Selasa, 26 Maret 2024

Fasilitator dan Staf Peneliti YPS Jumpa Dengan Perawat Desa Bakalan dan Krebetsenggrong

Communication works for those who work at it.” – John Powell

Sambil menunggu surat izin penelitian keluar, hari ini, Selasa (26/03), fasilitator dan staf peneliti Yayasan Percik Salatiga (YPS) melakukan silaturahmi dengan perawat Desa Bakalan dan Desa Krebetsenggrong.

Kedua desa tersebut masuk dalam wilayah administratif Kecamatan Bululawang dan sekaligus merupakan wilayah kerja Puskesmas Bululawang. Kebetulan kedua desa tersebut terplih sebagai desa dalam penelitian atau enumeration area (EA) dalam penelitian “Pengembangan Inovasi SMARThealth untuk Menurunkan Risiko Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronik dan Penyakit Jantung yang Disebabkan oleh Polusi Udara Akibat Pembakaran Sampah di Kabupaten Malang, Jawa Timur.”

Penelitian tersebut merupakan kerja sama Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) dan NIHR-Global Health Research Center for Non-Communicable Disease and Enviromental Change (NIHR-GHRC NCD & EC/NIHR-Pusat Kesehatan Global untuk Penyakit Tidak Menular (PTM) dan Perubahan Lingkungan).

Silaturahmi dengan perawat Desa Bakalan, Kecamatan Bululawang terkait NIHR-GHRC NCD &EC

Tujuan silaturahmi ini adalah untuk membangun komunikasi antara perawat desa dengan fasilitator dan mengenalkan dengan staf peneliti YPS yang akan melaksanakan CEI (Community engagement and involvement) nantinya setelah surat izin penelitian selesai diproses.

Silaturahmi pertama dilakukan dengan perawat Desa Bakalan Dian Pramono, A.Md.Kep. dan diterima dengan baik di rumah salah seorang kader kesehatan yang berada di Dusun Bakalan RT 02 RW 01. Kebetulan perawat Dian sedang memandu jalannya fogging (pengasapan untuk membunuh nyamuk dewasa).

Di rumah kader tersebut, fasilitator memperkenalkan diri dan menginformasikan penelitian ini yang akan segera dilaksanakan di Desa Bakalan, dan sekaligus meminta bantuan untuk mendampinginya menghadap ke Kepala Desa usai surat izin penelitian keluar. Setelah itu, fasilitator mengenalkan staf peneliti YPS Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K. yang nantinya akan melakukan photovoice dan circle communication dalam rangka CEI.

Setelah selesai bersilaturahmi dengan perawat Desa Bakalan, fasilitator minta bantuan untuk menghubungi perawat Desa Krebetsenggrong yang lokasinya dekat dengan Desa Bakalan. Namun ternyata, perawat Desa Krebetsenggrong sedang ada tugas di Puskesmas Bululawang.

Silaturahmi dengan perawat Desa Krebetsenggrong terkait dengan NIHR-GHRC NCD & EC

Akhirnya, fasilitator dan staf peneliti YPS meluncur ke Lantai 2 Puskesmas Bululawang untuk menjumpai perawa Desa Krebetsenggrong Citra Sulistyowardani, A.Md.Kep. Di Lantai 2 Puskesmas Bululawang, fasilitator dan staf peneliti YPS juga berjumpa dengan Bagian Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang yang sedang melakukan bimtek di Puskesmas Bululawang.

Fasilitator dan staf peneliti YPS diterima dengan baik di Lantai 2 Puskesmas Bulalawang, dan seperti ketika bersilaturahmi dengan perawat Desa Bakalan, fasilitator pun juga menyampaikan hal yang sama ketika dengan perawat Desa Bakalan, dan kemudian staf peneliti YPS juga sekaligus menyampaikan agendanya usai lebaran yang akan dijalankan di Desa Krebetsenggrong.

