan data ke Peta PurpleAir secara real-time, yang disimpan dan tersedia untuk perangkat pintar apa pun.

Dalam pemasangan tersebut, ketiga asisten Tim PPSP dibantu oleh lima cowok. Tiga cowok memasang tiang yang dirancang untuk menempatkan particular meter, dan dua cowok membantu dalam pemasangan Purple Air.

Maghrib tiba, lampu PurpleAir terlihat nyalanya 

Tiga asisten Tim PPSP tiba di Dusun Bekur sekitar pukul 09.57 WIB. Dengan disaksikan oleh fasilitator dan Imam Ghozali, S.Kep Ners, seorang staf PTM dan Kesehatan Jiwa (Keswa) Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, mereka mengawali dengan mempersiapkan perlengkapan pendukungnya.

Begitu tiang untuk penempatan UB-Aqai Air Quality Measurement System Tipe PB.02241 datang dengan diangkut mobil pickup pada pukul 11.20 WIB, langsung dipasang oleh tiga cowok yang membawanya. Tinggi tiang yang dicat warna hitam itu memiliki tinggi 350 cm. 

Pemasangan PurpleAir yang umumnya diletakkan di lispang

Dari ketinggian tersebut, terus yang ditanam ke dalam tanah sedalam 70 cm. Jadi, tiang menjulang di atas permukaan tanah setinggi 280 cm. Penempatan tiang tersebut berada di halaman depan rumah Bapak Hasyim (mertua Ghozal), yang berdekatan dengan kios sembako milik mertua.

Pada waktu bersamaan, seorang cowok bernama Rosi yang terampil dalam pelistrikan dan perkabelan juga memasang PurpleAir beserta Telkomsel Orbit untuk memancarkan wifi yang akan mendukung kerja PurpleAir.

Asisten TIM PPSP sedang merakit particular meter untuk dipasang di tiang

Perlu diketahui, pemasangan tiang untuk particular meter hanya satu buah saja dan itu ditempatkan di halaman depan rumah Bapak Hasyim. Sedangkan, untuk pemasangan PurpleAir diagendakan ditempatkan di enam titik lokasi di Dusun Bekur.

Namun hingga Maghrib, PurpleAir mampu terpasang tiga saja di tiga lokasi yang terpencar. Sementara sisanya yang tiga akan dilanjutkan pada Senin mendatang. Tidak bisa terpasangnya semua di enam titik lokasi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti turun hujan, menjelaskan kepada pemilik rumah di lokasi pemasangan perlu waktu, dan juga setiap rumah memiliki struktur bangunan sendiri sehingga teknisi listrik dan pemasang kabel akan perlu waktu untuk menempatkan terminal baru guna suplai daya dalam mengoperasikan PurpleAir maupun Telkomsel Orbit.

Meski baru terpasang tiga, kinerja dari PurpleAir harus dipantau di lapangan secara kontinyu. Untuk itu, usai Maghriban di rumah Bapak Hasyim, Eko membriefing Ghozali dan adik iparnya untuk turut membantu dalam pemantauan kinerja alat tersebut agar supaya laporan real-time mengenai kondisi kualitas udara di desa tersebut bisa terpantau terus dengan baik. *** [100224]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Senin, 07 Agustus 2023

Tim PPSP Lakukan Uji Coba Pengukuran Kualitas Udara Di Hari Ahad

Selang 27 hari semenjak kunjungan Tim Peneliti Polusi Pembakaran Sampah Plastik (PPSP) dari disiplin Fisika Universitas Brawijaya (UB) berkunjung ke Dusun Bekur, Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang, tiga staf asisten dari Prof. Drs. Arinto Yudi Ponco Wardoyo, M.Si, Ph.D (Guru Besar Fisika Lingkungan dengan spesialisasi pengukuran polusi udara) melakukan uji coba pengukuran kualitas udara pada hari Ahad (07/08).

Ketiga asisten staf yang terdiri dari Eko Teguh Purwito, S.Si, M.Si; Azarine Aisyah Widhowati, S.Si dan Maria Pramundhitya Wishnu Wardhani, S.Si, tiba di Dusun Bekur, Desa Sumberejo, dengan berkendara mobil Avanza warna hitam sekitar pukul 12.10 WIB.

Pemasangan salah satu alat untuk pengukuran kualitas udara di halam rumah mertua staf PTM dan Keswa Dinkes Kabupaten Malang

Dengan didampingi oleh staf PTM dan Keswa Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang Imam Ghozali, S.Kep. Ners dan seorang anggota Tim SMARThealth UB, melakukan uji coba pengukuran udara dalam rangka Identifying & implementing solutions to reduce the impact of plastics burning on NCDs in Indonesia yang merupakan bagian kegiatan dalam National Institute for Health and Care Research (NIHR) Global Health Research Centre on Non-Communicable Diseases (NCDs) and Environmental Change.

Lokasi uji coba pada hari Ahad tersebut dipusatkan di dua titik, yaitu halaman rumah Bapak Hasim dan Bapak Bunaji. Kedua rumah tersebut berada di Dusun Bekur RT 49 RW 08 Desa Sumberejo. Pemilihan kedua lokasi itu lantaran kedua rumah tersebut berdekatan dengan sumber pembakaran gamping yang ada di desa tersebut.