Silaturahmi dengan kedua perawat tersebut selesai pada pukul 10.36 WIB. Fasilitator dan staf peneliti YPS langsung kembali menuju ke Kepanjen. *** [260324]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Sabtu, 23 Maret 2024

Uji Coba Instrumen Survey NIHR-GHRC NCD & Global Enviroment Change di Puskesmas Bantur

Dalam tradisi penelitian berbasis global, uji coba instumen survey sangatlah diperlukan. Uji coba itu biasanya ditandai dengan menjajal kuesioner sebelum diberlakukan dalam main survey, atau survey utama yang bakal digelar di desa terpilih (enumeration area).

Uji coba ini dinamakan pretest (tes awal). Tujuan pretest, disebutkan oleh Erin Ruel et. al. (SAGE Publications, Inc., 2016), adalah untuk memastikan bahwa pertanyaan-pertanyaan yang diartikulasikan dengan jelas akan mendapatkan pilihan jawaban yang relevan, komprehensif, dan saling eksklusif serta tidak berdasarkan perkiraan mereka sendiri, namun juga dari sudut pandang responden.

Memastikan bahwa peneliti dan responden menafsirkan survey dengan cara yang sama adalah hal yang paling diperhatikan dalam desain survey, dan pengujian awal adalah salah satu cara terbaik untuk melakukan hal ini. 

dr. Harun Al Rasyd, MPH (peneliti) melakukan pretest di Ruang Farmasi Puskesmas Bantur

Pengujian awal dapat mengungkap contoh-contoh terminologi yang tidak jelas, referensi yang asing, serta kata-kata dan frasa ambigu yang pada awalnya tidak dianggap bermasalah oleh pembuat kuesioner, namun dapat membingungkan dan membuat frustrasi responden serta menurunkan kualitas data dan tingkat respon (tanggapan).

Selain itu, pretest juga memungkinkan peneliti untuk menilai latensi (kecepatan) respon, jumlah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan masing-masing item dalam survey serta survey lengkap, yang kemudian dapat dilaporkan dalam pendahuluan survey skala penuh. 

Uji coba instrumen survey penelitian kerja sama antara Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) dan NIHR Global Health Research Center for Non Communicable Disease and Global Environmental Change (NIHR-GHRC NCD & GEC) dilaksanakan di Puskesmas Bantur, Kabupaten Malang, pada Sabtu (23/03).

Meutia Fildzah Sharfira, SKM, MPH (asisten peneliti) pretest dengan pasien di Ruang Pertemuan Puskesmas Bantur

Tiga orang, yang terdiri dari dr. Harun Al Rasyd, MPH (peneliti), Meutia Fildzah Sharfira, SKM, MPH (asisten peneliti) dan seorang fasilitator NIHR-GHRC NCD & GEC bertugas dalam kegiatan ini. Mereka mengujicobakan kuesioner kesehatan yang terdiri dari 4 buah, yakni alat penilaian ketersediaan dan kesiapan layanan fasilitas kesehatan; panduan wawancara semi-struktur dengan petugas kesehatan yang bekerja di fasilitas kesehatan pimer (dokter, perawat, apoteker, staf kesehatan terkait lainnya di Puskesmas); panduan wawancara mendalam untuk petugas kesehatan primer di masyarakat (petugas kesehatan masyarakat, petugas kesehatan multiguna, penyedia layanan kesehatan tingkat menengah); dan panduan wawancara semi-terstruktur untuk anggota komunitas.

Setiap kuesioner tersebut memiliki item-item pertanyaan. Dalam kuesioner alat penilaian ketersediaan dan kesiapan layanan fasilitas dibagi dalam 7 modul: informasi umum; aksesibilitas layanan, nutrisi dan layanan terkait, risiko kesehatan iklim, aplikasi kesehatan digital, layanan yang tersedia, dan catatan kesimpulan pewawancara.