Kebetulan Desa Sumberejo terkenal dengan aktivitas pembakaran batu gamping (limestone burning) dan memiliki kekhasan dengan bahan bakar untuk pembakaran gamping berupa limbah plastik. Asap hitam membumbung merupakan pemandangan dalam keseharian di desa tersebut.

Memasang peralatan pengukuran kualitas udara di sebelah barat tungku pembakaran gamping

Uji coba pengukuran kualitas udara, mula-mula dilakukan di halaman rumah Bapak Hasim. Ketiga asisten peneliti PPSP tersebut berusaha memasang semacam anemometer yang ditopang oleh tripod dengan pipa stainless setinggi 3 m yang langsung terhubung dengan sebuah alat detector particulate matter & gas measurement device serta laptop melalui aplikasi arduino. Selain itu, juga terlihat Q-Track Air Quality Meter warna biru sebagai instrumen untuk mengukur tingkat kualitas udara yang meliputi carbon monoxide (CO), carbon dioxide (CO2), suhu, kelembaban relatif (relative humidity) dan sekaligus bisa menghitung titik embun, bla basah (wet bulb) dan persen udara luar.

Di rumah Bapak Hasim, yang berhadapan langsung dengan salah satu lokasi pembakaran gamping di Dusun Bekur, berlangsung dari pukul 12.22 hingga pukul 13.15 WIB. Setelah itu, uji coba pengukuran pindah ke rumah Bapak Bunaji yang berjarak sekitar 50 m arah selatan.

Di halaman rumah Bapak Bunaji yang kebetulan sedang ada proses pembakaran gamping dengan menggunakan limbah plastik, ketiga asisten peneliti PPSP juga melakukan uji coba seperti yang dikerjakan di halaman rumah Bapak Hasim.

Pengukuran kualitas udara bergeser dari sebelah barat tungku pembakaran gamping menuju ke sebelah barat daya dekat dengan tambatan dua ekor sapi metal

Halaman rumah Bapak Bunaji, cukup luas. Tempat pembakaran gampingnya berada di sisi timur laut dari bangunan rumah, yang dikelilingi kebun durian. Mereka memasang peralatannya di sebelah barat daya dari pembakaran gamping. Pengukuran kualitas udara dilakukan dari pukul 13.46 WIB sampai dengan pukul 15.14 WIB.

Selesai dari pengukuran di rumah Bapak Bunaji, ketiga asisten peneliti PPSP kembali ke rumah Bapak Hasim yang menjadi basecamp sementara dalam pengukuran tersebut. Di rumah Bapak Hasim, mertua Ghozali, dihidangkan makan soto dengan aneka lauknya.

Setelah mencicipi hidangan tersebut, ketiga asisten peneliti PPSP dari disiplin Fisika UB dan seorang anggota Tim SMARThealth UB pun berpamitan. Ketiga asisten peneliti PPSP langsung kembali ke laboratorium di Departemen Fisika UB bersama sopirnya, dan seorang anggota Tim SMARThealth UB pun melanjutkan perjalanan ke Desa Sepanjang, Kecamatan Gondanglegi untuk jumpa dengan sejumlah kader SMARThealth. *** [070823]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Selasa, 11 Juli 2023

Tim PPSP Kunjungi Pembakaran Gamping di Pagak

Nasib baik menyelimuti Tim Peneliti Polusi Pembakaran Sampah Plastik (PPSP) saat berkunjung ke Dusun Bekur, Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang. Pasalnya, pada kunjungan hari ini, Selasa (11/07), kebetulan ada yang sedang melakukan pembakaran batu gamping. Tidak setiap hari, proses pembakaran batu gamping bisa disaksikan.

Tim PPSP yang didampingi oleh staf PTM dan Keswa Dinkes Kabupaten Malang Imam Ghozali, S.Kep.Ners dan seorang anggota Tim SMARThealth Universitas Brawijaya (UB) kali ini adalah Tim yang akan melakukan pengukuran kadar kualitas udara.

Ibu-ibu sedang memilah limbah plastik dan potongan kardus di dekat tungku pembakaran gamping

Tim terdiri dari Prof. Drs. Arinto Yudi Ponco Wardoyo, M.Si, Ph.D, Guru Besar Fisika Lingkungan UB dengan spesialisasi pengukuran polusi udara, beserta staf asistennya yang terdiri dari Eko Teguh Purwito Adi, S.Si, M.Si; Azarine Aisyah Widhowati, S.Si dan Maria Pramundhitya Wishnu Wardhani, S.Si. Selain itu, ada juga Dr. Max Priestman, seorang Senior Air Quality dari Imperial College London, Inggris.

Tim PPSP dari disiplin fisika ini juga dibarengi dengan rombongan lainnya yang terdiri dari  Prof. Dr. Anuskha Patel (Chief Executive Officer of The George Institute for Global Health, Australia), Prof. Dr. Vivekand Jha (The Executive Director at The George Institute for Global Health, India), Dr. Nina Desai (The George Institute for Global Health, Inggris), Dr. Thomas Gadsden (Senior researcher from The George Institute for Global Health, Australia), Prof. Dr. Gindo Tampubolon (Senior lecturer in Global Health at the Global Development Institute and Deputy Director, Rory and Elizabeth Brooks Doctoral College, University of Manchester), dan Sujarwoto, S.IP, M.Si, MPA, Ph.D (FIA, UB).