Lalu, dalam panduan wawancara semi-struktur dengan petugas kesehatan yang bekerja di fasilitas kesehatan pimer (dokter, perawat, apoteker, staf kesehatan terkait lainnya di Puskesmas) terdapat variabel-variabel pertanyaan: informasi pemangku kepentingan; tata kelola; perawatan kesehatan primer yang komprehensif; tenaga kerja, anggota tim, peran, dan integrasi; layanan dan praktik yang ada terkait pemberian PTM dan layanan terkait; layanan dan praktik yang ada terkait mitigasi dan adaptasi polusi udara; mengenal platform digital untuk intervensi kesehatan; kebutuhan pelatihan dan pengembangan kapasitas; kompetensi dan motivasi untuk memberikan promosi kesehatan mengenai mitigasi dan adaptasi polusi dan layanan terkait kesehatan; masukan lain untuk sistem layanan kesehatan primer yang berdampak pada kelengkapan layanan; pengawasan; insentif, retensi dan motivasi retensi; kesempatan untuk maju; hubungan dengan sistem kesehatan; dan pertanyaan umum.

Fasilitator melakukan pretest dengan salah seorang kader kesehatan

Kemudian dalam  panduan wawancara mendalam untuk petugas kesehatan primer di masyarakat (petugas kesehatan masyarakat, petugas kesehatan multiguna, penyedia layanan kesehatan tingkat menengah) memiliki variabel pertanyaan yang sama dengan wawancara semi-struktur dengan petugas kesehatan yang bekerja di fasilitas kesehatan pimer (dokter, perawat, apoteker, staf kesehatan terkait lainnya di Puskesmas). Hanya saja variabel untuk kebutuhan pelatihan dan pengembangan kapasitas tidak ada.

Sedangkan, dalam panduan wawancara semi-terstruktur untuk anggota komunitas terdiri atas variabel pertanyaan: aksesibilitas layanan; ketersediaan layanan; teknologi digital kesehatan; pemanfaatan layanan; kualitas layanan; dan saran.

Uji coba instrumen survey (pretest kuesioner) yang dilakukan oleh tiga orang tersebut dimulai pada pukul 09.18 WIB dan berakhir pada pukul 10.29 WIB. Setelah itu, mereka berpamitan kepada Sri Baskoro Kawoco, S.Kep.Ners (Kepala TU Puskesmas Bantur) dan Defi Nur Setyowati (staf di ruang administrasi Puskesmas Bantur) - mewakili Kepala Puskesmas Bantur yang sedang ada pertemuan di PMI Kabupaten Malang - yang telah berkenan menerima kedatangan dan memfasilitasi Tim NIHR-GHRC NCD & GEC Universitas Brawijaya. *** [230324]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Kamis, 21 Maret 2024

Ngobrol Bareng Kader Kesehatan Desa Sepanjang: Langkah Menuju Photovoice

Sepuluh kader kesehatan Desa Sepanjang – Masito, Istinah, Ifa Lutfiyah, Usfatul Ulumiyah, Eni Yuliati, Lina Lestari, Lilik Kusmiati, Siti Aisyah, Yuli Andari, Humairoh – berkumpul di ruangan bernuansa teras milik kader SMARThealth, Masito, pada Rabu (20/03). Mereka dengan berdandan rapi dan cantik-cantik menghadiri pertemuan untuk ngobrol bareng bersama staf peneliti dan advokasi Yayasan Percik Salatiga (YPS) Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K., dalam suasana Ramadhan.

Tujuannya mendiskusikan secara santai, tidak formal banget mengenai persampahan (waste) yang ada di lingkungan keluarga mereka masing-masing maupun yang ada di Desa Sepanjang. Suasananya mirip focus group discussion (FGD) tapi yang menjalankan kader kesehatan semua, mulai dari moderatornya hingga proses diskusinya.

Staf peneliti YPS dan fasilitator NIHR Global Health Research Center on Non-Communicable Disease and Environment Change (NIHR-GHRC NCD & EC) hanya berperan sebagai pemantik dalam diskusi yang dilakukan oleh kader tersebut.

Acara dimulai pada pukul 11.36 WIB dengan diawali prakata dari fasilitator NIHR dan sekaligus memperkenalkan staf peneliti YPS serta peranan YPS dalam NIHR ke depannya. Setelah itu, fasilitator menyerahkan sepenuhnya waktu kepada staf peneliti YPS untuk memperkenalkan diri secara langsung serta eksistensi YPS dalam kancah penelitian.

Kader kesehatan Desa Sepanjang berpose dengan staf peneliti Yayasan Percik Salatiga

Usai perkenalan, staf peneliti YPS langsung membentuk formasi duduk mereka, dan memberikan tema bahasan terkait persampahan dalam diskusi yang akan dilakukan oleh 10 kader kesehatan tersebut. Prosesnya diserahkan sepenuhnya kepada kader. 

Staf peneliti YPS dan fasilitator NIHR lebih banyak berperan menjadi pendengar saja dalam diskusi tersebut. Jika ada pertanyaan dari kader, barulah memantiknya. Pengertian memantik di sini adalah merangsang minat dan perhatian kader dalam mendiskusikan sampah yang ada di lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakatnya.

Dalam pertemuan pertama ini, kader kesehatan umumnya bertestimoni mengenai dirinya dalam menangani sampah-sampah yang ada di dalam keluarga mereka masing-masing terlebih dahulu. Dari ceritera-ceritera yang ditangkap fasilitator dalam testimoni kader terdapat pendapat-pendapat yang berbeda di antara mereka.

Ada yang bilang, sampah keluarga dikumpulkan dulu dan nanti kalau sudah banyak dibakar di belakang rumahnya, kecuali air hasil cucian beras umumnya ditampung dalam tong besar berwarna biru untuk digunakan menjadi pupuk.

Prakata fasilitator NIHR dalam diskusi photovoice di Desa Sepanjang, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang

Ada yang berkata, sampah sayur ditaruh di pot dan sampah plastik akan dibakar, seperti tas plastik maupun sachet bumbu masak dan lain-lain, kecuali yang dalam bentuk botol. Mereka akan menjualnya ke pengumpul barang bekas yang berkeliling di desanya.

Terus ada juga, kader yang tidak punya halaman luas berlangganan kepada pengepul sampah dari desa lain, yaitu Putat Kidul. Sampah akan diambil 2 kali dalam seminggu. Kader tersebut akan membayar jasa tersebut secara bulanan. Per bulannya ditarik 25ribu.

Sedangkan, yang memiliki lahan luas di belakang rumah, sampah yang dihasilkan keluarganya akan dibuang di belakang rumah dalam lubang terus nanti ditimbun. Seperti rumah tangga yang dulunya pernah membuat batu bata, beka galiannya yang cukup dalam digunakan untuk menimbun sampah dalam jangka panjang.

Ada juga yang berceritera bahwa di rumahnya masih mempunyai dapur kayu dan belakang rumahnya terdapat bekas lubang pembuatan batu bata. Sampah plastik seperti tas plastik (kresek) dan sachet bumbu masak akan dibakar di tungku berbahan kayu bakar setelah selesai memasak; sampah kertas untuk menyalakan kayu bakar dalam tungkunya; dan sampah basahnya dibuang di bekas lubang pembuatan batu bata. Kalau sudah kering akan dibakar bersama rerontokkan daun bambu yang cukup banyak di halaman belakang rumahnya.

Suasana diskusi sampah rumah tangga dan sampah lingkungan sekitar

Usai mereka bertestimoni, mereka terus berdiskusi dengan obrolan sampah dalam lingkungan masyarakat. Kader yang hadir dalam obrolan ini mengakui bahwa di Desa Sepanjang telah ada bank sampah. Namun dalam 3 tahun ini tidak jalan lagi karena respon dari masyarakat kurang. Hal ini menurut mereka, petugas yang mengambil sampah tidak tentu datangnya dan yang diambil hanya yang laku dijual saja sehingga masyarakat menjadi malas. Pengepulnya juga kerap berganti-ganti personil dan gemar pilih-pilih, petugas bank sampahnya menjadi bingung dan akhirnya mutung (ngambek) dan terus dibunag di belakang halaman rumah dan dibakar. Mereka tak mau ribet, hanya ingin perlu yang praktis saja.

Diakui oleh kader, sebenarnya di Desa Sepanjang telah dilakukan edukasi terkait bahaya sampah yang dibakar, tapi mengingat kendala yang dihadapi seperti dalam pengelolaan bank sampah di atas, terus mereka tidak tahu harus bagaimana lagi.