Begitu sampai di Dusun Bekur, mereka ada yang berkumpul terlebih dahulu di rumah mertua Imam Ghozali, dan Tim yang berasal dari disiplin fisika langsung melakukan pemetaan wilayah, karena mereka nantinya akan memasang alat-alat terkait pengukuran kualitas udara, seperti ACMS, SMPS, Al Telometer, dan CO2 Nox.

Tim PPSP menyaksikan pembakaran gamping di halaman salah satu warga

Selain itu, mereka juga berkesempatan melihat proses pembakaran gamping dengan bahan bakar limbah plastik di rumah Pak Nursawi. Kebetulan ia sedang membakar gamping di sisi barat halaman rumahnya yang mepet dengan kebun tebu.

Dua tukang bagian tungku bakar senantiasa menjaga kadar apinya agar pembakaran berjalan maksimal. Mereka akan bergantian setiap 1,5 jam selama 24 jam dalam tiga hari dua malam dalam membakar batu gamping dengan tonase 8 ton.

Lalu, disebelah utara tungku pembakaran terlihat tiga ibu-ibu sedang memilah limbah yang menumpuk. Dalam seminggu, satu orang bisa memilah kardus yang bercampur dalam limbah plastik, sebanyak dua glasing (karung). Per karung berukuran antara 10 hingga 16 kilogram, dan harga per kilogramnya adalah Rp 1.000,-. Sedangkan sisanya limbahnya yang berupa plastik dikeringkan untuk digunakan sebagai bahan bakar gamping.

Rombongan Tim PPSP berpamitan dengan mertua staf PTM dan Keswa Dinkes Kabupaten Malang

Baik Tim Putih maupun Tim Hitam, semuanya menyaksikan pembakaran gamping yang menghasilkan pemandangan berkabut hitam lantaran kepulan asap hasil pembakaran gamping (limestone) membubung ke atas.

Yang dimaksud Tim Putih adalah Tim PPSP yang berasal dari disiplin fisika. Mereka disebut Tim Putih karena menggunakan mobil Avanza berwarna putih, sedangkan Tim Hitam adalah mereka yang berkendara dengan mobil Innova warna hitam.

Kedua Tim itu berada di lokasi selama satu jam lebih. Setelah dirasa cukup, Tim Hitam berpamitan lebih dulu. Selang dua puluh menit kemudian, barulah Tim Putih juga berpamitan pulang, sekitar pukul 16.30 WIB. *** [110723]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Brawijaya Medical Conference 2023: “Transforming Global Health to Tackle Interdisciplinary Health Challenges”

Pagi yang cerah namun sejuk itu, halaman hotel bintang 5 Golden Tulip Holland Resort Batu terlihat penuh dengan mobil yang berjajar di tempat parkir mulai dari depan hingga belakang. Umumnya mereka akan menghadiri acara di Conference Center Ballroom yang berarsitektur futuristik dengan dominasi kaca dalam fasadnya.

Hari Senin (10/07) ini, Universitas Brawijaya (UB) melalui Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) bekerja sama dengan Imperial College London, The George Institute for Global Health India, Sri Ramachandra Institute of Higher Education and Research, International Centre for Diarrhoeal Disease Research, Bangladesh (icddr, b), University of Manchester, DIPI (Dana Ilmu Pengetahuan), dan LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) RISPRO KI (Riset Inovatif Produk Kolaborasi Internasional), menyelenggarakan The 1ˢᵗ Brawijaya Medical Conference (BMC): “Transforming Global Health to Tackle Interdisciplinary Health Challenges.”

BMC pertama ini menghadirkan empat tema yaitu Effective intervention for NCDs risk management at primary care: key findings from SMARThealth study, Addressing the impact of climate change on NCDs through NIHR Global Health Research Centre Program, Health innovation in coping with pandemic: findings from RISPRO KI study, dan Biomedical research, a tool to address the health issues that affect Asian populations.

Launching NIHR Global Health Research Centre for Non-communicable Diseases and Enviromental Change oleh Wakil Rektor Universitas Brawijaya di Conference Center Ballroom Hotel Golden Tulip Holland Resort Batu

Konferensi ini mempertemukan sekelompok pakar eksklusif di lapangan, pembuat kebijakan, dan mereka yang akan memberikan kontribusi positif dalam diskusi. Terlihat delapan pentolan SMARThealth berkumpul dalam BMC, 3 dari Australia, 3 dari Inggris, 1 dari India, dan 1 dari Indonesia. 

Dari Australia ada Prof. Dr. Anuskha Patel (Chief Executive Officer of The George Institute for Global Health), Dr. Anna Palagyi (Principal Investigator of SIMPLI Study), dan Dr. Thomas Gadsden (Senior researcher from The George Institute for Global Health Australia).

Dari Inggris tampak Prof. Dr. Gindo Tampubolon (Senior lecturer in Global Health at the Global Development Institute and Deputy Director, Rory and Elizabeth Brooks Doctoral College, University of Manchester), Prof. Dr. Delvac Oceandy (Associate Professor University of Manchester), dan dr. Asri Maharani, MMRS, Ph.D (Co-Principal Investigator of SMARThealth Extend Study).

Yang dari India terlihat Dr. Praveen Devarasetty (Program Director for Primary Healthcare Research at the George Institute for Global Health, India) serta Sujarwoto, S.IP, M.Si, MPA, Ph.D (Co-Principal Investigator of Scale Up Study) dari Universitas Brawijaya, Indonesia.

Suasana The 1ˢᵗ Brawijaya Medical Conference

Di samping pentolan SMARThealth, tampak hadir pula dari jajaran FKUB mulai dari pembantu Dekan, guru besar, dan peneliti. Lalu, ada Prof. Dr. Vivekand Jha (The Executive Director at The George Institute for Global Health, India); perwakilan dari Imperial College London; Prof. Drs. Arinto Yudi Ponco Wardoyo, M.Si, Ph.D (Professor in Environmental Physic with speciality on air pollution measurement, University of Brawijaya); Kemenkes RI; BPJS; Dinas Kesehatan Kabupaten Malang; Yayasan Percik Salatiga (YPS); dan lain-lain.

Selain diseminasi untuk akademisi maupun peneliti, dalam BMC ini juga dibarengi dengan launching NIHR Global Health Research Centre for Non-communicable Diseases and Enviromental Change: Identifying and Implementing Solutions to Reduce the Impact of Plastics Burning on NCDs in Indonesia.

Launching ini ditandai dengan pemukulan gong oleh Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerja sama & Internasionalisasi Andi Kurniawan, S.Pi, M.Eng.D.Sc., dan dilanjutkan dengan pengalungan bunga oleh Wakil Dekan I FKUB Frof. Dr. Mohammad Saifur Rohman, Sp.JP (K)., Ph.D., FSCAI kepada Prof. Dr. Vivekand Jha selaku Principal Investigator of NIHR Global Health Research Centre on Environment Change, dan pengalungan bunga kepada Prof. Dr. Anuskha Patel selaku The Chief Executive of The George Institute for Global Health oleh Prof. Dr. dr. Sri Andarini, M.Kes (Indonesia Principal Investigator of NIHR).

Hingga pukul 12.35 WIB, usai launching NIHR secara resmi, seminar menghadirkan keynote speaker dari BPJS dan Kemenkes yang dimoderatori oleh Prof. Dr. Gindo Tampubolon, dan plenary session yang diisi oleh Prof. Dr. Vivekand Jha, Prof. Agustina Tri Endharti, S.Si, Ph.D (Department of Parasitology, Faculty of Medicine, Universitas Brawijaya), dan Dr. Praveen Devarasetty dengan moderator dr. Aulia Rahmi Pawestri, Ph.D.

Usai plenary session, acara dilanjutkan dengan lunch break selama satu jam. Selesai lunch break, BMC dibuat parallel session. Room 1 tentang Primary Health Care Interventions to Tackle NCDs in LMICs bertempat di Tulip Meeting Room, dan Room 2 mengenai Biomedical Sciences di Ballroom.

All round table in Golden Tulip Holland Resort Ballroom Batu

Dalam Room 1 menghadirkan pembicara dr. Asri Maharani, MMRS, Ph.D (“How digital health can be used as an effective intervention for NCDs prevention care: Key findings from SMART health extend study”), Dr. Anna Palagyi (“Empowering voluntary health workers for effective intervention of NCDs prevention care: Key findings of SIMPLI study”), Prof. Drs. Arinto Yudi Ponco Wardoyo, M.Si, Ph.D (“Mapping plastic burning sources in East Java using satellite”), Dr. Thomas Gadsden (“Understanding community health worker employment preferences to involve in NCD prevention program: Case of Malang district government”), dan Associate Prof. Kraichat Tantrakarnapa secara daring (“The challenges of climate change response: health-related issues”).

Kemudian di Room 2 juga ada lima pembicara, meliputi Prof. Dr. Delvac Oceandy (“Effects of environmental and metabolic stress on heart muscle cells”), Prof. Hok Bing Thio, MD, Ph.D (“Skin as Environmental Monitoring Organ”), Sujarwoto, S.IP, M.Si, MPA, Ph.D (“How to scale up NCDs prevention program: Case of SMARThealth program at Malang district”), Associate Prof. Yoshiyuki Kawamoto, Ph.D (“Analysis of the Mechanism of Cancer Cell Proliferation Inhibition by Synthetic Melanin”), dan Prof. Datin Dr. Sharida Fakurazi (“Environmental Health and Toxicology”). Kecuali Delvac Ocenady dan Sujarwoto, pembicara di Room 2 umumnya secara daring.

Baik Room 1 maupun Room 2, setelah para pembicara inti selesai. Acara diisi dengan young researcher and student presentations hingga pukul 17.36 WIB. Masing-masing ada 17 presentasi di setiap room tapi dibatasi hanya beberapa menit saja per presentasi.