Di samping itu, kader juga mengemukaan bahwa kader di Desa Sepanjang juga pernah mendapatkan pelatihan sabun ecoenzym, akan tetapi karena kebiasaan masyarakat di Desa Sepanjang gemar menggunakan sabun yang berbusa, produk sabun ecoenzym kurang diminati lantaran tidak berbusa.

Kegaliban lain yang masih dijumpai di Desa Sepanjang, setiap panen raya terlihat pemandangan pembakaran jerami, bonggol jagung maupun sisa panenan tebu. Setiap orang yang melintas di antara persawahan yang sedang panen, akan terlihat asap mengepul dari pembakaran jerami di sawah.

Suasana kader merencanakan pertemuan berikutnya untuk membahas foto-foto yang akan dikirimkan kader

Tak hanya itu, masih adanya “dhiyangan”, sebuah tradisi pengasapan di depan rumah yang sedang memiliki bayi hingga umur selapan dengan membakar agar keluar asap yang mengepul. Konon, asap tersebut dipercaya dapat mengusir jin agar tak mengganggu bayinya. Orangtua akan membakar sepet (sabut kelapa) setiap hari dalam selapan hari.

Usai diskusi dengan suasana yang mengalir, sepuluh kader tersebut mendapatkan tugas untuk memotret apa yang telah diceriterakan dan didiskusikan tadi. Setiap kader diminta untuk memotret sebanyak 5 buah yang berbeda, dan dikirimkan ke staf peneliti YPS atau dalam group yang telah dibuat kader. Kemudian hasil fotonya nanti akan didiskusikan dalam pertemuan berikutnya, yang rencananya akan dilakukan sebanyak 5 kali dalam 5 minggu ke depannya.

Pada taraf itu, kader telah memasuki apa yang dikenal dengan photovoice. Photovoice adalah proses di mana orang dapat mengidentifikasi, mewakili, dan meningkatkan komunitas mereka melalui teknik fotografi tertentu (Wang & Burris, 1997). 

Bagi Wang & Burris, dalam photovoice itu, foto mengandung arti, yang di dalamnya menceriterakan potret atau diri sang pengambil foto, menceriterakan komunitas tertentu, atau mendeskripsikan sebuah fenomena. Photovoice menciptakan peluang representasi diri kader kesehatan melalui fotografi. Dari situ akan terlihat tindakan partisipasif kader kesehatan dalam persampahan. *** [210324]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Rabu, 20 Maret 2024

Kunjungan Staf Peneliti YPS Ke Desa Intervensi NIHR dan Rencana Uji Coba Instrumen Photovoice

Studi lapangan memungkinkan peneliti untuk mengamati dan mengumpulkan data di lingkungan dunia nyata. Berbeda dengan metode penelitian berbasis laboratorium atau tradisional, studi lapangan memungkinkan peneliti menyelidiki fenomena kompleks di lingkungannya, sehingga memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang konteks penelitian.

Usai mengurus surat izin penelitian “Pengembangan Inovasi SMARThealth untuk Menurunkan Risiko PPOK dan Penyakit Jantung yang Disebabkan oleh Polusi Udara Akibat Pembakaran Sampah di Kabupaten Malang, Jawa Timur, Indonesia”, dalam skema NIHR Global Health Research Center on Non-Communicable Disease and Enviroment Change (NIHR-GHRC NCD & EC), fasilitator langsung menemani staf peneliti dan advokasi Yayasan Percik Salatiga (YPS) Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K, berkeliling ke empat desa intervensi, yakni Desa Sumberejo (Pagak), Desa Gampingan (Pagak), Desa Krebet Senggrong (Bululawang), dan Desa Bakalan (Bululawang).

Empat desa tersebut bakal menjadi desa intervensi dalam NIHR-GHRC NCD & EC. Oleh karena itu, peneliti yang akan bertugas dalam CEI (Community engagement and involvement) dengan berkomitmen untuk melibatkan partisipasi masyarakat, perlu mengenal lingkungannya terlebih dahulu sebelum benar-benar turun lapangan (field work).