Salah seorang young researcher di Room 1, Sara, dari Kebidanan UB, menuturkan bahwa yang punya penelitian dipersilakan untuk submit abstrak. Kemudian abstrak itu diseleksi oleh Tim Reviewer BMC. Yang terpilih diumumkan, dan yang namanya tercantum langsung membuat power point untuk dikumpulkan melalui email. Begitu terkirim lewat email, mereka mendapatkan undangan untuk presentasi hasil penelitiannya tersebut. *** [110723]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Kamis, 08 Juni 2023

Sambil Mengenali Suasana Pedesaan Kabupaten Malang, Peneliti Yayasan Percik Salatiga Kunjungi Kader Desa Sepanjang

Peneliti Yayasan Percik Salatiga beradiensi dan berdialog dengan kader Desa Sepanjang di malam hari


Hari ini, Kamis (08/06), peneliti Yayasan Percik Salatiga (YPS) – Damar Waskitojati dan Singgih Nugroho – berkeliling pedesaan. Mereka ingin mengenali suasana pedesaan di Kabupaten Malang, sambil berusaha janjian untuk mengunjungi sejumlah orang yang diidentifikasi memiliki sumber informasi terkait perilaku masyarakat berkenaan dengan pengelolaan sampah di suatu daerah.

Didampingi seorang anggota Tim SMARThealth Universitas Brawijaya (UB), mereka memulai mengarah ke Kecamatan Kromengan dan Wonosari sambil berencana untuk melakukan kunjungan ke Desa Kranggan, Kecamatan Ngajum, di mana salah seorang staf PTM dan Keswa Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang bermukim.

Rencananya kedua peneliti tersebut akan melakukan audiensi dan in depth interviewing karena staf tersebut mengetahui suasana pembakaran gamping dengan limbah plastik di desa mertuanya, yaitu Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak. Namun ternyata ia sedang ada tugas kerja ke Surabaya.

Rencana berubah, karena yang sediannya juga akan berjumpa dengan Ketua PC Fatayat NU Kabupaten Malang Hj. Mutiah Faridah untuk mengetahui gerakan ecopesantren berbasis perempuan di Kabupaten Malang, ternyata tidak bisa dilaksanakan pada hari ini juga.

Rencana pun kemudian menuju ke Desa Sepanjang untuk beraudiensi dengan seorang kader Desa Sepanjang bernama Masito. Kader ini memiliki sejumlah pengalaman. Pernah menjadi Pengurus  Fatayat Ranting Desa Sepanjang, kader Pansimas, kader Posyandu, dan kader SMARThealth Desa Sepanjang.

Pengalaman ini menjadi salah ketertarikan peneliti YPS ingin melakukan diskusi berkenaan dengan pengalaman dalam “merubah perilaku” seseorang dalam sebuah program yang ada di masyarakat, seperti PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat), ODF (Open Defecation Free), PTM (Penyakit Tidak Menular) hingga budaya masyarakat yang membakar kayu guna mengeluarkan asap di saat ada anggota keluarga sedang memiliki anak bayi seumuran sepasar (kira-kira 1 sampai 5 hari).

Tiba di rumah kader Masito yang berada di Dusun Sonokembang RT 05 RW 04 Desa Sepanjang, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang, pas berkumandangnya adzan Maghrib. Satu peneliti YPS dan Tim SMARThealth UB kemudian bergabung dulu dengan jamaah salat Maghrib di Musholla Miftakhul Khoir yang berada di dekat rumahnya.

Setelah berjamaah, barulah peneliti YPS berdialog dengan kader Masito. Turut serta suaminya juga kerap memberikan informasi juga. Dialog yang berlangsung satu jam lebih itu belangsung dalam suasana mengalir sehingga peneliti YPS mendapat rangkaian gambaran sebuah proses pemberdayaan masyarakat dalam merubah perilaku utamanya menyangkut kesehatan, dari pelaksanaan, pengelolaan hingga budaya yang ada di daerah tersebut.

Selesai wawancara, sedianya peneliti YPS akan berpamitan tapi diminta oleh kader Masito untuk stay sesaat lagi. Ternyata, keluarlah bakso di antara sejumlah toples berisi aneka roti dan teh panas yang telah keluar terlebih dahulu.

Akhirnya SMP! Setelah Menikmati (Makanan) Pulang menuju ke Sekretariat SMARThealth yang berada di Desa Dilem, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, dan tiba di rumah sekitar pukul 21.15 WIB. *** [080623]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Peneliti Yayasan Percik Salatiga Lakukan Observasi di TPS GPA dan TPA Randuagung Kabupaten Malang

Didampingi salah seorang Tim SMARThealth Universitas Brawijaya (UB), dua staf peneliti Yayasan Percik Salatiga (YPS) – Damar Waskitojati dan Singgih Nugroho – melakukan observasil lapangan terkait persampahan di dua lokasi, yaitu Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Perum Griya Permata Alam (GPA) dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Randuagung, pada Rabu (07/06).

TPS GPA berada di Jalan Griya Permata Alam, Dusun Perumahan RT 05 RW 05 Desa Ngijo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, dan TPA Randuagung berlokasi di Desa Randuagung, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.

Dengan berkendara mobil Mitsubishi Kuda, kedua peneliti YPS bersama Tim SMARThealth UB yang dipandu google map pemberian perawat Desa Ngijo, Della, tiba di TPA GPA pada pukul 11.14 WIB. Di lokasi TPS, kedua peneliti YPS diterima dengan ramah oleh Faisol Effendi, A.Md di halaman TPA yang berpaving block. Selang beberapa saat, perawat Della pun tiba di lokasi juga. Perawat Della ini sesungguhnya yang menjadi penghubung dengan Ketua Pengelola TPS GPA tersebut.