Staf peneliti YPS berencana ujicoba instrumen photovoice dan circle communication bersama kader kesehatan Desa Sepanjang, Kecamatan Gondanglegi

Dalam tradisi lembaga penelitian, mengenal lingkungan wilayah yang akan menjadi locus sangatlah penting agar supaya bisa memahami karakteristik wilayah tersebut atau dalam bahasa peneliti kerap disebut dengan enumeration area (EA).

Setelah semalam berdiskusi antara fasilitator dan staf peneliti YPS di Ruang Pertemuan Sekretariat SMARThealth Kepanjen, hari Selasa (19/03), fasilitator mendampinginya berkeliling mengenal empat EA intervensi tersebut.

Dimulai dengan kunjungan ke Dusun Bekur, Desa Sumberejo, fasilitator mengenalkannya. Dengan membocengkan staf peneliti YPS dengan sepeda motor andalan Sekretariat SMARThealth “Revo”, fasilitator berkeliling dusun tersebut sambil melihat beberapa tungku pembakaran gamping dari 10 tungku yang teridentifikasi, dan pemasangan Flex Air Quality Sensor.

Staf peneliti YPS lihat bakaran sampah di belakang rumah kader kesehatan

Dari Dusun Bekur, fasilitator menjadi guide berkeliling ke desa Gampingan. Mulai dari memperlihatkan PT Ekamas Fortuna, sebuah pabrik kertas yang berdomisili di Desa Gampingan, terus ke Dusun Dempok. Dusun Dempok yang terkenal dengan Wisata Mahoni Dempok, sesungguhnya merupakan lokasi awal pembuangan limbah kertas yang tercampur plastik dari PT Ekamas Fortuna. Kemudian dilanjutkan menuju lokasi tungku pembakaran batu gamping (limestone burning furnace) di Desa Gampingan.

Dari Desa Gampingan, facilitator langsung mengajak ke Desa Krebet Senggrong di Bululawang. Namun baru sampai Desa Kedupedaringan, sepeda motor mengalami kebocoran ban sehingga terpaksa harus ditambal dulu di bengkel yang berada di Dusun Ngadiluwih, Desa Kedungpedaringan.

Setelah ban ditambal, fasiltator melanjutkan perjalanan dengan mengubah arah dengan menerabas lewat Desa Sukorejo terus Desa Bulupitu (Gondanglegi) untuk menuju ke Desa Krebet Senggrong berjarak sekitar 20 kilometer.

lobang pembakaran sampah

Dari Krebet Senggrong lanjut ke Desa Bakalan yang berjarak 4 kilometer. Kedua desa ini dilintasi jalan besar menuju ke Turen, dan secara geografis mengitari Pabrik Gula Krebet yang heritage dan sekaligus mengeluarkan asap hitam manakala terjadi proses produksi.

Selesai dari dua desa di Kecamatan Bululawang, staf peneliti YPS diajak fasilitator menuju ke Desa Sepanjang, Kecamatan Gondanglegi untuk jumpa kader kesehatan di sana. Fasilitator berusaha mencari jalan terabasan melalui Desa Talangsuko, Kecamatan Turen.

Di Sepanjang, fasilitator mempertemukan dengan salah seorang kader SMARThealth untuk menjadwalkan ujicoba instrumen photovoice dan circle communication yang nantinya akan diterapkan di desa-desa intervensi juga ketika surat izin penelitian sudah keluar.

Setelah beberapa saat, fasilitator menjembatani diskusi antara staf peneliti YPS dan kader SMARThealth Masito, langsung berpamitan balik ke Kepanjen. Sampai di Kauman, fasilitator memperlihatkan kos-kosan untuk staf peneliti YPS yang bergender wanita tersebut. Setelah itu, baru balik ke Sekretariat SMARThealth Kepanjen dan sampai di sana sudah saatnya menjelang saat menjalankan buka puasa. *** [200324]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Jumat, 15 Maret 2024

Rapat Rutin Riset NIHR Bulan Maret 2024

Zoom meeting NIH Bulan Maret 2024

Rapat rutin riset NIHR (National Institute for Health and Care Research) melalui platform Zoom dilaksanakan pada Jumat (15/03). Rapat ini diikuti oleh 18 orang yang bakal terlibat dalam kegiatan NIHR di Kabupaten Malang.