Peneliti Yayasan Percik Salatiga beraudiensi dengan pengelola TPS GPA Karangploso yang didampingi perawat Desa Ngijo

DI TPS GPA, kedua peneliti melakukan observasi lapangan di lokasi dan sekaligus melakukan wawancara dengan Faisol untuk memahami mengenai persoalan pengelolaan sampah di situ. Diakui Faisol, dulu sampah di TPS ini selalu menggunung setiap tiga bulan, Karena dari tiga kontainer, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) hanya mampu mengangkut satu kontainer saja. “Kalau dibiarkan seperti ini terus, maka kapasitas lahan TPS yang seluas 450 m² ini akan cepat penuh,” jelas Faisol.

Semenjak diangkat menjadi Ketua Pengelola TPS GPA sekitar bulan November 2021, Faisol berusaha berpikir untuk mengatasi permasalahan tersebut. Ia pun berusaha mencari ide untuk mengatasi ini dengan berkonsultasi kepada mereka yang kompeten dalam pengelolaa sampah, termasuk dengan salah satu staf pengajar di UB yang sering dimintai pendapat terkait persampahan oleh DLH Kabupaten Malang.

Ia pun mencoba mempekerjakan beberapa orang untuk memilah sampah yang bisa di-recycle (kertas, botol, kardus) dan mewujudkan tungku pembakaran dengan corong tinggi di di pojok barat daya mepet dengan Kali Bodo yang masih rimbun dengan pepohonan bambu.

Dua pemilah sampah yang bisa didaur ulang di TPS GPA Karangploso

“Tungku ini perlu batu bata khusus yang tahan apa,” kata Faisol. “Oleh sebab itu biayanya tak murah untuk membangun tungku pembakaran tersebut.”

“Cerobong harus panjang ke atas, pintu besi harus ditutup agar pembakarannya terus stabil. Dengan pembakaran yang stabil, keluaran asap akan berkurang sehingga polusi bisa diminimalisir,” tambah Faisol.

Kedua peneliti YPS melakukan obrolan dengan Faisol hampir dua jam lamanya. Kemudian setelah itu berpamitan untuk melanjutkan melihat TPA Randuagung Singosari yang berjarak sekitar 16 kilometer.

Namun setelah keluar dari TPS GPA, sesampainya di Jalan Kepuharjo, kedua peneliti YPS berhenti di Warung Makan Cobek Bakar ABG yang berada di Dusun Wringin Anom, Desa Kepuharjo, Kecamatan Karangploso, untuk makan siang.

Peneliti Yayasan Percik Salatiga melihat sepintas aktivitas pengelolaan sampah di TPA Randuagung Singosari

Selesai makan siang, mereka lanjut menuju ke TPA Randuagung, dan tiba di lokasi pada pukul 14.42 WIB. TPA Randuagung merupakan tempat pembuangan akhir untuk seluruh timbunan sampah yang masih menggunakan metode open dumping.

Pada waktu di lokasi TPA Randuagung, kedua peneliti melihat lingkungannya di sana. Terlihat hilir mudik truk ukuran kecil dengan kontainer yang penuh sampah. Di atas tumpukan sampah, puluhan burung kuntul sedang mengais makanan. Selain itu, tampak juga satu alat berat bego (excavator) untuk meratakan tumpukan sampah agar tidak menggunung.

Sambil menyaksikan aktivitas di TPA Randuagung, kedua peneliti YPS mengobrol untuk mendapatkan gambaran sekilas pengelolaan sampah dengan dua petugas yang berkendara motor bak sampah milik DLH yang beroperasi di situ.

Peneliti Yayasan Percik Salatiga berdiskusi pengelolaan sampah plastik dengan pegiat pengelolaan sampah plastik di Pagak

Sekitar 15 menit berada di TPA Randuagung, kedua peneliti YPS melanjutkan perjalanan menuju ke Pagak untuk berjumpa dengan seorang penggiat lingkungan utamanya dalam pengelolaan sampah plastik, dan sekaligus menginiasi bank sampah sentral di desanya, yaitu Desa Gampingan.

Sebelumnya berjumpa dengannya, kedua peneliti YPS dengan dipandu Tim SMARThealth UB berkeliling sebentar untuk melihat Dusun Bekur, Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak untuk melihat daerah pembakaran gamping dengan limbah plastik.

Setelah sempat menunggu sambil nongkrong di Warung Bubur Kacang Ijo depan Pasar Baru Gampingan. Kedua peneliti YPS akhirnya bisa berjumpa dengan pegiat lingkungan lepas Mahgrib, dan mengobrol tentang seluk beluk perjalanan pengelolaan sampah dari unsur pemberdayaan masyarakat hingga pukul 20. 33 WIB. *** [070623]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Selasa, 07 Maret 2023

Peneliti PPSP UB Ajak Koleganya dari India Lihat Pembakaran Gamping di Pagak

Di sela-sela diskusi membahas performa aplikasi eKader di Ruang Multimedia Lantai 2 Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang (Selasa, 07/03/2023), Team Leader SMARThealth Universitas Brawijaya (UB) Sujarwoto, S.IP, M.Si, MPA, Ph.D, yang sekaligus merupakan peneliti Polusi Pembakaran Sampah Plastik (PPSP) UB mengajak koleganya dari India berkunjung ke Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak untuk melihat pembakaran gamping.

Dengan mobil Fortuner warna putih, rombongan ada lima orang, yaitu peneliti PPSB UB, Sub Koordinator Substansi PTM dan Keswa Dinkes, Tim SMARThealth UB, dan dua kolega dari India, yakni Praveen Devarsetty dan Renu John. Kedua orang dari India itu juga seorang peneliti yang saat ini terlibat dalam program SMARThealth.

Peneliti PPSP bersama dua koleganya dari India lihat tumpukan batu gamping yang kemarin selesai pembakarannya.

Jaraknya sekitar 9,5 km dari Dinkes, dengan waktu tempuh 23 menit. Tiba di lokasi pada pukul 14.26 WIB. Di sana, rombongan melihat aktivitas masyarakat terkait limbah sampah plastik yang memiliki nilai ekonomis.

Mereka membeli dari limbah PT Ekamas Fortuna, unit usaha Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas yang beroperasi di Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang. Per truk ukuran kecil, harganya 300 ribu dan masih dalam kondisi sedikit basah.

Sesampainya di rumah, mereka akan berusaha mengeringkan limbah sampah plastik tersebut. Pemandangan ibu-ibu membolak-balik limbah di depan rumah, menjadi hal yang lumrah di desa itu. Yang kertas, seperti karton maupun kardus, disendirikan. Mereka memilah limbah tersebut setiap hari.

Tumpukan limbah sampah plastik dalam proses pengeringan untuk bahan membakar batu gamping

Limbah yang berbentuk kertas bisa dijual kembali ke pabrik kertas lagi, sedangkan limbah plastiknya yang sudah kering dijual kepada pelaku usaha pembakaran gamping yang ada di desa tersebut.

Praveen dan Renu terlihat bersemangat ketika mendekati sebuah rumah yang telah menyusun batu gamping (limestone). Sayangnya pada saat kunjungan ini belum mulai dibakar. Kata pemiliknya akan mulai dibakar pada pukul 06.00 WIB esok hari. Sehingga, Praveen dan Renu tak bisa menyaksikan kepulan asam hitam pekat membubung dari bawah ke atas.

Untuk 18 ton batu gamping, perlu waktu pembakaran selama 2 hari 2 malam dengan menghabiskan 7 truk limbah plastik. Selesai dibakar, batu gamping tersebut akan djual di sebuah perusahaan pembuatan bata ringan (hebel) yang ada di Pandaan, Pasuruan. Masyarakat setempat umumnya menyebut dengan batako putih.

Mengunjungi rumah yang sudah siap melakukan pembakaran gamping untuk esok hari

Pulang dari daerah pembakaran gamping sekitar pukul 14.44 WIB. Dalam perjalanan pulang, rombongan singgah di Warung Nayamul untuk makan siang terlebih dahulu. Dari 5 orang dalam rombongan itu memiliki selera masing-masing, sehingga di warung yang self-service itu memilih kesukaan dari deretan menu lauk yang ada di meja.

Setelah 25 menit lamanya, rombongan pun kembali ke Dinkes, dan melanjutkan diskusi terakhir hingga pukul 17.10 WIB. Esok harinya, rombongan itu masih akan berjumpa lagi bersamaan dengan kunjungan Tim SMARThealth Thailand di tempat ini juga. *** [070323]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Sabtu, 04 Maret 2023

Dua TPS Dikunjungi Asisten Tim Peneliti PPSP UB

Begitu rombongan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang bersama Tim SMARThealth Universitas Brawijaya (UB) menjemput asisten Tim Peneliti Polusi Pembakaran Sampah Plastik (PPSP) UB, Azarine Aisyah Widhowati dan Maria Pramundhitya Wishnu Wardhani, di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan UB (FMIPA UB), mobil Avanza Veloz warna putih yang ditumpangi rombongan langsung menuju ke lokasi tempat penampungan sementara (TPS) sampah.

Ada dua TPS yang dikunjungi pada Sabtu (04/03/2023), yakni TPS Perum Griya Permata Alam (GPA) di Karangploso dan TPS RW 11 Lawang. Kunjungan pertama dilakukan di TPS Perum GPA yang berada di Jalan Griya Permata Alam, Dusun Perumahan RT 05 RW 05 Desa Ngijo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang. Lokasinya tepat berada di sebelah utara Kali Bodo atau depan Pondok Desa Kampung Telaga.

Kipas tungku pembakaran di TPS Perum GPA Ngjijo, Karangploso

Sedangkan kunjungan kedua adalah TPS RW 11 Lawang yang terletak RT 01 RW 11 Kelurahan Lawang, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. Jaraknya dengan TPS pertama yang dikunjungi (TPS Perum GPA) adalah sejauh 16 km.

Kunjungan lapangan asisten Tim Peneliti PPSP UB yang didampingi rombongan Dinkes dan Tim SMARThealth UB itu dalam rangka tahapan identifying & implementing solutions to reduce the impact of plastics burning on NCDs in Indonesia (mengidentifikasi dan menerapkan solusi untuk mengurangi dampak pembakaran plastic terhadap penyakit tidak menular (PTM) di Indonesia).