Dalam rapat yang dipimpin oleh Sujarwoto, S.IP, M.Si, MPA, Ph.D dimulai pada pukul 14.15 WIB, dan membahas serta mendiskusikan sejumlah agenda yang bakal digelar dalam waktu dekat ini. Namun sebelum itu, Sujarwoto terlebih dahulu mengenalkan peserta zoom meeting yang berasal dari beberapa lembaga yang ada, seperti Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB), Fakultas Ilmu Administrasi (FIA), Yayasan Percik Salatiga, dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang.

Tujuan Sujarwoto memperkenalkan personil yang hadir dalam rapat rutin ini, agar terjalin silaturahmi yang intens dalam riset yang kolanoratif ini, sehingga ke depannya jalinan komunikasi antar personil yang akan menjalankan tugasnya masing-masing bisa berkoordinasi dengan baik.

Setelah itu, Sujarwoto langsung mengemukakan agenda yang akan segera dijalani dalam riset NIHR di Kabupaten Malang, seperti pengumpulan data Ponkesdes dan Puskesmas di Kabupaten Malang dan Kabupaten Gresik. Pengumpulan data ini dilakukan oleh Tim dr. Asri Maharani, MMRS, Ph.D dalam bentuk survey. Di Kabupaten Malang, terpilih Pagak dan Bululawang. Selain itu, Dr. Asri juga akan melakukan Systematic review bersama Rindi Ardika Melsalasa Sahputri, M.M.

Kemudian Tim dari Yayasan Percik Salatiga (YPS) juga akan dimotori Haryani Saptaningtyas, S.P, M.Sc, Ph.D akan melakukan Community engagement and involvement (CEI) dengan melalui metode Photovoice maupun Circle Conversation di Kabupaten Malang.

Lalu, Tim dr. Harun Al Rasyd, MPH mengagendakan wawancara dengan kader kesehatan, perawat Ponkesdes dan Puskesmas di Pagak dan Bululawang. Rencananya akan diselenggarakan pada akhir bulan ini.

Selanjutnya terkait server yang akan digunakan dalam riset NIHR ini, memerlukan dua server yang berdiri sendri. Achwan Sarwono, S.Kom dari Dinkes Kabupaten Malang sedang mengurus Internet Protocol address (IP address), sebuah label numerik yang ditetapkan untuk setiap perangkat yang terhubung ke jaringan komputer yang menggunakan IP untuk komunikasi. Jadi, IP address adalah identitas untuk sebuah komputer dalan suatu jaringan internet.

Selain itu, yang urgent untuk dilakukan dalam menjalankan agenda turun lapangan tersebut perlu disiapkan pengurusan surat izin penelitian ke 3 lembaga, yaitu Dinkes, Dinas Lingkungan Hidup, dan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Malang.

Dalam zoom meeting ini, semua yang hadir mendapatkan peran masing-masing. Mulai dari bagian admin yang mengurusi riset NIHR ini, peneliti, IT, dan fasilitator yang bergerak kolaboratif dalam menjalankan grand design dari riset NIHR ini, termasuk yang mencari bahan perihal aturan atau petunjuk teknis (juknis) terkait deteksi dini PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik), kesehatan lingkungan, dan lain-lain.

Aturan PPOK ini penting, karena menurut Sujarwoto, “Sesungguhnya riset NIHR yang akan dijalankan ini, mau mengembangkan SMARThealth untuk PPOK.”

Zoom meeting yang juga dihadiri Ketua Riset NIHR Prof. Dr. Sri Andarini, MD, M.Kes, Sp.KKLP ini selesai pada pukul 14.55 WIB berbarengan dengan kumandangnya suara adzan Ashar. *** [150324]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Share:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Risk Checker

Risk Checker

Indeks Massa Tubuh

Supplied by BMI Calculator Canada

Statistik Blog

Sahabat eKader

Label

Arsip Blog