Kebetulan kedua TPS tersebut masuk dalam status waiting for survey setelah dilakukan pengumpulan data tahap awal yang dilakukan oleh kader bersama tenaga kesehatan di daerah tersebut.


TPS Perum GPA

TPS ini disediakan oleh pengembang perum GPA seluas antara 400 hingga 500 meter persegi di utara Kali Bodo pada 2008. Sebelumnya, TPS berada di tengah-tengah perum GPA namun setelah semakin padat hunian perum tersebut, warga merasa terganggu baunya sehingga dicarikan lahan baru di dekat jembatan Kali Bodo.

Awalnya berupa lahan kosong, dan kemudian sampah limbah rumah tangga penghuni perum GPA dibawa ke TPS itu setiap harinya. Beberapa hari kemudian, ada mobil sampah dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) yang mengambil container berisi tumpukan ke sampah menuju ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Randuagung Singosari yang berjarak sekitar 15 km.

Asisten Tim Peneliti PPSP UB berpose bersama pengurus TPS Perum GPA, perawat Desa Ngijo, dan rombongan Dinkes Kabupaten Malang

Sejak kepengurusan Faisal yang juga Ketua RW 12, sejak Januari 2022 dilakukan pavingisasi lahan TPS Perum GPA. Selang dua bulan berikutnya, Faisal mencoba membuat insenerasi berupa tungku sederhana dengan ukuran panjang 120 cm, tinggi sekitar 2 meter dan lebar 149 cm dengan bahan bata seharga 20 ribu per bijinya. Bata tersebut tahan api. Total anggaran yang dikeluarkan beserta cerobong asapnya, senilai 40 juta.

TPA yang mampu menampung volume sampah sekitar 16 meter kubik atau setara 5 ton setiap harinya itu memiliki tenaga pemilah sampah sebanyak orang dengan container standby sebanyak 3 buah.

Tujuan pembuatan insenerasi itu untuk membakar sampah yang sudah kering guna mengurangi volume sampah di TPS manakala mobil DLH telat mengambilnya, tidak terjadi penumpukan sampah yang signifikan sehingga mengurangi pencemaran bau ke masyarakat.

Pekerja sedang memilah sampah yang masih bernilai ekonomis

Setiap hari pemilah memilah sampah. Mereka akan mengumpulkan sampah plastik yang masih bernilai ekonomis, seperti botol air mineral dan lain-lain. Sementara, limbah sampah yang sudah tak punya nilai ekonomis seperti karung plastik umumnya dibakar setelah dikeringkan bersama dengan sampah lainnya.

Kata Faisal, TPS yang beraktivitas dari pukul 06.00 WIB hingga 20.00 WIB itu, pembakarannya diusahakan dengan menggunakan suhu yang tinggi agar supaya mengurangi keluaran asap ke udara, sehingga dalam pelaksanaannya digunakan kipas dengan tekanan udara yang stabil agar supaya terus mengeluarkan api, bukan asap.


TPS RW 11 Lawang

Lahan TPS ini lebih kecil daripada TPS Perum GPA. Lahannya menggunakan milik warga dekat pertemuan Kali Bendo yang berada di utara Polsek Lawang dengan dikelilingi rerimbunan tanaman buah di sebelah utaranya. Ada jambu biji, belimbing, jambu air, alpokat, dan lain-lain.

Tungku pembakaran di TPS RW 11 Lawang ini lebih kecil ketimbang yang ada di TPS Perum GPA, namun memiliki cerobong asam dua kali lebih tinggi dari TPS Perum GPA. Tungku pembakaran ini baru ada empat tahun yang lalu.

Asisten Tim Peneliti PPSP UB sedang melakukan wawancara dengan salah satu pengurus TPS RW 11 Lawang

Setiap hari, ada dua gerobak sampah dorong yang masuk ke TPS ini. Sampah ini merupakan sampah rumah tangga dari 3 RT dalam 1 RW, yang meliputi RT 01 dan 02 dari RW 11, dan RT 06 RW 08 yang lokasinya berdampingan dengan pemilah dari masyarakat setempat. 

Sebelum TPS RW 11 muncul, TPSnya berada di lokasi yang sekarang dibangung Pujasera Lawang. Sejak 2019, karena tempatnya digunakan Pujasera, maka ada yang dialihkan kemari untuk warga 3 RT dalam 1 RW tersebut.


Tungku pembakaran TPS RW 11 Lawang

Selesai dari kunjungan yang kedua ini, rombongan dalam mobil Avanza Veloz putih pun meninggalkan lokasi pada pukul 13.00 WIB dengan mengantar asisten Tim Peneliti PPSP UB terlebih dahulu. Dalam perjalanan terjebak macet arus lalu lintas.

Sebelum sampai FMIPA UB, rombongan singgah di Warung Lesehan Yogyakarta yang berada di Jalan Kendalsari Barat No. 8 Malang pada pukul 14.07 WIB, dan meninggalkan warung itu seiring kumandang suara adzan Ashar. *** [040323]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Risk Checker

Risk Checker

Indeks Massa Tubuh

Supplied by BMI Calculator Canada

Statistik Blog

Sahabat eKader

Label

Arsip Blog